Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Memalukan, Hoax “Islami” Terus Diminati

Posted by agorsiloku pada Mei 26, 2008

Judul postingan ini mengutip forum yang bertajuk sama yang saya dapatkan dari dua site yang kebetulan mempostingkan masalah ini. Kebetulan memang kedua site tersebut juga melink tulisan pendek yang berjudul : Bulan Terbelah, Kita dan Gugel.. Yang saya uraikan (baca : jelaskan) dalam postingan ini hanyalah proses pencarian untuk menjawab pertanyaan : “Apakah foto dan bukti yang disodorkan itu” adalah hoax atau bukan. Bisa saja itu foto yang benar, seperti yang saya komentari pada komentar ke dua yang ditegasi pada beberapa site (sengaja tidak saya link sitenya). Sebuah foto yang benar, namun dikemas dengan citarasa “lain” bisa menjadi hoax. Begitu yang saya pahami.
Menegasi bahwa ada atau tidak ada “bukti”, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah keimanan. Sengaja point ini ditebalkan untuk menghindari persepsi bahwa kalau tidak percaya adanya bukti yang disodorkan bahwa bulan sudah terbelah, seperti yang dirujuk oleh site yang menjelaskan hal ini, sama sekali tidak berarti bahwa tidak percaya pada kalam Ilahi.

Pentingkah “Hoax” Islami.
Lha iya… kalau itu hoax, tapi bagaimana kalau itu benar !. Bukankah bagi Allah semuanya mungkin jika Allah menghendaki. Bahkan seorang rekan maya begitu jengkelnya dengan postingan-postingan saya yang cenderung -menghoaxkan – hal-hal seperti itu dengan menyampaikan catatan pengingat :

sepertinya pak Agor harus menyaksikan pertanda-pertanda kebenaran agama Allah YANG DIPERLIHATKAN MELALUI MAHLUK DAN ALAM INI DENGAN MATA KEPALANYA SENDIRI SETELAH ITU SAYA YAKIN DIA TIDAK AKAN BERANI MENYEBUT HOAX LAGI PADA KEAJAIBAN2 SEPERTI ITU SETELAH ITU BAHKAN MUNGKIN AKAN LANGSUNG SHOLAT TOBAT GARA2 MENDUSTAI KEBENARAN ITU.

Saya cenderung untuk merenungkan saja pesan seperti ini. Namun, kemudian kerap juga bertanya-tanya dalam hati, seberapa besar sih kita melihat keajaiban itu sebagai “pertanda keagungan Allah“. Bagaimanakah sikap kita sebaiknya (Jawabnya cek n ricek, tapi mana sempat !) 😀
Hal-hal seperti ini mendorong mencari jawaban-jawaban lainnya, bagaimanakah seorang yang mengaku beragama Islam melihat/merasakan/membaca ha-hal sejenis ini yang memang pada periode tertentu bisa semakin banyak bertebaran. Dari diskusi dan postingan-postingan, maka saya mencari kembali definisi-definisi yang tersaji dari AQ, Apa yang disebut mukjizat, sifat dan karakteristiknya. Apa yang disebut Ghaib? Bahkan di AQ juga dijelaskan, bahkan Jin sendiri tidaklah mengetahui yang ghaib.

Catatan-catatan definisi yang dijelaskan oleh AQ mengenai keajaiban, ghaib dan berbagai perkara lainnya ini kemudian mereposisi bagaimana kita “seharusnya” melihat/menyikapi keajaiban-keajaiban yang dimunculkan oleh berbagai sebab. Entah datang dari dunia maya atau melihat langsung.

Melalui postingan ini, saya tidak ingin mengatakan memalukan atau sejenisnya, namun saya cenderung untuk menghindari semua informasi yang berkenaan dengan keajaiban. Dunia dan segala ciptaannya, blekhole, bintang, susunan tatasurya saja sudah merupakan “keajaiban” yang tiada celanya yang membuat manusia begitu kecilnya di mata Sang Pencipta. Bahkan lahir menjadi manusia saja atau mengamati bagaimana cacing di selokan bertumpuk-tumpuk dan hidup adalah “keajaiban”.

Iya kalau benar, kalau salah maka ikut serta menjadi penyebar hal-hal yang masih dipertanyakan bukanlah pilihan dalam blog ini.

Wallahu ‘alam.

38 Tanggapan to “Memalukan, Hoax “Islami” Terus Diminati”

  1. Donny Reza said

    Saya juga paling khawatir dengan berita-berita hoax yang dilabeli Islam. Terkait yang Pak Agor bicarakan, saya sih nggak terlalu paham masalahnya. Akan tetapi, entah kenapa, setiap berita hoax yang diyakini memberikan ‘berkah’, ‘mukzijat’, etc, gampang sekali nyebarnya. Bukan cuma yang berlabel islam, itu yang santet via sms saja, kalau boleh ngakak, saya sudah ngakak deket temen-temen saya yang percaya :))

    @
    Benar Mas Donny, masyarakat sosial kita lebih cenderung mudah terpesona pada “keberkahan” bahkan sampai (maaf seribu maaf, kotoran hewan pun diburu untuk mendapatkan berkah 😦 ).

    Suka

  2. MaIDeN said

    Bulan terbelah?

    Saya membayangkan waktu rasulullah membelah bulan tersebut disaksikan oleh beberapa orang ya? berapa puluh? ratus?

    Berapa lama dia melakukan itu.
    Saya membayangkan beliau melakukan gerakan tangan mengisyaratkan memisahkan bulan. Berapa lama kira-kira dia melakukan itu? Berapa banyak orang yang melihat? Berapa orang yang menuliskan kisah itu? Adakah kisah tertulis di tempat lain, belahan bumi lain yang melihat kejadian bulan terbelah yang sama?

    Pertanyaan berapa lama dari gerakan isyarat tangan memisahkan sampai bulan kelihatan terbelah? Satu menit? Lima menit? Setengah jam? Dua jam?

    Pertanyaan diatas mungkin tidak akan ditemui pada santri yang belajar kitab kuning di pesantren manapun 😀

    Karena itu bukan pertanyaan keyakinan tapi pertanyaan keilmuan. Tidak ada pertanyaan kalau soal keyakinan. Yang ada adalah keyakinan. Al-Qur’an sudah bilang begitu dan saya meyakini-nya. Titik.

