Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kehendak Yang Bukan KehendakNya Juga(Kah)?

Posted by agorsiloku pada Juni 9, 2008

Kalau saya… eh… kita berbicara :”Semua sudah kehendakNya !”. Maka seratus persen betul. Kalau misalnya ada saudara atau rekan atau orang seliwatan yang kita temui dan mengalami kecelakaan. Itu juga sudah kehendakNya. Itu juga seratus persen betul. Alasannya sederhana saja, segala apapun yang terjadi di alam

semesta ini adalah ciptaan Allah Swt dan karenanya tidak ada sesuatu apapun yang terjadi tanpa pengawasan dan dalam lingkup kehendakNya.

“Termasuk pembangkangan?”

“Ya… ya iyalah…. “

Termasuk kekeliruan berpikir ?. “Yap…, begitulah”.

Kalau begitu, karena semua atas kehendakNya, mengapa kelak dimasukkan ke dalam neraka dunk kalau berbuat salah dan mengingkariNya. Bukankah pengingkaran juga atas kehendakNya?. Jawaban sederhananya, yang masuk neraka : Itu takdirNya, jika masuk surga, itu juga takdirNya. 😀

Namun, apapun argumen yang kemudian berada pada lintasan-lintasan pikiran; kita tahu persis bahwa manusia diberkahi pikiran untuk memutuskan dari potensi yang diberikanNya untuk menganalisis mana sikap dan tindakan yang menjadi kehendakNya dan mana yang menjadi kehendak bebas manusia.

Apologi, Pasrah !?

Tidak Sering, disadari atau tidak kita mengucapkan kata : “Kalau memang Allah menghendaki, semua mungkin terjadi”. Mudah memang mengucapkan. Dalam situasi penghiburan karena mengalami musibah, merasa ikut prihatin, menyampaikan simpati, dan memang terasa sampai ke setiap sela-sela terdalam dari nurani, ungkapan ini menjadi bagian yang terasa menyejukkan. Apalagi bila disertai ungkapan yang memang ada dasar berpikir dan alasan shahihnya :”Tidak ada musibah yang dialami seorang mukmin, kecuali terhapuskannya sebagian dosanya… !”. Kepasrahan yang terungkap dari putera Nabi Adam dan kesabaran Nabi Ayub adalah contoh kongkrit yang layak direnungi.

Ungkapan ini juga “bisa” atau “dapat” menjadi pamungkas terhadap keyakinan atau kebenaran yang diyakini ketika melihat sesuatu sebagai hal yang luar biasa atau tidak masuk akal. “Kalaulah Allah menghendaki, tentulah akan terjadi. Tidak ada yang bisa menghalangi !. Jadi mengapa tidak percaya?. Kalaupun itu rekayasa manusia, percayalah… itu kehendak Allah !?.

Pokok..e semuanya kehendak Allah…. Ini menjadi ilmu pamungkas.

Sama juga mengapa orang bisa begitu fanatik pada pemimpin, pada pandangan-pandangan orang-orang tertentu yang dengan kemampuan atau kekuasaan (uang, jabatan, pengaruh) mampu mengunci pikiran-pikiran liar menjadi satu bahasa kemampuan untuk menolak apapun pengaruh yang datang dari luar dirinya. Terkunci mati. Tidak terasa, di sekitar kita pengaruh itu kadang begitu kuatnya sehingga kita enggan mengelaborasi akal untuk melihat kejernihannya.

Ungkapan yang muncul sebagai kehendak Allah jika dilandasi keikhlasan tentulah memberikan nilai baik penerima maupun pengucapnya. Jika, sebenarnya hati berkata sebagai apologi?. Apatah pula akan diminta pertanggungjawabannya atas ucapan ini?…..

56 Tanggapan to “Kehendak Yang Bukan KehendakNya Juga(Kah)?”

  1. Pada akhirnya kita memang harus yakin betul bahwa semuanya kehendak Allah. Persoalannya, kita tidak tahu persis apa yang menjadi kehendak Allah itu. Boleh jadi inilah yang melahirkan ungkapan: kenalilah dirimu, maka kamu akan mengenali Tuhanmu.
    Dengan kata lain, ilmu pamungkas: …Semuanya kehendak Allah…, harus dimaknai dalam konteks pencarian jatidiri.

    Suka

  2. haniifa said

    Wahh…
    Ada ilmu pamungkas… , kayak dunia persilatan ajah 😀
    Nyang jelas :
    Kerjakan yang diperintahkan Allah dan RasulNya.
    Tinggalkan yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.

    Suka

  3. aburahat said

    O,o,o. Muncul lagi soal takdir dan nasib.
    Kita pasrah dan menerima krn itu KEHENDAK Allah. Ini saya tdk bisa menerima. Allah tdk sebegitu NAIF utk melaksanakan KEHENDAKNYa lalu akibat melaksanakan KEHENDAKNYA kita di HUKUM masuk NERAKA atau SORGA atas KEHENDAKNYA. Iblis yg dilaknat aja diberi izin utk bebas menggoda Bani Adam. Masa kita tdk diberi KEBEBASAN utk menentang iblis. Ini krn pengertian kita yg salah terhadap ayat2 Allah. Klu kita tdk diberi kebebasan utk memilih. Dimana MAHA ADIL nya Allah. Dan Allah dg jelas2 mengatakan: AKU TIDAK MENDHALIMI HAMBA2KU TAPI MEREKA YG MENDHALIMI DIRI MEREKA SENDIRI. Ini berarti bahwa kita mempunyai kebebasan memilih. Apakah kita mau jd SESAT atau ingin mendapat PETUNJUK. Banyak ayat2 dlm Alqur’an yg menjelaskan mengenai kebebasan kita. Oleh karena itu kita beda dgn makhluk2 ciptaan Allah yg lain. Kita punya AKAL utk membedakan yg BENAR dan SALAH, yg BAIK dan BURUK. Yg Allah kehendak dr hamba2nya agar menjadi hamba2 yg SUKSES didunia dan Akhirat. Wasalam.

