Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Microsoft Dynamic Axapta Yang Digunduli….

Posted by agorsiloku pada April 26, 2008

Dalam catatan saya bulan Nopember 2007 tentang peran Konsultan yang mendukung implementasi Axapta :Aduh nduk… nduk… piye toh sampeyan ini. Sampeyan ini malah menggunduli Axapta pada level penyederhanaan dengan mengadaptasi sistem lama perusahaan. Kalau itu yang dilakukan, sama saja dengan kita beli mobil dengan seluruh asesoris lengkap dan modern, kemudian sampeyan preteli yang dianggap tidak dibutuhkan oleh sopirnya.

Catatan ini merupakan ungkapan kekesalan karena implementasi tidak bisa berjalan mulus dan sibuk dengan upaya upload yang juga tidak bisa kunjung selesai. Selalu saja muncul alasan dan sebab akibat yang secara teknis ada, tapi secara nyata pula tidak bisa diatasi. Ada harapan agar catatan ini dipahami, tapi rupanya bertepuk sebelah tangan.

April tanggal 2 2008, Business Lead Axapta yang telah pernah bertemu dengan beberapa rekan kami sebelumnya memberikan catatan yang membungakan hati di komentar. Beliau konsen dengan pengalaman ini. Dan pada waktu yang ditentukan, beliau bersedia bertemu beberapa rekan untuk membicarakan, kira-kira apa masalahnya dan apa yang bisa dibantu. Tentunya sejuta terimakasih atas perhatian Beliau. Sayang memang kemudian, beliau lebih terlibat tidak secara teknis persoalan dan menawarkan tenaga yang diperkirakan bisa membantu. Namun, tampaknya belum “berjodoh” karena tenaga yang diharapkan waktunya untuk hadir di Indonesia juga sangat sempit, sedang yang lain masih dalam negosiasi…. 😦 .

Ada guyonan kecil dari rekan kita ini, kurang lebih Beliau bertanya atau mungkin mendapat kesan dari yang lain bahwa perusahaan berusaha membawa axapta ke dalam sistem bisnisnya. Ini yang sebenarnya saya tolak mentah-mentah dalam tulisan kedua saya yang saya kutip kembali di atas. Namun, sekali persepsi itu masuk dalam alam pikiran, kadang begitu teramat sulitnya manusia melihat ada sisi lain. Kami justru sebaliknya, ingin bagaimana sebuah bisnis standar ERP bisa masuk dalam sistem bisnis standar yang sebagian telah kami miliki dan jalankan.

Sebulan sebelumnya, pimpinan kami memutuskan untuk “meringankan” masalah ganjelan migrasi data yang tidak selesai-selesai dari tiga tahun, menjadi hanya 1 tahun saja. Itupun data tahun terakhir yang harus masuk ke Axapta. Itupun harus segera disusul dengan data tahun berjalan. Hal ini dipilih karena informasi yang diperoleh, migrasi yang sudah sukses sebelumnya (masuk ke dalam axapta), terpaksa dibatalkan total alias harus dihapus, karena setelah naik ke dalam sistem ketahuan bahwa ada parameter setting yang salah sehingga ketika laporan diproses oleh aplikasi Axapta, perhitungan menjadi dilakukan dua kali. Al hasil, laporan jadi amburadul sehingga dengan terpaksa database dikosongkan lagi… 😦 😦