    Soal bagaimana itu terjadi, proses terbelahnya, bukti dldst tidak perlu dipertanyakan karena keyakinan adalah sesuatu yang bukan untuk dipertanyakan 😛

    Makanya jangan heran kalau dijaman internet sekarang ini masih ada yang percaya kalau Jin yang tersebut di Al-Qur’an dan hadist sama dengan hantu dedemit genderuwo wewe gombal dst 😛

    @
    Apalagi harus diakui, saya dulu ingin jadi bintang terkenal tapi nggak kesampean sih (alhamdulillah), Namun, Mas Maiden sangat merendahkan dedemit, genderuwo, wewe gombal, dst. Janganlah begitu Mas. Tahukah Mas bahwa mereka-mereka itu sangat laku saat ini, banyak sekali artis dari golongan ini, baik di sinetron maupun di layar lebar. Mereka jauh lebih menarik dan bergaya dan menjadi pusat perhatian di prime time TV maupun diiklankan di koran-koran Nasional manca negara.
    Selain itu, mereka juga banyak jadi panutan bersama partner-partner mereka beriklan di telepisi. Mas juga tentu ingatkan, acara tipi beberapa waktu yang lalu, segala polah para demit adalah santapan siang malam para pemirsa melalui berbagai variasi acara “mengembangkan rasa takut dan minat” pada dunia kegelapan.
    Namun, yang belum, mereka mendapatkan penghargaan piala oscar atau piala citra…. 😀 😀

    Suka

  3. Dimas said

    “Dunia dan segala ciptaannya, blekhole, bintang, susunan tatasurya saja sudah merupakan “keajaiban” yang tiada celanya yang membuat manusia begitu kecilnya di mata Sang Pencipta. Bahkan lahir menjadi manusia saja atau mengamati bagaimana cacing di selokan bertumpuk-tumpuk dan hidup adalah “keajaiban”

    Sangat menghujam dihatiku!!! Bener banget 🙂

    Tidak usah jauh-jauh, melihat tangan bisa mengetik saja sudah memunculkan kekaguman. Belum ada robot yang bisa menyamai kemampuan pergerakan jari manusia. Setiap bagian pada tubuh manusia merupakan mesin yang super canggih dan hebat. Allahu Akbar

    Terima kasih mas Agor untuk postingnya 🙂

    @
    😀 lama tak bersua… terimakasih untuk apresiasinya. Betul tangan bisa mengetik saja sebenarnya sudah keluarbiasaan harmoni antara pikiran dalam ide menjadi perintah ke ujung jari-jari yang sepertinya membaca ketukan keybor dengan sempurna…. 😀

    Suka

  4. alisyah said

    namanya juga hoax, kerjaan para hoaxer yang taunya nge-hoax aja

    Suka

  5. haniifa said

    Wahhh… saya mau komentar apa yach…. lupa neeh 😀

    Suka

  6. aburahat said

    @ Tolong mas agor masukan nashnya mengenai Rasul membelah bulan apa itu Nash Alqur’an atau Hadis supaya kita nda pusing mencari. Thx sblmnya

    @
    Mengenai bulan terbelah, ada pada postingan Bulan terbelah dan komentarnya ada pada komentar postingan ini no. 27
    Komentar-komentar lainnya juga melengkapi berbagai cara pandang melihat hal ini. Semoga bermanfaat
    !.

    Suka

  7. Seperti yang pernah saya diskusikan bersama teman…

    *Apakah Kambing bertuliskan ALLAH di kulitnya menambah keimanan kita? Ataukah hanya membuat kita jumawa dan mengagung agungkan Islam sebagai agama penuh keajaiban (baca: hal hal gaib dan irasional)*

    Dan saya rasa jawabannya ada pada bagian akhir yang mengandung unsur gaib itu…

    *mohon maaf atas semua kesalahan penulisan dan penafsiran*

    @
    Saya prihatin bahwa Kambing bertuliskan Allah sebagai bukti kebenaran Islam dan keberadaan Allah. Sebagai mukjizat. Apalagi menjadi agama yang penuh keajaiban. Allah yang mahakuasa, yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya, yang menjaga bintang-bintang di langit beredar menurut garis edarnya, yang menahan jiwa manusia ketika matinya (tidurnya), yang akan membangkitkan manusia setelah matinya.
    Dimanakah kemudian letak kemampuan akal berpikir kita untuk mengenalNya melalui karya-karyaNya yang agung.
    Mohon maaf juga untuk Mas 49 dan mohon ampunanNya untuk segala kekhilafan dalam memahami petunjukNya.

    Suka

  8. yang jelas kalo masalah “hoax” Islami ini…
    Allahu a’lam, hanya Allah yang lebih mengetahuinya 🙂

    karena sebenenya tanda-tanda keagungan Allah dapat kita saksikan setiap hari, setiap saat.
    bahkan keagungan Allah bisa kita lihat dari diri kita sendiri.
    bagaimana kita masih hidup saat ini.

    tapi yang jelas nggak valid itu tentang suara dari alam kubur, aneh. nggak bisa dipercaya.
    apalagi ada versi Kristennya 😐

    @
    Sekedar catatan-catatan… sependapat, rasanya tanda-tanda keagunganNya berada dan kita saksikan setiap hari…

    Suka

  9. yudhisidji said

    saya hanya merasa terlalu mengecilkan Dia bila Dia yang super digital yang telah memutar benda benda angkasa yang mungkin jumlahnya (berapa dijit ya..?) itu dipersempit dengan misalkan apel bertulis allah, pohon, awan, dan banyak lagi…. bukankah seolah itu memaksa dia bahwa Aku ber”logo” itu, trus gimana hoax sebelum transkrip hijaiyah ada ?? hoax yang itu jaman herioglip pake apa ya…?
    saya ndak begitu memahami betul memang…. hanya saya merasa Dia sudah berkehendak mutlak atas segala sesuatu tentunya melalui hukum sebab akibat (dalam AQ sababa) dan yg semua sudah dituangkan dalam AQ. jadi tidak mungkin kita menjawab mungkin bila ada pertanyaan bila Dia menghendaki mungkin tidak Muhammad saw kelak dimasukkan neraka (terus terang temen saya ada yg njawab mungkin) seperti halnya allah “tidak mungkin” berkehendak tumbuh durian dari meja kantor saya yang terbuat dari durian. tentu saja semua bermuara pada ilmu pengetahuan. bisa kita bayangkan bila Dia berkehendak terhadap elemen2 semesta ini tanpa konsistensi…. tidak mungkin akan ada teori2 oleh ilmuwan yang standart. ternyata apel saat dilepas dari tangan jatuh, begitulah Dia berkehendak sebagai basis keilmuan gravitasi dll

    @
    Dalam pemahaman seperti Mas sampaikan, agor kira menjadi “tanggung jawab” kita menjelaskan dengan cara sebaik-baiknya. Semoga karenanya niat-niat ini menjadi pahala dan meraih ampunanNya yang meringankan kita ketika saat kembali tiba.

