Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Jangan Pernah lah Mengagumi Kemegahan Dunia…..

Posted by agorsiloku pada Mei 18, 2008

Seorang kawan mengirim pesan melalui email : “Jangan pernah mengagumi dunia….”. Jelas di dalamnya tersirat pesan mendalam tentang dunia hakiki.. eh hakikat. Sebuah dimensi pandang yang bersebrangan pandang dengan dunia materialistik yang mengagumkan sejagat manusia. Penemuan demi penemuan baru ilmu dan teknologi telah mencengangkan manusia, kemajuan yang membuat manusia semakin nyaman dalam kehidupannya. Semakin mudah dan nikmat. Pokoknya, asyik dah. Pesan ini mengingatkan kembali pada ayat pertama At Takaatsur, bermegah-megahan telah melalaikan kamu… sampai ke masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui… (ayat 1-3).

Mobil baru, investasi, tabungan, deposito… eh… semua berada di angan-angan (duh… angan-angan !). Ingat kembali impian kaum pekerja (yang bergaji harian, mingguan, bulanan atau yang senemunya pekerjaan). Kalau saja gaji saya saat ini naik 500 ribu saja, maka tentu saya tidak akan berhutang. Kalau gaji saya naik sekian-sekian, tentu bisa menabung. Setelah sekian tahun dilewati, dan impian saat itu telah terlewati, maka lipatan impian telah bertambah pula. Begitulah, kebutuhan selalu melampaui pendapatan. Begitulah setiap waktu, begitulah setiap kali. Begitu melenakan, begitu melalaikan. Kita bekerja keras, sepenuhnya untuk meraih cita-cita. Meraih impian…. Ketika dunia ini menjadi TIDAK PENTING, dan hanya sebagai stasiun bis kota saja, aspek dimensi spiritual menjadi lebih penting. Kehidupan akhirat menjadi lebih penting dari pada hidup di dunia, aspek esoteris menjadi lebih penting ketimbang eksoterik. Suluk bagi sang salik menjadi penting biarpun dalam pandangan manusia umumnya banyak disalahpahami… 😦 Pemahaman dan penafsiran batiniah lebih penting dari pada penafsiran lahiriah.

Spirit lebih menjanjikan dari pada jasad, dunia spiritual lebih indah dan penuh harapan dari pada dunia material, lebih hakiki, lebih real dibanding seluruh cara pandang keduniawian. Meyakini bahwa dunia tempat kembali dan lebih abadi adalah kampung akhirat. Menyadari akhir perjalanan manusia adalah kembali ke hakikatnya, kembali pada Pemilik Sejati. Buah dari segala kerinduan, segala kasih. Segala tempat kembali, berpulang untuk selamanya.

Tasawuf lebih menekankan spiritualitas dalam berbagai aspeknya. Perjalanan memulainya untuk menuju spiritualitas dikenal sebagai tarekat (thariqah). Kesucian jiwa menjadi penting, karena yang Maha Suci hanya menerima dan didekati dengan kesucian. Sufi menjalani kehidupan untuk mencapai penyucian diri. Mereka memenuhi hidup spiritualnya dengan nama-namaNya (dzkir). Penyucian diri (tazkiyah) penting sebagai upaya mencapai tujuan spiritualitas kehidupan. Qiyam al-lail menjadi hubungan personal yang indah ketika orang lain tertidur dalam lelap. Mereka menangkap cahaya-cahaya illahi.

Pengetahuan yang diperoleh dalam perjalanan spiritual, tidak lagi ditangkap indra, tapi juga oleh hati yang mampu menangkap objek dari entiti spritual. Tidak mudah ditelaah nalar pengetahuan makrifat ini. Penyingkapan pengetahuan berdimensi makrifat bisa terjadi dalam keadaan terjaga atau mimpi, dapat mengambil bentuk ilham atau wahyu, terbukanya kesadaran diri yang selama ini tersembunyi dalam relung-relung sanubari manusia. Kejadian yang ditangkap indra memiliki penafsiran yang berbeda dengan yang dipahami salik. Perjalanan yang tidak bisa hanya dipelajari, tapi harus dijalani.

Yah… seperti menjelaskan rasa manis. Mungkin tak pernah cukup dijelaskan oleh sebuah buku ratusan halaman. Tapi, dengan merasakan manis, maka yang merasakan akan mengerti apakah itu manis.

Pertanyaan kemudian,

Seberapa pentingkah kemegahan dunia bagi kita dibandingkan “kemegahan” spiritual?……

136 Tanggapan to “Jangan Pernah lah Mengagumi Kemegahan Dunia…..”

  1. zal said

    ::”Seberapa pentingkah kemegahan dunia bagi kita dibandingkan “kemegahan” spiritual?……”, tidak terpisahkan…
    kalau memisahkan, hilangnya spiritualitas, dengan apa berjalan pada dunia, jika hilang kesempatan memandang dunia, dengan apa memahami Sang Af’al, Sang Asma, dan Sang SIfat, bukankah Allah memahamkan dengan perantaraan Kalam, yang konon katanya, tak berbunyi dan tak berhuruf, namun dialah segala wujud… lalu apakah lantas kita menjadi golongan yang mengambil sebagian, dan membuang sebagian… padahal segala sesuatu dicipta tidak dengan kesia-siaan…

    @
    😀 karena itu pertanyaannya tidak menjadi : apakah kita harus memisahkan dimensi fana dan spiritual?.
    Namun membangun komparasi di antara keduanya. Nyaris seluruh prosesi ibadah setelah keyakinan selalu turun pada level urusan dunia. Pelaksanaannya selalu tampak spiritualisme kemudian turun pada langkah-langkahnya pada tuntunan duniawi. Namun, tidak sebaliknya atau meninggalkan spiritualisme untuk mengabdi pada kefanaan….
    Terimakaish untuk catatannya yang indah…..
    😀

    Suka

  2. Donny Reza said

    Konsep Dzikir, Fikir dan Ikhtiarnya AA Gym sebetulnya bisa menjadi salah satu ‘jalan tengah’ atau semacamnya dalam menemukan materi dan spiritualitas. Hanya saja, untuk menyeimbangkan ketiganya memang perlu seni tersendiri.

    @
    😀 🙂

    Suka

  3. economatic said

    Ingatlah akan konsep Iman, Islam dan Ikhsan, bila ketiganya mampu kita amalkan, Insya Allah kita akan mampu menyeimbangkan cinta dunia dengan cinta akhirat yang bermuara pada cinta pada Allah dan rasulNya.
    Wassalam,http://economatic.wordpress.com/

    @
    😀
    Amin

    Suka

  4. Herianto said

    Dari doa pemungkas :
    “Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah …”

    Dari segi kepentingan, keduanya (yaitu : dunia-akhirat; material-spiritual) tentu “sama-sama” penting.

    Lalu mana yang lebih penting ?

    Ketika kita mengira spiritual lebih penting, tentu bukan maksudnya dunia boleh ditinggalkan sama sekali. Kepentingan kita di dunia, sepemahaman saya, adalah sama pentingnya dengan kepentingan kita dalam rangka akhirat, karena jalan mencapai akhirat untuk kita adalah harus menjalani dunia ini. Bukankah perjalanan spiritual harus menggunakan alam material (jasadiyah) kita.
    Adalah benar, yang tertinggal nantinya adalah : ukhrowi, spritual, ruhnya amal/jasad (ikhlas). Di alam sana memang tak berguna lagi materi/dunia/jasad.

    Lalu apa kepentingan sejumlah ayat yang membunyikan bahwa spritual lebih baik dari material. (seperti : …wa lal-akhiratu khairu laka minal ‘ula). Menurut saya, kepentingannya adalah agar kita sadar bahwa di alam sana nanti yang dibawa adalah ruhnya amal kita, tetapi selama [hidup] di dunia ini segala prasarana dunia demi mencapai-NYA tentu wajib juga kita gunakan.

    Seberapa pentingkah kemegahan dunia bagi kita dibandingkan “kemegahan” spiritual?……

    Di dunia ini bisa saja sama pentingnya, tetapi di akhirat tentu lebih penting kebanggaan spritual (ruhiyah).

    Lalu kenapa ummat Islam banyak tertinggal di kehidupan ini ? 🙂
    Apakah mereka melupakan dunia ini atau berlomba2 untuk akhirat saja ? 🙂
    Atau justru karena mereka gila dunia (wahn) ? 😆

    @
    ha…ha…ha… Mas Herianto… rasanya semua pembahasan yang Mas buat dan saya postingkan juga menjadi hambar dan tak berguna ketika sampai pada pertanyaan/pernyataan akhir : ATAU JUSTRU KARENA MEREKA GILA DUNIA ? lalu kita mempresepsikan akhirat sama semangatnya dengan keinginan meraih seluruh isi dunia…. atau membuat keseimbangan logis, korupsi sambil beribadah formal, mirip logika zorro….

    Namun tentunya mendapatkan kebahagiaan dunia, jelas berbeda dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya isi dunia untuk menjadi bekal akhirat… 😀

    Suka

  5. yudhisidji said

    “ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “. Surat 28/77

    saya yang masih awam ini menangkap maksud ayat diatas bahwa memang prioritas kita diciptakan di bumi ini (sesuai blueprint 51/56) adalah akhirat. Sehingga Allah mengatakan ….. jangan kamu melupakan bagian duniamu……, sekali lagi saya menangkap Dia hanya mengingatkan utk tidak lupa saja……

    @
    Ya Mas Yudhi, karena banyak sekali indikator disampaikan AQ bahwa kita cenderung bermegah-megahan dan berbangga dengan anak, isteri, harta (dunia)… tidak lupa, juga tidak berbuat kerusakan….

    Suka

  6. Assalamu’alaikum Wr.Wb
    Dulu temen saya pernah bilang ke saya… dalam diri manusia tu terdapat 3 hal, yaitu, Jasat, jiwa dan roh. Jasat itu makanannya nasi, jiwa itu makanannya ilmu pengetahuan, dan roh itu makanannya ibadah… kalau manusia cuma kerjanya makan aja apa jadinya?? kalau orang kerjanya cuma belajar aja apa jadinya?? kalau orang kerjanya cuma ibadah aja apa jadinya??
    jadi jika ketiga hal tersebut harus seimbang, kalau seimbang gak ada masalah.
    kalau gak salah gitu kata temen saya, maaf kalau salah.. cos temen saya bilangnya waktu saya masih SMP lha sekarang dah 3 tahun lulus SMA

    Oh ya mas.. tukeran link yuk…. please…. sesama orang muslim harus saling tolong menolong kan???

    wassalamu’alaikum Wr. Wb

    @
    Wass.wr.wb. Terimakasih untuk ajakannya dan juga catatannya. Kita tukeran link : Tentu saja ok. Bahkan tanpa dimintapun oke. Memang kadang agak pemilih, karena pertimbangan ketersediaan tempat saja.
    Mengenai jasad, jiwa dan roh. Khususnya dua yang terakhir, terus terang, seperti catatan komentar sebelumnya, saya tidak banyak mengenal klasifikasi ini. Masih harus belajar karena dalam banyak hal di sini saya tidak mengerti perbedaannya. Seperti yang disampaikan rekan Mas itu, Jiwa itu makanannya pengetahuan dan roh itu makanannya ibadah. Jadi, roh dan jiwa itu entiti yang berbeda?. Ibadah menghasilkan pahala?, lalu jiwa?. Hakikatnya, kita dalam kehidupan yang sedikit waktu untuk merenungkan hanya dapat menjawab, seperti AQ sampaikan, kita diberikan pengetahuan mengenai hal ini sedikit. Saya belum mendapatkan sambungan-sambungan pemahaman jadi saya baru bisa pada tahap melihat-lihat dulu….
    Salam, agor.

    Suka

  7. aburahat said

    Maaf mas Agor karena keasyikan mengikuti posting anda sampai lupa mengucapkan salam kenal. Salam kenal kawan2. Menurut semua yg kita alami di dunia ini merupakan cobaan terhadap IMAN kita. Apakah kaya, miskin senang menderita, malas rajin dlsb hanya merupakan cobaan bagi Iman kita. Kita kaya apakah sdh dilaksanakan perintah Allah ZAKAT. Dicoba Iman kita terhdp harta yg kita dpt. Miskin, cukup sabar kita menerimanya? Rajin, apakah kita rajin mengingat Allah atau kita rajin berfoya-foya? dlsb. Apakah kita mensyukuri apa saja yg kita alami kita kita kufur terhadapnya. Ini semua COBAAN ALLAH atas ke IMANAN kita pada ALLAH Tiada Tuhan selain DIA

    @
    Mas Aburahat, terimakasih sudi berkunjung. Postingan yang agor buat sengaja dibuat sederhana dan tidak tuntas. Pertama, karena pengetahuan dan pengalaman yang memang tidak banyak dan yang kedua, diharapkan dukungan/bantuan dari para pembaca untuk bertukar sapa.
    Agor haturkan terimakasih pula diingatkan untuk tidak lupa berzakat dan berbagi. Alangkah indahnya jika kita bisa memenuhi sepertiga dari rahmatNya untuk berbagi !. Tak berani bermimpi, seperti para sahabat Nabi yang mencurahkan seluruh rizki, kecuali yang disisakan untuk mempertahankan hidup, untuk melaksanakan perintah Allah…

    Suka

  8. aburahat said

    @Mas Agor
    Allah tdk membebani hambanya kecuali sesuai kemampuannya. Tdk usah terlalu muluk2 kita berbuat utk Allah cukup dg IKHLAS dan RIDHA kemudian kita serahkan seluruh urusan pd Allah dan BERTAWAKAL. Maaf menggurui seperti ustadz atau kiyai tp itu adalah prinsip hidup saya. jd kita sharing kebaikan apabila ini menurut mas Agor baik.

    @
    Betul Mas, kita percaya Allah akan memberikan beban sesuai dengan kemampuan kita. Kadang kita (baca : saya) merasa dalam menjalani ini kerap ragu, kadang berusaha ikhlas, sambil merasa betapa masih rendahnya kadar ikhlas yang dimiliki. Jadi, pada banyak hal, baru pada tahapan berusaha….
    Terimakasih untuk sharing yang baik ini…. 🙂

    Suka

  9. haniifa said

    Ha..ha..ha..
    Om Agor nie selalu saja menyediakan kios untuk berjualan buat saja 😉

    @
    😀

    Suka

  10. Assalamu alaikum wr wb

    Mengelolah dunia tanpa larut terbawa arus dunia….
    kerja yang merupakan salah satu tekhnik mengelolah dunia.kalau terbawa larut apalagi cinta…..itu lain cerita…berarti hidup di dunia hanya untuk dunia .sedangkan bekerja di dunia untuk melaksanakan amanah yang ALLAH berikan..serta mengharapkan ridho ALLAH….adalah tujuan…dan nggak ada tujuan lainnya.baik bertujuan ke syurga ataupun terhindar dari api neraka..melenceng dikit sich….malah udah bisa dikatakan melenceng.

    Jadi hidup di dunia LILLAHI TA’ALA.
    Gitu bukan?

    Suka

  11. aburahat said

    Jgn ragu dan bimbang dlm beribdah. Hrs yakin bahwa apa yg kita laksanakan adalah yg terbaik dan sesuai kemampuan kita. Jgn dibandingkan dg yg lain. Klu kita selalu ingin membandingan dg yg lain apalagi yg magamnya lbh tinggi dr kita maka pasti merasa kurang. Tp ibadah kita bukan utk dibandingkan. Biar Allah yg menilai

    Suka

  12. Dono said

    Ass.wr.wb,
    Barang siapa memilih dunia, akan diberikan dunia padanya dan barang siapa memilih akhirat akan diberikan akirat padanya dan ditambahkan lagi untuknya dari sisi Allah S.W.T.
    pilihan Dunia adalah untuk orang-orang yang tidak bersyukur sedangkan pilihan akhirat adalah untuk orang-orang yang tunduk dan sujud kepada Allah S.W.T, akhirat dan rejeki yang halal akan diberikan Allah S.W.T untuknya.
    Kita lahir telanjang bulat ke dunia ini jadi janganlah kita katakan kita ini mempunyai Hak,Hak itu dari Allah. sebenarnya Hak anak adam itu hanya sehelai kain untuk menutupi auratnya,tunduk dan sujudlah kepada Allah S.W.T, wahai orang-orang yang berfikir agar diberikan rejeki yang baik untukmu dari Sisi Allah S.W.T.

    Wassalam.salam sejahtera untuk semua.
    Dono.

    Suka

  13. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Manusia diciptakan Allah adalah untuk beribadat kepadaNya.
    Manusia diciptakan dan “diturunkan” ke Bumi adalah untuk menjabat tugas, “pengganti” makhluk lain (menurut sebagian pendapat), sebagai khalifatullah fil ardhi. Atau dengan kata lain, sebagai penguasa Bumi (Bumi mungkin hanya sebagai pos komando )dan alam semesta.
    Bagaimanakah amanah ini dapat kita laksanakan kalau kita “meninggalkan dunia”?. Bukan meninggal dunia lho!. :D.
    Dunia harus kita kelola. Dunia harus kita kuasai. Dunia harus kita “genggam”.
    Dunia harus dikuasai oleh manusia, wa bil khusus oleh umat Islam, sebagai pemegang amanah terakhir. Sebagai umat yang diberi tugas untuk meluruskan risalah sebagai sarana peribadahan umat manusia kepada Allah sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia.
    Umat Islam hampir memenuhi tugas ini. Hampir sepertiga Bumi pernah dikuasai oleh umat Islam. Ketika raja-raja Eropa masih banyak yang belum kenal baca tulis, bahkan menyikat gigipun belum dikenal mereka, umat Islam sudah jauh melaju dengan penemuan-penemuan spetakuler dalam sains dan tekhnologi serta sastra dan seni, yang akhirnya memacu abad kebangkitan Eropah.
    Bukankah sarjana Islam masa lalu adalah penemu sistem optik dan lensa yang menjadi cikal bakal Teleskop Hubble sekarang. Bukankah sarjana Islam juga yang telah mengembangkan hukum aerodinamis dan mengujinya dan merupakan cikal bakal pesawat terbang dan pesawat angkasa luar dewasa ini?. Belum lagi masaalah ilmu perobatan dan kesehatan. Siapakah mereka, sarjana-sarjana ilmu pengetahuan tersebut?. Mereka adalah para Ulama. Ulama yang menguasai segala pengetahuan agama dan hukum Islam. Mereka bukan sarjana sekuler, yang lari dari agama untuk menekuni sains dan tekhnologi. Mereka adalah ahli hadits dan juga ahli al-Quran, yang mendalami ilmu dunia. Mereka betul-betul ingin mewujudkan amanah Allah sebagai khalifatullah di muka Bumi. Mereka betul-betul mewujudkan perintah Allah supaya beribadat kepadaNya. Selain ritual ibadah sesuai dengan ajaran Rasul, bagi mereka mempelajari ilmu dunia juga adalah sarana beribadah.
    Mereka betul-betul mengamalkan perintah Rasul untuk menuntut ilmu walaupun dimana saja. Mereka betul-betul menjawab tantangan Allah : Samakah orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?.
    Makanya umat Islam saat itu, betul-betul menguasai dunia. Betul-betul menguasai kemegahan dunia. Tetapi tidak pernah mereka dikuasai oleh dunia maupun kemegahan dunia.
    Mereka memanfaatkan dunia sebagai ibadah untuk kepentingan akhirat mereka. Mereka menggunakan dunia untuk memperkuat keimanan mereka. Penguasaan mereka terhadap hal yang bersifat keduniaan adalah pemacu kepuasan mereka dalam hal peningkatan spiritualitas mereka. Makin banyak yang mereka dapatkan dari dunia makin tinggi kualitas spiritual mereka terhadap kebesaran Allah.
    Tapi sekarang?. Dunia memang dikuasai oleh manusia. Manusia yang mana?. Memang benar negara dan umat Islam memiliki sumber penunjang kehidupan dunia yang melimpah. Tapi hanya sekadar pemilik. Bukan pemilik dan penguasa. Yang menguasai dan memilikinya adalah umat lain.
    Kenapa?. Karena pemimpin dan bahkan umat Islam, kebanyakannya sudah dihinggapi oleh suatu penyakit yang dinamai Rasulallah sebagai penyakit Al-Wahan”. Cinta dunia dan takut mati. Tidak seperti umat Islam tempo dulu. Cinta mati dan benci dunia. Mereka bukan benci akan kenikmatan dunia, tetapi benci dikuasai dunia.
    Bukankah ada perkataan yang mengatakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq RA adalah orang yang tidak menghendaki dunia dan juga dunia tidak menghendakinya. Beliau melihat dunia hanya sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Sementara Umar Al-Kaththab RA adalah salah satu umat Islam yang sangat diingini dunia, tapi beliau tidak membutuhkan dunia. Dunia bagi Umar hanyalah alat dan sarana bagi menegakkan Islam. Dunia adalah suatu yang harus dieksploitasi untuk kepentingan umat manusia dan umat Islam khususnya. Bukan tujuan hidup beliau-beliau Radhiallahuanhum tersebut.
    Umat Islam sekarang, entah kapan mulainya, sebagian besar (tidak semua)menjadi dua kelompok. Yang satu sangat mencintai dunia dan takut mati. Sehingga ghirah untuk berjuang demi tingginya Islam hilang dari sanubarinya. Ritual ibadah yang dilakukan hanya sebatas ibadah fisik tanpa makna. Mereka inilah pengagum kemegahan dunia dan menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Mereka inilah, dengan berbagai cara, bersih maupun kotor, mati-matian ingin meraih dunia. Bahkan kalau perlu menjadi sekuler bolehlah. Yang penting dunia dapat diraih.
    Satu kelompok lagi, saking bencinya terhadap dunia, melarikan diri kedalam perilaku “suluk” dan thariqah/tasawuf (dengan bermacam-macam aliran). Mencari kelezatan spiritual dengan bersepi dan bersunyi diri. Menganggap bahwa dunia hanya penghalang untuk mencapai ma’rifatullah. Beranggapan bahwa untuk meraih hakikat kehidupan harus membuang dunia dan jangan terlibat dengan urusan dunia. Saking esktimnya, golongan ini sanggup berjorok-jorok ria. Dengan pakaian kumuh dan compang camping seadanya. Makan apa yang dapat saja. Bahkan sisa makanan dan rumput dan daun kayupun jadi. Inilah yang mereka anggap zuhud. Inilah yang mereka anggap jalan untuk menemukan hakikat dan ma’rifat. Inilah jalan yang akan meninggikan qualitas spiritualitas mereka. Inilah jalan yang sebenarnya untuk mencapai surga. Inilah jalan yang akan membawa mereka kepada taqarrub ilallah. Tidak perduli umat dan negara dalam keadaan bagaimana. Tak peduli tetangga menalami apa. Yang penting “aku” tidak terganggu untuk menikmati kelezatan spiritual. Yang penting aku mencapai “fana”. Yang penting “aku” bisa bersatu dengan sang Khaliq. Harta, anak dan isteri hanya penghalang.
    Sehingga terucaplah dari mereka Ana alHaq. Akulah yang Haq. Kalau aku melihat diriKu kulihatlah Dia, dan sebagainya.
    Dua perilaku dan dua kelompok tersebut diataslah yang menjadikan umat Islam mundur. Mundur dalam segala segi. Duniawi maupun ukhrowi.
    Dua hal tersebut pulalah yang merupakan senjata bagi umat lain untuk menguasai dunia Islam. Menjadikan umat Islam sapi perahan. Menjadikan umat Islam yang tadinya tuan menjadi hamba.