    Suka

  4. Assalamu alaikum
    Sepengetahuan saya….Yang masuk neraka ataupun masuk surga,itu adalah tempat mereka..Seandaiya seorang ibu masuk surga berarti si ibu memang tempatnya di surga,dan jika anaknya masuk neraka,itu berarti si anak adalah penghuni neraka,emang tempatnya neraka karena kagak cocok di surga,,wong idamannyaeka neraka…and malah beli tiket ke neraka…apapun yang dikehendaki ALLAH akan makhluknya….emang yang pantas atau emang udah pas buat makhluknya.dalilnya banyak ,,silahkan cari
    sendiri biar lebih memahami

    Permasalahan yang sering kita lupakan adalah : Kelupaan kita akan bahwasanya yang mengetahui itu hanya ALLAH..seringkali manusia udah jadi sok tahu akan kehendak ALLAH.malah mereka mendahului ALLAH.dan hal seperti ini udah jelas2 sirik.karena apa bedanya mereka itu telah mengakui bahwa diri mereka sendiri adalah ALLAH.Karena hanya ALLAH lah yang maha mengetahui,sedangkan mereka pun mengakui mengetahui.
    Sekian dulu ach..ntar nyambung lagi

    Wassalam

    Suka

  5. @aburahat
    Assalamu alaikum..
    Seringkali kita menyangka..bahwasanya ketika kita disuruh memilih,andai ada pilihan kiri atau kanan…
    Padahal …kalaupun kita kanan ,…ALLAH mengetahuinya
    Dan andai…kita pilih kiri…..Mustahil ALLAH tak mengetahuinya.

    So….apapun pilihan kita….ALLAH mengetahuinya.
    Sedangkan kita tak mengetahui pilihan tersebut sebelum kita pilih,,,kalau ingin mengetahui…maka pilihlah…dan akan diketahui hasilnya,,,,karena setelah pilihan dijatuhkan berarti sudah dikasih tahu oleh ALLAH…so kita hanya dikasih tahu ALLAH.seperti takdir kita di hari2 kemaren atau zaman dulunya…but next….we don’t know
    Sekian semoga bermanfaat
    Wassalam

    Suka

  6. Herianto said

    Ada beberapa poin di terminologi Islam yang memang tdk mudah dipahami begitu saja oleh akal termasuk masalah taqdir ini.
    Selain akal, ada unsur2 lain, katakanlah itu melalui istilah : kejernihan hati (ikhlas), kekuatan ruhiyah (rutinitas amal)dan barangkali ada usulan (pendapat) unsur2 lain. 😆
    Masalah taqdir ini memang sering menjadi diskusi panjang sejak ulama salaf, juga ulama harakah (ikhwan), ulama khalaf (modern) bahkan oleh pemikiran sekuler sekali pun.
    Menurut saya secara keilmuan (ilmiah) belum ada benang merah yg menuntas akal tentang fenomena ini, CMIIW.
    Lalu kalo tidak juga tuntas gmana ? 😆
    Pasrahkan juga pada-NYA. 🙂

    Suka

  7. aburahat said

    Benar Allah MENGETAHUI sblm kita diciptakan sampai kita menghadap kembali ke Allah. Masalah disini atau topik yg dibicarakan adalah KEHENDAK. Apakah Allah berkendak kita masuk Neraka? Allah berfirmandi Surah Al-Ma’idah ayat 48 :……….. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Jd Allah memberi hak kita utk memilih

    Suka

  8. Donny Reza said

    Saya sih tetap berpendapat, segala hal yang mungkin terjadi … sudah ada dalam skenarioNya. Tinggal manusia memilih, dari jutaan skenarioNya tersebut … mau ambil jalan cerita yang mana? 😀

    Suka

  9. aburahat said

    @Donny Reza
    Jd manusia berhak mamilihkan. Dan dr hasil pilihannya itu ia mendapat ganjaran SORGA atau NERAKA. BUKAN Allah berkendak masuk SORGA atau NERAKA

    Suka

  10. truthseeker said

    @ayruel chana Berkata:
    Juni 11, 2008 pada 4:49 pm
    setuju..!! :mrgreen:

    @Herianto Berkata:
    Juni 11, 2008 pada 5:24 pm
    Koreksi dikit mas, terminologi tsb bukan hanya milik islam.

    Suka

  11. haniifa said

    SETUJU… kayak terminal logistik 😀

    Suka

  12. Faubell said

    @Agor
    Assalamu alaikum Mas Agor
    Salam kenal.
    Saya coba memahami Sunatullah (Kaidah Universal) sebagai suatu Giant Software yang telah Allah ciptakan untuk semua makhluknya, di sana ada banyak sekali if…then…yang selalu akan mewadahi setiap kemungkinan yang akan dipilih atas ikhtiar yang dilakukan oleh manusia. Jika if terpenuhi maka then akan otomatis. Ada flowchartnya untuk setiap hal. Pengetahuan semua itu adalah milik-Nya dan apapun yang terjadi pada setiap manusia selalu dalam pengetahuan-Nya (kehendak-Nya). Disini letaknya peran pentingnya ikhtiar dan kesabaran untuk memahami kaidah atau aturan itu, karena kaidah itu tidak pernah berubah. Ingat Sunatullah tidak berubah. Kesabaran diperlukan untuk mendalami hal itu manakala berikhtiar sehingga kita akan memaknai hakikat suatu HAL / haqqul yakin setelah melakukan trial dan error. Supaya errornya semakin kecil, langkah awal adalah memulai segala hal dengan berpikir positif dan melakukan apa yang disampaikan Mas Haniifa sbb :
    ‘Kerjakan yang diperintahkan Allah dan RasulNya.
    Tinggalkan yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.’
    sebagai suatu guidance dalam penjelajahan kaidah Spiritual, dan pertimbangkan juga kaidah Alam.
    Kalau sudah tahu bata lebih keras dari kepala, mengapa masih nekat pekerja bangunan tidak pakai helm safety.
    Insya Allah kita senantiasa akan dituntun oleh Nya, biarkanlah Allah yang menyempurnakan jiwa kita. Berserahlah. Sehingga yang awalnya kita Islam akan bergerak menuju Islam yang berkeyakinan /mukmin.

    -salam-

    Suka

  13. Laporan said

    Kalau berpegang pada premis, bahwa “semua sudah kehendak Tuhan”, lantas kenapa kita pikirin Tuhan, toh manusia tidak berhak menentukan.

    Kalau berpegang pada premis bahwa “semua itu rahasia Tuhan”, lantas kenapa kita harus peduli, toh manusia tidak berhak untuk tahu.

    Mungkin begitu ya mas. Jadi kita harus paham kalau urusan dengan Tuhan adalah berkaitan dengan keyakinan. Sulit untuk dilogika. Frame keyakinan adalah dogmatis, sedangkan frame logika adalah reasioning akal.

    Tinggal bagaimana memanajemen, kita sembahyang kan bawa kitab suci, kalau bawa ijasah ya lucu. Sebaliknya nglamar kerjaan bawa kitab suci kan makin lucu tuh mas. hehehe.

    Jadi dua-duanya sama penting. Kalau ingin sukses di dunia dan di akherat ya harus olah keyakinan sekaligus olah akal.

    Wah, jadi ngelantur, saya senang baca artikel2nya. Salam kenal.