    Suka

  10. penyokongpaklah said


    COBA LIAT SITUS:
    http://rompaklah-malingsia.blogspot.com

    @
    😀

    Suka

  11. armand said

    Sebenarnya jika kita meyakini akan kebenaran Islam dan sifat Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Pengatur Allah maka kejadian-kejadian alam yang kita anggap “aneh” bukanlah hal yang aneh. Menurut pemahaman saya – mudah2an ga keliru – semua kejadian di alam ini adalah sesuatu hal yang LUAR BIASA tapi berjalan sesuai SUNNATULLAH sehingga memang SUDAH SEMESTINYA. Sudah semestinya jari bisa mengetik karena jari dengan ukuran panjang dan tebalnya sedemikian rupa serta ruas-ruasnya memungkinkan ia bergerak lebih leluasa. Sudah semestinya batu di lempar, jatuhnya ke bawah karena adanya gaya tarik bumi, dlstnya. Dengan demikian tidak ada yang perlu dikagetkan dan diherankan lagi sampai ternganga-nganga dan terbengong-bengong. Ga perlu menambah keimanan dengan melihat atau mendengar sesuatu yang “aneh” yang berkaitan dengan kekuasaan dan ketetapan Allah swt.
    Ingatkan perkataan Imam Ali:
    “Bahkan andaikan pintu kegaiban di buka di hadapanku, maka tidak akan bertambah keyakinanku”
    Damai….damai

    @
    Kalau Imam Ali,… sudah full keimanannya……

    Suka

  12. haniifa said

    @mas Arman
    Betul mas, pintu gaib dibuka atau tidak dibuka iman tetaplah iman.
    Dilain fihak juga benar, pada saat meng-imam-i shalat berjamaah dengan keluarga setelah selesai “salam”, biasanya saya menyuruh anak-anak “salim” pada ibunya terlebih dahulu 😀
    Salam := Damai…. (Bahasa Arabiyu/ Al Qur’an)
    Salim := Damai…. (Kebiasaan adat di P. Jawa)
    Shaolin := Damai…. (Biara di Tiongkok Kuno)
    Shalom := Damai…. (Bahasa Ibrani)

    Suka

  13. haniifa said

    @mas Agor
    Jadi inget kisah pendekar “Shaulim Pay” karangan Ko Ping Hoo 😀

    @
    Sy termasuk penggemar berat KPH yang berkarya tak habis-habisnya bersama tokoh pendongeng lainnya Gan KH, Gan KL… juga tak agor lupakan karya SH Mintareja yang fenomenal : Api Di Bukit Menoreh, yang tak beliau selesaikan karena berpulang ke rahmatullah. Dalam hal kesaktian, KPH terhebat Bu Pun Su. Pendekar super saktipun kayaknya tidak sesakti Bu Pun Su yang nyaris jadi “dewa”. Dalam hal kesaktian yang mandraguna, rasanya kesaktian yang dilantunkan oleh Agung Sedayu dari SH Mintareja termasuk “luar biasa”. Pokoknya asyik deh, sinar matanya bisa menghancurkan batu dan meremas jantung…..

    Suka

  14. haniifa said

    @mas Yudhisidji
    Apa dalam AQ sababa sama dengan Ko Ping Hoo… 😀

    Suka

  15. armand said

    @Hanifa
    Wah baru tau tuh kalo makna Salam digunakan di berbagai negeri. Thanks for info.
    Mungkin saya terpengaruh juga dgn kata-kata dan gaya KPH: “kionghi…kionghi…” *sambil merangkapkan tangan* 🙂

    Suka

  16. haniifa said

    @mas Armand
    Menurut pemahaman saya asal kata Islam adalah salama yang mengandung makna “damai sejahtera”.
    Sehingga tidak mengherankan jika ada pernyataan secara aklamasi bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan “islam” yang berkonotasi setiap manusia lahir dalam keadaan “damai sejahtera”.
    Oleh karena itu baik badan dunia, maupun hukum ketatanegaraan selalu melindungi anak dibawah umur (belum aqli baligh).
    Adapun setelah dewasanya anak tersebut menganut suatu agama yang sesuai dengan kedua orang tuanya atau menurut pemahaman sesuai dengan perkembangan akal & fikirannya… itu lain soal. 😉

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  17. MaIDeN said

    Apakah Kambing bertuliskan ALLAH di kulitnya menambah keimanan kita?

    Saya prihatin bahwa Kambing bertuliskan Allah sebagai bukti kebenaran Islam dan keberadaan Allah. Sebagai mukjizat. Apalagi menjadi agama yang penuh keajaiban. Allah yang mahakuasa, yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya, yang menjaga bintang-bintang di langit beredar menurut garis edarnya, yang menahan jiwa manusia ketika matinya (tidurnya), yang akan membangkitkan manusia setelah matinya.
    Dimanakah kemudian letak kemampuan akal berpikir kita untuk mengenalNya melalui karya-karyaNya yang agung. Mohon maaf juga untuk Mas 49 dan mohon ampunanNya untuk segala kekhilafan dalam memahami petunjukNya.

    Intinya jawabannya om agor adalah prihatin 😀
    Usul. Kalimat selanjutnya nggak nyambung tuh. Sekalian aja kopi paste semua ayat-ayat tuhan 😛

    @
    Urgensi dari “yang tidak nyambung” itu peniruan dari banyak ayat suci yang menyampaikan diujungnya : Apakah kamu tidak bersyukur, mohon ampunan dan dijauhkan dari siksa api neraka”. Yang agor pahami, apa yang kemudian kita amati dan elaborasi, jangan lupakan bersyukur kepada Allah Swt dan berdo’a agar terhindar dari siksa api neraka. Nggak nyambung, tapi bersambung…. 😀

    Suka

  18. Hihihihihi

    Hoax terbaru tentang megawati ada nih di blogku

    Kunjungi ya ….

    @
    😀 sure….

    Suka

  19. MaIDeN said

    @Agor,

    Tetap aja nggak nyambung hehehe. Spertinya emang pak Agor ini nggak pernah nyambung kalau memberi jawaban/komen.

    Contoh hidup neh.
    komen MaIDeN terhadap post ini:

    Bulan terbelah? Saya membayangkan waktu rasulullah membelah bulan tersebut disaksikan oleh beberapa orang ya? berapa puluh? ratus? Berapa lama dia melakukan itu. Saya membayangkan beliau melakukan gerakan tangan mengisyaratkan memisahkan bulan. Berapa lama kira-kira dia melakukan itu? Berapa banyak orang yang melihat? Berapa orang yang menuliskan kisah itu? Adakah kisah tertulis di tempat lain, belahan bumi lain yang melihat kejadian bulan terbelah yang sama? … dst

    trus Pak komen-nya Pak Agor terhadap komen MaIDeN

    Apalagi harus diakui, saya dulu ingin jadi bintang terkenal tapi nggak kesampean sih (alhamdulillah), Namun, … dst ..