Setelah satu bulan lewat satu minggu akan diproses lagi dan semua validasi dipersiapkan. Saya kembali menggerutu lagi, kok belum juga final-final validasinya. Padahal waktu yang kami minta satu bulan sudah mulai dilewati. Akhirnya, komandan memutuskan untuk hanya masuk ke level ledger saja. Artinya resumenya selama satu tahun saja. Kami juga sudah betul-betul frustasi dengan kondisi ini. Mungkin ada Pak Andreas yang bisa memberikan dukungan lebih cepat dan mantap, tapi memang kondisi belum memungkinkan. Kepada Implementor, kami memberikan waktu seminggu untuk menaikkan data ke ledger yang nomor accountnya sudah jelas. Pikiran kami sederhana saja, kalau cuma untuk memasukkan data jumlah bulanan dari beberapa cabang ke ledger rasanya cukup sehari saja menghitungnya, lalu data bisa masuk ke Axapta. Jadi waktu seminggu sudah lebih dari cukup. Namun, kami maklum karena beberapa hari kemudian, data utuh yang semestinya diberikan ke konsultan/implementor, masih ada yang ditinggalkan (karena relasi datanya belum tersedia), padahal dengan keputusan hanya masuk total hitungan ke ledger saja, urusan relasi bisa diabaikan. Data diberikan di hari ke lima. Jadi putuslah harapan untuk upload ke ledger dalam seminggu bisa diselesaikan. Minggu ke dua, Konsultan kembali memberikan data yang sudah siap upload, nggak banyak sih….. paling banter hanya 720 an baris record data saja. Namun, terpaksa pula “senyum” dikulum kembali karena data yang tersaji masih ada bilangan negatif pada data debet dan kredit. Walah… staf saya mengkritisi hal ini. Saya jadi kehabisan kata juga, luar biasa rupanya. Kembali saya ingat protes yang disampaikan ke tim implementor : “Anda harus punya tenaga Quality Control yang punya kemampuan yang baik dan mengerti bisnis dan tentu saja mengerti akutansi. Seorang akuntan tidak akan membiarkan data debet atau kredit dengan angka minus 🙂 Kalau itu tidak diperiksa namanya bukan akuntan, tapi pendengar. Kalau masih bertanya, data ini mana field kuncinya maka bukan programmer, mungkin tukang baso. Salah itu manusiawi, tapi kalau pura-pura tidak tahu apa itu GIGO, yo wis… nggak usah cerita lagi. Bukan hanya mengerti Axapta, tapi nggak ngerti memecahkan persoalan bisnis ke dalam Axapta. Hanya bisa angguk-angguk atau omdo”. Jadilah proses upload tidak jadi dilakukan sampai ke minggu ke dua berakhir….. Sungguh tragis pengalaman ini.

Saya jadi ingat kembali catatan Rekan Wahyu yang di perusahaan beliau, memang akhirnya memutuskan untuk implementasi saja sendiri. Tampaknya, kami semakin yakin bahwa pilihan ini adalah pilihan yang benar.

Kas Kecil/Kas Bank Pendukung Axapta dan Migrasi data ke Axapta.

Ke Pak Andreas, Bisnis Lead Microsoft kami tunjukkan hasil pekerjaan kami untuk menggantikan kas kecil yang dibuat oleh Konsultan yang kami nilai sangat tidak memenuhi syarat. Kas Kecil yang dibuat dan memang kami kembangkan lebih dari sekedar kas kecil dapat mencatat seluruh transaksi perusahaan secara cukup lengkap. Memang untuk kantor-kantor kami yang jauh dan kecil-kecil, kami tidak mungkin memakai program semahal Axapta, jadi untuk yang kecil-kecil akan kami gunakan program kecil ini yang kami namai myCdB yang bekerja offline atau online. Dalam tampilan, sengaja kami sedikit meniru Ax, juga dalam struktur prosesnya meski tidak selengkap Axapta. Namun, model-model standar yang ada di Ax kami adaptasi agar mudah masuk ke dalam Axapta.

Melalui program kecil ini, kami coba upload data lama ke dalam sistem kecil kami. Memang banyak hal harus dibenahi. Misalnya pengelompokkan data (Group Id dan Dimension Id dan puluhan field lainnya) harus dirapihkan dan disesuaikan untuk kemudahan report dan pengendalian tabel database. Data Warehouse yang tidak ada kami harus adakan. Hubungan vendor dan customer harus didefinisikan ulang, account num dengan headernya harus diurut ulang, parameter setting dan posting profile harus didefinisikan kembali. Data lama yang sudah kami berikan ke tim implementor untuk diupload ke AX tidak bisa begitu saja masuk ke program kecil kami begitu saja tanpa pembenahan relasi dan dokumentasi yang perlu. Apalagi dalam program yang kami buat itu dilengkapi pula dengan pengendalian dokumen terstruktur yang bisa terhubungkan dengan peta wilayah dan komponen penting transaksi : Vendor, Asset, Employee, Bill Of Material, Product (Item) dan configurationnya, Warehouse, Picking Route, Measurement (unit/satuan) dengan konvesinya dan tentu saja satu dengan lainnya memiliki hubungan yang memudahkan kontrol ketika akan digroup masuk ke accountnya. Dan tentu saja dimensinya dari setiap komponen transaksi. Untuk mengisi field data customer saja dibutuhkan lebih dari 60 field yang harus terisi lengkap. Belum lagi relasi-relasi yang dikunci mati dalam database sql yang dibuat ketat harus memastikan bahwa semua komponen memiliki hubungan yang mengunci satu dengan lainnya.