    Kelompok pertama, diprovokasi untuk mengejar dunia sebanyak-banyaknya, kalau perlu negara digadaikan. Mumpung masih hidup, nikmatilah. Sehingga daya juang dan jihad fisabilillah lenyap dari dirinya karena cinta harta dan takut mati. Agama hanya sekadar ritual tanpa makna.
    Sementara yang satu lagi diprovokasi supaya meninggalkan dunia.
    Bukankah harta adalah kotoran dunia?. Bukankah harta hanya fitnah saja?. Bukankah yang paling banyak masuk sorga adalah orang fakir dan miskin?. Akhirat lebih penting dari pada dunia. Dunia hanya sebentar, akhirat adalah tempat kekal. Kejarlah akhirat tinggalkan dunia.
    Inilah ayat dan hadits yang diperalat untuk menghilangkan ghirah mereka terhadap dunia. Hilang jugalah kekuatan jihad karenanya.
    Mau negara dan harta umat Islam dikuasai kafir, tidak perduli, ‘aku” tidak perlu dengan dunia. Yang penting “aku” bisa menikmati khalwatku dengan Allah.
    Padahal siapakah yang lebih zuhud, yang lebih dekat dengan Allah, yang lebih faham akan ajaran Allah dan yang lebih takut kepada Allah serta lebih mencintai Allah selai Rasullah dan para shahabatnya.
    Beliau Rasulallah Shalallahu’alaihiwassalam berserta para shahabatnya tetap memerlukan dunia dan menikmatinya.
    Kalau kita baca bahwa Umar berkhotbah sementara pada bajunya terdapat 27 tambalan, bukan karena Umar mau berpakaian seperti itu. Tetapi itulah satu-satunya baju yang tebaik saat itu yang dimiliki beliau. Bukankah Umar bin Abdul Aziz (Cucu Umar bin Kaththab) terpaksa bertelanjang dada karena menunggu bajunya kering. Bukan karena tidak mau berpakaian bagus. Tetapi karena tidak punya. Siapa dari umat sekarang yang bisa menandingi kezuhudan para shahabat, tabiian dan tabiut tabiin?. Bukankah Rasulallah menyukai pakaian bagus. Bukankah Rasul juga menggauli isterinya?. Siapakah yang sanggup menyaingi kezuhudan beliau?.
    Mereka semua ( Rasul dan para shahabat beliau)menikmati dunia. Mereka juga berkerja untuk merengkuh bahagian mereka didunia.
    Bagi mereka dunia adalah sarana, alat dan jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Alat untuk mencari bekal akhirat mereka.
    Bukankah ada dikatakan : Kejarlah duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, tetapi kejarlah akhiratmu (beribadahalah kamu) seolah-olah kamu akan mati besok.
    Mereka berkerja sekuatnya untuk mendapatkan harta dunia, tetapi yang didapat habis dinafkahkan untuk keperluan umat. Bukan untuk mereka sendiri. Makanya hati mereka tidak lekat kepada harta dunia.
    Rasul pernah mengatakan bahwa orang yang kaya adalah orang yang merasa cukup.
    Orang yang cukup adalah orang yang tidak pernah merasa kekurangan. Mera ridho kepada apa yang dikaruniai Allah kepada mereka. Sedikit maupun banyak.
    Inilah pelajaran yang diajarkan Rasul kepada para shahabat. Inilah pelajaran yang seharusnya diikuti oleh pemimpin dan umat Islam.
    Ajaran inilah yang diikuti oleh umat Islam pendahulu, sehingga mereka betul-betul menjadi pemilik yang menguasai miliknya. Penguasa yang berkuasa atas kekuasaannya.
    Menjadikan mereka rahmatilil’alamin.
    Menjadikan mereka betul-betul umat yang beribadah kepada Allah.
    Menjadikan mereka betul-betul pemegang amanah sebagai khalifatullah fil ardhi.
    Mereka pernah meraih kemegahan dunia. Mereka juga bekerja untuk mencapai kejayaan dunia. Mereka tidak lari dari dunia dan kemegahannya. Tapi mereka tidak terikat dan tidak dikuasai dunia, sebaliknya mereka yang menguasai dunia. Mereka yang memanfaatkan dunia untuk kemaslahatan umat manusia. Tidak perduli beriman maupun tidak.
    Bagaimana dengan kita?. Apakah kita harus lari dari kemegahan dunia?. Apakah kita harus berdiam diri dari mencapai keberhasilan didunia?. Apakah kita harus bersuluk ria, bertasawuf dan menjadi sufi?. Biarkan umat lain menguasai dunia?. Apakah kita mau dijadikan hamba mereka, sementara kita adalah umat yang diberi amanah untuk menjadi khalifatullah di muka bumi?. Atau apakah kita akan menjadi orang yang terkagum-kagum dengan kemegahan dunia?. Mencapai dan meraihnya dengan segala akal dan cara?. Menjadi orang yang dikuasai dunia bukan yang menguasainya?.
    Pilihan ada ditangan saya, anda, dan mereka. Ajaran sudah cukup. Pedoman pun sudah lengkap. Sarana dan alatpun sudah dikaruniakan Allah. Tinggal apa maunya kita. Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  14. yudhisidji said

    ada yang sudi menjelaskan kepada saya maksud “dunia”, “ardhi/bumi”, dan “alam” ? mungkin karena yang sering saya dengar dunia itu dengan akhirat, ardhi dengan samawat. maaf kalau out of topic?

    Suka

  15. haniifa said

    @mas Yudhisidji
    Dunia dan Akhirat biasanya lebih dominan perspektif mata batiniah (baca: Qalbu) dan sedikit mata lahiriah (baca: kasat mata)
    Sedangkan Ardhi dan Samawat biasanya lebih dominan perspektif mata lahiriah (baca: kasat mata) dan sedikit mata batiniah (baca: Qalbu)

    Suka

  16. aburahat said

    Maaf say suka nimbrung
    @Mas Abudaniel.
    Allah tdk menyuruh kita menguasai dunia ini mas. Orang2 Barat dan Amerika yg ingin menguasai dunia. Kita sebagai Khalifa bertugas utk menjaga dan memelihara dan mengenal ciptaannya. Dunia sebagai pijakan menuju Akhirat.
    @Mas Hanifa dan mas Yudhisidji.
    Dunia adalah Alam Nyata yg kita hidup sekarang lawannya Akhirat alam kembali kita tempat kita hidup se-lama2nya dan merupakan Alam baru yg sementara ini Gaib.
    Ardhi adalah Bumi yg sekarang kita tinggal dan Sama’/Samawati adalah yg kita sebut langit. Yg menjadi pertanyaan adalah apakah kangit = Ruang angkasa. Atau langit merupakan suatu bagian yg berada diatas kita sbg batas pandangan/tanpa batas.

    Suka

  17. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Aburahat,
    Betul kata Mas, kalau penguasaan Bumi dimaksudkan seperti penguasaan bumi seperti yang dilakukan oleh Amerika dan Eropah pada umumnya.
    Tetapi penguasaan Bumi (alam jagat raya umumnya) oleh kita (baca: Islam), adalah untuk kepentingan dalam tugas kita menjaga dan memeliharanya.
    Kalau kita tidak menguasai, bagaimana kita akan menjaga dan memeliharanya sesuai dengan tugas kita yang diamanahkan oleh Allah?. Kata boleh sama, “menguasai” tetapi tujuan antara Islam dengan lainnya berbeda. Menguasai bagi mereka bisa kita terjemahkan dengan “mengangkangi” dan untuk kepentingan mereka. Sebaliknya “menguasai” bagi kita adalah “mengayomi” dan digunakan untuk kepentingan umat manusia seluruhnya, sesuai dengan keberadaan Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin. Bedakan?. 🙂
    Wassalam,

    Suka

  18. zal said

    ::mas abudaniel dari copy paste untuk comment ke mas Aburahat “Tetapi penguasaan Bumi (alam jagat raya umumnya) oleh kita (baca: Islam), adalah untuk kepentingan dalam tugas kita menjaga dan memeliharanya”, apa dapat dipastikan bahwa kita yang keturunan Bapak-bapak kita ini Islam yang dimaksudkan Allah itu…???, sebab sepertinya Allah, pada AQ 5:3 itu khusu untuk Nabi Muhammad, setelah disempurnakanNYA Akhlak bagi Beliau, dan beliau mengajarkan kepada kita bagaimana mencapai derajat tersebut itu…apa bukan begitu.., sementara ini saya sudah tidak PEDE lagi menyebut diri saya sudah dalam Islam yg Maha Agung itu…kecuali masih mencoba mengenali bagaimana Beliau mencapai derajat/maqam demikian dari Allah…

    Suka

  19. haniifa said

    Firman Allah di surah Al Maa’idah 3 :
    Bismillahir rahmanir-rahim
    Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    Jadi geli kalau makan Daging Babi trus minum Arak kemudian kesetrum 220 Volt (paling banter 1200 Watt)… 😀
    Kemudian menyalahkan para Pakar Electronika / para Ahli Listrik Tenggangan Tinggi bahwa menyalurkan voltase 220 Volt kerumah-rumah bisa membuat manusia kojot-kojot sehingga faham segala ilmu dunia dan akhirat ??

    Usul neeh, mas-mas PLN bisa nggak bikin nabi baru yang kesetrum 😀

    Suka

  20. zal said

    ::mas haniifa, salah ya pandangan saya…mohon maaf ya…maaf sekali…, ini hanya pandangan saya mas, oleh sebab itu saya sebut “saya” bukan “kita”…

    Suka

  21. haniifa said

    @mas Zal
    Bukan itu maksudnya mas, selayaknya saya malah yang mohon maaf…
    Insya Allah, saya mengerti apa yang mas tulis :
    Sebab sepertinya Allah, pada AQ 5:3 itu khusu untuk Nabi Muhammad,
    Namun jujur saja, saya merasa khawatir terhadap para pembaca (bahkan saya sendiri) jika tidak hati-hati menyikapi ungkapan mas tersebut.
    Sekali lagi untuk mas Zal sendiri, Saya, bahkan mungkin rekan-rekan dapat memahami, tapi tidak menjadi jaminan untuk yang baru mengenal kulit luarnya saja…

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  22. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Zal,
    AQ Al-Maidaah : 3, disut Allah menyatakan bahwa pada hari ini (hari disaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menerima wahyu tersebut), telah disempurnakan semua urusan agama Islam, nikmat kepada beliau (dengan banyaknya penganut dan pengikut Islam, dengan kembalinya Mekkah ketangan beliau dan dibawah penjgaan Islam), dan diredhaoinya Islam sebagai agama umat manusia (bukan hanya manusia di Jazirah Arab saja). Didalam ayat yang diturunkan juga terdapat syariat/hukum mengenai makanan, terutama makanan yang perlu disembelih dan juga larangan terhadap makan babi (mungkin sebagai penegasan larangan makan babi, sebagaimana yang pernah dikenakan kepada umat terdahulu, Yahudi dan Nasrani – yang sampai sekarang masih dapat dijumpai
    dalam “Kitab Suci” mereka).
    Apakah kita termasuk dalam umat yang mengikuti Islam sebagaimana yang tercantum dilam Ayat Al-Maidaah : 3 tersebut?. Ya, sejauh kita tetap mengikuti petunjuk Al-Quraan dan Sunnah Rasul yang shahih. Tidak ada bedanya kita dengan umat Islam terdahulu, sejauh panduan kita adalah dua peninggalan Rasul tersebut. Kitabullah wa Sunnatul Rasulihi.
    Disini juga ada penegasan bahwa Islam yang diajarkan Rasulallah adalah Islam yang sudah sempurna. Nggak perlu ditambah-tambah lagi dengan segala laku-laku yang aneh. Ritual-ritual yang tidak pernah dibuat oleh Rasul dan para shahabatnya serta para imam mujtahid. Segala yang kadang-kadang keluar dari tuntunan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Segala cara-cara atau “tarekat” yang baru yang tidak pernah diajarkan oleh beliau maupun oleh para salafusshaleh, kecuali oelh pengikut hawa nafsu.
    Kalau kita beragama Islam menurut cara-cara yang “baru” ini, maka tidaklah kita termasuk didalam apa yang diredhai Allah dialam AQ 5:3 tersebut. Sama jugalah kita mengatakan Islam belum sempurna, karena perlu dibuat cara ritual yang “baru”. Sama jugalah kita seolah-olah menuduh Rasul berkhianat, karena tidak mengajarkan laku-laku “baru” seperti yang banyak terdapat sekarang ini.
    Ayat tersebut juga memperkuat pernyataan Allah bahwa tidak ada lagi wahyu yang akan diturunkan oleh Allah. Karena Islam sudah sempurna dan sudah diredhai sebagai agama/addin untuk semua manusia, tidak terkecuali. Terlepas mau atau tidaknya manusia tersebut menganutnya. Tidak diperlukan lagi Nabi dan Rasul.
    Tidak perlu lagu Musailamah AlKadzab, Lia Eden, Musaddeq, Ghulam Ahmad, Bahaullah, Isa Bugis, dan sejenisnya.
    Jadi, sejauh kita berIslam sesuai dengan apa yang telah disampaikan Rasulallah, maka berhaklah kita untuk masuk dalam kelompok Khalifatullah fil ardhi, dengan tugas memelihara dan menjaga alam ciptaan Allah ini.
    Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  23. aburahat said

    @Teman2 Ass WW
    Sebenarnya saya tdk akan membawakan ayat ini serta Hadisnya krn akan menjadi perdebatan yg serius. Krn saya hanya ingin meluruskan pengertian mengenai QS 5:3 maka saya terpaksa saya sebut ayatnya tanpa komentar. Pd Surah Al-Maa’idah ayat 3 Khusus mengenai telah Allah sempurnakan Agama Islam sangat erat hubungannya dg ayat 67 dlm Surah Al-Maa’idah: “Blm sempurna Risalah yg dibawah oleh Rasul klu tdk menyampaikan yg satu ini.”

    Suka

  24. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @mas Aburahat
    Inilah kehebatan Rasulullah dalam penyampaian Wahyu Illahi, dan keteguhan beliau beserta para penghapal Al Qur’an. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Al Qur’an tidak turun sesuai dengan urutan No. Surah dan No. Ayat.
    Contoh Surah Al ‘Alaq 1 s/d 5 sebagai surah pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w akan tetapi Surah Al Faatihah yang menjadi Umul Kitab sekaligus sebagai urutan pertama dalam penulisan Al Qur’an.
    Kembali ke QS 5:3, Rasulullah dan para sahabat penghapal Al Qur’an mohon maaf mungkin saja merasa bahwa ayat tersebut merupakan ayat terakhir, namun mereka semua tidak berani mendahului Allah, kenapa ?? Jawab: Sebab ada contoh Surah Thaahaa dimana ayat pertamanya juga Thaahaa.
    Jadi jelas bukan, kekhawatiran Rasulullah jika Al Qur’an ditulis di saat beliau masih hidup !!.
    Bagaimana jadinya kalau ternyata setelah kemenangan gemilang panji Islam, para sahabat Nabi Muhammad s.a.w menyampaikan Ayat-ayat Al Qur’an sepotong-sepotong secara tertulis !!
    Disamping menjadi polemik yang sangat dasyat juga Allah tidak pernah memerintahkan para Rasulullah untuk menulis dengan tangannya sendiri !!
    Nah sedikit saran buat mas Aburahat, coba tolong periksa lagi secara seksama interkoneksi antar ayat yang mas sebutkan diatas.

    (Nb: Saya suka geli jika “Kebo Bule” buat film Ten Commandments… ditulis pada batu datar 😀 )

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  25. haniifa said

    Mungpung Oom Agor sibuk dikantor…
    Numpang dagang lagi ahhh 😀

    Arti “UMMI” bukanlah buta huruf melainkan “Buta Agama” !!

    Suka

  26. yudhisidji said

    @haniifa…
    mohon maaf…ternyata selama ini kita banyak mendapatkan masukan2 yang sangat bermanfaat antar saudara maya dengan teknologi yang dibikin “kebo bule” ya…

    Suka

  27. yudhisidji said

    @abudaniel
    maaf kalau saya agak2 melbok….
    kesimpulan @abudanie sepertinya mengarah pada bahwa Islam disempurnakan pada era Muhammad saw. benarkah begitu ?? dengan begitu pada masa ibrahim ke bawah (sebelum muhammad
    ) agama apa yg mereka pegang ??

    Suka

  28. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Haniifa,
    Yang jelas Ten Commandement tidak ditulis dalam bahasa “Ibrani” apalagi bahasa Yahudi Modern.
    Karena Nabi Musa dibesarkan di Mesir dari orang tua yang juga dibesarkan di Mesir, apalagi beliau sejak bayi adalah termasuk “anak kesyangan” isteri Fir’aun, dan dibesarkan di istana Fir’aun, maka logikanya, beliau pasti lebih menguasai bahasa Coptik yang dipergunakan para bangsawan Mesir ketimbang bahasa Ibrani yang merupakan bahasa pergaulan orang-orang Aberu/Hebru (Bani Israel) yang bermukim di Mesir sejak Nabiyullah Yusuf AS dan saudara-saudaranya bermigrasi kesana. Juga tulisan yang diajarkan kepada beliau oleh para guru istana sejak kecil tentu sejenis huruf paku (Hierogliph)bukan huruf Ibrani.
    Dengan pertimbangan diatas, pastilah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa,yang didalamnya termasuk Ten Commandement, ditulis Allah menggunakan huruf paku dan berbahasa Coptik bukan berbahasa Aberu/Haberu/Ibrani, dan ditulis/diukir/digrafir pada “loh batu”( tidak diceritakan apakah “loh” ini berbentuk datar, tebal, tipis atau cekung). Kemudian “loh” ini, oleh Bani Israel disimpan didalam sebuah tempat yang dikenal dengan nama “Tabut” dan diletakkan disebuah altar batu didalam kuil sebagai penghormatan. “Tabut” inilah yang hilang bersama runtuhnya Kuil Sulaiman ( Solomon Temple). Ini adalah pendapat sebahagian Kristolog dan sarjana Al-Kitab. Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  29. Abudaniel said

    Assalamu’alikum,
    @ Mas Yudhi,
    Sejak Adam agama yang diturunkan Allah adalah Islam.
    AQ sendiri mengatakan bahwa bukanlah Ibrahim itu Yahudi ataupun Nasrani dan juga Adam dan Nabi-nabi lainnya.
    Tidak dikenal (sepanjang pembacaan saya) agama dengan nama lain (dari perspektif Islam berdasarkan AQ)yang diturunkan Allah kecuali Islam.
    Cuma karena ruang lingkupnya lokal/kelompok, maka masing-masing Nabi diberi syari’at berbeda sesuai dengan lingkungan dan masanya, sampailah kepada Musa yang diturunkan syari’at baru yang berlanjut sampai kezaman Isa dengan diturunkannya Injil sebagai koreksi terhadap Islam era Musa yang telah banyak mengalami perobahan dan penyelewengan yang memunculkan agama “Yahudi”, baik disegi peribadatan maupun dari segi penafsiran Taurat itu sendiri. Sejak itu pulalah Islam berobah menjadi agama Yahudi. Kenapa dinamakan Yahudi?. Karena suku Yahuda (salah satu suku dalam Bani Israel)suku yang mendominasi kehidupan Bani Israel pada saat itu, walaupun secara turun temurun tongkat keimaman masih dipegang oleh keturunan Nabi Harun dari suku Lewi (ketuturunan dari Lewi bin Ya’kub). Pada masa-masa sebelum diutusnya Isa AS, setelah Nabi Musa/Harun, telah banyak Allah mengutus para Nabi dan Rasul kepada bani Israel untuk mengembalikan agama Islam sesuai ajaran Nabi Musa AS , diantaranya Zakaria, Yahya, Daniel, Habakuk, Yesaya, Yehezkiel, Ilyas, Ilyasa’ dan lainnya sampailah kepada diutusnya Isa AS. Walaupun “Islam” pada saat itu masih merupakan agama kelompok/bangsa, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga dipelosok dunia lainnya telah ada “Islam” yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul dengan syari’at yang berbeda, tetapi inti tauhidnya satu. Beriman hanya kepada Allah (apapun sebutannya), tidak menyekutukanNya dengan apapun dan beramal shaleh (sesuai dengan syari’at yang diturunkan kepada masing-masing bangsa/kelompok). Maka, sebagai Nabi/Rasul terakhir, diutuslah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk mengembalikan Islam pada fitrahnya dan untuk seluruh alam (manusia dan Jin). Untuk maksud itulah Islam pada era Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam harus mempunyai syari’at yang berlaku universal, berlaku untuk semua bangsa dan kelompok, termasuk kelompok dan bangsa Jin. Semua ajaran Islam universal ini tertuang didalam Kitab Suci Al-Quranulkarim dan diaplikasikan sesuai petunjuk Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang kita kenal dengan nama Sunnah Rasul. Setelah semua perangkat, penjelasan, ajaran dan syar’iat sudah lengkap diturunkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beberapa waktu berselang sebelum kewafatan beliau, turunlah ayat ini ( AQ 5:3 ) sebagai “kata putus” dari Allah tentang kesempurnaan Islam, baik dari segi ajaran maupun aplikasinya dan keredhoanNya. Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  30. aburahat said

    @Hanifah
    Saya bukan menolak penulisan atau kesempurnaan Alqur’an. Tp yg saya maksudkan blm sempurna Risalah yg dibawa oleh Rasul apabila yg satu ini tdk disampaikan. Dan apa yg blm Rasul sampaikan yg telah diturunkan kepada Rasulullah sehingga Allah mengatakan BLM MENYAMPAIKAN RISALAHNYA. Pada hal Rasul sdh 23 thn menyampaikan perintah, larangan, dan anjuran Allah? Apakah dg tdk menyampaikan yg satu ini berarti Rasul gagal dlm membawa Risalah? Klu melihat dari ayat tsb maka yg blm Rasul sampaikan itu sangat penting. Oleh krn itu blm sempurna apabila yg satu ini blm disampaikan. Dan sesudah Rasul sampaikan yg satu ini baru ayat terakhir yakni QS 5:3 turun.Sebenarnya masih ada satu ayat lagi (nanti saya carikan)baru QS 5:3 Agar mas jelas dan coba pikir dgn tenang bunyi ayat tsb.
    Surah Alma’idah ayat 67 berbunyi:
    ” Hai Rasul, sampaikanlah apa yg TELAH DITURUNKAN kepadamu dari Tuhanmu. Dan apabila TDK KAMU SAMPAIKAN maka kamu blm MENYAMPAIKAN RISALAHNYA. Jangan kamu takut Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tdk memberikan petunjuk pd orang2 kafir. Apakah selama 23 thn Rasul tdk menyampaikan Risalah dan apakah Rasul pernah merasa takut dlm menyampaikan Risalah? Sehingga turun ayat yg begitu keras bunyinya?