    Totally nggak nyambung kan?
    Saya punya loh Pak Agor, seorang sodara yang mirip banget dengan Pak Agor. Beliau kiyai (ngakunya) dari sebuah pesantren yang tidak terkenal di tanah jawa. Kalau ada yang nanya ke beliau, jawabanya nggak pernah nyambung dengan pertanyaan si penanya 😀

    Misalnya kalau ada mahasiswa yang tanya soal bulan terbelah, apapun model pertanyaannya, selalu dijawab dengan puluhan ayat suci 😀

    @
    Mas Maiden dan rekan… Duh benar nggak nyambung. Hanya beberapa menit beberapa hari ini saya bisa koneksi, jadi main cepat-cepatan saja 😦 . Maaf ya Mas Maiden. Pada komentar Mas pada tertulis seperti di atas dan bagian bawahnya ditulis : Makanya jangan heran kalau dijaman internet sekarang ini masih ada yang percaya kalau Jin yang tersebut di Al-Qur’an dan hadist sama dengan hantu dedemit genderuwo wewe gombal dst 😛. Kalimat terakhir itu yang saya komentari dengan (mohon maaf) tidak menyeriusinya. Kata sekarang ini masih ada yang percaya kalau “… hantu dedemit genderuwo wewe gombal….” –> itulah yang saya komentari. Sedang bagian atasnya, saya juga tidak komentari karena memang tidak ada jawabannya (Yang agor ketahui), dan biarpun ada tanda tanya (?), kalimatnya bukan kalimat untuk dijawab (dan juga sudah dijawab sendiri) 😀 .
    Hal lainnya, komentar ini terletak di postingan ini, bukan pada tema postingan (Bulan Terbelah, Kita dan Gugel). Jadi, saya berasumsi tidak pada tema serius.
    Mudah-mudahan sedikit penjelasan ini dapat mengurangi rasa jengkel Mas Maiden ya… 🙂

    Suka

  20. haniifa said

    @mas Agor
    Nyambungnya kalau eMa Ngeden ketemu ePak Ngeden 8) 8) 8)

    Suka

  21. haniifa said

    @mas Agor
    Jadi inget cerita Gan KL…
    Kebo Bule disambung kawin paksa sama eMa ngIDen dari Bukit Menoreh… 😀

    Suka

  22. aburahat said

    @MaiDen

    Apakah Kambing bertuliskan ALLAH di kulitnya menambah keimanan kita?

    Itu tergantung kepada tingkat keimanan org yg melihatnya. Bagi saya TIDAK.
    Mengenai bulan yg terbelah yg difirmankan Allah. Itupun tergantung keimanam orang yg membaca ayat itu. Kalau saya yakin kebenaran ayat tersbut. Klu anda ragu itu urasan anda. Terkecuali sesdh anda yakin benar lalu mendiskusikan OK

    Suka

  23. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum ,
    Menyikapi “tanda-tanda” yang terjadi didunia ini, termasuk fenomena alam tergantung dari sejauh mana keimanan kita atas keMaha Kuasaan Allah dan keMaha PenyayangNya.
    Allah bisa dan berkuasa untuk berbuat apa saja. Apakah dengan “memperlihatkan”, “memperdengarkan” dan sebagainya kejadian-kejadian aneh. Seperti pohon yang membentuk kalimat syahadat, pohon rukuk, ikan yang bertulis asma Allah, kambing yang bertuliskan lafadh Allah, suara siksaan kubur, puncak gelombang yang bertuliskan lafadh Allah, dsb. Tidak ada yang tidak mungkin. Begitu juga dengan mu’jizat para Nabi Allah. Banyak yang tidak atau belum bisa kita nalar dengan akal. Kadang-kadang mu’jizat jauh keluar darijangkauan akal. Akal pasti akan menolak cerita Nabi Musa membelah laut Merah, sebagaimana akal juga akan menolak terbelahnya bulan atas permohonan Rasulallah.
    Kalau kita hanya berpedoman pada kemampuan akal, maka tidak ada yang namanya mu’jizat akan kita percayai.
    Tapi anehnya kita bisa percaya kepada ke”ahlian” David Coperfield. Kita percaya kepada “kemampuan” Deddy Carbuzier. Kita percaya kepada ramalan Mama Lauren. Malah anehnya kita juga masih percaya akan kesaktian Nyi Roro Kidul. Bahkan atas kemampuan Mbah Marijan, yang konon katanya bisa berkomunikasi dengan para penjaga Merapi.
    Kalaupun kita tolak tapi dengan alasan: Itukan atas bantuan syetan atau Jin. Masya Allah!!. Kesaktian syetan dan Jin kita percayai. Kesaktian Allah nggak. Apakah Syetan dan Jin lebih berkuasa daripada Allah ‘Azza wa jalla?.
    Kemudian, dengan keMaha PenyayangNya,Allah juga telah mengirimkan Rasul dan menurunkan AQ dan juga menganugerahkan akal kepada kita untuk menjadi rujukan, pedoman dan alat penalaran.
    Jadi terserah kita. Mau percaya monggo, mau tidak silahkan.
    Karena yang percaya punya alsannya sendiri, sementara yang tidak percaya juga mempunyai alasannya sendiri.
    Wassalam,

    Suka

  24. yudhisidji said

    kata kuncinya pada saat nanti ilmu pengetahuan sudah mencapai pengertian dengan menyuguhkan fakta fakta konkrit bahwa manusia tidak hanya bermasyarakat di planet bumi saja tapi di planet seluruh sudut semesta, dari situlah semua ideologi di bumi ini akan menyesuaikan diri. Pemahaman agama termasuk Islam akan berubah drastis. Bayangkan bila suatu waktu nanti di planet lain diketahui bermasyarakat manusia seperti di bumi ini dimana mereka juga punya semua sejarah yang secara garis besar sama dengan di bumi. Ini bisa saja terjadi karena memang wilayah kekuasaan Allah sangat luas tidak hanya di planet bumi saja.

    Saya coba jalan2 ke Yupiter misalnya, kebetulan peradaban di planet itu kurang lebih seperti peradaban di bumi antara abad 18-an.trus saya mampir di sebuah warung makan di kota kecil di planet itu. saya mendengarkan penduduk setempat berbincang-bincang tentang keyakinan mereka, tentang pemimpin spiritual yang sudah wafat 2000 tahun (waktu bagian yupiter…tentunya), namun tetap menjadi inspirasi bagi mayoritas umat di planet itu dst….dst.Saya bisa bayangkan apa yang terjadi bila saya memperkenalkan diri sebagai penduduk planet lain (bumi)dan saya katakan bahwa di tempat saya juga tokoh tokoh seperti yang mereka bicarakan, di tempat saya juga ada ini….itu…dll

    @
    Allah berfirman, tembuslah angkasa, kalau kamu mampu. Setidaknya ayat yang menjelaskan ini memberikan harapan (kemungkinan) bahwa suatu saat manusia akan bisa melanglang buana ke sudut-sudut alam semesta yang diciptakan.
    Namun, yang dapat saya pahami tentang ciri-ciri alam semesta dan ciri-ciri kiamat, pada rujukan AQ sama sekali tidak ada indikasi bahwa ada mahluk berakal lain (pada kualitas manusia) di alam semesta ini. Jadi, berdasarkan pemahaman ini, saya “lebih” cenderung menyatakan, manusia adalah satu-satunya mahluk berakal budi yang berada di samudra alam semesta nan luas ini.
    Dugaan/prasangkaan yang disampaikan ini (seperti Eric von Deniken) dan sejumlah asumsi yang dibangun adalah prakiraan yang tanpa dasar sama sekali (kecuali pendekatan statistik, masa sih… :D)