    Suka

  14. Indra said

    Assalamualaikum Wr Wb.

    “Ya iyalah…” masa Ya iya dong he…
    Dah lama nih baru mampir lagi. Alhamdulillah menjadi suatu yang sangat positif topik2nya, mudah2an saya bisa membedakan mana kehendak-Nya dan mana kehendak saya pribadi. Amin
    Wasalam.

    Suka

  15. smpputri said

    Assalamualaikum

    Yang disebut sebagai Tuhan (Allah SWT) tentu diyakini sebagai Maha Pencipta (Al Khaliq)kan? tak ada yang luput dari pengawasanNya. Masuk akalkah bila Yang Mengetahui sistem seluruhnya menyuruh apa yang diciptakanNya keluar dari sistem yang Dia buat? Lha kalau dari wahyu yang jelas sumber utama kita manusia memperoleh informasi tentang Dia menyatakan dengan jelas siapa Dia sebenarnya dan kita sebagai element sistem di hukumi islam (berserah, diselamatkan) apakah aneh bila kita mengatakan semua atas kehendak-Nya?

    Suka

  16. Assalamu alaikum…wr…wb…. all
    kalau semua hal ini kehendak kita….
    nggak mungkin kita mengatur sang pencipta…
    Kalau semuanya kehendak yang maha kuasa….
    memang ALLAH yaf’alu ma yasa’

    Pertanyaannya tetap aja yang maha tahu cuma ALLAH..
    tapi kebanyakan manusia merasa sudah mengetahuinya….bahkan sudah ada yang memvonis bahwa itu lah kehendaknya.ada yang merasa takdir miskin akan tetap miskin selamanya,…
    apa bedanya dia sudah mengakui yang maha mengetahui(ALLAH) dengan ALLAH yang maha mengetahui…padahal hanya ALLAH yang maha mengetahui…bukankah itu termasuk sirik…eit kok di ulang lagi,,,
    Sedangkan kalau kita bisa memilih …berarti….ALLAH tak mengetahui pilihan hambanya tersebut sebelum dijatuhkan pilihan…Padahal apapun pilihannya,ALLAH mengetahui sebelum dan sesudahnya,termasuk seseorang masuk neraka….sedangkan di Alqur’an ,,Contoh…ALLAH sudah menjamin Iblis masuk neraka
    Wassalam

    Suka

  17. aburahat said

    Kelihatannya banyak dari komentator menafi’kan hak kita utk memilih. Saya ingin anda2 mengomentari ayat2 tsb dibawah ini (saya serahkan anda2 buka Alqur’an dan teliti) mungkin saja saya salah menafsir :
    1. MEROBAH NASIB :Surah Al-Ra’d 11 dan Al-Ma’idah 13
    2. MEMILIH : Surah Al-Jin berbunyi:
    14. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Surah Yusuf 54 dan Al-Baqarah 267. Wasalam

    Suka

  18. truthseeker said

    @Faubell Berkata:
    Juni 12, 2008 pada 12:39 pm

    SETUJU BANGET..

    Suka

  19. aburahat…
    memilih iya berkehendak bukan…itu manusia
    apapun pilihannya adalah kehendak ALLAH
    kalau ALLAH tak mengetahui kehendak makhluknya…wach lemah tuch

    kalau ingin pilihan baik….maka mintaklah padanya…maka ditunjukinnya jalan sebelum jatuh pilihan.

    Memang ALLAH takkan merubah nasib suatu kaum….
    Garis bawah ….ALLAH takkan merubah nasib suatu kaum

    Sehingga mereka lah kaum tersebut merubah apa pada diri mereka//..

    Point 1 : ALLAH takkan merubah
    Point 2 : Karena point 1 tak diketahui…atau nasib suatu kaum itu tak diketahui…yach kalau ingin tahu juga…
    silahkan mencari tahu….hari esok sekarang juga dengan modal/usaha/teknik di hari ini….maka esok akan diketahui…nasib nya…
    itu kalau mau,….maka yughoiyiru…ubahlah tekhinik hari ini ..kalau dikasih nilai 3..maka berusahalah untuk mecapai nilai 4,5,6,7..dst …
    Ternyata…kita kira kita lah yang mengubah,,..padahal ALLAH sudah tetapkan…karena tak mungkin kita melawan atau bertolak belakang dari kehendaknya…tidak mungkin ALLAH lemah..
    yang penting kita jangan sok jadi tahu…akan apa kehendak ALLAH dan telah memutuskan inilah takdir kita…padahal kita sama sekali tak mengetahuinya…kecuali takdir yang telah diberitahukannya(contoh hari kemaren)…karena suatu saat..di dunia ini takdir kita akan berhenti…maka jalani lah dengan melaksanakan perintahNYA tentu juga meninggalkan laranganNYA.
    wasaalam

    Suka

  20. D2MQ said

    Assalamu ‘alaikum wr. wb.

    Mengenai pembahasan takdir (Qodho dan Qadar), merupakan 1 dari lebih 70cabang iman yang bisa di bilang “paling rumit” pemahamannya (relative).
    Pembahasannya memerlukan orang ahli filsafat islam khususnya mengenai Tauhid untuk memaparkannya. Akan tetapi bukan dari golongan Jabariyah maupun bukan golongan muthazilah. Sepemahaman saya, pemahaman dan keyakinan akan takdir, pada saat ilmu kita tidak mumpuni untuk memikirkannya, saya lebih memilih untuk menerima dan menjalani Taklif-Nya, menjalanai Takdir-Nya dan berserah diri kepada-Nya dari apa yang diberikan kepada kita.
    Mengenai keyakikan (faith) saya akan kehendak Allah (seperti yang saya tulis di subyek yang lain) bahwa saya tetap berkeyakinan bahwa semua yang terjadi kepada kita dan di alam bumi ini adalah kehendak Allah SWT semata. Dia lah yang maha Tahu akan “mengapa” terjadi sesuatu. Semata-mata untuk menunjukkan kekuasaan-Nya dan.
    Setahu saya dalam Ar’ad 11, terjemahan ada kata sisipan (kata-kata…: “nasib”) merupakan penafsiran dari salah satu ahli tafsir, jadi pengertian dasarnya adalah Allah tidak akan merubah suatu kaum dst…… (maksudnya merubah kaum (all in??))
    Dalam hal Hak prerogratif Allah SWT untuk menentukan takdir seseorang merupakan benar-benar hak Allah yang dinamis sesuai dengan kehendak-Nya yang walau sebelum kita lahir, kita sudah ditentukan di dalam kitab ketetapan (lihat surat Ar-Rad 39: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)) Allah bisa mengganti suatu ketetapan sesuai dengan kehendak-Nya.
    Mengenai saran yang penting kita melaksanakan kewajiban dan menjauhi perintah-Nya, itu lah intinya. Jadi pemahaman saya adalah:
    ada perintah, ada larangan dan Allah menunjukkan sebab akibat (qadar) dari semuanya. Misal Kalau kita melanggar dan atas izin Allah juga pelanggaran itu terjadi, maka akibat yang telah digambarkan oleh Allah, akan ditimpakan kepada kita (sesuai janji Allah)… Dan Allah Maha tahu mana yang sebaiknya di putuskan untuk Kita..
    Demikian pemahaman saya… semoga berguna
    Wallahu ‘Alam
    kebenaran hanya datang dari Allah SWT
    WAssalam
    D2MQ