    Suka

  31. Anonim said

    Assalamu’alaikum,
    @ Aburahat,
    Kalau kita perhatikan bunyi ayat AQ 5:67 tersebut, memang seolah-olah “ada” hal yang penting yang belum (?) dan harus disampaikan Rasul kepada manusia. Entah apa itu, tidak dijelaskan.
    Untuk mengetahui “apa itu”, kita harus mencari didalam Asbabunnuzul ayat dan juga harus membuka-buka kitab tafsir (seumpama Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Jalalain, atau yang seperti itu). Tidak akan kita ketemukan didalam terjemahan, apakah itu versi Depag maupun lainnya.
    Jadi tidak bisa kita berandai-andai “apa itu” sebenarnya. Kenapa belum (pada saat itu, sebelum turun ayat AQ 5:67)disampaikan oleh Rasul “hal” tersebut. Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  32. haniifa said

    @mas Yudhisidji
    mohon maaf…ternyata selama ini kita banyak mendapatkan masukan2 yang sangat bermanfaat antar saudara maya dengan teknologi yang dibikin “kebo bule” ya…

    Betul mas, dan berkaitan dengan teknologi ini saya utarakan sedikit hipotesis tentang konsep dasarnya.
    Allah yang menciptakan kita, sejarah membuktikan bahwa Allah menurunkan empat (4) Al Kitab yang dapat difahami kemudian dipelajari sampai saat ini untuk kemajuan dan kesejahteraan mahluqnya (baca: khususnya manusia), dengan demikian tidaklah mengherankan jika Al Kitab tersebut bisa dikatakan sebagai “Al Kitab dari Allah“. Selanjutnya kita sebagai umat muslim tahu betul bahwa Allah mempunyai nama alias yang lain, salah satunya adalah Al Jabaar (Al Jabar,Al Jabr, Al Gebra, .. dsb).
    Kalau Oom Wiki menyebutkan bahwa Al Jabar adalah cabang dari ilmu Matematika sebaliknya sampai detik ini Insya Allah saya menganggap Matematika adalah cabang dari Al Jabar
    (baca: Nama lain Al Kitab yang datang dari Allah).
    Didalam dunia komputasi dilandasi oleh ilmu pengetahuan Al Jabar Bool sehingga sehebat apapun ilmu pengetahuan dunia barat disisi saya tetap saja mereka berlandaskan ilmu pengetahuan dari belahan dunia timur (sejarah membuktikan bahwa Zabur, Tauret, Injil dan Al Qur’an) diturunkan oleh Allah dibelahan dunia Timur.
    Sungguh saya tidak tahu darimana para “kebo bule” itu memperoleh konsep dasar teknologi komputasi, yang jelas hanya satu-satunya Al Kitab dari Allah yang sampai detik ini tidak terkontaminasi oleh tangan-tangan jahil manusia yaitu “Al Qur’an“.
    (Sekaligus untuk menjawab pertanyaan pada @mas Abudaniel)

    @mas Yudhisidji
    Kalau saja mas sedikit faham tentang op-code bahasa “low level / Assembler” atau mas punya rekan yang faham hal tersebut, saya dengan senang hati jika kita mendiskusikan masalah ini:

    Al Qur’an mengenalkan operator logical baru

    Kembali pada “Kita banyak mendapatkan masukan2 yang sangat bermanfaat antar saudara maya“… 😀 ,Yaa tentulah… wong tadinya juga datang dari Allah, maka sudah semestinya teknologi mereka, saya pakai “dagang gratisan” buat syi’ar Agama yang di rido’i oleh Allah. Soal apakah akan bermanfaat atau tidaknya menurut saya “selama bisa baca dan mengerti tulisan saya”… yach terserah… mau Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, Khonghucu, Kepercayaan, Indonesia, Malaysia, Arab, Inggris, Amrik, Hitam, Putih …. waah kepanjangan 😀

    @mas Abudaniel
    Trim’s Infonya.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  33. haniifa said

    @mas Aburahat
    Maaf yach… untuk memahami yang mas maksud, maka saya lebih mempertimbangkan saran dari @mas Anonymous.
    Namun apapun, kembali kepada keputusan mas Aburahat pribadi 😉

    Suka

  34. yudhisidji said

    @haniifa…
    anda benar bila pada akhirnya semua bermuara pada alkitab yang tdk pernah terkontaminasi apapun yaitu alquran sebagai sumber ilmu untuk manusia. atau dengan kata lain ilmu milik Dia termasuk aljabar yang penemunya sepertinya bukan bangsa kita.dan setelah beberapa abad sekali lagi”kebo bule” lah yang bisa mengambil manfaat untuk orang lain mengambil manfaat seperti kita ini.

    Suka

  35. aburahat said

    @Anonymous.
    Ada mas, cuma seperti yg saya katakan bahwa akan terjadi diskusi yg panjang seperti terjadi di Blog2 yg lain. Di Blog2 lain khusus yg dibicarakan mengenai QS 5:67. Dan Hadis2 semua Shahih cukup dgn sanad2 sehingga jelas utk apa ayat itu diturunkan. Jd bukan tdk ada sebab ayat itu diturunkan

    Suka

  36. truthseeker said

    @Abudaniel

    Sejak Adam agama yang diturunkan Allah adalah Islam.

    Walaupun “Islam” pada saat itu masih merupakan agama kelompok/bangsa, tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga dipelosok dunia lainnya telah ada “Islam” yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul dengan syari’at yang berbeda, tetapi inti tauhidnya satu.

    Hal yg sama yg saya yakini mas Daniel, bhw semua Nabi sebelum Rasulullah jg membawa:
    1. Agama yg Mengesakan Tuhan (tauhid)yg bersaksi Tidak ada Tuhan selain Allah
    2. Membawa berita bhw akan datang Nabi akhir zaman Muhammad.
    3. Semua menyatakan dirinya adalah : wa ana minal muslimin, kecuali Rasulullah: wa ana awalun muslimin

    Pertanyaannya adalah apakah cukup membawa ajaran Tauhid? Ternyata tidak mas Daniel, krn mrk jg membawa berita adanya Nabi akhir zaman dan perintah utk taat kpd Nabi akhir zaman tsb.

    Wassalam.

    PS: mas Agor maaf sdh ikut2an melenceng dr topik.. :mrgreen:

    Suka

  37. truthseeker said

    @anonymous;@haniifa

    Jadi tidak bisa kita berandai-andai “apa itu” sebenarnya. Kenapa belum (pada saat itu, sebelum turun ayat AQ 5:67)disampaikan oleh Rasul “hal” tersebut.

    Saya lebih setuju kpd analisa/pendapat Aburahat.
    Selama kt meyakini bhw semua Firman Allah tentu ada tujuan mk tdk ada kesan berandai2 disana, yg ada adalah adanya keyakinan atas adanya tujuan dr ayat tsb. Jika kt belum menemukannya mk sdh menjadi tugas kt utk mencari tahu. Dan dr tulisan Aburahat sebelumnya sdh jelas bhw beliau tahu dan bhkn ada asbabun nuzul dan hadits yg berkaitan dgnya. Knp tdk langsung disampaikan oleh Aburahat, itu lbh krn masalah yg akan menjadi perselisihan. Shg Aburahat berkeinginan kita menemukan sendiri.
    Ada bbrp hal yg bs kita kumpulkan dr ayat tsb:
    1. Sesuatu yg belum disampaikan itu tentunya sangat penting, shg Allah abadikan dlm AQ dan akan menjadi tdk berarti semuanya tanpa yg satu ini (begitu tinggi urgensinya namun sayang sekali knp kita spt begitu tdk peduli ttg apakah itu)
    2. Sesuatu tsb ternyata berpotensi utk ada penentangan dr manusia shg dikatakan Rasulullah tdk perlu takut.
    3. Dan Allah tdk memberi petunjuk kpd mrk2 yg ingkar kpd apa yg akan disampaikan tsb.
    4. Shg dg melihat QS: 5:3 akan terlihat kesinambungan bhw yg sebelumnya jika belum disampaikannya sesuatu tsb mk sama saja dg semua yg sdh disampaikan menjadi sia2, telah menjadi sempurna. Artinya cukup jelas bhw Rasulullah sdh menyampaikan sesuatu tsb.
    5. Dengan telah disampaikannya sesuatu tsb maka telah sempurna. Jadi tentunya sesuatu/b> tsb tentunya berstatus sbg penyempurna.

    Sayangnya disiratkan di AQ jg bhw ‘even’ Rasulullah saja dlm menyampaikan hal tsb akan mendapat tentangan & diingatkan utk tdk takut, apa lg jika disampaikan oleh Aburahat..hehehe.. :mrgreen:

    Suka

  38. truthseeker said

    @Agor
    Sekarang kembali ke topik .. 🙂
    Mas Agor spt yg pernah sy tanyakan ke mas Herianto pd postingan yg lain (ttg sufi).
    Saya msh tetap memerlukan definisi yg jelas ttg apa saja hal2 Duniawi tsb. Untungnya di postingan ini mas Agor lbh menggunakan kata kemegahan dunia shg konotasi bs menjadi hal2 duniawi yg negatif. Dan tentunya yg negatif tsb lah yg dilarang oleh Allah. Jadi bagi sy yg dilarang bukanlah dunianya namun kemegahan duniawi tsb. Kenapa dilarang? Krn Allah mengerti (manusia yg jujur pd dirinyapun akan mengerti/mengakui) bhw kita sangat mudah tergelincir, terpesona, diperbudak, dikuasai oleh kemegahan duniawi ini, ygmn akhirnya akan mebuat kt melupakan tujuan/hakikat penciptaan kita sendiri dan lbh cenderung utk memuaskan keinginan nafsu/jiwa kita. Pada saat spt itulah kt dinyatakan lupa pd akhirat (dunia adalah hanya kehidupan antara yg semua akan bermuara pd akhirat). Walaupun kt sdh sangat mahfum akan hal tsb, tp tetap saja kt bernafsu memanipulasi konsep dunia-akhirat yg dikarenakan tdk ikhlasnya diri kita menerima bhw akhirat itu lbh mulia. Tidak sedikit ada statement bhw orang yg sibuk dg akhirat mrk tdk humanis, tdk sosialis dan tdk peka thd alam. Bagi saya ini hanyalah krn nafsu yg ingin memanipulasi shg kt akan membawa dunia pd posisi yg “sejajar” (dan sejajarnya/seimbangnya dunia dg akhiratpun atas keputusan sang nafsu tsb..hehehe). Bukankah tindakan humanis kita, kehidupan sosial kt, akhlak kt thd masyarakat kita merupakan porsi akhirat?

    Suka

  39. haniifa said

    @mas Truthseeker
    Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas telah berbagi pandangan, namun kita sepakati dulu bahwa diskusi kita tidaklah atas dasar pemaksaan pemahaman atau dengan kata lain kita kembalikan kepada pilihan masing-masing, begitu juga dengan ayat-ayat yang dikemukakan oleh mas Aburahat.
    Namun yang ingin saya soroti adalah mengenai :
    wa ana minal muslimin, kecuali Rasulullah: wa ana awalun muslimin

    Insya Allah, keyakinan saya tidak bergeming sedikitpun, karena:
    1. Saya membaca Al Qur’an (QS 6:162-163)
    2. Buku Tuntunan Shalat dari Depag RI, (QS 6:162-163)
    3. Allah memerintahkan supaya “Ikutilah perintah Allah dan RasulNya”, sehingga saya yakin sekali bacaan shalat surah Al Fatihaah yang dibacakan oleh Nabi Muhammad s.a.w sama persis dengan bacaan AL Fatihaah yang saya bacakan setiap shalat dengan demikian saya akan meniru bacaan para Rasulullah (Ibrahim a.s, Daud a.s, Musa a.s, Isa a.s dan Muhammad s.a.w) seperti apa yang saya baca (QS 6:162-163).
    4. Saya tidak tahu cara panggilan shalat sebelum Nabi Muhammad s.a.w, tetapi 5x bahkan lebih saya mendengar pangilan waktu Shalat ada kalimat tauhid dan pengakuan Nabi Muhammad s.a.w adalah utusan Allah. Baik tersirat dalam AQ dan Hadits, maupun tidak tersirat…. namun saya yakin bunyi dan makna Adzan ditetapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w disaat beliau masih hidup.

    @mas Truthseeker… skip aja,
    http://nurmarachman.wordpress.com/2008/05/22/tentang-al-quran/#comment-231
    Menurut pemahaman saya :
    1. Seluruh keturunan Nabi Adam a.s ditakdirkan masuk syurga, selama mengikuti petunjuk dari Allah, dalam hal ini seperti buku SOP maka buku petunjuk yang paling mutakhir yaitu Al Qur’an dan dilengkapi oleh Sunah Nabi Muhammad s.a.w (Jangan lupa didalam Al Qur’an juga terdapat sunah-sunah Nabi dan Rasul sebelumnya)
    2. Sebelum Aqli baligh, seluruh manusia Salaam.
    3. Kewajiban Shalat setelah Aqli baligh. :
    a. Selalu menjaga, dan mengawali Salaam (baca: Muslim)
    b. Pada saat membaca Allahu Akhbar, dalam hati artikan “Allah Maha Besar”
    c. Pada saat membaca do’a awal shalat, didalam hati :
    Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” (QS 6:162)
    “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang “pertama-tama (haniifa: mengawali lagi)” menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS 6:163)
    Jika kepanjangan didalam hati cukup := “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah”, tapi bacaan do’a harus tetap sempurna.
    d. Usahakan pada saat membaca Al Fatihaah ucapkan dengan perlahan-lahan hingga terderngar oleh telinga kita sendiri, kalau bisa barengi dalam hati artinya dan kalau susah yang dengarkan baik-baik lafadznya.
    e. Misal menggunakan surah Al Kafiruun, sama seperti diatas namun yang dimaksud kafir adalah bisikan syaithan dalam diri sendiri. (baca: sanubari sendiri)
    f. Shahadat merupakan bacaan wajib diulang pada duduk tahiyat (baca: 2,3 dan 4 rakaat) untuk mengingatkan diri, terhadap patern kehidupan dalam hal ini bisa juga dimaknai 1 rakaat := 90 drj. dari pola kehidupan yang cenderung fasik. Lebih jelasnya posisi tangan orang yang sudah meninggal secara muslim := tanggan kanan dibawah tangan kiri, sedangkan orang muslim shalat (awal shalat) tangan kanan diatas tangan kiri (insya Alllah, menjelaskan kenapa shalat jenasah tidak ada ruku dan sujud>.
    g. Didalam membaca Shahadat, telunjuk tangan kanan menunjuk ke arah Qiblat, sebagai saksi di hari akhir kelak.
    h. Saat membaca Salaam, wajah tetap menghadap Qiblat namun saat membaca “wa rahmatullahi…” wajah dipalingkan ke kanan, begitu juga ke arah kiri. Untuk mengingatkan adanya dua Malaikat yang selalu menjaga diri kita, selain itu juga agar orang-orang disekitar kita mendapat rahmatNya.

    Jangan hiraukan orang-orang yang merasa ter”faham”kan oleh bisikan syaithan pada hatinya sendiri
    ———————————————————–
    1. Walaupun yang menulis orang, tapi yang membaca khan diri sendiri artinya faham untuk penulis belum tentu faham untuk dirisendiri.
    2. Didalam hati selalu diilhamkan fujur dan taqwa, maka setiap membaca sesuatu harus dipertimbangkan sisi kiri dan kanan. (baca: termasuk tulisan ini 😉 )
    3. Jika baik menurut pemahaman take it, jika jelek cuek it 😀 , berbeda setiap membaca Al Qur’an biasanya diwajibkan membaca dan memohon perlindungan kepada Allah dari bisikan syaithan yang pasti menggoda sanubari pembaca.
    4. Wali Allah… Insya Allah, jika anak perempuan kelak ditikahkah pada calon suaminya maka saya menjadi Wali Allah dalam pernikahan.
    5. Pernah bersalaman dengan Wali Allah…. Alhamdulillah pernah pada saat saya mengucapkan Walimah (baca: Akad Nikah)
    6. Imam… Jika shalat berjamaah dan mengimami shalat.
    7. Khalifah… Alhamdulillah saya khalifah dalam keluarga
    8. Takliq…. Ya musti takliq buta pada Ayah & Ibu kandung, kecuali mengajak musyrik maka tinggalkan dengan cara yang baik (tidak menyakiti hatinya), seorang anak yang baik adalah yang selalu menanyakan femahamannya pada kedua orang tuanya bukan kepada orang lain. (Ingat jangan bertanya pakai bahasa Inggris kalau beliau-beliau tidak mengerti bahasa Inggris, tetapi kedua orang tua kita sangat-sangat faham terhadap pola kehidupan kita)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  40. Anonim said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Aburahat,saya tidak mengatakan “bukan tidak ada sebab” kenapa ayat tersebut turun. Tapi “apa” sebabnya itu yang saya pribadi belum sampai telaahnya. Alhamdulillah kalau mas Aburahat sudah mendapatkan “apa”nya itu. Mohon kalau bisa copykan saya hadits-haditsn yang berhubung dengan “apa” termaksud, itung-itung buat nambah ‘ilmu.

    @ Mas Truthseeker, maksud saya, selama kita belum tahu (mungkin karena belum sampai telaahnya,kurang ‘ilmunya atau kurang alat/bahan rujukannya) “apa” yang harus disampaikan oleh Rasul (merujuk AQ 5:67)maka janganlah kita berandai-andai “ini” dan “itu”. Yang kita takutkan kalau-kalau terjadi salah penafsiran. Sebaliknya kalau sudah kita dapatkan referensi tentang “apa” tersebut, baik berdasarkan Asbabunnuzulnya, hadits-haditsnya, seperti yang ada pada Mas Aburahat,atau dari Tafsir-tafsir Ulama Mu’tabar, maka “apa” tersebut bukanlah lagi suatu yang tersembunyi. Wallahua’lam.
    Wassalam,

    Suka

  41. haniifa said

    @mas Abudaniel
    Bisa verifikasi bahwa Nabi Muhammad s.a.w saat-saat terakhir dikala demam tinggi dan beliau tidak memimpin shalat, dimana beliau mendengar percakapan para sahabatnya bahwa imam shalat saat itu cenderung Umar bin khathab yang suaranya nyaring dibandingkan Abu Bakr yang sering menangis manakala membaca ayat-ayat AQ yang menyentuh hatinya.
    Kemudian Rasulullah dengan tertatih-tatih masuk ke masjidil Nabawi sehinggi para sahabat yang berjejer di shaf paling belakang menoleh dan memberi jalan kepada Nabi Muhammad s.a.w
    Apa yang dilakukan Rasulullah ??
    Tetap duduk di shaf paling akhir dan memberikan tanda dengan telunjuknya bahwa beliau mengingini Abu Bakr sebagai Imam shalat, selanjutnya beliau mengikuti shalat dengan hanya duduk.
    Bisakah kita bayangkan seorang Rasulullah duduk di shaf paling belakang ??
    Bisakah kita bayangkan seorang yang membawa Risalah Allah, dan berjuang dengan penuh kegetiran selama 23tahun, disaat terakhirnya tidak memerlukan pengagungan harta, patunng, gambar… dll, kecuali sebut saja sebagai Muhammad utusan Allah (baca: Syahadat), agar umatnya tidak tergelicir seperti kaum Nabi Musa a.s “Uzair itu putra Allah” atau kaum Nabi Isa a.s “Al Masih itu putra Allah” ??