    Suka

  25. aburahat said

    @Yudhisidji
    Saya kurang sependapat dg anda dlm hal ini terkecuali saya salah menafsirkan apa yg anda maksudkan dlm tulisan anda. Menurut saya klu toh diplaneet lain ada kehidupan maka disanapun Islam seperti kita. Alasan saya. Rasulullah Rakhmat lil Alamin. Jd Rakhmat buat ALAM SEMESTA bukan saja dibumi tempat kita. Dan Alqur’an sebagai syariat itu hanya dibawah oleh Rasul jd menurut saya tdk ada bedanya dan tdk akan terjadi perobahan yg drastis apabila diketemukan ada makhluk hidup di planeet lain. Wasalam

    Suka

  26. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Saya setuju dengan Mas Aburahat dan juga tidak menolak “ijtihad” Mas Yudhi.
    Mungkin fiqih Islam “disono” akan sedikit terjadi perluasan pemahaman Tidak secara drastis). Seperti arah Kiblat, contohnya. Mungkin terjadi “ijtihad” para ulama “disono” tentang penentuan arah kiblat. Tenang kewajiban haji, penentuan awal puasa dan dua ‘Ied (juga penentuan wukuf), termasuk diantaranya waktu sholat dan lamanya waktu puasa disiang hari “disono”.
    Kalau mengenai agama, kalaupun ada planet “sono”, pasti agamanya akan sama dengan yang ada dimari. Mungkin juga ada agama yang lain selain Islam, sesuai dengan perkembangan waktu, sebagaimana dibumi kita.
    Mengenai, apakah masyarakat disana juga adalah “manusia”, saya kira juga mungkin. Karena didalam AQ, tidak ada diceritakan bahawa Allah menciptakan Adam kembar dan Hawwa kembar. Tetapi hanya satu Adam dan satu Hawwa. Kapan mereka disana, dengan apa dan bagaimana?. Entahlah. Yang jelas, kalau memang “ada” makhluk “manusia” disono, pasti setelah keturunan Adam berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan yang mumpuni, sekian ratus ribu tahun lalu, untuk bisa melanglang buana keluar angkasa. Apakah keturunan Adam saat itu sudah begitu maju?. Bisa saja. Manusia ‘modern” sekarang saja, hanya dengan hitungan tidak sampai ratusan tahun sudah bisa “mencipta” peralatan yang cukup canggih untuk mencapai Mars dan Yupiter. Apalagi manusia sebelum kita. Saudara tua kita. Mungkin saja setelah sekian ribu, malahan mungkin ratusan ribu tahun menggali, mempelajari, mereka bisa menemukan alat transportasi udara yang hyper canggih dengan kecepatan ratusan malah ribuan kali kecepatan cahaya. Ataupun mungkin mereka telah bisa menemukan apa yang dinamakan “Star Gate” seperti dalam film-film fiksi ilmiyah Amerika.
    Apakah Islam dan Agama lainnya ada disono. Mungkin saja. Islam, bukan hanya agama yang kita kenal sekarang. Islam adalah agama yang diturunkan Allah untuk umat manusia. Hanya syariatnya saja yang beda. Islam mereka mungkin awalnya seperti Islam berdasarkan syariat Adam, mungkin juga Musa, Isa dan akhirnya Islam yang diturunkan kepada Rasulallah. Kok bisa?. Biasa saja. Bukankah diantara para shahabat Nabi dan Rasul terdapat juga kaum Jin yang bisa mengarungi jagat semesta?. Bukankah didalam sebuah riwayta ada diceritakan bahwa agama bangsa Jin ada yang Yahudi, Nasrani, Islam dan juga ada yang kafir?. Bisa saj para shahabat nabi ini yang menyiarkan agama-agama tersebut kependuduk planet “sono”. Kemungkinan yang mungkin ada, kalau memang “disono” terdapat kaum manusia. Kok bisa, padahal Adam menurut sebahagian ulam baru ada dibumi sekitar 10000 tahun laul. Itukan berdasarkan pendapat para ulama. Tetapi di AQ kan tidak diterangkan kapan Adam diciptakan dan kapan beliau di”turun”kan kemuka Bumi. Memang ada sebuah riwayat yang menyatakan Adam diciptakan 2000 tahun setelah Jin. Tetapi tidak ada pula keterangan kapan Jin diciptakan.
    Karena Rasulallah adalah Rahmatan lil alamin, maka, kalau memang “disono” ada manusia, maka jelas Islampun ada disana. Begitu juga dengan agama lain. Kyak di Bumi kita. Mungkin….:D
    Wassalam,

    Suka

  27. yudhisidji said

    Berarti kita memang harus meluruskan apakah adam benar manusia pertama di jagat ini atau Adam “hanya” manusia pertama di planet bumi ini saja. tentang keberadaan pasangan adam bernama hawa terus terang pengetahuan sangat dangkal sehingga saya belum bisa menemukan penjelasannya di alquran.

    @
    wah jadi ingat kembali postingan sederhana tentang mahluk angkasa luar (adakah?). Kelihatannya orang pintar kontemporer berbeda pandangannya. Sama seperti dulu juga… 😀

    Suka

  28. haniifa said

    @mas Yudhisidji
    Firman Allah di surah Al ‘Ankabuut 14 :
    Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang dzalim.

    Saya kira baik umat Muslim dan umat Bani Israil tidak bisa memprediksi “Berapakah usia Nabi Nuh a.s saat itu” ??
    Yang jelas Nabi Nuh a.s tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun setelah kejadian banjir besar.
    Berapa Usia rata-rata kaum Nabi Nuh a.s ??

    Seandainya dapat diketahui usia rata-rata kaum Nabi Nuh a.s, selanjutnya “Berapakah Usia Nabi Adam a.s dan Siti Hawa” ??
    Seperti diketahui bahwa Nabi Adam a.s dan Siti Hawa merupakan manusia “jauuhhhh sebelum Nabi Nuh a.s ??
    Beranikan kita mengatakan usia Nabi Adam a.s := 1000 th ??
    Beranikah kita mengatakan usia kedua putra Adam a.s (Habil dan Kabil) := 1.000.000 tahun atau hanya 100 tahun saja ??

    Seperti mas Yudhisidji, jujur saja saya juga sering timbul pertanyaan-pertanyaan yang sama. Namun sudah tentu saya acapkali menjumpai hal-hal yang memang tidak terpahami, karena kesombongan kita (saya khususnya) merasa diri lebih “modern” padahal dalam kenyataannya hidup manusia jaman sekarang tidaklah lebih dari 150 thn. bahkan usia rata-rata manusia sekarang lebih kecil dari itu.
    Jadi saya sering berpikir, begitu sombongnya manusia sekarang yang selalu mencoba membayangkan tatanan kehidupan manusia terdahulu yang jelas-jelas diberi kelengkapan yang lebih komplek oleh Allah.
    Suatu bukti yang paling nyata dan ada disekitar kita adalah “Bagaimana merekatkan batu pada pembuatan Piramid atau Candi Borobudur” ??
    Padahal katanya lho, Ilmu Fisika, Ilmu Kimia jauh lebih “modern”.