    Suka

  21. haniifa said

    Assalamu ‘alaikum,
    Terimakasih mas @D2MQ, atas uraian yang panjang tapi sangat mencerahkan !!
    Acapkali saya sering berfikir mengenai firman Allah dalam surah Ar Rahmaan yaitu mengenai “Maka nikmat Tuhan kamu (baca: Rabbikumaa) yang manakah yang kamu dustakan ? ”
    Begitu tegas, jelas dan diulang-ulang sama persis sebanyak 31 kali…
    Seolah-olah sangat-sangat begitu pentingnya kita semua, bahwa sudah selayaknya bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, Apapun itu bentuknya !!!

    Jadi lebih memaknai firman Allah dalam surah Al Israa’ 110 :
    Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” [QS 17:110]

    Ternyata ada rahasia tersendiri dalam penamaan surah dalam Al Qur’an (baca: Ar Rahmaan).

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  22. faubell said

    @haniifa
    Assalamu ‘alaikum,

    Surah Ar Rahmaan mengajari kita untuk bersyukur terlebih dahulu terhadap 31 nikmat anugerah dari-Nya yang diberikan kepada setiap makhluknya tanpa pilih kasih sebagai jalan untuk memperoleh nikmat yang lain dari Ar Rahim yang Maha Teliti. Nikmat itu sekaligus hijab bagi diri mengingat manusia memiliki kecenderungan menggunakan komponen langit (RASA) dan komponen bumi (PIKIRAN) hanya untuk memenuhi hawanafsu melalui 9 pintu yang ada di tubuhnya karena adanya pusaran di WUDELnya sebagai representasi numerik 69. Sehingga Allah mengingatkan kepada Muhammad saw supaya Iqra bismi rabbika [QS 96:1]…agar mengendalikan 9 pintu itu menuju penyempurnaan 6 komponen bumi dan langit.
    Langkah nyata bersyukur adalah pengendalian diri, pengendalian diri dilakukan melalui PUASA.
    Berdasarkan hal ini, maka saya meyakini bahwa nantinya bulan/satelit Planet Uranus akan berjumlah 31 buah, sekarang yg baru ketemu adalah 27 buah. Planet Uranus berotasi dari timur ke barat, bersesuaian dengan rotasi Venus, Sang Penjaga perempuan sebagai representasi HAWA dalam QALB manusia.Nafs Diri kita sendiri yg direpresentasikan sbg planet bumi berotasi dari barat ke timur.Sehingga manakala memasuki atmosfir Venus akan terbelalak karena matahari terbit di barat. Supaya tidak terbelalak makanya kendalikan diri…
    Waspadalah…
    Tanya kenapa?
    Wassalam

    Suka

  23. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Dari semua postingan yang diatas, kelihatannya juga menyentuh lingkupan Takdir & Kehendak dan kebebasan memilih.
    Apakah kita manusia bebas berkehendak?. Bebas memilih?. Apakah Allah akan tetap ngotot dengan takdirnya?. Apakah takdir Allah tidak dapat “dirobah”?.

    Bagi saya pribadi, dalam mengahrungi kehidupan kita didunia ini tak obahnya seseorang yang mengenderai sebuah kenderaan yang tujuannya adalah alam kehidupan kekal yang disana ada dua tempat pemberhentian, Sorga dan Neraka.
    Kenderaan kita dilengkapi oleh Allah , sekurang-kurangnya dengan tiga macam perangkat vital.
    Aqal, Nafsu dan kalbu/hati nurani.
    Ibaratnya aqal adalah kemudinya, nafsu adalah motor penggeraknya sementara kalbu adalah kompasnya.
    Jalan yang dilalui tidak mudah. Penuh lika-liku, bukit dan gunung yang terjal, jurang yang dalam, pendakian dan penurunan dikiri kanan,onak dan duri, belum lagi binatang buas semerata jalan.
    Supaya tidak sesat, Allah kirim beberapa pelatih dan montir yang dibekali dengan buku petunjuk sesuai dengan zamannya.
    Semua perangkat sudah ada. Tergantung kita untuk bertindak. Tergantung kita untuk memilih jalan. Bebas sebebasnya tetapi dengan konsekwensi.
    Apakah tujuan kita nantinya berakhir di Sorga atau di Neraka, itu adalah pilihan kita. Allah hanya menyampaikan kehendak kita.
    Kehendak Allah sudah jelas. Kalau kamu mengambil jalan ini, kamu akan kesini. Kalau kamu mengambil jalan itu, kamu akan kesitu. Jelas sejelas-jelasnya. Pengguna kenderaan saja yang kadang-kadang suka bandel. Tidak mau mengikuti arahan pelatih, tidak mau mengikuti saran montir. Malah tidak mau juga membuka buku petunjuk. Maunya jalan sendiri.
    Jadi, kalau nanti kita diceburkan ke Neraka, itu adalah salah kita. Kalau nanti kita dimasukkan ke Sorga itu juga karena kepatuhan kita mengikuti semua arahan pelatih dan petunjuk montir serta rajinnya kita membuka buku petunjuk dan manual yang diberikan. Sehingga kita bisa mnggunakan perangkat yang dilengakan kepada kenderaan kita dengan tepat dan semestinya.
    Wallahua’lam bishshowab,
    Wassalam,

    Suka

  24. haniifa said

    Waspadalah…
    Tanya kenapa? 😀

    __________________
    Assalamu ‘alaikum,
    Hukum kesetaraan menurut mas Albert Einstein adalah :
    1. Reaksi Fusi := Penggabungan
    2. Reaksi Fisi := Pelepasan
    Jadi dengan kata lain Kesetaraan itu sendiri bisa dikatakan operasi – (minus) atau + (plus).
    Allah menurunkan Al Qur’an pada Nabi Muhmmad s.a.w, sekitar 13 abad sebelum kelahiran mas Albert.
    Didalam perspetif yang lain surah Al Israa’ 110 menyatakan hukum kesetaraan tersebet (baca: Ismu Allah setara dengan Ismu Ar-Rahman)
    Sehingga…..
    1. Reaksi fusi adalah 2 – 1 :=
    1 (satu)
    (Serulah Allah saja, atau serulah Ar-Rahman saja)
    2. Reaksi fisi adalah 2 + 1 := 3 (tiga)
    (Jika kita menyeru 3 dari 99 al asmaaulhusna, pada dasarnya sama saja menyeru Allah, sesuai no:1)