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  42. aburahat said

    Baik atas permintaan mas Anonymous saya akan sampaikan APA SEBAB,MENGAPA,KAPAN,DIMANA,dan SIAPA yg menjadi sasaran ayat tsb. Seblm saya minta maaf pd mas Agor krn penulisan ini. Tapi saya rasa tdk keluar dari keinginan Blog ini Yaitu SCIENES and RELIGIONS.
    Dan terutama terhadap teman2 yg ingin ber-sama2 membahas penulisan ini saya meminta syarat sebab masalah ini sangat sensitif dgn MAZHAB. Syarat saya adalah :
    1. Mazhab tdk boleh di-bawa2.
    2. Tdk boleh mengclaim saya sbg menganut salah satu
    MAZHAB.
    3. Pembahasan ini kita laksanakan secara ilmiah dan dg
    Nash
    4. Tujuannya mencari kebenaran.
    Ini persyaratan saya. klu sampai keluar saya tdk lanujtkan diskusi. Saya katakan ini utk menghindari fanatisme yg menngakibatkan hilang sifat ILMIAHNYA.
    Saya akan memulai dari :
    APA sebab ayat ini turun. Ayat ini turun disebabkan ayat 65 surah Al An’aam yg berbunyi : Katakanlah: “Dia yg berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kepalamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan2 dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yg lain. Perhatikan betapa Kami mendatangkan tanda2 kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya.
    Surah al Ma’idah 64 : Dan kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai hari kiamat
    Waktu ayat ini turun Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan: Rasul terus mengambil wudhu kemudian mendirikan shalat dua raka’at. Kemudian Nabi bersabda : Saya memohon kepada Tuhanku 3 perkara, maka Ia mengabulkan 2 perkara dan menolak yg satu. Saya memohon kepada Tuhanku agar Dia tdk membinasakan umat saya dgn kekeringan masal, maka Dia mengabulkan untuk saya dan saya memohon agar Dia tdk membinasakan umat saya dgn penenggelaman, maka Dia mengabulkan. Dan saya memohon agar tdk dijadikan pertikaian diantara mereka maka Dia menolak (Iqtidhaa’ ash-Shirath al-Mustaqiin: 33 dan Kanz al Ummal 11/21 dan 122 dr riwayat Ahmad, Ibnu Maajah dr Sa’ad. at Tirmidz, an Niasai, Ibnu Hibban dan Dhiyaa dari Khabbab) Perselisihan yg akan terjadi atas Umat ini dikemudian hari membuat Rasul sangat sedih. Rasul sangat menyintai umatnya dan tdk menghendaki seorangpun masuk neraka. Betapa sedih Rasul apalagi waktu Jibril menyampaikan bahwa umatmu akan berselisih sepeninggalmu ( Imam Ahmad lht al Fathu ar Rabbani 1/186). Kesedihan ini berlanjut sampai Jibril menyampaikan perintah Allah. Yg dikenal dg Hadis TSAQALAIN.
    MENGAPA : Agar Rasul tdk usah bersedih atas terjadi perselisihan/perpecahan apabila mereka teguh memegangnya.
    KAPAN. Setelah upacara haji selesai dan kaum Muslim telah mempelajari manasik Haji secara langsung dari Rasul yg kita kenal dg HAJI WADA’ lalu memutuskan langsung ke Madinah.
    DIMANA. Ketika kafilah sampai dikawasan Rabigh kira2 5 km dai Juhfah (salah satu Migat). Malaikat Jibril turun di suatu tempat bernama Ghadir Khum dan menyampaikan ayat 67 S.5
    BAGAIMANA; Bagaimana Rasul menyiapkan. Ditengah hari yg sangat panas Rasul nenberi perintah utk berhenti dan sambil mempsiapkan tempat khotbah jg menunggu yg blm tiba. Setelah tiba semua kurang lebih 100 ribu orang. Cara menyiapkan tempat berkhotbah Rasul luar biasa tp tak perlu saya sebutkan. Kemudian Rasul berkhotbah panjang sekali tp saya ambil intinya: Setelah meng Agungkan Asma Allah Rasul bersabda: ” Wahai manusia! Mungkin saya segera akan menerima panggilan Illahi. Saya harus bertanggung jawab dan anda sekalianpun harus bertanggung jawab. Apa pandangan anda2 ttg saya? Maka mereka menjawab: Kami bersaksi bahwa anda telah menjalankan tugas anda…….
    Kemudian Rasul bertanya lagi: ” Apakah kalian bersaksi bahwa tdk ada Tuhan selain Allah yg SATU dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya? Dan bahwa tdk ada keraguan ttg kehidupan Akhirat? Mereka menjawab : Ya kami bersaksi atasnya.
    Kemudian Rasul melanjutkan: Wahai pengikutku. Saya akan meninggalkan kepada anda sekalian DUA hal yg sangat berharga (Tsaqalain) sebagai wasiat kepada anda2, dan akan dilihat bagaimana anda2 memperlakukan KEDUA wasiat tsb. Maka pd saat itu ada yg bertanya: Apa yg anda maksudkan dgn 2 hal yg sangat berharga?
    Rasul bersabda : Sesungguhnya aku tinggalkan pd kamu sesuatu, yg apabila kamu berpegang teguh padanya, kamu tiada akan sesat sepeninggalku. Yg satu lbh Agung dr yg lain, yaitu Kitab Allah tali penghubung antara langit dan bumi dan Itrahti Ahlulbaitku dan keduanya tdk akan berpisah sehingga berjumpa dgnku di Telaga al Haud (Tafsir Ibnu Katsir,Kanzul Ummal dan puluhan lagi. klu diperlukan saya akan berikan)
    Kemudian Beliau lanjutkan sambil mengangkat tangan Ali b. Abi Thalib beliau bersabda: ” Siapa yg lbh berhak atas kaum muslimin melebihi diri mereka. Mereka menjawab : Allah dan RasuNya.
    Kemudian Rasul berkata: Allah adalah MAULA saya dan saya adalah Maula kaum mukminin.Wahai manusia barangsiapa saya adalah MAULAnya, maka Ali adalah MAULAnya juga. Ya Allah cintai orang yg mencintanya dan musuhi mereka yg memusuhinya.
    Kemudian beliau katakan sampaikan berita ini bagi mereka yg tdk mendengar/tdk tahu dan mereka yg tdk hadir disini’.
    Setelah penyampaian ini langsung malaikat Jibril turun membawa firman Allah: PADA HARI INI TELAH KU SEMPURNAKAN UNTUKMU AGAMAMU DAN TELAH KUTUNTASKAN KEPADAMU NIKMATKU, DAN TELAH KURIDHAI ISLAM ITU JADI AGAMU.
    Mengenai Hadis2nya yg shahih sangat banyak. Apabila anda2 menghendaki maka kita memerlukan ruang khusus utk ini. Jadi intinya bahwa QS 5:67 khusus utk Imam Ali serta Itrahti Ahlulbai Rasul. Ini berarti kepimpinan sesudah Rasul adalah Imam Ali demi menjaga kemurnian Agama dan Alqur’an. Wasalam

    Suka

  43. haniifa said

    @mas Aburahat
    Saya kira sangat sederhana…
    1. Jika mas Aburahat shalat jum’at… kemudian mas yang memimpin shalat sementara saya dibelakang.
    Siapa yang jadi imam ??
    2. Saya tidak perduli, saat menonton acara Shalat Tarawih di Masjid Haram dibulan ramadhan (baca: depan Ka’bah)… menurut saya siapapun itu,… darimana asalnya…, keturunan siapa,…. ?? Yang jelas Muslim, Imam Shalat.
    3. Dalam sejarah yang saya fahami kuburan Nabi Muhammad s.a.w disebelah kanan Abu Bakr dan disebelah kiri Umar Bin Khathab.
    4. Dalam sejarah yang saya fahami kuburan Hamzah cukup dikelilingi oleh batu-batu sebagai tanda.
    5. Dalam sejarah yang saya fahami kuburan para suhada tidak menggunakan tanda nama-nama atau ornamen-ornamen yang lain.
    6. Dalam fikiran dan akal sehat saya imam keluarga sebaik-baiknya saat ini adalah Ayah kandung sendiri, yang mengenal karakter baik buruknya tingkah laku saya dari kecil hingga saat ini.
    7. Dalam akal dan fikiran saya, setiap orang yang senantiasa menghadapkan wajahnya (baca: shalat) menghadap kiblat maka ber hak menyandang Ahlul Bait, apalagi jika dapat menjadi tamu Allah di rumahNya (baca: Baitullah)
    8. Bukti dengan mata kepala sendiri Berdiri, Rukuk, Sujud semua sama tampa melihat apakah ia imam, amin, mu’min…. dsb.
    9. Sangat naif jika melebih-lebihkan siapa imam, siapa amin, siapa mu’min.
    10. Cukup sudah Negara Iran vs Irak saja : “Biarlah Allah yang menentukan”, tapi tidak untuk di Indonesia… golongan siapa lebih dari golongan siapa, MAZHAB apa lebih baik dari MAZHAB siapa, ujungnya mengkultuskan seseorang…. kenapa tidak mengkultuskan ayah kandung sendiri yang jelas-jelas mencari nafkah demi keluarga lahir dan batin, atau mengkultuskan ibu kandung sendiri yang jelas-jelas mengandung dan menyusui kita ??
    11. Sejarah itu sudah berlalu… apa gunanya melebih-lebihkan suatu golongan/perorangan/kaum jika hanya mencari perbedaan atau perselisihan. Saya berbeda dengan istri tetapi mencari kebersamaan dalam menghadapi pelbagai masalah !!

    Satu pertanyaan saja buat mas Aburahat !!!

    Mengapa Nabi Muhammad s.a.w mengutus Usamah (25th) dalam menghadapi tentara Rumawi ??

    Padahal Abu Bakr, Umar, Usman, Ali, Khalid … dsb. semua sudah teruji keimanannya dan dalam berbegai peperangan tidak pernah takut atau hengkang dari medan laga, disisilain imperium Rumawi begitu kuat dan tangguh.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  44. haniifa said

    Sangat absurd bila Rasulullah beralasan sbb :
    _____________________________________________
    1. Abu Bakr mertua Nabi Muhammad s.a.w dari Aisyah.
    2. Umar ibn’l Khattab mertua Nabi Muhammad s.a.w dari Hafsha.
    atau…
    3. Usman b. ‘Affan menantu Nabi Muhammad s.a.w yang ditikahkan dua kali dengan putri beliau Ruqayya dan Umm Kulthum.
    4. Ali b Abi Talib menantu sekaligus keponakan Nabi Muhammad s.a.w yang ditikahkan dengan putri beliau Fatimah.

    Atau alasan lain seperti takut kehilangan :
    Khalid bin’l Walid seorang panglima perang yang tangguh dan menjadi kebanggaan Quraisy.
    atau…
    Hanya karena ayahnya Usama b. Zaid sebagai suhada di Mu’ta !!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  45. aburahat said

    @Hanifah.
    Ini yg saya takutkan kelanjutan dari pembahasan kita. Dgn memmunculkan para sahabat dll. Maksudnya dlm menyodorkan masaalah diatas utk dibahas BENAR tdk. Krn kita ingin kebenaran utk mendekatkan diri kepada Allah. Jd mengenai komentar mas ttg sahabat saya tdk kasih komentar. Yg saya mau komentar mengenai IMAM. Anda salah mengartikan IMAM disini. IMAM yg dikendaki Allah bukan Imam dlm shalat. Tp IMAM dlm arti luas sperti Firman Allah:
    1. Surah Al-Baqarah 124
    2. Surah Al-Nahl 120
    3. Surah Al-Furgaan 74
    Wasalam

    Suka

  46. haniifa said

    @mas Aburahat
    Walaupun ada sedikit rasa kecewa….
    Jujur sajah neeh 😀 , tapi no problemo biarlah menjadi analisi saya pribadi. Namun lumayan untuk basa-basi di :

    Saya bukan pendukung Ahmadiyah, tetapi…

    Duhh… saya kurang mudeng juga 8)
    nyang mas maksudvIMAM dlm arti luas :
    1. Imam Abu Bakr
    2. Imam Umar ibn’l Khattab
    3. Imam Usman b. ‘Affan
    4. Imam Ali b Abi Talib
    atau….
    Imam-nya para imam-imam diatas yaitu Rasulullah (baca: Nabi Muhammad s.a.w) ??

    Suka

  47. aburahat said

    @Hanifah
    Kita disini berusaha mencapai kebenaran. Yg telah lalu bukan urusan kita sekarang. Biar Allah yg menentukan. Maksud saya mencari kebenaran utk pegangan kita nanti. Bahwa kita beribadah pd Allah dijalur yg benar. Utk ini saya coba mecari dan mencari. Saya tdk mau TAKLID. Lalu saya ketemu cara beribadah yg menurut logika saya tepat dan benar yakni Jalur Ahlulbait lbh logis. Logisnya dimana.
    1.Islam adalah agama yg Allah telah sempurnakan QS 5:3. Sesuatu
    yg sempurna yg mendapat jaminan Allah hrs sempurna sampai
    akhir. Karena SEMPURNA yg kita hadapi adalah kegiatan dalam
    masayarakat maka akan berrubah-rubah. Bisa berubah menjadi
    BAIK, bisa menjadi JELEK/sesat bisa menjadi RAGU2. Untuk meng-
    hindari yg demikian harus ada tempat rujukan.
    2.Tempat rujukan itu HARUS ditunjuk oleh Allah (krn Islam milik Allah) melalui Rasul dan
    orang tersebut harus SUCI dan TDK MUNGKIN membuat KESALAHAN
    3.Untuk ini semua Allah harus mempersiapkan orang2 yg akan me-
    lanjutkan KEPEMIMPINAN Rasul.
    4.Dan orang yg memegang jabatan ini disebut dgn IMAM sesuai ayat
    tsb diatas.
    Maaf saya tdk mendiskritkan para sahabat dan bukan urusan saya
    tapi Abubakar, Umar dan Usman bukan IMAM. Ali YA, IMAM Ali. Krn beliau berdasarkan penunjukan dari Allah. Terkecuaii kita menafikan ayat2 Alqur’an dan Hadis. Wasalam

    Suka

  48. haniifa said

    @mas Aburahat
    Terkecuaii kita menafikan ayat2 Alqur’an dan Hadis. 😀

    Tolong koreksi saya, jika saya salah memahami tulisan mas !!!
    _________________________

    aburahat Berkata:
    Juni 11, 2008 pada 5:39 pm

    ..
    ..
    ..
    Setelah penyampaian ini langsung malaikat Jibril turun membawa firman Allah: PADA HARI INI TELAH KU SEMPURNAKAN UNTUKMU AGAMAMU DAN TELAH KUTUNTASKAN KEPADAMU NIKMATKU, DAN TELAH KURIDHAI ISLAM ITU JADI AGAMU. <Haniifa: terjamaah Al Qur’an Al Maa’idah ayat 3)

    Pertanyaan saya sangat sederhanan, apakah tulisan yang saya cetak tebal dari Hadits atau dari Al Qur’an, atau dari who know ??

    Sebab… dengan,
    Setelah penyampaian ini langsung malaikat Jibril turun membawa firman Allah, berarti Nabi Muhammad s.a.w lebih dahulu tahu akan datang (QS 5:3) karena menurut paparan mas Aburahat, Rasulullah berpidato dahulu yang esensinya tentang akan berakhirnya Wahyu dari Allah kepada beliau.
    Apakah Nabi Muhammad s.a.w lebih tahu dari Allah ??

    Terlebih lagi dikuatkan dengan tulisan mas sendiri.
    Ali YA, IMAM Ali. Krn beliau berdasarkan penunjukan dari Allah.
    Apakah IMAN Ali yang senantiasa menerima Wahyu Allah dan kemudian menyampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w ??

    Mohon maaf sebelumnya… Apapun jawaban mas Aburahat saya tetap menganggap “Kontradiksi” secara keseluruhan dari komentar sbb:
    aburahat Berkata:
    Juni 11, 2008 pada 5:39 pm

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  49. aburahat said

    @Hanifah
    Soal mas menganggap kontradiksi yah nda apa2. Masing2 berhak menganalisa. Cuma saya ingin jelaskan atas pertanyaan mas mengenai:
    1.Setelah penyampaian ini langsung malaikat Jibril turun membawa firman Allah, berarti Nabi Muhammad s.a.w lebih dahulu tahu akan datang (QS 5:3) karena menurut paparan mas Aburahat, Rasulullah berpidato dahulu yang esensinya tentang akan berakhirnya Wahyu dari Allah kepada beliau.
    Apakah Nabi Muhammad s.a.w lebih tahu dari Allah ??

    2.Terlebih lagi dikuatkan dengan tulisan mas sendiri.
    Ali YA, IMAM Ali. Krn beliau berdasarkan penunjukan dari Allah.
    Apakah IMAN Ali yang senantiasa menerima Wahyu Allah dan kemudian menyampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w ??

    Kalau mas baca yg teliti tulisan saya tgl 11 maka mas tdk akan bertanya seperti tsb diatas. saya jelaskan lagi.
    Rasul tdk mungkin tau. Sblm ayat dlm QS 5:3 diturunkan Saya katakan bhw lbh dulu turun ayat QS 5:67. Krn Rasul sdh sampaikan perintah Allah yg diperintahkan melalui QS 5:67 baru disempurnakan Allah QS 5:3. Klu perintah dgn QS 5:67 blm Rasul sampaikan maka Allah tdk turunkan QS 5:3. Bukan berarti Rasul lbh tau dari Allah tapi Kronolgis turun ayat. Jd lbh jelas sebabnya turun QS 5:3 akibat dari melaksanakan QS 5:67.
    Saya tulis bahwa Rasul sdh mendpt perintah dr Allah jauh sblmnya utk penunjukan Ali, tp Rasul blm sampaikan. Dan bukan Ali mendpt Wahyu lalu disampaikan pd Rasul. Coba mas baca yg tenang seluruh tulisan tgl 11. maka akan kelihatan tdk seperti mas kira. Wasalam

    Suka

  50. haniifa said

    @mas Aburahat
    Subhanallah…

    Pertama:
    Yang saya tanyakan bukan setelah (QS 5:67) kemudian turun (QS 5:3)…. jujur saja saya sangat tidak yakin bahwa (QS 5:67) merupakan ayat kedua terakhir, tapi kalau setelah (QS 5:81) 😀 Wallahu ‘alam.

    Kedua:
    Seperti apa yang saya tulis bahwa mas Aburahat akan kontradiksi, sekali lagi mohon maaf saya kutip agak panjang.
    Kemudian Beliau lanjutkan sambil mengangkat tangan Ali b. Abi Thalib beliau bersabda: ” Siapa yg lbh berhak atas kaum muslimin melebihi diri mereka. Mereka menjawab : Allah dan RasuNya.
    Kemudian Rasul berkata: Allah adalah MAULA saya dan saya adalah Maula kaum mukminin.Wahai manusia barangsiapa saya adalah MAULAnya, maka Ali adalah MAULAnya juga. Ya Allah cintai orang yg mencintanya dan musuhi mereka yg memusuhinya.
    Kemudian beliau katakan sampaikan berita ini bagi mereka yg tdk mendengar/tdk tahu dan mereka yg tdk hadir disini’.
    Setelah penyampaian ini langsung malaikat Jibril turun membawa firman Allah: PADA HARI INI TELAH KU SEMPURNAKAN UNTUKMU AGAMAMU DAN TELAH KUTUNTASKAN KEPADAMU NIKMATKU, DAN TELAH KURIDHAI ISLAM ITU JADI AGAMU.

    Silahkan mas Aburahat amati tulisan sendiri, bukankan tulisan huruf kapital menyiratkan QS 5:3, sementara disisi lain “Rasul tdk mungkin tau. Sblm ayat dlm QS 5:3″…. KONTRADIKSI BUKAN !
    !
    Seperti yang tertulis…..
    Kalau mas baca yg teliti tulisan saya tgl 11 maka mas tdk akan bertanya seperti tsb diatas. saya jelaskan lagi.
    Rasul tdk mungkin tau. Sblm ayat dlm QS 5:3 diturunkan Saya katakan bhw lbh dulu turun ayat QS 5:67.

    Ketiga:
    Coba mas perhatikan, sejujurnya saya tidak hendak berselisih dengan mas Aburahat silahkan baca ulang komen no:24

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  51. zal said

    ::nontonin Mas Haniifa dan Mas Aburahat, adu ilmu…kira-kira siapa Rasul berikutnya… 🙂 … nggak ding guyoon.. :mrgreen:

    Suka

  52. haniifa said

    @mas Zal
    Ha..ha..ha 😀 ,bisa-bisanya mas Zal menurunkan suhu.
    Perbedaannya sebenarnya tipis kok mas…

    Saya memahaminya bahwa Rasulullah menerima wahyu QS 5:1-5, kemudian berpidato. Sementara mas Aburahat sepertinya hanya terfokus pada QS 5:3 saja dan itupun, wahyu turun setelah Rasulullah berpidato dihadapan 100 ribu orang.
    Disisilain saya berpedoman membaca QS 5:67-71 sekurang-kurangnya atau lebih baik membaca QS 5:67-77 maksudnya agar tidak kehilangan kontekstual dan relasional, sementara mas Aburahat sepertinya hanya terfokus pada QS 5:67 saja.

    Trim’s guyonannya… 😉

    Salam hangat, Haniifa.

    Suka

  53. aburahat said

    @Hanifah
    Memang kita tdk berdebat sembarang debat tapi saling mengajukan argument dan itu wajar dlm diskusi. Dan saya tdk merasakan hal yg aneh dlm diskusi kita hanya mungkin salah menanggapi maksud dari tulisan kita Begini mas :
    1. Pokok mulainya diskusi ini adalah QS 5:3 kemudian saya katakan
    sangat erat hubungannya dgn QS 5 :67 (no.23)
    2. Krn diminta mas Yud dan mas Abu saya jelaskan hubungannya dgn
    penjelasan Allah blm turunkan QS 5:3 sblm Rasulmelaksanakan
    yg SATU ini krn msh ada sesuatu perintah Allah yg blm
    Rasul sampaikan.
    3. Pd Haji WADA’ (dlm Sirah ibn Hisyam, II h.605 ; Khisal olh
    Syech Shaduq h 84 ;Bihar al Anwar hal 405)
    Rasul berkhotbah pajang di Arafah yg ditutup dg kata2 :
    ” Ya Allah! Saya telah menyampaikan RISALAHMU kemudian
    setelah 3X mengatakan. Dilanjutkan dg: Ya Allah saksikan
    ini” tapi mengapa QS 5 : 3 tdk turun.?
    4. Tidak turun (menurut analisa saya) krn ada perintah dan
    perintah ini sangat penting maka Allah blm menyempurnakan
    Risalahnya yg dibawah dan bukan Alqur’an yg blm sempurna
    tapi RISALAH. Sebab yg disempurnakan Allah adalah AGAMA
    dan NIKMAT. Wasalam

    Suka

  54. haniifa said

    @mas Aburahat
    Betul dan saya setuju kita berdiskusi bukan untuk mencari kalah atau menang, ungkapan dari mas Zal bahwa kita “mengadu ilmu” sepertinya cocok sekali, artinya se-vulgar apapun bahasa dan komentar toch…. tidak ada jari tangan yang terpotong… 😀

    Insya Allah, saya yakin banyak kaum “Muslimin” yang merasa prihatin melihat keadaan saudara kita yang berada di “Irak” dan di “Iran”.
    Mari kita coba renungi sesaat dengan perspektif netralitas :
    Peperangan antara Irak v Iran, beralarut-larut sekian tahun dan ini menyedot sumber daya alam keduannya (baca: Gas & Minyak Bumi) yang terpaksa mereka “lego” demi memperoleh persenjataan yang mutakhir. Siapa yang diuntungkan : Bule Kebo !! 8)
    Setelah mereka berdamai… para poli”Tikus” Bule Kebo merancang strategi baru sehubungan dengan Migas mereka yang morat-marit sebagai tulang punggung raksasa industrinya.
    Apa yang mereka lakukan ?? Rampok seluruh kekayaan Irak (Pertama kali invasi… nyang di incer musium-musium dan benda benda purbakala untuk memenuhi nafsu serakah kebo bule) selanjutnya para “Vampir migas”… sedot habis kedua negara, dengan berpura-pura menentang teknologi “Nuclear Iran” padahal bisa saja Iran mempunyai tambang “Uranium” yang belum terjamah, atau memang migas Iran juga sudah habis tersedot sehingga untuk menggerakkan industrinya harus menggunakan teknologi “Nuclear”.
    Coba mas Aburahat perhatikan !!
    Setelah scenario WTC diketahui umum, para kebo bule merancang pengeboman ala Bali Gate, maksudnya supaya mata dunia menuding Islam-lah nyang suka maen-maen bom….
    Jujur saja saya suka geliii… jangankan merakit/marancang/membuat “Bom” sekaliber bom Bali… wong bikin bom ikan dan petasan aja orang Indonesia keseringan meledusshhh … 😀

    Nb: Indonesia Negara berkembang…. iyalah banyak kembangnya berarti negara yang “harum semerbak”. 😉
    Para Bule Kebo negara-negara maju… iyalah maju terus menuju kehancuran… 8)
    Nyang paling menggelikan…. ngapain Bule Kebo tetangga bawa-bawa tanah dari “Irian/Papua” ke negerinya… trus komat-kamit
    Weleh…weleh… Nagaroku eh… Kangguru-ku adalah penghasil “uranium” terbanyak didunia. 8)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  55. haniifa said

    @Oom Agor
    Guyon… dikit yach 😀

    Hayo.. siapa yang mengakui Imam Ali ?? “dapat mie goreng”
    Haniifa: Ngacung.
    Abruahat: Nagcung

    Hayo… Siapa yang mengakui Imam Abu Bakr, Imam Umur dan Imam Usman ?? “dapet jus jeruk”
    Haniifa: Ngacung
    Aburahat: !!