    (Nb: saya suka geli jika nonton film produksi “Bule Kebo” yang menggambarkan Nabi Nuh a.s pakai pakaian compang-camping kemudian membuat perahu dari “kayu” plush mengoleksi binatang-binatang. Weleh…weleh… kaum Nabi Nuh a.s pakai baju rombengan selama 950 thn. padahal titik extrim cuaca dibumi ini mungkin lebih… 8) !!)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  29. yudhisidji said

    @ haniifa terima kasih…..
    saya memahami bahwa alquran sudah ada sejak sebelum muhammad saw (26/196, 21/24) sebagai tatanan yang multi dimensi termasuk menjelaskan (tentunya sbg bahan pemikiran kita)ttg umur Nuh yg jelas sekali bukan 950 th. Silahkan dicermati bunyi ayatnya “…seribu tahun sanatin kurang 50 tahun aam…” tentu saja jumlah hari dalam kalender sanatin beda dengan jumlah hari dalam tahum aam khan..?
    dan sekali lagi maaf…. saya terlalu dangkal utk segera bisa menemukan bahwa pasangan beliau Adam adalah Hawa, apalagi kedua putra beliau itu habil dan kabil. kalau di holibibel cerita yg mirip2 itu memang saya pernah dengar….
    pertanyaan2 ini bagi saya sangat penting memang…
    saya berharap bisa menemukan pencerahan atas apa “yg saya anggap terputus” dengan sejarah manusia di planet bumi ini. Tidak kah kita pernah berpikir tsunami aceh telah meluluh lantakan peradaban lokal walaupun tsunami hanya berlangsung beberapa saat ?
    Coba kita bayangkan sesuatu terjadi di planet bumi mungkin karena berkaitan dengan sistem magnet di tatasurya kita yg tiba tiba tdk normal sehingga banjir besar terjadi di bumi, air laut melambung tinggi, kutub mencair dan ini berlangsung selama ratusan tahun….. peradaban kita pasti musnah.
    tentu hanya orang2 tertentu yang sudah diberi”isyarat” Allah saja yang bisa selamat, kemudian mereka mulai peradaban dari nol lagi. sehingga apapun peninggalan yg ada (setelah air surut) yang lumayan tahan air akan menjadi sesuatu yang mengherankan anak cucu orang yg diselamatkan Allah tadi.
    @haniifa …
    saya merasa sangat penting bagi kita mengkorelasikan pemahaman astronomi dengan alquran yang tekstual.

    Suka

  30. haniifa said

    @mas Yudhisidji
    Terbalik mas, justru saya yang banyak menimba ilmu dari rekan-rekan dan juga pertanyaan mas yang tajam.
    Soal Holibibel, Alhamdulillah saya memang pernah diberi pinjam oleh seorang rekan namun sayang tidak terbaca semuanya.
    Justru dampak dari membaca Holibible membuat saya banyak berfikir bagaimana Kaum Nabi Isa a.s ini dihujat soal kelahiran tanggal 25 Desember 1 (baca: Hari Natal) dan dikait-kaitkan dengan Kelahiran Dewa ??
    Jujur saja saya membuat postingan yang berjudul sbb:

    Kenapa manusia harus ber “Agama” ?


    Disamping untuk senjata bagi kaum Nashrani juga sebagai penjagaan agar umat muslim tidak menyebarkan sesuatu tampa bukti.
    Pertanyaannya sangat sederhana: Bagaimana kalau Nabi Isa a.s benar-benar lahir pada tanggal 25 Desember 1 ??
    Selanjutnya dalam postingan yang berjudul “pengabaian-bilangan-negatif”

    Coba kita simak, Abjad yang digunakan Holibibel:
    a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

    CARA 1:
    a := 1 maka z := 26
    sehingga…
    z – a := 25
    26 – 1 := 25

    CARA 0:
    a := 0 maka z := 25
    sehingga…
    z – a := 25
    25 – 0 := 25

    *Didapat angka dua puluh lima (25) sebagai tanggal.

    Selanjutnya…
    Nabi Isa a.s := Satu (1) orang tua yaitu Maryam (Ibu saja)
    Nabi Muhammad s.a.w := Dua (2) orang tua (ada Ayah & Ibu)
    Dunia sepakat angka satu (1) lebih dahulu dari angka dua (2)

    **Didapat angka satu (1) sebagai tahun.

    Selanjutnya…
    Nabi Isa a.s adalah sebagai pendahulu dari Nabi Muhammad s.a.w
    Dari abjad huruf a adalah huruf pendahulu
    Dari abjad huruf z adalah huruf paling akhir
    Sehingga….
    a := 1 , menggunakan Cara 1
    z := 25, menggunakan Cara 0
    Maka…
    z – a := 24
    25 – 1 := 24
    Karena notasi dan abjadir menggunakan 2 Nabi maka:
    24 / 2 := 12
    Diperkuat dengan kepercayaan beberapa Agama tentang kesialan anggka 13 (baca: angka tidak lebih dari 12)

    ***Didapat angka dua belas (1) sebagai bulan.

    Kesimpulan:
    Cara berfikir saya mungkin aneh dan nyeleneh… tapi Insya Allah, saya merasa puas dan untuk sementara berkeyakinan bahwa kelahiran Nabi Isa a.s memang :
    25 – 12 – 1 atau 25 Desember 1