    Didalam Al Qur’an ada nama Surah Ar-Rahman oleh karena itu harus mengitkuti hukum kesetaraan, dan didalamnya berisi peringatan akan nikmat Rabbikumaa sejumlah 31, atau dengan kata lain menggunakan 31 kali asmaaulhusna yang sama.
    Maka:
    Reaksi fusi:
    x := 31 – 1
    x := 30
    (Bukankah ibadah puasa biasanya 30 hari ?!, dan pada saat umat muslim melaksanakan ibadah tersebut suhu badanya meningkat !!)
    Nah… sekarang bagaimana korelasi reaksi fusi tersebut diatas.
    Coba simak asmaaulhusna pada Ar-Rahmaan tersebut yaitu bersyukur kepada Rabbikumaa… setara bersyukur kepada Ar-Rahmaan…setara bersyukur kepada Allah. (baca: 3 Asmaaulhusna)
    Reaksi Fisi:
    y := 30 + 3
    y := 33
    (Bukankah ba’da ibadah Shalat 29/30 hari dalam hitungan Qomariah, selalu membaca wirid 33 kali !!)

    Sehingga Allah mengingatkan kepada Muhammad saw supaya Iqra bismi rabbika [QS 96:1]
    Saya verifikasi :
    Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama “Iqra bismi rabbika” …. ini berarti berlaku kesetaraan fusi.
    Sehingga :
    ? := 99 (jumlah Asmaaulhusna) – 3
    ? := 96

    Bukti 1 : Bahwa Allah menghendaki wahyu pertamakaslinya diletakan pada Al Qur’an ke 96 yaitu surah Al ‘Alaq.

    Al Ahad juga merupakan Asmaaulhusna, maka akan berlaku juga hukum kesetaraan fusi, jika kita membuka kitab Al Qur’an dari arah kanan, maka surah ke tiga adalah Al Ikhlash (QS 112)
    Sehingga :
    Kepada siapa seluruh peribadahan selayaknya Hanya kepada Allah semata

    Wassalam, Haniifa.

    Nb: Percayakah mas faubell, kalau pada reaksi Terma Nuclear Matahari ada reaksi fusi dan fisi secara bersamaan ??
    atau…
    Layakkah kita menganggap Nabi Ibrahim a.s pada saat mempelajari matahari ?! musyik doeloe dikit
    lalu…
    Bagaimana kalau menurut pemahaman saya :
    WUDELnya sebagai representasi numerik 69 adalah 99 – 30

    Suka

  25. […] 1. Cerita si “Bleki”… 2. Teori pendukung 2 Possibly related posts: (automatically generated)Secangkir kopi buat schizophreniaIbadah Shalat kok […]

    Suka

  26. haniifa said

    Assalamu ‘alaikum,
    @mas Faubell
    Hipotesis:= Termo Nuclear Matahari ada reaksi fusi dan fisi secara bersamaan.
    Bahwa proses termo nuclear pada matahari adalah selain pelepasan energi (baca: cahaya) sekaligus membentuk materi yang lebih stabil.
    Jujur saja saya hanya berpedoman pada:
    Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama dari Allah, “Iqra bismi Rabbika” atau dalam terjemaah bebas menurut versi saya adalah Rasulullah ini menerima wahyu dari Allah, sekaligus memberi tahu bahwa pencipta tatasurya adalah Allah (baca: Matahari & planet2).

    Sehingga :
    ? := 99 (jumlah Asmaaulhusna) – 3
    ? := 96

    Keterangan :
    Tanda minus (-) representasi reaksi “FUSI”.
    Angka tiga (3) representasi reaksi “FISI”.
    Tanda tanya (?) representasi materi stabil yang terbentuk.

    Dan ini diperkuat turunnya wahyu tentang; Imamnya Manusia/Bapaknya para Rasul -pembawa Kitabullah- yaitu Nabi Ibrahim a.s, dan dengan “milata ibrahim” inilah menjadi titik dasar ilmu pengetahuan modern saat ini.

    Salam Hangat, Haniifa.

    Suka

  27. faubell said

    Assalamu ‘alaikum,
    @Mas Haniifa

    Terimakasih atas penjelasan tentang konsep fusi dan fusi yang menarik. Kestabilan hanya bisa dicapai dengan zero processing. Mengenai metode pemahaman yang Mas Haniifa terima itu adalah wewenangnya Allah, kita hanya wajib mensyukurinya. Uniknya, pemahaman saya juga berangkat dari QS 96:1, awalnya saya kesulitan memulai dalam menggali makna2 AQ. Pelan2 coba runut dari wahyu yang pertama itu dan Juegerrr…Alhamdullilah kerangka berfikir mulai jelas alurnya.

    Haniifa :
    “Dan ini diperkuat turunnya wahyu tentang; Imamnya Manusia/Bapaknya para Rasul -pembawa Kitabullah- yaitu Nabi Ibrahim a.s, dan dengan “milata ibrahim” inilah menjadi titik dasar ilmu pengetahuan modern saat ini. ”

    Saya setuju dengan hal tersebut.

    Mengenai tata surya kita, itu memang unik. Saya memahaminya sebagai perumpamaan struktur RUKUN ISLAM yang ditampilkan Allah.

    Berkaitan dengan tata surya tersebut, seharusnya Mas Haniifa sudah bisa menjelaskan pertanyaan seputar Adakah Makhluk Berakal di Luar Bumi?.

    Salam Hangat.

    Suka

  28. haniifa said

    Assalamu ‘alaikum,
    Alhamdullilah…
    @Mas Faubell
    Saya merasa bersyukur jika kerangka berfikir mas, mulai jelas alurnya dan Insya Allah, yang dimaksud adalah “Iqra bismi Rabbika”.
    Hal lain, mengenai konsep tatasurya yang berkorelasi dengan perumpamaan struktur “RUKUN ISLAM”… Saya juga memahaminya demikian, hanya mungkin jalan pemhamannya yang berbeda. (No problemo khan).