    Pat gulipat := Makan mie goreng plush minum jus segar.. 😉

    Suka

  56. aburahat said

    Seep. Mari kita bersatu demi Agama yg kita anut. Kita sekarang sedang dihancurkan oleh musuh2 dari dlm. Akibat olah kita sendiri. Ini dimanfaatkan oleh merekam yg tdk senang pd Islam. Mereka susupi orang Islam utk menghancurkan Islam

    Suka

  57. truthseeker said

    @Haniifa

    Setelah penyampaian ini langsung malaikat Jibril turun membawa firman Allah, berarti Nabi Muhammad s.a.w lebih dahulu tahu akan datang (QS 5:3) karena menurut paparan mas Aburahat, Rasulullah berpidato dahulu yang esensinya tentang akan berakhirnya Wahyu dari Allah kepada beliau.
    Apakah Nabi Muhammad s.a.w lebih tahu dari Allah ??

    Kalau dr pemahaman sy atas apa yg ditulis Aburahat bukanlah spt itu.
    Pidato Rasulullah adalah diantara Al-Maidah 67 dan Al-Maidah 3. Artinya pidato Rasulullah dilakukan setelah Allah mengingatkan Rasulullah bhw jika sesuatu itu tdk disampaikan mk Rasulullah dianggap belum menyampaikan Risalah (belum sempurna). Sehingga setelah Rasullah menyampaikan sesuatu tsb mk turun ayat terakhir dr AQ yg menyatakan bhw telah sempurna lah islam. Jadi sama sekali jauh dr yg mas Haniifa pertanyakan “apakah Rasul lebih tahu dr Allah”.
    Hal yg disampaikan oleh Aburahat adalah sementara ini yg jg bs memuaskan pertanyaan2 ttg makna dr QS 5:67. Sehingga begitu lama menjadi pertanyaan saya ada sesuatu nyg bgtu pentingnya shg bs membatalkan Risalah yg sdh 23 thn disampaikan, namun tdk banyak ulama/manusia/muslim yg mempertanyakan apakah sesuatu tsb.
    Bayangkan saking kritisnya, kt bertanya2 adakah makhluk lain diluar bumi, dan banyak pertanyaan2 yg kalaupun kt ketahui sptnya hanya akan memenuhi rasa ingin tahu saja, dan mungkin tdk berdampaka banyak pd kehidupan kt, namun atas sesuatu yg menyebabkan Risalah islam, menjadi tdk sempurna, knp kt tdk “peduli”?

    Suka

  58. truthseeker said

    Namun pd kenyataannya mmg para ahli tafsir berbeda dlm menafsirkan QS 5:67. Walaupun mrk mengakui bhw tdk dpt menjelaskan knp pd masa akhir wahyu (sekitar pd haji wada’) ada peringatan ttg ada yg belum disampaikan.
    Jadi Aburahat jg hrs dpt menerima bhw bukan hanya di forum ini, bhkn diantara para ahli tafsir pun mrk berselisih pendapat.

    Suka

  59. haniifa said

    @mas Truthseeker
    Tidak menjadi masalah bagi sayah 😀
    Yang jelas jika saya mengaji Al Qur’an surah Al Maa’idah seminim-minimnya saya membaca dari (QS 5:1 s/d 5, karena ada tanda ‘ain).
    Silahkan mas Truthseeker buka Al Qur’an tampa tarjamaah atau buka tafsir Al Qur’an versi Depag RI thn. 1990 dimana sebagai ketua Dewannya adalah Prof. R.H.A Soenarjo, SH.

    Nabi Muhammad s.a.w saja sebagai Rasulullah…hanya menyampaikan saja… masak saya berani lebih dari itu !! (kalau kurang dari itu… iya dunk 😀 )

    Bisa mas bantu saya menjelaskan, mengapa harus huruf ‘ain ??
    Saya yakin sekaliber mas Truthseeker tahu dan faham tanda ‘ain diakhir ayat !!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  60. haniifa said

    Jangan buka tarjamaah Digital Qur’a ver 3.1 !!
    Tandanyah …. hilang 😀

    Suka

  61. aburahat said

    @Hanifah
    Maaf saya mendahului jawaban truthseeker krn saya merasa terlibat didlmnya. Mas bertanya arti A’IN disuatu ayat. Mnrt para ahli tafsir dan para ahli Qira’ adalah tanda berhenti/berakhir sesuatu yg Allah beritakan yg dlm istilah membaca Alqur’an MUKRAH. Klu menurut saya itu bukan berakhir suatu berita tetapi utk berhenti. Banyak tanda A’IN dlm berapa surah yg Allah beritakan yg mash ada hubungan dgn ayat berikut sbg cth ayat 1-7 Surah Albaqarah tp msh ada hubungan keayat selanjutnya. Begitu jg berita Allah menciptakan Nabi Adam. Malahan Allah ulangi dlm beberapa surah.Jd tanda A’IN tdk berarti membatasi suatu berita. Ini yg saya pahami atas pertanyaan mas. Terkecuali ada maksud lain. Wasalam

    Suka

  62. haniifa said

    @Aburahat
    Terimakasih mas Aburahat, sungguh bahagia sekali saya dapat berdiskusi dengan mas.
    Justru saya yang mohon maaf…. karena besarnya rasa keingintahuan saya pribadi saja, dan mohon abaikan saja analisis saya tentang penggunaan huruf ‘ain ini :

    1. ‘ainaini := dua buah bola mata (kiri dan kanan) .
    2. ‘ain := udara dikeluarkan dari dua buah rongga nafas (hidung dan mulut)

    efek…
    1. mata lahiriah dan mata batiniah
    2. nafas lahiriah dan nafas batiniah

    Duhh… mohon maaf buat rekan-rekan bloger jika membaca komentar saya yang pedas soal Dajal ??
    Untuk menjaga netralitas maka saya hanya mengabil katanya “Dajal bermata satu”

    Jadi kemungkinannya adalah :
    a. hanya mata lahiriah dengan nafas lahiriah
    b. hanya mata batiniah dengan nafas batiniah

    Kesimpulan :
    Mengapa menggunakan huruf ‘ain ?? saya Haniifa := tidak tahu.

    Nb:nrt para ahli tafsir dan para ahli Qira’ adalah tanda berhenti/berakhir sesuatu yg Allah beritakan yg dlm istilah membaca Alqur’an MUKRAH.
    Trim’s infonya.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  63. haniifa said

    Wahh… lupa 😀

    Jika si Dajal mengunakan := Mata lahiriah dengan nafas batiniah … Dajal sedang sesak nafas 😀

    atau….

    Jika si Dajal mengunakan := Mata batiniah dengan nafas lahiriah … Dajal sedang kelilipan helikopter 😀

    Setuju…. eh… blon 8)

    Suka

  64. […] Penyelewengan QS 61:1 := “ahmad” 2. Dajal bermata satu tea !! Possibly related posts: (automatically generated)Siapakah “Bapaku” di sorga […]

    Suka

  65. […] : 1. Terima kasih rekan, Mas Aburahat. Possibly related posts: (automatically generated)Matematika Islam: bisakah dipertahankan 6348 […]

    Suka

  66. […] : 1. Kemenangan itu bila Suni sekaligus Syi’ah. Possibly related posts: (automatically generated)Adakah infiltrasi metoda Hermeutika sudah […]

    Suka

  67. faubell said

    @all
    Hujan turun dari LANGIT, tidak ada hujan dari BUMI menuju LANGIT. Namun perlu diingat bahwa hujan pun melalui proses penguapan dari AIR yang ada di bumi dengan bantuan sinar MATAHARI. Air harus MENGUAP terlebih dahulu supaya bisa sampai ke langit.

    Pesan moral : Untuk apa kita harus membawa hasil BUMI untuk menuju LANGIT, padahal jelas ada BARZAKH. Uapkan dulu DUNIA mu, jangan tolak sinar MATAHARI. Kalau DIRI memaksa membawa BUMI menuju LANGIT, dengan sendirinya BUMI akan mengeluarkan BEBAN-BEBANnya yang berat.

    Wassalam

    Suka

  68. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Mengenai “apa” seperti yang dipertanyakan Anonymous, saya lebih cenderung melirik ke AQ 5:68.

    AQ 5:68 Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

    Sekali lagi ini menurut saya, hal-hal yang tersebut didalam ayat tersebutlah yang harus disampaikan. Bukan kepada masyakat beliau (Arab), tetapi kepada masyarakat penganut agama samawi lainnya.
    Kalau kepada masyarakat Arab, sudah dari pertama Rasulullah menyampaikan risalah ini dan hampir seluruh masyarakat Arab dimasa hidup Rasul sudah menerima Islam. Tetapi Ahli-Kitab, baik itu Yahudi maupun Nasrani, masih tetap berpegang kepada agama mereka masing-masing. Ayat ini merupakan penegasan bahwa Islam bukan hanya untuk masyarakat Arab saja, tetapi untuk seluruh umat termasuk didalamnya Ahli Kitab. Tidak disebut beriman mereka sebelum berpegang kepada kitab mereka dan kepada Alquran. Kenapa?. karena dikitab mereka sudah dijelaskan akan kedatangan Nabi Akhir zaman yaitu yang namanya Ahmad (Muhammad – bukan Mirza Ghulam Ahmad)yang akan merampungkan dan mengembalikan islam pada fitrah awalnya. Makanya, menurut saya, AQ 5:67 mengingatkan Rasul tentang tugas penyampaian pesan ini. Apa pesannya?. AQ 5 : 68
    Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  69. Aburahat said

    @Abudaniel
    Anda bisa berpendapat demikian tdk salah.Dan mungkin banyak pendapat yg berbeda tapi dr perbedaan tsb mana lbh mendekati Kebenaran. Dgn mencari KEBENARAN kita berada disini berdiskusi
    Sekarang mari kita analisa apa yg menurut anda bahwa QS 5:67 ditujukan utk QS 5:68
    QS 5:67 berbunyi: Hai Rasul,sampaikanlah apa yg diturunkan kepdamu dari TuhanMu. Dan jika tdk kau sampaikan yg satu ini, maka engkau blm menyampaikan semua Risalah. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tdk memberi petunjuk kepada orang2 yg kafir.
    1.Kalau ayat ini diperuntukkan bagi Ahli Kitab, maka seharusnya Rasul berada dilingkungan Ahli Kitab. Dan bukan dikumpulan para sahabat.
    2.Ayat2 utk peringatan kepada Ahli Kitab yg sejenis tlh banyak Rasul sampaikan tanpa rasa takut.
    3.Apakah hanya utk menyampaikan spy para Ahli Kitab masuk Islam yg sdh sering Rasul sampaikan perlu diancam Allah dgn menyatakan engkau blm menyampaikan RisalahKu.?
    4.Apakah hanya utk menyampaikan ayat 68 rela Rasul menangguhkan perintah Allah?
    5.Apakah Rasul pernah merasa takut menghadapi para Ahli Kitab sehingga HRS mendpt Jaminan dari Allah.? Yakni jgn kamu takut pd manusia aku MEMELIHARAMU
    6.RASUL TDK PERNAH TAKUT MENGHADAPI MANUSIA SIAPA SAJA WALAUPUN DLM PEPERANGAN. Ini perlu ada peninjauan yg JUJUR demi Medptkan KEBENARAN. Wasalam

    Suka

  70. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @Mas Aburahat dan @Mas Aburahat
    Terima kasih mas Aburahat telah mengingatkan kita semua tentang “Ahli Kitab”, juga ditegasi oleh mas Aburahat bahwa para Rasulullah bukanlah dilingkupo Ahli Kitab.

    1. Rasulullah Musa a.s := Penerima Risalah Kitab Zabur dan Penegak ajaran Taurat, sedangkan umatnya (baca: saat itu dan kini)men-ta’wil-kan demi memenuhi nafsu baik merubah/mengurangi/menambah itulah yang disebut “Ahli Kitab”.
    2. Rasulullah Isa a.s := Penerima Risalah Kitab Injil dan Penegak ajaran Injil, sedangkan umatnya (baca: saat itu dan kini) men-ta’wil-kan demi memenuhi nafsu baik merubah/mengurangi/menambah itulah yang disebut “Ahli Kitab”.
    3. Rasulullah Muhammad s.a.w := Penerima Risalah Kitab Al Qur’an dan Penegak ajaran Al Qur’an, sedangkan umatnya (baca: saat itu dan kini) men-ta’wil-kan demi memenuhi nafsu baik merubah/mengurangi/menambah itulah yang disebut “Ahli Kitab”.

    Astaghfirullah…
    Saya jadi merenungi bagaimana menyikapi pilihan ini ?!

    Kesalahan-kesalahan Yang Menjurus Ke Syirik


    (mba-mba & mas-mas terimakasih jika sempat membuka link diatas)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  71. Aburahat said

    @Hanifah
    Saya tidak pernah mengatakan para Rasulullah bukan melingkupi Ahli Kitab. Tolong mas katakan kapan dan dikomentar yg mana. Begitu pula saya kurang paham dgn kata2 mas mengenai :

    1. Rasulullah Musa a.s := Penerima Risalah Kitab Zabur dan Penegak ajaran Taurat, sedangkan umatnya (baca: saat itu dan kini)men-ta’wil-kan demi memenuhi nafsu baik merubah/mengurangi/menambah itulah yang disebut “Ahli Kitab”.
    2. Rasulullah Isa a.s := Penerima Risalah Kitab Injil dan Penegak ajaran Injil, sedangkan umatnya (baca: saat itu dan kini) men-ta’wil-kan demi memenuhi nafsu baik merubah/mengurangi/menambah itulah yang disebut “Ahli Kitab”.
    3. Rasulullah Muhammad s.a.w := Penerima Risalah Kitab Al Qur’an dan Penegak ajaran Al Qur’an, sedangkan umatnya (baca: saat itu dan kini) men-ta’wil-kan demi memenuhi nafsu baik merubah/mengurangi/menambah itulah yang disebut “Ahli Kitab”.

    Menurut pengertian saya yg blm mampu menjangkau kata2 filosof bahwa mereka yg mengadakan perobahan atas apa yg disampaikan para Rasul tsb mereka itu dinamakan Ahli Kitab. Apakah demikian maksud mas?

    Suka

  72. haniifa said

    Wahh…kalau begitu salah dunk sayah 😀
    Komen No:69 … 2 diatas ini.
    Kata mas :
    1.Kalau ayat ini diperuntukkan bagi Ahli Kitab, maka seharusnya Rasul berada dilingkungan Ahli Kitab. Dan bukan dikumpulan para sahabat.

    Tulisan tersebut saya maknai, memang benar Rasulullah berada di lingkup para Ahli Kitab (baca: Kitab sebelumnya) akan tetapi saya tegasi beliau bukan berarti dibawah infiltrasi Ahli Kitab.

    Kalau mas tidak setuju dengan pemahaman saya, yack nggak apa-apa toch ?! 😀
    (Tidak masalah kalau dukungan saya tidak diperlukan)

    Duhhh… jadi inget tulisan sendiri 😀

    Adakah infiltrasi metoda Hermeutika sudah meraksuk ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  73. haniifa said

    @mas Aburahat
    Karena saya asumsikan tidak memerlukan dukungan dari saya, maka secara automatis bukan menjadi suatu kewajiban untuk menjelaskan pertanyaan mas ini:
    Begitu pula saya kurang paham dgn kata2 mas Haniifa mengenai : …
    lihat komen no:71

    Wassalam, Haniifa.

    Nb:demi menjaga kebaikan kesalah fahaman saya tidak akan mengulas lebih jauh.

    Suka

  74. Aburahat said

    @Hanifah
    Mas, salah klu mas mengatakan saya tdk perlu dukungan dr mas. Setiap yg benar merupakan dukungan apakah itu berseberangan ataupun berdampingan. Apalagi nyata2 berdampingan. Saya sangat menghormati dan sangat berterima kasih.
    Kesalahan saya dlm menghadapi seseorang tanpa mengamati siapa lawan bicara saya. Sehingga saya sama ratakan. Seharusnya saya sdh dpt menilai dgn siapa saya berdiskusi. Sory terlalu cepat mengamnbil conclusi.

    Suka

  75. haniifa said

    @Aburahat
    Nggak apa-apa khok mas.
    Sungguh saya hanya sekedar berusaha memahami untuk diri sendiri mengenai: Konsep Win-Win Solutions ?!

    Kira-kira jalan pemikiran saya begini :
    _______________________________________
    1. Jika mas menang, maka saya harus mengalah… tetap WIN and not Looser
    2. Jika saya menang, maka saya harus menunggu kemenangan mas… tetap WIN and wait…
    3. Jika mas menang dan saya menang… Win-Win Solutions := it’s OK dunk. 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  76. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Aburahat,
    Asumsi saya bahwa AQ 5:67 menunjuk kewajiban pada AQ 5:68 adalah awal ayat yang dimulai dengan “Katakanlah!”. Dalam hal ini yang disuruh Allah mengatakan adalah Rasulallah. Bukan siapa-siapa. Makanya saat mengerjakan Haji Wada, Rasulallah meminta penyaksian para shahabat bahwa risalah telah beliau sampaikan. Tidak ada yang beliau tinggalkan. Saat pidato Haji Wada itulah Rasul juga meminta hadirin yang hadir untuk menyampaikan pesan ini kepada para shahabat yang berhalangan berhaji saat itu. Dan juga ada hal-hal lain yang beliau sampaikan yakni masalah riba jahiliyah, masaalah hutang darah dan masaalah perempuan. Kenapa beliau berpesan demikian karena beliau sudah tahu bahwa beliau akan dipanggil kesisi Allah. Hal ini dapat kita ketahui dari pesan beliau ketika akan melepas Muazd bin Jabal untuk menunaikan tugas diluar kota Madinah …… “mana tahu engkau tidak akan menjumpaiku selepas tahun ini”.

    Sedangkan wasiyat kepemimpinan umat, yang katanya, dipegang oleh Saiyida Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu sebagaimana tercantum dalam hadits Ghadir Khum mengenai Tsaqalain, maka menurut para Ahli Hadits dikalangan Ahlussunnah waljama’ah (bukan kata saya), kecuali kalangan Syi’ah Immamiyah, masih terdapat kejanggalan-kejanggalan tentang kebenarannya. Berpedoman pada hadits inilah maka timbulnya tuduhan oleh pengikut Syi’ah terhadap para shahabat besar Rasul seperti Khalifah Abu Bakr Asshiddiq RA, Amirul mu’minin Umar Ibnu Khattab RA, Amirulmu’minin Utsman bin Affan RA, yang sudah dijamin masuk sorga oleh Rasul sendiri, dan shahabat-shahabat Radhiallahu ‘anhum ajma’in lainnya yang mengadakan bai’at di Saqifah Banu Saad sebagai penghianat wasiyat karena mengangkangi hak Ali RA sebagai khlaifaturrasulallah atau pemegang pimpinan sesudah Rasul. Sampai sekarang, kalau kita teliti didalam buku-buku yang dikarang oleh para ulama Syi’ah masih akan kita temui umpatan-umpatan yang tidak sepatutnya ditujukan kepada para shahabat besar Rasul yang sudah jelas-jelas dijamin masuk sorga. Bahkan didalam kitab karangan mereka bisa kita dapatkan puluhan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh ulama hadits Syi’ah dalam hal menjelek-jelekkan para shahabat.
    Wassalam,

    Suka

  77. haniifa said

    Subhanallah…

    Suka

  78. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Aburahat ( Komen # 71 ),
    Kalau menurut pendapat saya, yang dinamakan Ahli Kitab adalah umat siapa saja, umat mana saja, sejauh mereka pernah diturunkan Kitab Suci sebagai pedoman dunia akhirat mereka, bisa disebut Ahli Kitab.
    Bahkan umat Hindu dan Budha sekalipun, termasuk penganut Khong Hu Cu dan Majusi, sejauh mereka bisa membuktikan bahwa kitab-kitab suci mereka sekarang adalah “sisa” dari Kitab yang pernah diturunkan Allah kepada mereka melalui Nabi mereka bolehlah kita sebut mereka termasuk Ahli Kitab. Jadi bukan hanya Yahudi dan Nasrani saja. Wallahua’lam.
    Wassalam,

    Suka

  79. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All
    Salam := Damai…. (Bahasa Arabiyu/ Al Qur’an)
    Salim := Damai…. (Kebiasaan adat di P. Jawa)
    Shaolin := Damai…. (Biara di Tiongkok Kuno)
    Shalom := Damai…. (Bahasa Ibrani)

    1. Hindu dan Budha,Khong Hu Cu… Apakah Ahli Kitab dari Zabur ?!
    2. Penyembah api… Apakah Ahli Kitab dari Ibrahim a.s (baca: yang tidak mempan dibakar api) ?!
    Wallahua’lam.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  80. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All

    AQ 3:184 Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.

    AQ 4:163 Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

    AQ 17:55 Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur (kepada) Daud.

    AQ 21:105 Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shaleh.
    _____________________________________________
    AQ 5:68 Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

    Kitabullah := (Zabur, Taurat, Injil, Al Qur’an)
    AQ 5:68 := ( Taurat, Injil, Al Qur’an)
    _______________________________________________ –

    := ZABUR ?!