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  31. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum
    @ mas Yudhisiji,
    Memang tidak ada terdapat di AQ yang menjelaskan bahwa jenenge bojone Nabi Adam adalah Hawwa, atau Siti Hawa, yang ada hanyalah “zaujuka” (AQ 2:35), atau “Istrimu”. Yang jelas perempuan. Yang jelas Adam punya isteri, yang jelas Adam punya anak-anak, yang jelas kita keturunan Adam, bukan monyet atau beruk besar (seperti kata Kang Darwin).
    Berapa sebenarnya umur beliau, tidak dijelaskan Allah. Pada umur berapa beliau ‘diturunkan” dari “Sorga” tempat diciptakan atau tempat tinggal pertamanya, juga tidak dijelaskan. Dimana pertama-tama beliau dan istrinya diturunkan di muka bumi ini, lagi-lagi AQ tidak menjelaskan (ada riwayat yang mengatakan Adam di India, sementara isterinya di Arafah – Arab dan ketemunya di Jabal Rahmah. Wallahua’lam). Kenapa AQ tidak menjelaskannya?. Yang jelas, AQ bukan buku sejarah atau buku biographi para Nabi, walaupun didalamnya terdapat sejarah bangsa-bangsa dan Nabi-Nabi masa lalu.
    Jangankan Nabi Adam, nabi-nabi dan Rasul yang lainpun kita tidak akan menemukan secara detail atau secara jelas didalam AQ( kecuali dalam Holy Bible sekarang, kalau kita berpegang pada riwayat ini, maka umur umat manusia sejak Adam hingga kini tidak lebih dari 8000 atau 10000 tahun).
    Mengenai banjir Nabi Nuh, apakah meliputi seluruh bumi, atau hanya sebatas temapt tinggal beliau saja. Ini juga tidak ada penjelasan yang jelas. Tetapi yang jelas, ini adalah bentuk hukuman bagi umat beliau yang ingkar. Kenapa beliau harus mengumpulkan bintang-binatang (binatang ternak?) sepasang-sepasang?. Ini juga logis. Karena setelah banjir beliau tidak perlu susah-susah mencari bibit atau benih untuk mulai beternak. Induk dan biangnya sudah terseddia. Tinggal bikin kandang dan pelihara. Selain binatang ternak, kenapa binatang lainnya juga diselamatkan?. Ini juga logis. Bukankah binatang juga perlu bermasyarakat, seperti layaknya manusia. Masayarakat marga satwa, dimana satu jenis binatang hidup karena ada jenis lainnya. Jenis yang satu merupakan pengendali pembiakan jenis lain?.
    Masaalah “penyebab” terjadinya banjir Nuh juga bisa dari beberapa penyebab. Yang jelas AQ hanya menjelaskan langit menumpahkan air dan bumi memancarkan air. Tidak dijelaskan Allah, apakah disebabkan pengaruh magnet bumi, atau kejutan listrik matahari, atau pancaran massa matahari, atau patahnya lempeng bumi atau tepatnya permukaan bumi, dimana negeri Nabi Nuh berada, membentuk garis lurus dengan matahari dan bulan maka terjadinya pasang tinggi, atau global warming yang mengakibatkan mencairnya es dikutub,dsb. dsb.
    Boleh saja kita mengkaitkan sebab akibat seperti yang saya sebutkan diatas.
    Sedangkan mencari bukit “Judi” tempat dimana perahu Nabi Nuh terdampar, sampai sekarang belum juga ketemu. Ada yang bilang di Jazirah Arab, adapula yang mengatakan di daerah sekitar bukit Thursina, daerah Sinai dan sebagainya.
    Yang paling jelas, sebagai pemeluk dan penganut Islam, kita harus yakin terhadap apa yang terdapat didalam AQ dan hadits yang shahih.
    Wallahua’lam.
    Wassalam,

    Suka

  32. haniifa said

    @mas Abudaniel
    Terima kasih mas, lebih menjelaskan dan memaknai 😀
    Nie ngomong-ngomong, Oom Agor kemana neeh… mentang-mentang sudah bisa pakai mobil mewah ber AC… kita-kita pakai mobil pick-up… sampai gigi kering kerontang diterpa angin. 😉

    @
    Ha…ha…ha…..
    sudah ingin berkontribusi… tapi ini benar-benar seharian bingung neh, tiba-tiba access saya nggak kerja, tiap mau insert ke local host selalu muncul pesan :”the search key not found in any record”, sudah install ulang msoffice (asli), masih juga masalah…. nggak tahu penyakitnya apa… (maaf diskusi nggak nyambung). Belum lagi bug 65365 excell 2007 bikin ribet lagi…
    (duh kok urusan rutin jadi masuk blog seeh …. 😦 )
    Mas Haniifa, Mas Abu… mohon maklum ya….

    Suka

  33. haniifa said

    Wallah…. saya udah lama nyupir mobil, apalagi nyang keluaran baru 2007.
    Tapi kita coba yach… 😀
    1. Msoffice sepertinya no problemo
    2. Database di backup dulu.
    3. Database kopian coba di “Compact and Repair”
    4. Selanjutnya coba insert record / proses.

    Jika tidak berhasil.
    1. Database kopian di lihat-lihat tiap table.
    2. Mungkin ada index / key yang duplicate biasanya field blank atau spasi.
    3. Mungkin ada field memo melebihi kapasitas.
    4. Coba lepas index / key.
    5. Selanjutnya coba insert record / proses

    Jika berhasil….
    Jangan terburu-buru menggunakan database asli, coba dulu yang kopian dan perhatikan kalau-kalau ada hasil olahan data yang ngaco. Jika nggak ada masalah jangan lupa kembalikan ke keadaan semula.

    Selamat mencoba… 😀

    Suka

  34. yudhisidji said

    @ abudaniel terima kasih juga…….
    sejak awal saya memang menghindari bentuk pemahaman bahwa “sejarah lengkap” itu yang perlu kita maklum. dus kalau saya menyangsikan ttg hawa, habil dan kabil itu bukan berarti saya menuntut dimana letak ayatnya, tapi justru apa yang dikatakan ayat itu cukuplah bagi kita tidak perlu harus memberikan identitas baru yang ujung2nya menjadi rangsangan untuk mengada-ada yg lebih besar lagi.dan sekali lagi anda benar semua itu ada di holibibel. Nah… berarti selama ini kita…..??
    @ abudaniel benar sekali di alquran Allah tidak mendetail menceritakan para nabi. Saya merasa bahwa Allah memberi isyarat bahwa risalah yang dibawa tiap nabi itulah yang perlu kita cermati, bukan pribadinya. karena tentu saja setiap nabi setelah diangkatnya mereka, pribadi mereka mencerminkan wahyu yang diturunkanNYA.

    Suka

  35. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @mas Yudhisidji

    dus kalau saya menyangsikan ttg hawa, habil dan kabil itu bukan berarti saya menuntut dimana letak ayatnya, tapi justru apa yang dikatakan ayat itu cukuplah bagi kita tidak perlu harus memberikan identitas baru yang ujung2nya menjadi rangsangan untuk mengada-ada yg lebih besar lagi

    Trim’s sudah mengingatkan !! dan…
    Alhamdulillah…
    Didalam pembacaan tarjamah… saya membiasakan diri membaca juga teks aslinya (Al Qur’an) berikut dengan pakem-pakem yang saya fahami… disamping itu saya juga membiasakan diri membandingkan beberapa versi tarjamah. Begitu juga dengan membaca buku-buku / artikel2 yang melibatkan ayat-ayat Al Qur’an, alasannya sangat sederhana saya tidak ingin tersesat jalan dari petunjuk Allah yang disampaikan lewat RasulNya Nabi Muhammad s.a.w.
    Berbekal itu maka saya mengkritisi kesalahan cetak dibeberapa tarjamaah Al Qur’an contohnya SURAT KE 80: 40 ayat. (seharusnya surat ke 80 : 42 ayat)
    Insya Allah, sampai detik ini saya menyakini Al Qur’an tidak terkontaminasi oleh campur tangan manusia dalam hal pembelokan makna dan arti… namun tidak berlaku untuk versi-versi tarjamaah.
    Kembali kemasalah Kitab Injil sekarang…. jujur saja saya menyakininya sebagai Injil yang dibawakan oleh Nabi Isa a.s namun sudah terkontaminasi baik secara tekstual, relasional… dll. Dengan demikian saya mensetarakan sebagai Hadits Nabi Isa a.s saja.
    Oleh karena itu dalam tarjamaah/ penyampaian hikayat Siti Hawa, Habil dan Kabil saya mengangapnya sebagai penegasan saja, dan tidak krusial. (mohon maaf jika penulisan perihal itu mengganggu mas Yudhisidji)

    @mas Abudaniel
    Terima kasih, sayapun membacanya demikian.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  36. […] 1. Alunan Chris Rea dalam lagu “Driving Home For Christmas” […]

    Suka

  37. Masalah hoax ini memang agak memalukan. Apalagi kalau kemudian logikanya malah dibalik : Orang yang nggak percaya dianggap melawan agama. jadi nggak nyambung deh.