    Lalu… pertanyaan berikut :
    ____________________________
    Berkaitan dengan tata surya tersebut, seharusnya Mas Haniifa sudah bisa menjelaskan pertanyaan seputar Adakah Makhluk Berakal di Luar Bumi?.
    Secara explisit rasanya sudah saya beri gambaran, silahkan mas baca komentar saya di:

    Adakah Mahluk Berakal di Luar Bumi? -2


    Pertanyaan yang mungkin timbul adalah Mengapa saya menjelaskannya samar-samar !!
    Alasannya adalah….
    1. “Iqra bismi Rabbika” := Sangat jelas object yang perlu difahaminya hanya satu yaitu Allah semata.
    2. “min nafsin wahidatin” := Object yang perlu difahaminya bisa tunggal atau jamak.

    Coba kita simak, sepotong kalimat ini ?! (Bhs. Indonesia 😀 )
    x… “di kaki meja” …y
    Kalau saya seehh… fahami dulu x dan y, Insya Allah akan terpahami makna apa yang tersirat pada tulisan : “di kaki meja”.
    Sebab:
    “di” := bisa menunjukan lokasi
    “kaki” := bisa kaki orang, kaki ayam, kaki kambing… 😉
    “meja” := bisa meja tulis, meja tamu, meja kantor… 😉
    atau….
    “di kaki meja” := maksudnya lokasi “kaki meja” (baca: meja yang mempunyai kaki-kaki sebagai tiang penyangga)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  29. ramboz said

    halo,

    berfikirnya yg sederhana saja,

    kalau Allah adalah Khalik, selain Allah adalah hamba,

    apapun kehendak dan rencana nya, setiap manusia toh punya rasa sendiri untuk berjujur kepada dirinya dalam setiap kehendak Allah, ia menempatkan dirinya sebagai hamba atau bukan,

    jika hamba = surga
    jika bukan = neraka (apalagi kalau merasa sebagai tuhan)= jahim

    kehendak dan rencana hanyalah ujian keadaan bagi manusia, sederhana kejadian adalah, banyak orang soleh selagi serba kekurangan, namun begitu diberi banyak kelebiha langsung saja menjadi orang yang salah,

    kehendak manusia atas dukungan kedua syahwatnya VS kehendak Allah mana yang lebih dominan?.

    alam semesta hanyalah tolok ukur bagi akal, jika alam semesta tidak menjadikan akal manusia kembali ke kehambaanya maka ia adalah golongan yang failed,

    jika ilmu Allah tidak mengingatkan kepada dibuat dari apa dia sebenarnya, lalu diberi(ditiupkan) ruh oleh siapa maka failed juga.

    Suka

  30. haniifa said

    Olah… 😀

    banyak orang soleh selagi serba kekurangan, namun begitu diberi banyak kelebihan langsung saja menjadi orang yang salah,

    serba kekurangan ?! kurang ajar, kurang asem, kurang shalat, kurang zakat…
    banyak kelebihan ?! lebih,baik, lebih pinter, lebih beriman, lebih taqwa…

    Olah gil”?” … eh.. salah olah lag”i” 😀
    (he.he.he. tanya tukang sql)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  31. ramboz said

    halo,

    segala sesuatu memang punya 2 sisi, tergantung bagaimana kita menanggapinya,

    iblis saja masih punya banyak sisi,

    yang hanya punya 1 sisi hanya Allah saja, yaitu sisi baik.

    Suka

  32. ramboz said

    halo lagi,

    7-155 Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan tobat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: “Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya”.

    Allah maha tahu, tahu yg mana hambanya (termasuk yg kurang akal) dan yang mana yang bukan.

    Suka

  33. haniifa said

    Aneeh… saya bisa ngakali komentar mu kok !!
    Siapa yang kurang akal he.he.he. 😀

    lagila, olah.

    Suka

  34. truthseeker said

    @Ramboz

    Thx utk penjelasan yg mencerahkan.
    Mohon penjelasan selanjutnya:

    kehendak manusia atas dukungan kedua syahwatnya VS kehendak Allah mana yang lebih dominan?.

    Dimanakah kehendak iblis berada/peran?

    alam semesta hanyalah tolok ukur bagi akal, jika alam semesta tidak menjadikan akal manusia kembali ke kehambaanya maka ia adalah golongan yang failed,

    Kalimat kedua sangat jelas namun kalimat pertama, bhw alam semesta hanyalah tolok ukur (setuju) tp bgm dihubungkan dg kalimat kedua mohon penjelasan lanjutnya.

    Salam

    Suka

  35. haniifa said

    Astaghfirullah hal Adzim…

    Assalamu ‘alaikum,
    @All
    Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman AQ Al Muddatsir 30-31:
    [QS 74:30] Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).
    [QS 74:30] Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

    Sangat jelas sekali Allah subhanahu wa ta’ala, memperingatkan bahwa dengan perumpamaan tersebut.

    Coba simak tulisan ini :

    This prophecy has come to pass on July 21 1969. Let us write those numbers down in the format used by almost all countries : 21 / 07 /1969.
    We get 21071969 and 21071969 = 19 x 1109051
    It is interesting to note that the american date of landing is coded. The lunar module landed on July 20 : 7 / 20 1969.
    Indeed : 7201969 = 379051 X 19.

    54: 1 EDT) when the lunar module left the moon carrying 21 kilograms of lunar rocks.

    Let us add the Sura number (54), the verse number (1), the day (21), the month (07) and the year (1969); we get:

    54 + 1 + 21 + 7 +1969 = 2052 or 19 x 108.

    There are 4845 verses, from the beginning of the Qu’ran to verse [54:1] and
    4845 = 19 x 255.

    Subhanallah…
    Ternyata terbukti dengan beberapa kali pesawat ulang-alik yang lebih canggih dari “Apollo” ternyata teknologi Mamot-Bule MELEDAK dengan sempurna.

    Pertanyaan besar := Apalagi ke Bulan ?! 😛

    Pesan yang ingin saya sampaikan adalah… “Janganlah gentar dengan taburan-taburan ayat AQ ataupun Hadits…tapi ujilah nilai-nilai yang benar-benar betul, menurut aqal dan fikiran sendiri jika tidak merasa mampu… “Lupakan saja”>.

    Jika benar datangnya dari Allah semata, jika salah semoga Allah memberikan kefahaman kepada kita semua, Amin.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  36. haniifa said

    he.he.he. 😉
    Sehubungan dengan komentar diatas (no:35), justru saya teringat tulisan Adolf Hittler dalam salah satu biografinya berkata : “Kalau mau berbohong, buatlah suatu kebohongan yang besar seperti kebohonganku tentang perintah dari sensor

    Salah satu buktinya adalah, bagaimana beliau terbirit-birit lari ketakutan menyelamatkan nyawanya sendiri, saat pertama kali partai Nazi (baca: waktu itu masih partai gurem) dihadang pemerintah yang syah. 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  37. haniifa said

    Assalamu ‘alaikum,
    @All
    Mungkin rekan-rekan bertanya atas dasar apa saya meyakini kemungkinan kebenaran ucapan Adolf Hittler “Kalau mau berbohong, buatlah suatu kebohongan yang besar seperti kebohonganku tentang perintah dari Xxxxx (baca: Ahli Kitab)”

    Tentu berimplikasi dengan kebohongan-kebohongan Kebo Bule plush Bule Kebo.

    Berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala :
    _______________________________________________
    [QS 17:4] Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
    [QS 17:4] Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

    Adolf Hitler := mahluq hamba Allah (baca: hanya Allah yang Maha Menciptakan)

    Apakah dia jelmaan Iblis ?! Wallahu’alam.

    *** Rokok Bako warning 😛 ***
    Semoga kita semua dapat terbuka dengan kebohongan-kebohongan yang lebih kecil dari Adolf Hitler.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  38. haniifa said

    Weleh… weleh… nduk-nduk plush mas-mas, nyang keblinger kebenaran 8) 8) 8)

    Options Explisit
    (komen diatas)

    Charles Darwin := mahluq hamba Allah (baca: hanya Allah yang Maha Menciptakan)

    Apakah “Charles Darwin” jelmaan Iblis ?! Wallahu’alam.
    (baca: keturunan Iblis := derivat-nya…. setan)

    Yang jelas derivasinya adalah := Teori “Charles Darwin”

    Silahkeun nyang mau ngenyel-ngenyelan… monggo wae karepmu !! 😛

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  39. haniifa said

    ha.ha.ha. 😀
    Jadi laki-laki kok, minta parlindunga cewe…
    eta mah nyalindung ka gelung atuh kang ?! 😀

    SalahBenarSalah, Percarian tak henti-henti.

    Suka

  40. ramboz said

    halo,

    7-22 maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

    dari sejak awal iblis lalu keturunannya menggoda dari syahwat.

    Suka

  41. ramboz said

    halo lagi,

    mempelajari ‘kenapa’ Allah menciptakan alam semesta, dan mengingat Allah membuat dirinya dari apa, kiranya akan lebih mendekatkan ketundukan kepada kehendak Allah, apapun itu, baik jadi bersyukur, kurang baik menjadi tawakal,

    Suka

  42. haniifa said

    @Saudari Ramboz
    Hati-hati saudari :
    mempelajari ‘kenapa’ Allah menciptakan alam semesta, dan mengingat Allah membuat dirinya dari apa

    Masya Allah La hawla wa la quata ila billaah
    Allah subhanahu wa ta’ala adalah Qiyamuhu bi Nafsihi (berdiri sendiri)

    Akal dan fikiran saudari sudah melampaui batas, silahkan kalau saudari berkenan… sekali saja membaca tulisan saya.

    Bagaimana membayangkan “keberadaanNya”

    Ampunilah kami… Yaa Allah
    Jika kami lalai dan berlebih-lebihan
    Astaghfirullah hal Adzim…
    Astaghfirullah hal Adzim…
    Astaghfirullah hal Adzim…
    Wa Allahu ghafur rahim, Amin.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  43. haniifa said

    @Saudara Truthseeker
    Jika saudara jantan… kenapa tidak langsung adu argumen !!!

    Suka

  44. ramboz said

    halo,

    jangan ada debat kusir dong, kasian kan kudanya ngga ngerti,

    diskusi santai saja,

    sudah kehendakNya yang benar itu golongan yang sedikit,

    Suka

  45. haniifa said

    ha.ha.ha. 😀
    Pakai nalar tock… tanya dunk ahli-nyah.
    Pakai Al Qur’an tock… mana dunk hadist-nyah.
    Pakaia Al Qur’an plush Hadits… gimana relasi-nyah.

    Klik := Taktektok, Sepatu Kuda. 😀

    Suka

  46. truthseeker said

    @Haniifa

    Jika saudara jantan… kenapa tidak langsung adu argumen !!!

    Maaf saya tdk mengerti mksd mas Haniifa. Something wrong with my comment? If so i apology…

    Suka

  47. haniifa said

    @Mas Truthseeker
    Nggak begitu seeh, saya menyimak komen No:34 memang suatu hal yang wajar… namun disisi lain,jujur saja saya melihat mba Ramboz sudah melewati batas dengan argumen-argumen yang dikotomis, sehingga dengan segala upaya saya hendak menghentikan diskusi. (tentu menimbulkan conflict of interest 😉 )
    Mas bisa lihat-lihat kembali, dari mulai cara kata-kata “halus” sampai dengan “sarkas” saya pergunakan… maksudnya bukan hendak mempermalukan beliau, akan tetapi mba-nya lupa bahwa ini dibaca khalayak ramai dan dari berbagai lapisan masyarakat.
    (Insya Allah, saya yakin mba-nya muslim yang taat…)

    @Mas Truthseeker
    Insya Allah, saya mengerti yang dimaksud dengan komen 40-41 namun dengan sengaja saya meng-counter balik dengan :
    Hati-hati saudari :
    mempelajari ‘kenapa’ Allah menciptakan alam semesta, dan mengingat Allah membuat dirinya dari apa

    Masya Allah La hawla wa la quata ila billaah
    Allah subhanahu wa ta’ala adalah Qiyamuhu bi Nafsihi (berdiri sendiri)

    ————————
    Jujur saja saya khawatir ada yang memahami “dirinya” berbeda dengan yang dimaksud beliau, walaupun “nya” dengan menggunakan huruf kecil.

    Kalau tidak salah, yang saya tangkap adalah Nabi Adam a.s, tetapi seperti mas lihat sendiri dalam komen 40-41 ada beberapa “object” dan tidak jelas mana yang menjadi inti bahasan.
    (Contoh lain mengenai pembicaraan jin direlasikan ke Nabi Adam a.s)
    Saya yakin mas orangnya terbuka dan gentle… tantangan sepertinya kepada mas Truthseeker, padahal dibalik itu hanya sebagai isyarat bahwa siapapun akan saya hadapi. Dan Alhamdulillah… mas memahami apa yang tersirat.