    1. Apakah Ahli Kitab Zabur lebih rendah dari itu, sehingga tidak diperhitungkan sama sekali ?!

    2. Apakah juga yang bukan ahli kitab Zabur hingga kini ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  81. Aburahat said

    @Abudaniel
    Apa yg mas tulis pd bait pertama no 76 adalah khotbah Rasul di Arafah tdk ada hubungan dgn khotbah beliau di Khaidir Qhum.
    Sdgkan pd bait kedua masalah sahabat yg mendudki jabatan Khalifah (pimpinan Umat) saya tdk akan bahas. Yg saya hendak berdiskusi dgn ALL adalah mencari kebenaran atas kepimpinan Umat setelah Rasul. Sebagaimana kita ketahui :
    1. Islam adalah agama yg akan menyelamatkan kita didunia dan
    akhirat.
    2. Islam adalah suatu agama yg telah Allah RIDHA dan SEMPURNAKAN
    3. Peraturan Islam digariskan Allah dlm Al Qur’an blm dipahami
    seutuhnya oleh Umat
    4. Al Qur’an perlu dijaga kelestarian jgn ada tangan2 jahil yg
    merobah dll (Hanifah no 71 ad.3)
    5. Ada ayat2 yg perlu ditafsirkan sesuai makna yg sebenarnya
    6. Karena tdk ada lagi Nabi sesudah Rasulullah maka diperlukan
    tempat RUJUKAN
    7. DLSB
    Nah melihat kepentingan diatas apakah mereka yg akan melanjutkan
    misi Rasul tsb. cukup berdasarkan MUSYAWARAH atau HARUS ADA PENUNJUKAN
    DARI PEMILIK AGAMA INI? Yakni Allah Yang Maha Mengetahui. Penunjukan mana harus disampaikan oleh Rasul sblm Beliau dipanggil kembali oleh Allah. Krn sesudah meninggal Rasul tdk ada wahyu lagi. Ini yg saya ingin diskusiikan
    untuk mencari KEBENARAN
    Untuk Alkitab telah dijelaskan oleh mas Hanifah. Thx mas Hanifah
    Wasalam. Damai dan santai dlm diskusi

    Suka

  82. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All

    Seandainya saya adalah seorang arsitektur “Monas”, dimana secara garis besar bangunnan monumen tersebut dibagi dalam :
    a. Dasar.
    b. Ruang Kunjungan.
    c. B. Penyangga.
    d. Emas.

    1. Apa jadinya jika “Emas” saya tempatkan di Dasar, R. Kunjugan atau pada B. Penyangga ?!

    2. Apa jadinya jika salah satu dari ke-empat bagian tersebut ditiadakan ?!

    Coba lihat kembali komentar saya di:

    Jangan Pernah lah Mengagumi Kemegahan Dunia…..

    @All
    Insya Allah, dengan sedikit pengetahuan sejarah PD II… sepertinya rekan-rekan dapat mengulas dan mengupas perihal :

    Mengapa Nabi Muhammad s.a.w mengutus Usamah (25th) dalam menghadapi tentara Rumawi ??

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  83. haniifa said

    Weleh… weleh…
    Para pendekar Popeye dan antek-anteknya… mencoba mengecoh sejarah umat Islam, mungkin juga jengkel, karena hasil kartunisnya no efek !! 😀

    Nilai awal := Ali bin Abi Talib
    Proses…
    Kartun Ali Baba dan Jin 1001

    Nilai awal := Salahudin Al Ayubi
    Proses…
    Mantra Sim Salabim dan Kartun Sinbad

    Oom Donlad Duck dan 4 keponakannya ?! 😛

    Nilai awal := Usama bin Zaid
    Proses….
    dikit-dikit namanya dulu ah… Osama bin Laden… terus ?! 😛
    Silahkan baca-baca jika ada waktu:

    Kera berasal dari Bangsa Yahudi

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  84. Assalamu alaikum wr wb…
    @haniifa and all reader..

    Kala saya nggak khawatir akan film pengecoh sejarah..
    Tapi yang saya khawatirkan…acara pertelevisian sekarang ini..
    mengarah pada bertujuan mehilangkan pola berpikir anak2 terhadap agama & budayanya…
    mana program televisi sekarang yang mendidik..?
    mulai acara untuk anak2 sampai ke yang tua2….
    rata2…..menghancurkan…
    sedangkan sensor perfilman…tak mensensor segala sesuatu yang bertujuan mengarah pada pola berpikir yang buruk..dan membuat mental masyarakat..down tak mengenal agama & budaya.
    INI PR BESAR BAGI KITA SEMUA>>>>
    Wassalam….

    Suka

  85. haniifa said

    Wa’alaikum Salam, Mas Ayruel
    Yach… begitulah, tapi mudah-mudahan kita semakin kuat dan sabar menghadapi serangang diberbagai sudut.
    Seperti konsumsi orang dewasa, mereka membuat dari berbagai media termasuk gambar, artikel-artikel, buku-buku… dsb.

    Terima kasih, peringatannya. (smoga kita lebih waspada,Amin)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  86. abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Haniifa,
    Usamah Bin Zaid ( Bukan bin Ladin), diangkat jadi panglima perang membawahi para shahabat besar dalam usia belum genap 20 tahun. Pengiriman beliau tertunda saat kewafatan Rasulullah SAW kemudian baru dilanjutkan setelah tampuk kekhalifahan ditangan Abu Bakar Ashshiddiq RA. Pemimpin yang tadinya diragukan karena usia yang sangat muda. Tetapi berhasil menunjukkan bahwa usia bukan jadi halangan untuk menjadi panglima yang sukses. Juga bukti akan kepiawaian Rasul dalam menunjuk pelaksana tugas dan juga bukti dari pendidikan yang diberikan oleh Rasul terhadap para shahabatnya.
    Wassalam,

    Suka

  87. haniifa said

    Subhanallah..
    Wa’alaikum Salam,
    @Mas Abudaniel
    Sedari awal, mas memang pengamat sejarah yang handal, jujur saja Insya Allah menurut pendapat saya bahwa mas Abudaniel membaca dari berbagai referensi (baik Muslim atau Orientalis).
    Memang demikian mengenai umur ada yang mengatakan 30 tahun, 25 tahun, 20 tahun… bakan lebih belia dari itu.
    Esensinya adalah seperti kita ketahui bahwa bukti pengangkatan para Rasulullah 35 th (Nabi Isa a.s) sedangkan yang lain rata-rata usia 40 th, dan dalam kenyataan sekarang usia 40 th keatas memang tingkat stabilitas emosi lebih munpuni/mapan.
    Dan dengan minimnya informasi sepak terjang “Usamah Bin Zaid” sehingga kita sedikit mengabaikan, padahal menurut pemahaman saya adalah langkah strategi politik sekaligus strategi perang Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w yang begitu jauh kedepan.
    Mohon maaf mas, bukankah kekalahan sekutu akibat serangan dan strategi pasukan “Kamikaze” yang masih muda belia ?!
    Begitu juga sekarang para Kebo-bule, mendidik kisaran usia tersebut yang bergerak di medan laga, sedangkan untuk diatas 30th maka mereka tempatkan sebagai mentor atau dibalik meja saja.
    Terimas kasih Infonya.

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  88. Aburahat said

    @Abudaniel & all
    Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap kata2 atau ucapan atau perintah Rasul semua berdasarkan WAHYU. Tetapi mengapa pada waktu para sahabat menolak utk melaksanakan perintah Rasul? Padahal perintah Rasul sama dgn perintah Allah. Apakah krn Umur Usaman bin Said msh muda? Apakah mereka menganggap apa yg Rasul perintahkan SALAH. Atau ada latar belakang lain? Menurut saya bukan karena umur. Klu hanya krn umur maka Imam Ali jg msh muda dan memimpin peperangan dan mereka tdk menolak. Damai damai . Wasalam

    Suka

  89. haniifa said

    To think for think 😉
    Sekilas pintas Ali bin Abi Talib, menurut pemahaman saya sepupu Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w ikut serta dengan keluarga belau kisaran usia 10 tahunan, dan beberapa tahun kemudian Rasulullah menerima wahyu pertama usia Alib bin Abi Talib ini belumlah sampai cukup Agli baligh (baca: kisaran 13-14 thn)… begitulah berturut-turut wahyu datang hingga Rasulullah hanya menyampaikan kepada Istrinya sendiri dan sahabat dekat yang paling dipercanya yaitu Abu Bakr as Sidiq dan melaksanakan ibadah shalat dengan cara sembunyi-sembunyi. Namun serapih apapun Rasulullah dengan Khadijah menjalankan perintah Allah, tetap saja tercium oleh mata jernih seorang anak belia yang satu atap dengan mereka, hingga bukanlah suatu hal yang mustahil akan terjadinya dialog sbb:
    Ali bin Abi Talib := “Sedang apakah kalian ?!”
    Rasullullah := “Kami sedang menjalankan perintah dari Allah ?!”
    Ali bin Abi Talib := “Mengapa tatacara ibadah kalian berbeda ?!”
    Rasulullah := “Pamanmu ini Muhammad bin Abdullah telah dijadikan seorang Rasul oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang memiliki Ka’bah dan yang menciptakan langit dan bumi ini, maukah kamu mempercayainya ?!”
    Ali bin Abi Talib := “Yaa… Muhammad bin Abdullah, aku percaya karena hanya engkaulah kaum Banu Quraisy ini yang sangat-sangat jujur hingga kami semua memberimu gelar Al Amin.”

    Maka sejak itu Rasulullah lebih menyayangi dan memperhatikan kemenakannya tersebut, terbukti dengan pembelaan bocah yang baru Aqli baliqh membela dengan berani dihadapan sesepuh Banu Quraisy, begitu juga dengan keberanian Ali bin Abi Talib menggantikan posisi Rasulullah saat “Hijrah” ke Medinah.
    Thinking ?!
    Usia perkiraan Ali bin Abi Talib := 10 thn.
    Usia perkiraan Muhammad bin Abdullah := 38 thn.
    Rasulullah menerima wahyu pertama := 40 thn, sehingga Ali bin Abi Talib := 12 thn.
    Rasulullah mengajak Abu Bakr as Sidiq := 41, sehingga Ali bin Abi Talib := 13 thn.
    Berikutnya Al Qur’an berturut-turut hingga kira-kira 22 thn kemudian hingga demikian usia Rasulullah diperkirakan 63 thn, sehingga usia Ali bin Abi Talib diperkirakan 35 thn.
    Jika kalangan sejarahwan memperkirakan saat sakit dan meninggalnya Rasulullah pada usia 65 thn, maka secara automatis dapat diperkirakan usia Ali bin Abi Talib := 35 + 2 := 37 (Tiga puluh tujuh tahun)

    To think usia Usama bin Zaid := 20 or 25
    For think usia Ali bin Abi Talib := 35 or 37

    Siapkah yang lebih muda ?! Usama bin Zaid OR Ali bin Abi Talib

    To think sejak usia 10 thn. Ali bin Abi Talib, beliau dipercaya, digembleng, dididik… secara teori dan praktek.
    For think Khalifah Ali bin Abi Talib harus benar-benar betul tangguh, itu sebabnya saya mengadaikan sebagai rasa beratnya perjuangan seorang Ayah. disisi lain saya mengandaikan ketiga Khalifah sebagai para rasa kasih sayang Ibu

    Silahkan kita debat kusir menganai ucapan Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w berkata : “Berbakti kepada := Ibumu, Ibumu, Ibumu kemudian Ayahmu. “Dengan atau tampa derajat kesahihan hadits saya tetap yakin begitu”

    Mekah sebagai pusat bumi 2

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  90. Aburahat said

    @Hanifah
    Usama bin Zaid pasti lbh muda. Oleh krnnya saya katakan penolakan mereka bukan umur. Krn yg dimasalahkan adalah menolak perintah Rasul. Apakah Rasul tdk tau bahwa Usama lbh muda dari mereka? Saya mengomentari soal umur krn komen no 86 dari Abudaniel. Damai damai . Wasalam

    Suka

  91. haniifa said

    Klu hanya krn umur maka Imam Ali jg msh muda dan memimpin peperangan dan mereka tdk menolak

    Nggak nyambungkan ?! 😉

    Suka

  92. abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @Mas Aburahat,
    Menurut saya, tidak semua perintah yang keluar dari mulut Rasulullah yang Agung adalah wahyu, kecuali hal yang merupakan hukum agama atau yang bersangkutan dengan hukum agama. Perintah maupun larangan.
    Karena, ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa dalam suatu peperangan Rasul menyuruh para shahabat untuk membuat pertahanan pada suatu tempat. Berdasarkan pengalaman, seorang shahabat bertanya, kira-kira intinya begini : Ya Rasulullah, apakah penentuan tempat ini adalah wahyu/petunjuk dari Allah ataukah dari engkau sendiri?. Apa jawab beliau?. Dari pendapatku sendiri. Maka shahabat, karena ini bukan petunjuk dari Allah, tetapi hanya buah pendapat beliau sendiri, mengusulkan untuk memindahkan tempat pertahanan tersebut ketempat lain, sesuai dengan strategi perang. Rasulullah menerima usul tersebut.
    Jadi dalam hal masaalah kedunian, tidak semua ucapan Rasul adalah wahyu yang diwahyukan. Karena beliau sendiri mengatakan dalam sebuah riwayat : Antum a’lamu biumuri dunyakum ( Kamu lebih mengetahui dengan urusan duniamu). Jadi masaalah peperangan adalah masaalah keduniaan, walaupun impactnya atau efeknya berujung keakhirat.
    Wallahua’lam bishshowab.
    Wassalam,

    Suka

  93. zal said

    ::Mas AbuDaniel : Apa benar Kalau Rasulullah pernah bersabda “Tidaklah keluar perkataan dari mulutku kecuali perkataan Allah..??? kalau benar maksudnya apa, kalau benar, dan itu sama dengan wahyu, yang membedakan dengan urusan dunia yg dalam comment mas abudaniel di atas apa ya…???
    ada lagi dalam salah satu perang, dimana dikisahkan paara sahabat menunggu Perintah Beliau, namun perintah tak kunjung datang, setelah beberapa lama, tiba-tiba Beliau memerintahkan agar pasukan menyiapkan bekal, dan memerintahkan agar shalat dilakukan di salah satu tempat.., nah masa menunggu tadi, apakah Beliau sedang mempersiapkan strategi ya…bukan menunggu perintah Allah, begitu barangkali ya Mas Abudaniel… Tks

    @
    Ada berbagai kisah tentang perilaku dan ucapan Nabi yang menunjukkan bahwa beliau seorang manusia. Antara lain, yang saya ingat di sini : Beliau pernah mengatakan kepada seorang tua bahwa di surga tidak ada orang tua yang kemudian orang tua itu kemudian mendapatkan penjelasan bahwa manusia berada pada usia tertentu dan muda hidup di surga (walaupun meninggalnya usia tua). Sang junjungan “bergurau” dan berucap sambil tersenyum. Begitu juga kisah tentang penyerbukan kurma sehingga beliau berkata mengenai urusan dunia, “kamulah” yang lebih mengetahui dan beliau menegasi posisinya. Begitu juga kisah tentang posisi beliau pada saat masa perang.
    Saya kira, hal-hal seperti ini dan ucapan hadis di atas adalah pemahaman dari seorang Rasul yang selalu dijaga oleh Allah tingkah dan ucapannya, sisi kemanusiaan, sisi kekurang lebihannya sebagai manusia.
    Namun, untuk mengapa dipilih Ali atau siapa… wah sungguh itu analisis yang begitu rumit (dan terkadang seperti moda “orientalis”). Sebuah posisi penjelasan rumit karena sebuah keputusan tidak bisa dilihat dari sisi objektif dan subjektif hanya dalam uraian kata. Betapa rumit dan tidak sederhananya sebuah situasi yang menurut agor, kita akan sangat sulit membuat kondisi logis dari peristiwa yang begitu singkat yang pernah terjadi.
    Hal-hal seperti keadilan dan kebijaksanaan dalam situasi rumit tidak mudah diurai, apalagi itu terjadi pada satu ketika yang jalur informasinya pun boleh jadi sudah sangat panjang…..

    Suka

  94. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All

    Tidaklah keluar perkataan dari mulutku kecuali perkataan Allah..??? Insya Allah, benar.
    Dan ucapan yang muncul dari mulutnya adalah “Bismillaahir rahmaanir rahiimi”

    Sehingga perkataan tersebut didalam “Umul Kitab” diberi nomor satu (1), sedangkan pada kumpulan firman-firman Allah (biasa dinamakan surah) tidak diberi nomor dan berjumlah 112 surah kemudian ada satu surah yang tidak menuliskan perkataan Rasulullah Nabi Muhammad s.aw tersbut (baca: Bismillaahir rahmaanir rahiimi )

    Buat rekan-rekan yang belum melihat manuscript atau apa yang di lafadz-kan Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w. Mari kita uji bersama apakah BENAR-BENAR BETUL ?! —::click dunk:: 😉

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  95. haniifa said

    1. “Bismillaahir rahmaanir rahiimi” —::click dunk:: 😉

    Suka

  96. haniifa said

    Suatu ketika Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w pergi kepasar disekitar kota “Madinah”.
    Rasulullah bertanya pada pedang kurma (tentu pakai bahasa Quraisy… dunk :D) := “Hei fulan… berapa harga kurma ini ?! dan bagaimana buah kurma ini warnanya menggiurkan seraya sedap dimakan, Subhanallah…. pintar sekali kamu berdagang buah kurma yang berbeda dengan pedagang yang lainnya.”
    (Si fulan bukannya menjawab malah sibuk mencari tulang dan mengukir… lalu urat-oret ucapan tersebut… seraya berfikir: wahhh… perkataan wahyu neehhhh 😀 )
    Rasul sebagai orang penyabar tetap tersenyum dan kemudian mencicipi sebiji kurma sambil berkata lagi “Hemmm… manis dan segar buah kurma yang ini… apa dari negeri seberang, gituhh ?!”
    (Si fulan kebingungan… matek aku piye ki… nggak ada tulang lagi. 😛 )
    Si Fulan menjawab := “Maaf yaa Rasulullah… saya kira tadi adalah wahyu Allah”
    Dengan bijak Rasulullah berkata := “Sesungguhnya aku melarang ucapan ku dicatat…. sebab dikhawatirkan dianggap sebagai Al Qur’an, semoga Allah mengampuni kekhilafanmu itu”
    Sebagai suami yang bijak, maka Rasulullah membawa kurma dari pasar tersebut kerumah beliau dan sambil bercanda ria dengan para istrinya.

    Apa begitu yang @mas Zal maksud.. ?! Tk-a

    Suka

  97. truthseeker said

    @Haniifa

    Mas Haniifa, catatan ttg umur mrk (Usama & Ali b Abithalib) bukannya tdk ada. Begitu jg catatan sepak terjang Usama. Mas Haniifa bs dg mudah temukan koq.

    1. Imam Ali pada waktu Hijrah sdh dewasa sekitar 20 – 22 thn (beliau mengawal rombongan wanita, shg tentunya beliau sdh hrs punya kemampuan berperang/bertempur pd saat itu krn berkali2 beliau dicegat oleh kafir Quraisy). Ini jg sesuai dg catatan bhw pd saat Rasulullah pertama kali menerima wahyu mk Imam Ali pd saat itu berumur 8 – 10 thn. Mgkn yg mas haniifa mksdkan 10 thn adalah umur Imam Ali pd saat Rasulullah pertama menerima wahyu bukannya pd saat Hijrah.
    2. Usama b Zaid lahir di Makkah kira2 7-9 thn sebelum hijrah. Beliau mengajukan diri untuk ikut berperang pd perang Uhud, namun ditolak oleh rasulullah krn dianggap belum cukup umur.
    Beliau diijinkan ikut dlm perang khandak setelah beliau meminta dg sangat kpd Rasulullah, pd saat itu Usama berumur 14-15 thn.
    3. Setelah perang khandak mk Usama selalu mengikuti perang2 selanjutnya.
    4. Abu Bakar lebih muda dr Rasulullah sekitar 2 th lebih muda
    5. Penunjukkan Usama utk memimpin perang di akhir hayat Rasul adalah bagian rencana besar Rasulullah. Pd saat itu Abu Bakar, Umar dan banyak lagi sahabat2 yg sdh “veteran/senior” diperintahkan utk turut berperang (kecuali Imam Ali) bhkn ditambah dg pesan “jangan sekali2 kembali ke madinah apapun yg terjadi”.
    Sayangnya mrk tdk taat/patuh shg sejarah Islam bergeser.

    @Abudaniel

    Terlepas dr perbedaan pendapat ttg apakah semua perkataan Rasul adalah wahyu, tentunya mas AD meyakini bhw kita wajib taat kpd perintah Rasul (sesuai dg ayat2 AQ). Agar kt tdk terjebak pd perdebatan mengenai wahyu atau bukan, yang jelas kt sepakat kt harus taat kpd semua perintah Rasul. Akan menjadi ragu jk kt boleh memilah2 mana yg wahyu dan mn yg bukan. Yg pd akhirnya setiap org punya pendapat sendiri mn yg wahyu dan mn yg bukan, kmd semakin parah kt suka2 memilih mana yg kt taati dan mana yg bs kita tolak.

    Wassalam

    @
    Jujur, saya memang memilah-milah hadis. Tapi sama sekali tidak untuk AQ, berusaha untuk tidak, meskipun hanya satu ayat.

    Suka

  98. haniifa said

    @Truthseeker
    Waduhh… sampeyan iki piye tock !!
    Mgkn yg mas haniifa mksdkan 10 thn adalah umur Imam Ali pd saat Rasulullah pertama menerima wahyu bukannya pd saat Hijrah.
    Siapa yang bilang umur Ali b Abi Talib 10 thn saat peristiwa hijrah ?!
    Thinking ?!
    Usia perkiraan Ali bin Abi Talib := 10 8 thn.
    Usia perkiraan Muhammad bin Abdullah := 38 thn.
    Rasulullah menerima wahyu pertama := 40 thn, sehingga Ali bin Abi Talib := 12 10 thn. ::JELAST::
    —————————————————————-
    Hijrah := adalah menghindari penekanan, penyiksaan, intimidasi…dll
    —————————————————————-
    Imam Ali pada waktu Hijrah sdh dewasa sekitar 20 – 22 thn (beliau mengawal rombongan wanita, shg tentunya beliau sdh hrs punya kemampuan berperang/bertempur pd saat itu krn berkali2 beliau dicegat oleh kafir Quraisy
    Kapan pengalaman berperangnya ?!
    a. Saudara lupa yach… saat piagam pemboikotan pada Kaum Muslim di Mekkah, dan pejanjiannya di tempel di Ka’bah….
    b. Yang di incer Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w bukan yang lain.

    Pd saat itu Abu Bakar, Umar dan banyak lagi sahabat2 yg sdh “veteran/senior” diperintahkan utk turut berperang (kecuali Imam Ali) bhkn ditambah dg pesan “jangan sekali2 kembali ke madinah apapun yg terjadi”.
    a. Kalau Abu Bakar, Umar, Usman ikut berperang bersaman Usama ?! *** Nggak nyambung 😛 , nggak ada POLEMIK dunk ***
    b. “Jangan kembali ke Medinah” := Jangan minta dukungan moril ataupun moral apapun yang terjadi baik kepada Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali yang semuanya tetap di MEDINAH bersama Rasulullah. **** Nyambung yach 😀 ****

    Suka

  99. ucing said

    hati2 dengan menanggapi hal “Tidaklah keluar perkataan dari mulutku kecuali perkataan Allah..“

    jangan sampai nanti mempersamakan Rasul dengan Allah… lama2 bisa mlengsong Rasul = yang mengutusnya, atau bisa2 jadi anaknya…

    kata2 tersebut bukanlah berarti ucapanku adalah ucapan tuhan = aku adalah tuhan, tuhan adalah aku…

    18:110 Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.