Ketika saya mulai melakukan upload ke dalam sistem yang dibuat rekan, baru kemudian menyadari bahwa apa yang terjadi dalam upload Ax mestilah kurang lebih begitu masalahnya. Kalau saya saja harus melengkapi master-master sebanyak itu, belum lagi untuk komponen lainnya, maka tidak mungkinlah data yang akan diupload ke AX itu bisa masuk dengan mulus. Kalau parameter settingnya atau bypass dilakukan, sudah tentulah Upload tidak akan punya makna apa-apa. Jelas, saya sangat bodoh selama ini. Terlalu bodoh malah. Seharusnya saya menyadari bahwa untuk masuk dalam sistem Axapta, maka semua klasifikasi didefinisikan dengan baik dan benar, bukan hanya number sequencenya saja harus tepat atau primary keynya tereleasi dan mengisi tabel-tabel turutannya.

Lha kalau begitu, bagaimana dengan upload program sendiri saja butuh dibenahi, bagaimana dengan upload ke Axapta?, apa implementor mengerti data apa yang harus dilengkapi?. Masak transaksi hanya cukup dengan kode pelanggan, kode invoice, kode produk, kuantum dan rupiah saja. Bukankah banyak data pendukung harus masuk secara baik dan benar !. Belum lagi pemanfaatan line discount atau apa-apa saja yang seharusnya bisa masuk dengan baik ke AX.

Kami semakin yakin, memang implementor tidak mengenal Axapta. Kalaupun mengenal, hanya tahu cara memakainya, tapi bodoh dalam memahami isinya. Seperti supir yang canggih, tapi tidak mengerti mesinnya. Tidak mengerti konsekuensi data dan hubungan yang diperlukan antara satu data dengan data lainnya. Kerena itupula mereka gampang saja membuang ketersediaan fasilitas Axapta. Yang terjadi adalah “gadis manis berkepala gundul“. Ini rupanya yang sedang dikerjakan oleh tim implementor. Karena gundul itu pulalah, maka kejadian salah parameter terjadi sehingga data upload di-reject.

Semestinya tim implementor mengajarkan hal ini kepada kami 3 tahun sebelumnya dan bukan berkutat menggunduli Axapta yang akhirnya kami harus belajar habis-habisan menumbuhkan rambutnya kembali….

Namun, selalu ada hikmahnya. Saya bersyukur sekarang bisa mengenali sebuah proses bisnis standar dengan lebih baik. Akhirnya, kami memang telah merugikan perusahaan, sawah kami dengan pekerjaan yang tidak selesai-selesai ini. Kami juga sudah rekrut staf dari perusahaan lain yang telah mengimplementasikan AX. Kami pikir, kita akan manut saja sama implementor internal dalam praktis bisnis. Ini lebih baik dari pada keputusan kami sebelumnya…..

11 Tanggapan to “Microsoft Dynamic Axapta Yang Digunduli….”

  1. Sorry, ikut nimbrung……
    Base on pengalaman saya, kesulitan terbesar mempergunakan application software yang di desain world wide rumitnya hubungan2 antar data.
    Karena product di desain untuk bisa mengakomodasi bisnis proses dan detail proses yang ada pada berbagai jenis perusahaan dengan modifikasi yang seminimal mungkin (variasinya dibuat dalam parameter2).
    salah satunya impactnya ialah kesulitan memahami secara utuh system tersebut.
    Untuk itu diperlukan consultant yang benar2 mengetahui dan berpengalaman dalam hal ini.
    Atau system di telan bulat2 dan diimplemetasikan…. tanpa modifikasi dan tanpa legacy data.
    kenapa ???? jika dilakukan modifikasi …hampir pasti modifikasi dilakukan oleh resources local… kalau kompeten kalau sambil nyoba2 bisa gawat. Asumsi modifikasi dilakukan oleh orang yang benar2 menguasai dan system berjalan baik….. tahun2 mendatang bila terjadi upgrade oleh pembuat product menimbulkan dilema bagi user… apakah mau upgrade dengan resiko modfikasi2 yang dilakukan tidak compatible atau tidak melakukan upgrade….

    saran saya sih keep it system as simple as possible, bisnis proses yang terlalu rumit dan baku juga tidak cocok dengan iklim usaha di indonesia yang amat2 flesibel ….

    salam,

    sandi

    @
    Mas Sandi Yth, tepat benar yang Mas sampaikan. Perubahan yang dilakukan oleh resources lokal tanpa disertai pemahaman yang mendalam untuk memahami hubungan antar data, apalagi sambil nyoba-nyoba benar-benar akan berakhir gawat. Lebih parah dari UGD, karena program worl wide menjadi cepak dan gundul di sana-sini. Sangat beresiko modifikasi tidak kompatibel untuk upgrade.