    Dengan rendah hati, saya HANIIFA mohon maaf sebesar-besarnya jika komentar itu mengganggu perasaan mas Truthseeker.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  48. truthseeker said

    @Haniifa

    Mas Haniifa sejak awal saya sudah sampaikan bahwa kemungkinan saya yg salah, krn saya tdk selamanya bisa menyimak semua detil tulisan yg ada. Jadi saya secara sungguh2 meminta maaf, tidak perlu haniifa yg minta maaf.. 🙂
    Saya coba baca lagi semua commentdr no. 34 sampai terakhir. Rupanya mmg ada tulisan dr Ramboz (no.41) yg bisa menjadikan salah paham:

    mempelajari ‘kenapa’ Allah menciptakan alam semesta, dan mengingat Allah membuat dirinya dari apa, kiranya akan lebih mendekatkan ketundukan kepada kehendak Allah, apapun itu, baik jadi bersyukur, kurang baik menjadi tawakal,

    Saya bisa mengerti “kegeraman” mas Haniifa (sayangnya saya sptnya biasa2 saja menerimanya), saya mengartikan tulisan ramboz tsb, kata ganti dirinya itu adalah:”…mengingat Allah membuat diri kita dari apa,…” Jadi kata ganti dirinya bukanlah kata ganti utk Tuhan.
    Saya ajukan lagi permohonan maaf saya atas kelalaian saya dlm menyikapi kegeraman mas Haniifa.

    Wassalam

    @
    Mas Truthseeker, pernyataan yang dikutip ini, terus terang buat saya menimbulkan kengerian dan kekhawatiran. Kalau kita membaca beberapa hal mengenai pengingkaran yang dikisahkan, maka pertanyaan (atau pernyataan ini) adalah salah satu yang menjadi puncak pengingkaran manusia sekaligus kesombongan manusia (dalam pembahasan lama, ini adalah salah satu ungkapan dari puncak pengingkaran iblis) kepada Sang Maha Pencipta. Namun, saya menangkap pula — boleh jadi — maksudnya tidak seekstrim ini (sayang buat saya, beliau tidak meralat atau memperbaikinya) namun keterbatasan kalimat dan runtutan mungkin jadi sangat aneh kalimat ini. Saya terus terang ingin membuangnya, namun juga dalam konteks belajar untuk memahami dan beriman, pembahasan seperti ini seyogyanya tidak kita bahas karena ini adalah buah pikiran yang sangat potensial menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Pembahasan serupa yang mengingatkan hal ini dalam beberapa bahasan mungkin perlu agar yang diciptakan menyadari posisinya dengan sebenar-benarnya sehingga bisikan yang tidak pada tempatnya dapat kita hindari. Justru karena kita beriman, justru karena kita berakal, dan justru karena itu kita berusaha untuk bertakwa…. astagfirullah.

    Suka

  49. haniifa said

    @Mas Truthseeker
    Tidak ada yang lalai dan tidak ada yang dipersalahkan, karena pada hakekatnya kita semua dalam keadaan “Saling mengasah, saling mengasuh dan saling mengasihi”

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  50. truthseeker said

    @Agor

    Jika mas Agor cermati semua tulisan Ramboz maka mas Agor akan yakin seyakinnya bhw tidak mgkn Ramboz bermaksud spt yg salah paham yg sdh terjadi, krn:

    1. Dari segi tata bahasa tidak mungkin kata ganti “nya” diperuntukkan kpd Allah krn kalimat selanjutnya adalah menyatakan semuanya akan meningkatkan ketundukan kpd Allah.
    2. Pernyataan2 Ramboz selalu menunjukkan kehambaannya.
    3. Tidak ada satupun kalimat/pernyataan Ramboz yg nyeleneh (except kalimat tsb yg disalah mengerti).

    Jadi saya melihat lebih “baik” kita menafsirkan kalimat itu adalah: “Allah membuat dirinya (manusia) dr apa?” krn dg mengetahui manusia dibuat dr tanah maka akan meningkatkan ketundukan kita kpd Allah.

    Saya setuju dg Agor bhw sebaiknya Ramboz mengklarifikasi statementnya tsb.
    pisss..pisss…pisss… 😛

    Wassalam

    @
    Yap, persis itu juga yang saya pikirkan tentang beliau….

    Suka

  51. ramboz said

    Salam buat mas Agor yang sudah reserve prasangka baik buat saya,,
    Salam buat mas Truth yang sudah berprasangka sangat baik, makasi yah,,
    Salam buat bang Haniffa yang prasangkanya buruk, tapi koreksi yang jitu, makasi juga yah,,

    wah tadinya mau istirahat komen 1 bulan neh, malah sudah di timestamp sama bang Haniifa 🙂
    tapi ini kan bukan komen yah?, ini klarifikasi,,

    tentu saja maksudnya adalah sesuai dengan perintah di firman2 yang menyuruh kita sadar dibuat dari apa gitu, nya nya kan kecil, bukan Nya,,

    salah satunya:
    76-2 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

    kan ngga boleh asal membayangkan, apalagi menurut:
    ‘Ketika Tuhan Menjadi Tidak Ada Oleh Prasangkaan?’
    atau
    ‘bagaimana membayangkan keberadaannya’

    tapi kalau maksa juga kan ngga apa2 kan?, biar sesuai sama prasangka buruk bang Haniifa,,

    mengingat Allah yang tiada berawal dan berakhir, yang Maha Mencipta, yang Maha Kuasa, yang Maha Tahu, itu akan mengingatkan kita kepada ketidak tahuan kita, atau malah ketidak boleh tahuan kita,,
    hanya Dia lah, Allah yang Maha Tahu, Maha Mencipta, Maha Kuasa, dari Apa,Mana,Kapan,dan oleh Siapa?

    Allah yang Maha Suci terbebas dari prasangka dan ingatan kita yang maha dangkal,,

    @All Afwan ya,,
    istirahat dulu ah beberapa hari lagi,,

    @ Dik Ramboz..
    😀

    Suka

  52. truthseeker said

    @Ramboz

    Thx for the clarification… :mrgreen:

    BTW, msh ada PR tuhh, pertanyaan2 saya blm tuntas dijawab. Saya betul2 tertarik lhoo. Kalau puasa ngeblog, bgm kl email or YM?
    Ditunggu klarifikasi atas2 pertanyaan2 saya..hehhee..jgn lama2 puasanya yaa..

    Wassalam

    Suka

  53. […] Top Clicks agorsiloku.wordpress.com/…wordpress.com/next- […]

    Suka

  54. haniifa said

    Alhamdulillah…
    Diprasangkai buruk… tapi jadi baik buat orang lain, Amin.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  55. Assalamu’alaikum,
    Terima kasih Mas Ayruel.
    (Dewi Yana)

    Suka

  56. Dono said

    Ass.wr.wb,
    Kalau pendapat saya sih begini:
    Allah S.W.T maha PENGASIH.
    Apapun perbuatan makhlukNya di dunia ini di kasiNYA terkecuali jika Allah menghendaki yg lain.
    jadi bagi kita masih ada harapan untuk menjadi insan yg berakhlak mulia agar dapat menjadi hambaNYA yg disayangiNYA.

    Wassalam,
    Dono.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke haniifa Batalkan balasan