    @
    Mas Ucing, Salam dan terimakasih atas catatan peringatannya. Kadang karena berbagai faktor, kecenderungan manusia dalam hal-hal seperti ini memang layak berhati-hati. Banyak hal, disadari atau tidak mau menyadari, cenderung kehilangan nalar pertimbangan. Jangankan pada kondisi ini, pada pemimipin atau pada golonganpun lebih “dituhankan” dari pada yang seharusnya.
    Sekali lagi, agor haturkan terimakasih.
    Salam,agor

    Suka

  100. truthseeker said

    @Agor

    1. Saya setuju (bhkn wajib) bhw kita hrs memilah hadits adalah hanyalah catatan dr perkataan2 Rasul dan bukan perkataan Rasul itu sendiri, oleh karenanya kt mengakui bhw dlm pencatatan tsb bs dan telah terjadi penyimpangan.
    Sedangkan yg sdg kita bicarakan bukanlah “hadits” yg kt bicarakan adalah perkataan Rasul itu sendiri. Artinya pd saat kita sdh menerima bhw hadits itu shahih yg artinya kt terima sbg perkataan/perintah Rasulullah mk bagi saya muncul kewajiban utk mentaatinya. Jadi saya menjadi bingung jk kt kembali ke pemilahan hadits.

    2. Sedangkan mengenai ayat AQ jk kt hubungkan dg diskusi ini maka sangat tdk relevan. Kecuali jika mas Agor mempersepsikan wahyu identi sbg ayat AQ. Jika begitu mk kt akan berbeda, krn bagi saya adalah: jika Ayat AQ maka seudah pasti wahyu, jika wahyu belum tentu ayat.
    Wahyu tdklah identik dg ayat, bhkn wahyu tdk jg terbatas hanya kpd para Nabi, shg pd saat kt bicara mengenai perkataan (terlebih lg perintah, dmn saya berkeyakinan bhw tdk mungkin Rasulullah memerintahkan sesuatu yg bisa salah) Rasulullah maka dikarenakan keterjagaan beliau (oleh Allah SWT) maka menjadi suatu keniscayaan bagi kt utk taat ssuai yg Allah telah wajibkan atas kt dalam ayat2-Nya (saya rasa tdk perlu sy kutipkan ayat2 tsb).
    3. Saya tdk setuju dg kesahihan hadits yg dibawakan oleh mas haniifa, krn matannya bertentangan dg ayat2 AQ, dan jg dr pengetahuan kt ttg sifat2 Rasul dmn sdh pasti Rasul adalah manusia yg lebih dlm segala hal dibandingkan manusia lainnya, termasuk dlm kecerdasan dan keterjagaan beliau.

    @Haniifa

    Maaf kalau mas haniifa menjadi marah atas komentar saya, sebelumnya saya meminta maaf utk itu. Namun perlu saya jelaskan bhw komentar saya adalah sebatas kemampuan saya mempersepsikan tulisan mas haniifa, bhkn disitu sy jg sdh mengatakan bhw sy meyakini bhw mas haniifa tdk bermksd mengatakan umur Imam Ali 10 th pd saat Hijrah, tp silakan mas haniifa membaca lg tulisan mas yg bs membawa pembaca pd penafsiran yg saya jg terjebak krnnya, berikut sy kutip tulisan mas haniifa:

    Maka sejak itu Rasulullah lebih menyayangi dan memperhatikan kemenakannya tersebut, terbukti dengan pembelaan bocah yang baru Aqli baliqh membela dengan berani dihadapan sesepuh Banu Quraisy, begitu juga dengan keberanian Ali bin Abi Talib menggantikan posisi Rasulullah saat “Hijrah” ke Medinah.
    Thinking ?!
    Usia perkiraan Ali bin Abi Talib := 10 thn.
    Usia perkiraan Muhammad bin Abdullah := 38 thn.

    Kalimat ttg hijrah berurutan dg penyampaian usia Imam Ali 10 th.

    Terima kasih semoga mas haniifa tdk sewot lagi.. 🙂

    pisss..piisss..

    Suka

  101. truthseeker said

    hati2 dengan menanggapi hal “Tidaklah keluar perkataan dari mulutku kecuali perkataan Allah..“
    jangan sampai nanti mempersamakan Rasul dengan Allah… lama2 bisa mlengsong Rasul = yang mengutusnya, atau bisa2 jadi anaknya…

    Saya tdk melihat relevansinya. Saya kuatir ini hanya paranoia dr segelintir orang. Betapa beraninya kita membatalkan perkataan Rasul dan ayat2 AQ (AQ pun menyampaikan spt itu) yg sdh jelas terang benrderang bhw menyatakan bhw tdk ada perkataan Rasul yg bukan dr Allah. Dimana hubungannya dg kekuatiran akan menyamakan atau memnyatakan Rasulullah sbg anak Tuhan..astagfirulah. Islam adalah agama yg sempurna, jgn disamakan dg “agama” lain. AQ terjaga, syahadatnya jelas, ilmu tauhid dlm AQ sangat jelas (cukup surat al-ikhlas saja sdh mampu menjaga kt dr paranioa ttg keutamaan Rasulullah yg dpt menjadi kultus ataupun syirik). Saya sering endengar ucapan2 spt ini (paranoia) yg akhirnya berujung mengingkari/memangkas/mngecilkan ayat2 AQ ataupun hadits yg berkaitan dg keutamaan Rasulullah.
    Mas Ucing saya ingin bertanya, sesesat2nya umat islam adakah yg menyembah Rasul, ataupun mentuhankan manusia?. itu kelebihan agama islam, islam terjaga dr kesesatan tauhid, sebrp tololnya dan yg paling tdk berilmu dan sesat pun seorg muslim belum pernah sy mendengar mrk mentuhankan selain Allah.
    Mas Ucing, utk apa semua hadits dan ayat2 AQ ttg kepribadian, perkataan Rasul, dan kerteragaan Rasul dr kesalahan jk kmd gugur hanya krn kekuatiran/paranoia kt makhluk yg hina ini?.

    Maaf jika terlalu bersemangat.

    Pisss..pisss

    Wassalam

    @
    hmm.mmm…. diingatkan, relevan atau tidak, tentu kita berterimakasih kan…
    Saya jadi ingat, ntah kisahnya benar atau tidak, suatu kali Nabi Sulaeman mendapatkan perintah tuk menemui seorang petani ndeso. Beliau hatinya merasa heran atas perintah ini, dan menemui sang ndeso tadi. Ketika bertemu, sang Ndeso tadi memperingatkan agar : “Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah… ” Sebuah peringatan diberikan oleh seorang “ndeso” kepada seorang Nabi yang jelas-jelas utusan Allah. Moral cerita, tentunya, kita melihat esensi peringatan itu dan tujuannya yang baik, bukan pada prasangka yang melingkupi kita. Sengaja atau tidak.
    (Oh ya, tentu saja peringatan dari “Ucing” bukan dalam komparasi cerita ini. Hanya dimengerti bahwa peringatan adalah kasih sayang dan teguran agar kita lebih baik dan berhati-hati)…. 😀

    Suka

  102. truthseeker said

    @Agor

    Terima kasih atas “peringatannya yg bijak. Mungkin mas Agor lebih bijak dr saya..:). Tapi contoh yg disampaikan oleh mas Agor sangat berbeda (menurut saya) jd saya minta dehh contoh yg sama dg kasus dr mas Ucing ..:mrgreen:
    Contoh dr mas Agor tdk terbantahkan, krn peringatan dr sang petani adalah penyampaian dr perintah Allah, dan kapan pun disampaikan maka akan selalu benar.
    Sedangkan “complain” sy atas peringatan mas Ucing adalah krn begitu sering sy mendengar peringatan ini yg mn peringatan tsb bersifat sbg hukum/hujjah atas agar kt tdk boleh “terlalu” memuliakan Rasulullah. Bahkan pd kasus ini mas Ucing meminta kt utk “berhati” menggunakan hadits Rasulullah tsb. Sangat tepat jk mas Ucing menjelaskan kpd kt dr sisi mana kekuatiran mas Ucing timbul shg kt berhati2 (tdk bisa menggunakan)thd hadits tsb?.
    Misalnya jika kalimat itu saya ubah:
    “hati2 jangan terlalu memuliakan Rasulullah”, mmg terkesan spt yg mas Agor katakan ini adalah peringatan yg sptnya sah2/baik2 saja. Tp ternyata ini jg digunakan sebagian org sbg dalil utk melarang org memuliakan Rasulullah (yg menurut mr kebablasan, sdgkan kebablasan atau tdknya jg ternyata bergantung dr ukuran mrk sendiri atau dr paranoia2 tsb).
    Just it.. :). Semoga tdk menjadi polemik. Terima kasih mas ucing atas peringatannya.

    Wassalam

    @
    Memuliakan junjungan atau orang yang kita hormati (orang tua, ulama, pemimpin, kakak, orang lebih tua) tentu baik. Namun, kalau boleh kita jujur neeh… betapa banyak dalam lingkungan keseharian orang jauh lebih menghormati tetua, ketua partai, ketua organisasi, dan pemimpin, lebih dari apa yang diserukan Allah kepada kita. Bahkan ketika pemimpin kita menyesatkan sekalipun, “kita” tetap saja taklid dan percaya penuh pada pemimpin kita. Bukankah kita mengenal aliran yang menyatakan, hanya orang-orang maksum yang mengerti al Qur’an dan seterusnya sehingga apa yang menjadi ucapannya jauh lebih berharga dan bernilai di mata anggota organisasinya dibanding penjelasan yang diberikan oleh AQ.
    Postingan : Penyebab Berpikir Keliru, ditulis dalam kerangka seperti yang “Ucing” sampaikan itu.
    Memuliakan Nabi, sampai suatu batas yang harus dijaga adalah over kultus yang begitu kuat juga dijaga oleh para ulama-ulama Islam dari masa ke masa, agar ummatnya tidak terjebak pada kondisi seperti yang pernah terjadi pada masa beberapa ratus tahun sebelum Nabi terakhir dikirimkan Allah. Kita tentu telah mengerti hal ini.
    Dan kalau kita melihat pada statistik dunia, tanpa saya harus menyebutkan secara spesifik, kita tahu bahwa memuliakan manusia melebihi seharusnya telah dilakukan oleh lebih dari 70% atau paling tidak sekitar itu atau malah lebih dari penduduk dunia pada masa kini.

    Banyaknya hadis pada katagori dhaif adalah muncul karena sebagian orang yang boleh jadi sebenarnya sangat mengerti, terjerembab juga pada keinginan lain. Dan kita tahu, jumlah hadis yang matannya diragukan atau bahkan bertentangan jumlahnya telah lebih banyak dari yang validitasnya bisa diandalkan.
    Namun, tentu saja, menafikkan contoh perilaku yang telah dibukukan, dan dirasakan pada setiap majlis taklum dibahas dan diulas tentang perilaku yang baik yang dicontohkan nabi tentu tidak logis. Esensinya ada pada contoh dan perilaku yang baik. Khususnya hadis yang menyangkut cara menjalani kehidupan. (soal hadis yang berkenaan dengan fikih dan berkaitan erat dengan AQ, tidaklah menjadi perdebatan/keraguan).
    Namun, saya ingin garis bawahi yang penting untuk saya : Saya tidak mengerti ilmu Hadis, saya hanya membaca di sela-sela waktu atau mendiskusikan di bawah bimbingan ulama jika hadir di majlis pagi sebelum berangkat kerja. Dalam perjalanan itu, saya lebih memetik esensi yang diungkapkan ketimbang membahas kekuatan sumber dan asal usul hadis. Jadi, karena itu, peringatan seperti ini, tetap bernilai. Saya percaya, tegurannya adalah untuk kebaikan.

    Suka

  103. haniifa said

    he.he.he.
    Berjalan ditepi jurang belum tentu jatuh, tapi loncat kejurang itu lain cerita…
    For think usia Ali bin Abi Talib := 35 or 37
    For think Khalifah Ali bin Abi Talib harus benar-benar betul tangguh…. (For=For):= Clear yach !! 😀

    Jika usia Usama := 7 thn. sebelum Hijrah, tinggal itung mbek sampeyan 20 – 7 := 13 thn.
    So….
    Mas Ali bin Abi Talib := 35 – 13 := 22 Tahun… Clear Yach !! 😀

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  104. yureka said

    saya membayangkan sebuah majlis suatu ketika diadakan dan langsung dipimpin oleh Rasulullah, saat itu rasulullah sedang mengupas tema : makna “Alhamdulillah” yang dalam bahasa kita kurang lebih “segala puji HANYA untuk ALLAH”

    tema kedua ttg wahyu yg baru diterima beliau ” aku hanyalah seorang rasul/utusan, SUNGGUH telah berlalu rasul-rasul (banyak rasul) sebelum ku……

    coba kita bayangkan kira2 apa saja yg terangkan pada semua yg hadir saat itu ..??

    Suka

  105. Aburahat said

    @abudaniel
    Mas, saya kurang yakin atas hadis tsb krn bertentangan dgn ayat,
    QS 53:4 yg berbunyi: Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

    Oleh krn itu saya yakin tdk ada satu ucapan beliau terkecuali Wahyu apalagi penunjukan terhadap Usama bin Zaid yg pasti akan mendapat tantangan. Damai damai .Wasalam

    @
    Mas Abu Rahat, QS 53 Al Najm bukankah menjelaskan ucapan yang spesifik (seperti lengkapnya surat Bintang tersebut) sehingga sampai pada kesimpulan bahwa seluruh ucapan beliau adalah wahyu. Bukankah juga dijelaskan, ketika wahyu turun kepada beliau, maka ada spesifik kondisi yang harus diterima beliau ketika wahyu disampaikan. Kemudian setelah wahyu diterima, maka dijelaskan para sahabatnya dengan bahasa beliau.
    Sebagai manusia, juga beliau menyapa anak isteri, berdiskusi dengan sahabat, merencanakan, dan seluruh menjadi suri tauladan yang baik. Apakah setiap ucapan beliau wahyu?. Wah, saya tidak berani berkesimpulan sejauh ini ….

    Suka

  106. Aburahat said

    @ucing
    Saya yakin mereka yg berakal mengetahui bahwa Rasul adalah perantara/ penyampai berita Allah kepada kita. Yg repotnya mereka yg menolak kata2/perintah Rasul. Ada yg mengatakan Rasul mengigau. Ada yg membuat alasan. Malahan melanggar perintah Rasul. Pada hal dlm banyak ayat Allah menyebut U’TIULLAH WAL RASUL. Dan apa yg diperintah Rasul jgn ditolak. Damai damai. Wasalam

    @
    😀
    Kalau yang mengatakan seperti di atas, malah kita bisa tidur nyenyak Mas Aburahat, karena itu adalah ucapan dari manusia yang sudah jelas statusnya, sudah jelas ketidak percayaannya, dan sudah jelas pula resikonya. Yang berat adalah yang justru infiltrasi yang begitu halus dan begitu sulit kita menyadarinya sehingga semua contoh dan wahyu, akan terdengar samar-samar dan jauh dari telinga (hati) pendengarnya……

    Suka

  107. Aburahat said

    @Hanifah
    Semua nda nyambung nda ada tali sih.
    Banyak kita punya tp sdh rapuh jd gampang putus

    @
    Saya percaya ada sambungannya. Hanya tidak setiap sambungan kita memahami. Seperti kalau kita berpikir gravitasi, maka itu hanya berlaku antara bumi dan bulan, benda jatuh ke bumi. Kita tidak bisa menjelaskan bahwa ada hubungan gravitasi antara kucing di sebelah rumah dengan saya yang sedang menonton tv di dalam rumah. Lho kok ada?. Ya iyalah, gaya tarik gravitasi adalah gaya tarik dari dua buah masa. Kucing dan saya sama-sama ditarik oleh gaya tarik bumi. Juga kucing dan saya punya gaya-gaya di antara keduanya karena masing-masing punya masa…. 😀
    Itu juga sebabnya, saya kadang menjadi sangat ragu memberikan komentar pada catatan yang tidak nyambung atau dianggap tidak nyambung. Bisa jadi untuk pemiliknya itu sudah sangat nyambung…..
    😀

    Suka

  108. truthseeker said

    @Agor
    Mungkin pengertian mas Agor dg AR agak berbeda ttg semua perkataan Rasul adalah wahyu. Perbedaan ini muncul krn mas Agor beranggapan bhw wahyu itu selalu berarti ayat AQ (hukum2), tdk mas Agor. Dalam bbrp terjemah kata wahyu itu diartikan sbg ilham, mgkn jk diganti dg kata ilham mgkn akan lebih jelas (walaupun sy sendiri lbh berpegang menggunakan kata wahyu sbgm bhs arabnya). Jadi wahyu disini ada yg menjadi ayat2 dlm AQ (Rasul dg jelas dan tegas membedakannya) dan wahyu yg diartikan ilham (dr Allah), dg menggunakan pengertian ilham mk yg dimksd adalah bhw Rasulullah dlm berkata2 dan bertindak itu selalu terhubungkan dg Allah (shalallahu) shg beliau digelari jg dg SAW dan terjaga oleh Allah. Terlebih lg diskusi kt berkaitan dg perintah Rasul. Jadi mas Agor jgn rubah2 katanya dg seolah semua perkataan Rasul itu aalah wahyu (Firman Allah), bukan itu mas tp yg dimksd bhw semua tindak tanduk Rasul dijaga oleh Allah (wahyu), shg karenanya beliau menjadi suri tauladan dlm semua hal, cara makan, minum, mandi, berbicara, berdiskusi dan semua apapun yg beliau lakukan.
    Jangan lupa kita diskusi ttg perintah Rasul bukan sekedar sapa menyapa Rasul …:P

    Wassalam

    Suka

  109. haniifa said

    Wahhh… nyang nyambung… nggak ada tali nyah 😀
    Nyambung…. ayam,
    Nyambung…. hidup,
    Nyambung… Anonymous := Seperti nyambung dengan lagu….

    Suka

  110. truthseeker said

    @Agor

    Memuliakan Nabi, sampai suatu batas yang harus dijaga adalah over kultus yang begitu kuat juga dijaga oleh para ulama-ulama Islam dari masa ke masa, agar ummatnya tidak terjebak pada kondisi seperti yang pernah terjadi pada masa beberapa ratus tahun sebelum Nabi terakhir dikirimkan Allah. Kita tentu telah mengerti hal ini.

    Wahh..menarik nihh.. 😛
    Mas Agor sy tentu setuju bhw yg namanya kebablasan itu selalu salah, yg jd pertanyaan saya:
    1. Apakah batasan kebeblasan itu (apakah semua mazhab sepakat?).
    2. Siapa yg berhak menyatakan sdh dan belum kebablasan?
    3. Krn mas Agor sdh menyatakan ada batasan dlm memuliakan Nabi, mk saya mohon petunjuk & pencerahan dimanakah dan sampai dimana batas itu (bagi saya selama msh bersaksi bhw Muhammad adalah utusan dan hamba Allah mk batasan2 yg lain tdk bermakna).
    4. Mas Agor sdh menyatakan bhw ulama2 islam dr masa ke masa telah menjaga dg begitu kuat, tolong mas Agor jelaskan ulama ygmn dan bagaimana cara mrk menjaga (krn sepengetahuan saya yg menjaga adalah Allah dan islam itu sendiri).

    Terima kasih.

    Wassalam

    Suka

  111. haniifa said

    Hue.he.he.:D
    Jangan lupa kita diskusi ttg perintah Rasul bukan sekedar sapa menyapa Rasul …
    tapi sampe-an lupa 😛 ada komentar beginuh… khok keep meneng bae := “Tidaklah keluar perkataan dari mulutku kecuali perkataan Allah..???” (khok nggak nyambung… 😛 nggak eweuh in my Al Qur’an)

    Siapa luga, siapa mau dilupakeun ?! Hayoo… 😀
    (baca: Haniifa . sedang tersenyum imut-imut 😉 )

    Suka

  112. truthseeker said

    @Agor

    Mas Abu Rahat, QS 53 Al Najm bukankah menjelaskan ucapan yang spesifik (seperti lengkapnya surat Bintang tersebut) sehingga sampai pada kesimpulan bahwa seluruh ucapan beliau adalah wahyu. Bukankah juga dijelaskan, ketika wahyu turun kepada beliau, maka ada spesifik kondisi yang harus diterima beliau ketika wahyu disampaikan. Kemudian setelah wahyu diterima, maka dijelaskan para sahabatnya dengan bahasa beliau.

    Terasa sekali bhw mas Agor menyamakan wahyu dg ayat2 AQ. Maaf mas Agor apakah mas Agor beranggapan wahyu selalu identik dg ayat AQ?
    Saya ada pertanyaan lagi nih, maaf banyak pertanyaan.. 😛
    1. Bagaimana mas Agor membedakan yg bukan wahyu dan yg wahyu (bukan wahyu dlm pengertian ayat).
    2, Jika bukan wahyu apakah akan ditinggalkan.
    3. Jika bukan wahyu apakah Rasul bisa salah tanpa koreksi?
    4. Jika Rasul bisa salah bgm kt menjudge mana yg kita ikuti dan mana yg hrs ditinggalkan?
    5. Apakah ada penjelasan utk ayat yg mewajibkan kita taat pd Allah & Rasul, bhw kita hanya taat pd hal2 tertentu saja?