    Fleksibilitas dalam iklim usaha di Indonesia yang amat fleksibel itu ada benarnya, namun juga memahami fleksibilitas yang sesungguhnya dimiliki oleh ERP juga tidak kalah pentingnya. Data yang masuk dalam varibel-variabel harusnya dipahami untuk diupgrade dengan baik, sehingga juga tidak asal bisa masuk ke dalam sistem… ini yang kemudian tim kami memang harus belajar teramat banyak untuk hal ini….

    Terimakasih untuk catatannya… sepertinya saya setuju dengan usulan Mas. Keep it system simple as possible, tanpa mengorbankan atau meninggalkan kecanggihan sistem untuk dipahami…..

    Suka

    • Selamat siang, maaf sebelumnya untuk share informasi untuk teman-teman semua

      Partner AXAPTA Software (ERP) Indonesia Terbaik
      Additional Information :

      Untuk teman-teman yang membutuhkan atau mencari software ERP Microsoft axapta, untuk konsultasi Free!! lebih lanjut dapat menghubungi kami :

      Adhi Firmansyah, S.Kom.,MBA.
      Agreeya-Saesun Indonesia
      Menara Thamrin floor 14 – Jakarta
      Indonesia
      08129615544

      A. Profile Perusahaan
      Global perusahaan industri terkemuka dengan perpaduan antara teknologi, konsultasi, dan jasa outsourcing

      AgreeYa adalah Multinasional organisasi yang tumbuh dan dinamis melayani pelanggan di Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Asia Pasifik di banyak industri seperti Telekomunikasi, Jasa Keuangan, Kesehatan, High-tech, Independent Software Vendor ( ISV) , Manufaktur dan Sektor Publik.

      Dengan fokus yang kuat pada pendekatan kemitraan, konsultan kami mengikuti, fleksibel kolaboratif, kualitas metodologi-driven. Komitmen kami terhadap kualitas tercermin dalam credential kita menjadi sebuah organisasi ISO 9001: 2008 bersertifikat dan SEI CMMI Level 5

      B. Product dan Jasa
      – Dynamics AX ( Microsoft ERP Axapta ) – Microsoft Gold Partner
      – SAP solutions and Implementation.
      – Banking Solution
      – Telecommunication and networking solution
      – customized application development and management
      – AgreeYa Mobile Developmen
      – AgreeYa’ s eLearning Solutions enable rapid course development and deployment
      – Independent Software Testing services based on CMMI Level 5 methodologies
      – AgreeYa’ s Portal and Social Computing services
      – provided Software Product Engineering services
      – AgreeYa provides the right talent – at the right time – to enable our customers to meet their IT staffing needs

      C. Tenaga Ahli
      Kami menyediakan Sumberdaya Tenaga-tenaga ahli Internasional dan lokal yang bersertifikat, 35% Master degree yang dapat memandang sebuah project dari sisi strategi bisnis proses perusahaan, sudut pandang IT dan Pencapaiannya yang cepat.
      D. Strategic Partner
      – Microsoft – Gold Certified Partner
      -Sun Microsystems – Associate Partner
      – HP – Teaming Agreement
      – Oracle – Partner
      – IBM – Business Partner
      – iStreet Solutions – SAP Certified Hosting, Data Center, and Managed Services Partner
      – TechCoire – Preferred Partner Network
      – Ubuntu – Affiliate Partner

      D. client
      Ratusan perusahaan Nasional dan Internasional yang telah mempercayakan kepada kami untuk membangun sebuah ‘ senjata’ untuk mendapatkan data-data yang valid untuk bersaing di dunia bisnis, daftar client kami dapat diakses di http://www.saesun.com :

      – Adaro Indonesia
      – Terminal Batubara Indonesia
      – Gunung Garuda Steel
      – High Point Group
      – Penerbit Erlangga
      -Tata Group
      – Ect

      tanpa data-data terIntegrasi yang valid dan dapat diakses secara cepat sebagai dasar keputusan bisnis anda, tidak akan pernah bisa memenangkan persaingan dalam bisnis diera sekarang ini. Percayalah kami merupakan Thebest Partner untuk merancang dan membangun sebuah ‘ senjata’ untuk bersaing di dunia bisnis.