    Yang berbahaya menurut saya : Kalau hoax itu nantinya terbukti kesalahannya, padahal sudah terlanjur menyebar luas dan pake baju-baju agama.

    Sedikit atau banyak agama pasti kena getahnya karena hoax itu terkait dengan agama.

    Yang salah pihak yang menyebarluaskan hoax ( apalagi jika dia tokoh ) tetapi secara keseluruhan agama jadi sorotan.

    SALAM nggih MAS.

    Sorry kami bertiga telah membuat huru hara di sini.

    Kepareng …..-

    Suka

  38. M. Harisman said

    ALLAH SWT secara jelas telah memberi pedoman kepada kita dalam Surah al-Hujurat {49} ayat 6 :

    “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

    Adalah sangat mengherankan, bahwa masyarakat kita dengan mudahnya dapat menerima suatu berita tanpa filter – tanpa mencoba untuk menelaah/mencermati secara lebih dalam. Hal ini bisa kita lihat dari forwarding mengenai suatu keajaiban di milis/blog (yang menerima berita dan forward/copy langsung tanpa komentar – dalam artian menyetujui berita tersebut, sangat banyak jumlahnya).

    Sangat na’if, bahwa konsep dalam menentukan validitas hadits, yang menjadi hal umum dalam dunia Islam, tidak pernah kita terapkan dalam verifikasi suatu berita. Harusnya kita bisa mengecek link (‘sanad’) beritanya sampai ke sumber utama, berapa banyak media reputable (‘rawi’) yang meriwayatkan berita tersebut, isi (‘matan’) beritanya bagaimana, dll. Jika hal ini dilakukan, Insya Allah, umat muslim akan terhindar dari Isu, Fitnah, dan semacamnya.

    Dengan rujukan bahwa Hadits saja mengalami kategorisasi/validasi grade (shahih, hasan, da’if/lemah, maudhu’/palsu), maka kategorisasi/validasi terhadap suatu berita adalah suatu keniscayaan.

    Dalam penilaian kriteria hadits, satu link/sanad saja tidak terjalin ke sumber lebih di atas-nya, maka sudah cukup untuk memberi kriteria tidak shahih.

    Jika berita yang kita dapatkan tidak jelas sumbernya – hanya “katanya” atau dikutip dari link-ke-link, maka adalah sangat bertanggungjawab jika kita tidak memberi kategori “shahih” atas berita tersebut. Minimal, untuk sementara kita beri grade “dha’if”.

    Jika ditemukan bahwa sumber utama yang dirujuk, seperti NASA, Dr. XYZ, dll, tidak pernah mengeluarkan berita tersebut, atau sumber utama-nya tidak exist, maka adalah sah jika kita katakan berita tersebut maudhu’ (palsu/HOAX).

    Secara sederhana, kriteria penilaian/kualifikasi hadits dapat kita jadikan rujukan/acuan untuk menilai/memberi grade suatu informasi. Semisal kita temukan suatu informasi di Internet, tetapi link-link ke sumber utamanya ada yang terputus, maka adalah sah untuk kita tidak mempercayai berita/informasi tersebut.

    Bukti bulan terbelah –> diklaim sumber utamanya dari NASA, tetapi ternyata tidak pernah ada sumber resmi yang mebuktikan bahwa memang NASA pernah mengeluarkan statement tersebut

    Giant Skeleton –> sudah ditemukan sumber utamanya, yang ternyata hasil modifikasi/editing photoshop

    Suara dari Alam Kubur –> Dr. Azzacov tidak pernah berhasil diidentifikasi orangnya. Juga,versi Bahasa Inggris (yang sebenarnya ditujukan dan beredar di kalangan Kristen), tiba-tiba berubah menjadi bernuansa Islam, dan bertambah dengan cerita mengenai asap yang keluar yang membentuk lafadz “4JJI” (Allah), dimana bagian ini tidak ada pada versi bahasa Inggrisnya. Analisa Perangkat/teknologi yang digunakan juga memperlihatkan ketidakbenaran isi/matan berita tersebut.

    “Anak Durhaka” yang dikutuk (atau terkutuk) menjadi Ikan Pari, Monyet, setengah ikan setengah buaya, dll –> seperti umumnya Hoax, lokasi kejadiannya menjadi simpang siur, dari Meulaboh/Aceh, Pontianak, sampai ke Kuwait, Dubai, dan Mesir.

    dan lain-lain.

    Kesimpulannya, jika sumber beritanya tidak jelas, atau tidak ada yang bisa bertanggungjwab atas berita tersebut, maka tidak ada alasan bagi kita untuk mempercayai berita tersebut.

    Hadits saja bisa di dhaif-kan, padahal boleh jadi hadits tersebut benar-benar bersumber dari Rasulullah, tetapi hanya karena ada cacat (ketidaksempurnaan) pada rawi dan/atau sanad-nya, maka hadits dengan status dha’if tersebut (meskipun ‘mungkin’ benar) tetap kita tinggalkan/abaikan.

    @
    Mas Harisman terimakasih catatannya. Pendekatan bahwa “matan” maupun “sanad” hoax memang tidak jelas, sebagian hanya senyum-senyum saja, sebagian takjub dan merasa sebagai bukti nyata kebenaran. Soal perawi atau sekedar manipulasi photoshop atau ada sumber-sumber lain bahwa itu “bohong”, tidaklah penting. Alasannya, kalaupun bohong, kan membuat saya makin percaya adanya Allah.
    Argumen-argumen ini bukan hanya dikembangkan oleh awam total, tapi juga oleh orang-orang yang dalam hidupnya juga mengabdikan pada agama.
    Begitu kuatnya budaya instan (keinginan untuk meneliti) dan begitu mudahnya mempercayai, meskipun tidak ada juklak resmi mengenai hal ini mungkin jadi sebab cukup banyak caci maki saya terima dari para pembaca blog ini. Kerap saya rujuk juga pandangan “lurus” dari blog atau site lain yang lebih berkualitas dan jadi tempat saya belajar.
    Saya percaya, insya Allah betapapun kecilnya, akan muncul pemahaman yang lebih baik…..

    Suka

Tinggalkan komentar