    Terima kasih. Maaf dah bikin sibuk 😛

    Wassalam

    @
    Maaf saya tidak lagi pegang referensi. Jadi mungkin jawaban ini agak ngawur.
    1. Begini, saya memahami wahyu sebagai petunjuk Allah atau perintah Allah kepada mahlukNya. Seingat saya, tidak ada perbedaan yang didefinisikan AQ mengenai petunjuk ini. Pengelompokkan dibuat oleh para ahlinya, bahwa wahyu disampaikan kepada Nabi atau Rasul, bukan kepada orang biasa. Kalau yang lainnya, kriterianya diturunkan dengan istilah ilham atau apa deh….
    Beberapa ayat menjelaskan — sekali lagi kalau tak salah — “diwahyukan kepada lebah agar…”, kepala langit diwahyukan urusannya. Menjelaskan wahyu kepada ciptaan bukan manusia, kepada alam semesta — kepada langit — kepada lebah (sebagai contoh) menunjukkan bentuk perintah untuk dilaksanakan.
    Kepada manusia – kalimat-kalimat Allah yang diwahyukan lebih komprehensif yang berkombinasi antara pengetahuan, sejarah, petunjuk, ancaman, dan tentu saja perintah. Ini disampaikan sampai kepada Nabi terakhir dan kemudian dibukukan menjadi kita yang kita kenali Al Qur’an. AQ sudah mengabarkan bahwa segalanya telah dijelaskan dan dirincikan. Inilah pemahaman saya mengenai wahyu. Mohon dikoreksi jika keliru. Wahyu yang dibukukan dan dirincikan ayat per ayat sampai 112 surat ini kemudian diketahui berabad kemudian memiliki sistematika yang sebelumnya tidak pernah dikenali oleh periode-periode awal agama Islam. Setidaknya, hal ini semakin memperkuat basis pemahaman manusia Islam modern bahwa banyak kekuatan yang tersembunyi (hijab) dari kitab Allah. Rasul tentu saja kita yakini mengenalinya.
    2. Ucapan, perilaku, perintah Nabi dalam bentuk hadis yang terkait, misalnya dengan tatacara solat, puasa (ada juga di AQ), tatacara haji, ada yang terpelilhara secara terus menerus oleh ummatnya dengan contoh nyata. Misalnya sholat, tidak ada jeda waktu antara sholat dan dulu dan sekarang. Begitu juga berhaji dan umrah. Perbedaan ada, tapi tidak esensial. Secara umum, seluruh ummat, apapun golongannya tidaklah bertentangan secara serius mengenai hal ini. Jadi, alhamdulillah, perkara fiqih inti tidak ada keraguan, pada cabang-cabang memang ada persepsi dan cara pandang yang berbeda-beda. Karena itu, tentu pula kita pahami bahwa hadis itu bukan wahyu. Juga kita memahami pencatatannya berbeda-beda dari setiap penulisnya. Saya cenderung melihat esensi persoalan yang diungkapkan. Kalau dia berbeda dengan pemahaman yang baru saya pahami terhadap ayat, maka saya — terus terang saja abaikan –. Jika belum bisa dilaksanakan, maka itu adalah kemampuan yang terbatas, jika sejalan dengan AQ maka saya imani. Jadi pertanyaan no. 2, Jika tidak match maka saya tinggalkan. Boleh jadi, di waktu yang lain kemudian saya merasa match dan saya ikuti juga 😀
    Oh ya… mohon maaf saya tidak mau memberikan contoh, agar tidak berpolemik.

    3. Rasul bisa salah. Tentu saja. Keluarnya surat “bermuka masam” (tentu saja bermuka masamnya Nabi jangan disamakan dengan kita ya… 😀 ) adalah menjelaskan sifat berfikir dan “human” sekaligus juga menjelaskan terjaganya seluruh ucapan dan perilaku Nabi. Namun, hadis dhaif tidak sama dengan ucapan rasul, kalau yang terpecaya atau shahih okelah. Namun jelas, kriteria-kriteria yang dibuat ini menunjukkan bahwa tidak semua hadis adalah dari Nabi. Artinya pertanyaan ke 3 ini tidak bisa dinilai pada saat ini. Kita tahu ini dari pemahaman model komunikasi dan waktu.

    4 dan 5.
    Pengalaman saya yang terbatas ini dalam bermain dengan akal dan pengkondisian kekinian, saya merasa begitu lengkap jawaban yang disampaikan AQ dari saat ke saat. Hadis menjadi pelengkap/penjelas tapi bukan mainstream. Sekali lagi, ini pada urusan nonfiqih ya. Kita tahu juga beberapa interpretasi fiqih dipahami kemudian di masa berikutnya menjadi mazhab-mazhab. Lha yang diikuti, jelas nurani dan akal sehat juga…. 😀

    Salam, dan mohon maaf, jika jawaban ini kurang memuaskan.

    Suka

  113. agorsiloku said

    Duh Maaf mas Truthseeker, asumsi saya salah. Saya terlalu terpaku pada dua pernyataan ini

    Komen No. 88 : Aburahat Berkata:
    Juli 8, 2008 pada 5:14 pm e

    @Abudaniel & all
    Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap kata2 atau ucapan atau perintah Rasul semua berdasarkan WAHYU. Tetapi mengapa pada waktu para sahabat menolak utk melaksanakan perintah Rasul? Padahal perintah Rasul sama dgn perintah Allah.
    dan catatan dari Mas Abu Daniel :
    abudaniel Berkata:

    Juli 9, 2008 pada 11:02 am e

    Assalamu’alaikum,
    @Mas Aburahat,
    Menurut saya, tidak semua perintah yang keluar dari mulut Rasulullah yang Agung adalah wahyu, kecuali hal yang merupakan hukum agama atau yang bersangkutan dengan hukum agama. Perintah maupun larangan.

    Namun, namun kita simpan saja dulu ya, karena saya percaya, pada hati dan pikiran kita masing-masing akan bisa membedakan dengan baik. Apalagi sampai runtutan urusan yang berkaitan dengan asal-usul.

    Saya hanya bisa angguk-angguk saja, apapun yang disampaikan oleh Rasul terjaga. Namun pembahasan dengan logika bisa tidak habis-habisnya dan bisa-bisa akhirnya muncul jawaban dan pola pikir seperti pola yang dikembangkan Islam liberal, merelatifisir masalah sampai ke tingkat yang sudah sama ketahui.

    Terakhir, mungkin karena ada kalimat seperti yang disampaikan pada kutipan di atas, sehingga saya membuat penegasan yang kurang lebih sependapat dengan pandangan Mas Abu Daniel.

    Suka

  114. truthseeker said

    @haniifa
    Maaf mas haniifa sy ingin sekali berkomentar, tp sy cb baca berkali2 tulisan mas haniifa tp sy tdk tahu kemn arahnya (mgkn krn mas selalu iringi dg canda). Tolong bantu sy memengerti, maafkan otak saya yg tumpul.

    tapi sampe-an lupa 😛 ada komentar beginuh… khok keep meneng bae := “Tidaklah keluar perkataan dari mulutku kecuali perkataan Allah..???”

    Saya gak mudeng bener lhoo apa yg diinginkan kalimat ini..maaf.. 😦

    Wassalam

    Suka

  115. haniifa said

    Lha… piye mas, pilih postingan komprehensif walaupun banyak nyang kecebur, atau…. ?!
    (hei mas-mas sayah komen-komenan bayar lho… , apa sampeyan pikir dibayar pakai cada-tawa tiap bulan)

    Suka

  116. haniifa said

    @Mas Agoriloku
    Mohon maaf saya mau tanya:

    Komentar tentang “Microsoft Dynamics Axapta” ?!
    a. Komen canda, hasil nyata
    b. Nyata-nyata canda konyol

    Sudilah mas Agor menjawab a atau b, Insya Allah saya sangat menghormati apapun jawaban dari mas Agorsiloku.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  117. haniifa said

    @Mas Truthseeker
    Sudilah mas membantu Otak saya yang belet dan tumpul ini:

    Judul postingan :
    Jangan Pernah lah Mengagumi Kemegahan Dunia…

    Saya dalam posisi tidak mengagumi “Microsoft Dynamics Axapta” sekaligus tidak mencemoohkannya, mohon bantuan pemahaman saya yang mungkin sangat keliru !!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  118. agorsiloku said

    Mas Haniifa, menjawab komentar Mas No. 116, dapat saya berikan komentar sbb :
    Ini tidak selalu bisa diberikan jawaban yang memuaskan, karena berbagai sebab.
    1. Kalimat-kalimat yang dibuat tidak bisa dipahami dalam konteksnya karena perbedaan latar belakang dan pengalaman. Saya juga harus jujur akui, ketika saya baru datang kembali setelah “hiatus”, saya tidak bisa memberikan komentar apapun karena saya tak mampu mengikuti diskusi yang berjalan.
    2. Chemistry setiap orang pada setiap wacana tidak sama, daya ketertarikan terhadap masalah juga tidak sama. Hubungan yang berulang dan dekat, membuat kimia menjadi sama, sehingga isyarat kecil saja yang dilontarkan akan lebih mudah dipahami. Isteri saya tidak perlu mengatakan soal cinta atau ketika dia tidak setuju akan mengatakan, saya tidak setuju. Cukup dengan mengarahkan pandangan ke arah lain atau gerakan tertentu maka artinya beliau sudah memberikan jawaban lebih dari kata-kata.
    3. Dalam wacana seperti ini, lontaran dari Mas Haniifa, ada yang mudah saya pahami, ada juga yang sulit saya pahami. Kadang saya mengertinya justru setelah beberapa hari lewat, sehingga saya juga tidak segera bisa berkomentar karena out of topik. Saya kira hal yang sama dialami oleh setiap postingan dan setiap kontributor.
    ketika mas menyebutkan tentang “Microsoft Dynamics Axapta”, maka jelas saya bisa menangkap chemistry yang tersirat, bukan yang tersurat. Tapi bagaimana dengan yang melihat Microsoft Dynamics Axapta itu tidak pernah didengar. Yang dia tahu malah Setan Aja Pusing atau Orakelar-kelar. Kalau dia paham SAP, tentu dia langsung memahami yang tersirat. Begitu juga kalau dia user dari Oracle, tentu paham maksudnya. Kimiawi ini yang memang harus diakui, menjadi tidak mudah dalam lingkup kata-kata saja.
    4. Karena itu, kerap agor mengambil jalan tengah saja. Jadi cukuplah sebisa-bisanya menggunakan kimia air saja deh, kalau bahan kimianya sulfur tidak semua orang bisa menikmati, kalau bahan kimianya hcl, mungkin lebih banyak yang menderita. kalau sianida, ya…. blog ini wis dead…..
    5. Ketika saya dikritik sebagai tidak nyambung, meskipun saya coba jelaskan, tapi saya paham, saya juga tidak terlalu pintar membuat tali temali keniscayaan bagi semuanya. Betapa terbatasnya kita.
    6. Jadi, bagaimana mungkin jawabannya a saja atau b saja. Dunia penuh irisan, penuh tali temali dan sambungan. Saya sih melihat 80-90% a, 10-20% b. Pertanyaan kemudian kenapa ada “b”
    karena memang setiap postingan saya pun punya unsur b-nya. Tesis dari sebuah anti tesa. Mungkin itu pula yang menyebabkan anti tesa itu menggelitik untuk diwacanakan oleh para kontributor yang begitu baik hati dan penuh semangat.

    Hepi nice all the time….

    Salam, agor

    Suka

  119. haniifa said

    @Mas Aburahat
    Diakhir postingan ini… :

    Pertanyaan kemudian,

    Seberapa pentingkah kemegahan dunia bagi kita dibandingkan “kemegahan” spiritual?……

    Bagaimana tanggapan mas, dalam perspektif sipiritual, atas pertanyaan kepada @Mas Agor dan @Mas Truthseeker tersebut ?!
    a. Penting
    b. Tidak penting
    c. Atau mas Aburahat punya pendapat lain !!

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  120. Assalamu alaikum
    ALL…
    Mengagumi kemegahan dunia tidak boleh
    Akan tetapi mengagumi kemegahan dunia karena ALLAH gimana coba…?
    Mengagumi seorang wanita cantik sambil memuji ALLAH…
    HMMmmm inilah karya ALLAH..Betapa hebatnya…lekuk tubuhnya diukir begitu indahnya kayak rel kereta(hhhhh)rambutnya lurus bak rambut kuda(hhh)wajahnya bak purnama entah dimana(hhhh)giginya putih bersih kayak gigi unta(hhhh)
    Eit….jgn nafsu….nafsu dosa tuch.
    walau hanya membaca tulisan saya ini(heheheheheh)
    Wassalam

    Suka

  121. haniifa said

    @Mas Agor
    ya…. blog ini wis dead…..

    Jujur neehhh… saya malah jadi cuma pembaca sajah, kira-kira 12 bulan dari sinihhh yach !! 😀

    Suka

  122. haniifa said

    Gimana mas-mas dan mba-mba, apa bagusnya seperti teka dulu… gituhhh :

    Komentar yang baik dan bijaksana !!
    1. Margin atas, bawah, kiri dan kanan := xx cm.
    2. Literatur harus ada.
    3. Salah tik, diketok.
    4. Penulis dan pembaca… Chemistry asumsi “ideal” podo kabeh.
    5. Bukan ahlinya “keep meneng”.
    6. Dilarang protes.
    7. Dilarang cengengesan.
    8. Dilarang berlawanan.
    9. Dilarang keluar jalur.
    dsb….

    Cepot dahh 😀

    Suka

  123. Aburahat said

    @Hanifah
    Pertanyaan mas saya copy paste:
    Seberapa pentingkah kemegahan dunia bagi kita dibandingkan “kemegahan” spiritual?……

    Allah berfirman dunia ini HIASAN dan AKHIRAT lbh baik. kita ber-megah2 utk DUNIA demi meng Agungkan Maha Pencipta itu adalah kemegahan Spritual mas. Kiat mebcari harta sebanyak mubgkin agar bisa beramal. Dlsb.

    @Agor
    Wahyu merupakan perintah kehendaklah kepada semua ciptaan Allah. Dan penyampaiannya tdk sama kpd makluk ciptaan. Wahyu kepada gunung lain dgn laut, atau hewan. Kpd kita berupa Hidayah dgn tergerak hati kita. Klu mas katakan WAHYU kepada Rasul merupakan Al Qur’an, lalu bgm Hadis Qudsi.
    Mas katakan bahwa Rasul bermuka MASAM dlm Surah Abasa’. Coba mas baca setresnya dan perhatikan. Dgn DASAR KEYAKINAN bahwa Rasul sesuai ayat di QS 68:4 Wa innaka a’laa KHULUGIN ADHIIM
    Damai damai. Wasalam

    @
    Betul Mas Abu, mengenai surat Abasa’, artinya bermuka masam. Hanya betul, masamnya atau melirik ke arah lain ketika sedang berbicara dengan pembesar kurais tentunya jangan samakan dengan muka masam agor yang betul-betul jelek… 😀 Nabi jelas berbudi pekerti nan agung.
    Lagian, orang buta itupun jelas tidak akan tahu Nabi itu berpaling atau bermuka masam, mbo dia itu buta kok. Namun, itupun telah diingatkan Allah kepada Sang Junjungan sekaligus sebagai arahan kepada ummatnya bahwa Allah sangat memperhatikan dan menjaga segala sikap dari Junjungan….
    Mengenai hadis Qudsi, setuju Mas, apalagi ketika kita langsung membaca sekaligus mencari tema yang sama pada hadis Qudsi dan AQ, sebagian besar kita menemukan padanannya yang indah…. Lalu kok sebagian besarnya, lalu sebagian kecilnya bagaimana?. Lalu adakah bedanya hadis Qudsi dan AQ, mengapa ada hadis Qudsi, apakah itu AQ yang lain ataukah penjelasan mengenai AQ ketika sahabat bertanya?. Hal ini masih simpang siur di kepala saya… 😦

    Suka

  124. haniifa said

    Terima kasih mas @AbruOgah

    kita ber-megah2 utk DUNIA demi meng Agungkan Maha Pencipta itu adalah kemegahan Spritual mas.Kiat mebcari harta sebanyak mubgkin agar bisa beramal. Dlsb.

    [QS 102:1] := “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”
    Jadi…
    Mau kaya atau miskin, tetap kemegahan spritual lebih utama … gituh maksudnya yach !!

    Saya jualan batu ali hitam := Batu hitam yang ada di Makah dekat kota Madinah…

    Salam, Damai.

    Suka

  125. haniifa said

    Duhh… jadi inget di masjid di kampung-kampung yang nggak pernah dikunci alias FULL 1×24 jam, Always silahkeun beribadah !!.
    Kalau masjid-masjid disekitar kota besar… keseringan dikunci hampir 1x20j am, mungkin untuk menjaga “kemegahan” JAM, PERMADANI, UKIRAN, BUKU-BUKU… dll. Biasanya hasil sumbangan perorangan atawa per-per an 😛

    Suka

  126. haniifa said

    Suatu ketika dalam perjalan dari luar kota, kami sekeluarga memutuskan untuk menepikan kendaraan pada sebuah “masjid ditepi jalan”, ketika selesai berwudhu saya masuk kedalam masjid dan tampak beberapa orang dewasa beserta anak-anak. Jam dinding menunjukan jam 5. “Lha.. jangan-jangan terlampau cepat ?! lalu saya bertanya “Mas apa sudah Maghrib !!”… “Ya baru saja selesai Adzan Maghrib” sahut sesorang. “Lalu kenapa tidak langsung shalat ?!” tanya saya, “Ohh… kami sedang menunggu Pak Ustadz”… Tak berapa lama beliau datang, dan seperti biasa saya selalu merapatkan shaf dan berusaha mengisi shaf yang kosong didepan saya. Rupanya beliau mengira saya hendak meng-imam-i shalat dengan memberikan isyarat tanggan agar saya maju kedepan, tentu saya menolaknya dan mempersilahkan beliau yang menjadi IMAM. Tak selang beberapa lama kamipun selesai… “Pak kenapa Jam-nya ngaco ?!” tanya saya basa-basi. “Ohh itu.. baterainya sudah lama belum diganti”…. “Ada sedikit uang…, mudah-mudahan cukup untuk membeli baterai dan jam cadangan jika Bapak berkenan”. Ada rasa kegembiraan pada wajah beliau, dan selang beberapa lama beliau memanggil seseorang, entah apa yang dibisikinya… namun yang jelas kami disuguhi teh hangat dan beberapa potong pisang goreng.
    “Pah… kenapa tidak mau jadi IMAM, kok tidak seperti biasanya ?!” sela anakku… saya cuma tersenyum simpul dan dalam hati “Duhhh begitu megahnya suasana ibadah dalam masjid yang sederhana”.

    Lalu kapan lagi yach… diberi kesempatan yang serupa ?!

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  127. […] Menarik Jangan Pernah lah Mengagumi Kemegahan Dunia…..TRAGEDI LUMPUR LAPINDOBaitullah (Kabah) Terendam BanjirJeritan Siksa Dari Alam KuburWhatever You […]

    Suka

  128. Aburahat said

    @Agor & Semua teman2 dlm blog ini yg pernah berdiskusi dgn saya pd kesempatan ini saya pribadi MEMOHON MAAF SE-BESARNYA kepada semua rekan diskusi, klu ada kata2 saya yg kurang berkenaan dihati rekan2 apakah sadar maupun tdk sadar yg pernah saya ucapkan. Krn saya mau mengadakan perjalanan jauh, sdgkan kita tdk mengetahui kapan ketemu lagi. Insya Allah kita semua diridhai Allah dan diampunkan segala dosa2 kita Amin. dan utk mas Agor : ONWARD NEVER RETREAT. MAY ALLAH ALWAYS BLESS YOU. Damai damai. Wasalam

    @
    Mas Aburahat… selamat jalan dan terimakasih selalu atas diskusi serta pengarahannya. Mas Abu membuat blog ini “rahat” dan setuju banget… onward never retreat….
    salam dan semoga Allah ampuni dosa kita sengaja dan tidak serta mas abu juga ridha memaafkan lupa dan salah saya… Damai… damai… Wasalam, agor

    Suka

  129. haniifa said

    @Mas Aburahat
    Turut merasa bahagia atas diberi kesempatan menjelajahi bum Allah ini, semoga mas dalam keadaan sehat selalu hingga dapat menikmnati perjalan jauhnya.
    Adapun diskusi kita (khususnya dengan saya) insya Allah tidak ada ganjalan yang berarti, namun ada baiknya juga kita saling memaafkan.

    Salam hangat selalu, Sahabat.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  130. Aburahat said

    @Haniifa
    Maaf mas. Yg jelas selama ini saya salah menulis nama mas.
    Mas saya bukan dari Golongan SAHABAT tapi dar golongan Imam Ali. Heheheheheh

    Suka

  131. haniifa said

    @Aburahat
    Ohh… maaf, lebih tepatnya sesama “Muslimin wal Muslimat” saudara.

    Salam Persaudaraan, semoga damai selalu 😉

    Suka

  132. ucing said

    Bismillahi majreha … …
    semoga diberikan banyak2 kemudahan untuk yang bepergian…

    Salam buat mas @Agor yang bijak

    mas @truth maaf ya, kalau kurang berkenan dengan himbauannya,
    tidak bermaksud menyinggung sesiapapun, hanya sekedar mengingatkan saja, sahabat Umar .RA saja bisa hampir-hampir, apalagi kita, terutama saya yang iman nya masih kembang kempis

    Sebab mendengar berita wafatnya Utusan Allah itu, Umar menjadi sangat marah. Dia menghunus pedangnya, dan mengancam akan merobek perut siapa saja yang mengatakan bahwa Nabi SAW telah meninggal.

    Untunglah Umar segera bertemu dengan Abu Bakar. Sahabat Nabi SAW yang terkenal jemih pikirannya ini menegur Umar, dan mengingatkannya bahwa sikapnya itu tidak sejalan dengan penegasan tentang hakekat Rasulullah SAW dalam Al Qur’an sendiri. Maka dibacalah oleh Abu Bakar firman AI­lah: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelunmya telah berlalu Rasul-rasu! yang lain: Apakah jika dia meninggal atau terbunuh, kamu akan berputar kembali dari kebenaran, maka dia tidak akan sedikitpun juga merugikan Allah, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orung yang bersyukur” (Ali Imran/3:144)

    http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/22/kultus-menjelma-tuhan/

    Suka

  133. taufiq hidayatulloh said

    keindahan tergantung perspektip kita dan bagai mana kita menikmatinya. saya tanya anda menikmati yang mana itulah pilihan anda dan setiap pilihan ada konsekwensi siapkah anda dengan konsekwensi itu

    Suka

  134. taufiq hidayatulloh said

    tanyalah pada diri. kalau rasa itu hanya ada ukuran oleh dirimu. kecuali anda mau pakai ukuran saya gede loch XXX

    Suka

  135. taufiq hidayatulloh said

    sukurilah apa yang rerjadi hari ini sesunguhnya hari ini penuh dengan kenikmatan
    mau itu seperti bagaimana diseantero zagat raya ini saya ngak peduli yang pasti saya sudah berbuat sesuatu sudahkah anda? jangan hanya ngemeng buktikan pada dirimu ,keluargamu, masyarakatmu, negaramu duniamu bahwa kamu bisa mengisi semuanya.siang dan malam. gelap dan terang. wanita dan pria.satukan keduanya im dan yang semoga anda dapat yang anda cari.
    hampura !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    sampurasun!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Suka

  136. haniifa said

    Saya bersatu dengan istri…kadang siang, kadang malam… kadang siang-malam
    Menyatu eh… makan… kadang pagi, siang dan malam. 😀

    Suka

Tinggalkan komentar