      Untuk Informasi lebih Lanjut Hubungi :

      Created,

      Adhi Firmansyah, S.Kom., MBA.
      Project Management Officer
      Microsoft International Certified
      for Project Management

      08129615544

      http://www.saesun.com

      Suka

  2. Mereka akan selalu seperti itu mas, karena terus terang rate consultant yang experience masih amat tinggi dan biasanya dah emoh turun mapping dan dapetin user req …. so yang keluar pasti consultant2 karbitan yang di ceburin ke project dengan filosofi “terjunin aja langsung di lapangan, hadepin dengan masalah …. toh mereka harus survive dan akan berusaha dengan keras dan lama2 juga berhasil” ….lha kalau tidak ??? nanti juga customer complaint dan minta di ganti … yah ganti aja toh tidak impact ke pemasukan perusahaan malahan kalau argumentasi mereka bisa diterima oleh customer … hal ini akan di charge lagi ke customer (malah mungkin jadi tambahan pemasukan dengan argumentasi akan menurunkan consultant yang lebih expert)…

    Mohon maaf yah Bapak-Bapak / Ibu-Ibu yang bersangkutan … jangan marah … saya cuma share base on real experience saya.

    @
    Mas Sandi, sepertinya Mas Sandi memahami apa yang menjadi keluh kesah rekan-rekan. Boleh rekan kami kontak Bapak untuk mengulurkan tangan.
    Saya merasa 3 tahun ini hanya dijadikan “kelinci” percobaan saja. Tapi jelas juga sih kami keberatan dengan model-model seperti ini, tapi apa betul ya implementor kebanyakan seperti ini 😦 😦 😦

    Suka

  3. haniifa said

    Wahhh…ada
    share base on real experience…
    Apa bisa dilanjut, asyik makan Mikocok sambil minum copy… 😀
    Jujur nich… bicara “Mikocok” = “Ora kelar kelar”… 😀

    @
    Kami kini sedang berjuang kembali di ax4 untuk memperbaiki semua kesalahan di AX3…..

    Suka

  4. haniifa said

    @mas Agor
    Saya cuma “omdo”… padahal sok tahu… 😀

    1. Sayang dalam komentar mas wahjoe, tidak menyiratkan adanya proses upload data, dalam penuturannya mereka Go Live di kebut dalam tempo 6 bln. Asumsi saya mas wahyu benar-benar sibuk membuat mulai bentuk form/report, relasional data, data input/output, … murni menggunakan standar ax (pokoke jalan dulu dech… soal penambahan componen dan asesoris menyusul…)

    2. Uploading data… ini yang rame 😀
    Kecenderungan Microsoft
    a. All in produksinya dia (Market Strategist)
    b. Versi baru, kadang melupakan Versi lama
    c. Interface/Software Conector, Protokol = Optimal u/t point a.
    d. Komponen Ver. Lama kadang-kadang dipakai pd Ver. Baru.
    ——————
    Asumsi :
    2a.AX
    Web server = modifikasi dari ASP
    SQL server = Macrosoft SQL
    X++ = Function built-in (bisa dibuat dari VB/ VC)
    dll..

    2b. Access 97 (MDB) setelah dibuka oleh Access 2000 (View Boleh tapi jika di Convert tidak boleh dibuka lagi oleh 97) artinya alogarimanya berbeda, walaupun ada penambahan componen dan fasilitas baru di ver. 2000, Begitu juga dengan VB (tergantung installasi V4&5 atau VB5, ini berpengaruh pada pemakaian componen VB)
    2c. -ODBC bukan peruntukan Web Base
    -NetBui s/d Ver. Win2000, Ver XP keatas pakai TCP/IP
    (nah saya tidak tahu kemungkinan BUG ? dari ini)

    2d. Semua komponen harus di Registry pada OS, (VBscript 4 atau 5, atau user component) dan kadang bertumpuk sehingga mengakibatkan “Crash”

    Demi jernihnya masalah, saya cuma baca-baca dari sana-sini pasti saja asumsi salah… padahal boong… 😀

    @
    Mas Haniifa trims berat untuk catatannya. Kerap dalam implementasi ERP masalahnya bukan pada sosok teknis saja, tapi adalah pemahaman/pengertian bagaimana mengadaptasi satu sistem bisnis di suatu perusahaan (yang tidak standar dan tumpang tindih) ke suatu sistem standar yang teruji. Fakta kemudian, implementor yang tidak punya pengalaman praktis bisnis, melihat data untuk masuk dalam sistem dengan cara yang salah atau mengimplementasikan dengan cara coba-coba. Yah .. kurang lebih seperti membawa bumbu dapur ke tukang masak yang baru belajar. Masukkan segala bumbu, atau batasi semua bumbu, akhirnya seperti bikin rendang, tapi yang dicemplungkan bumbu sop.
    Pengalaman kemudian mengajarkan saya, bergaul dengan programmer yang tidak mengerti akuntansi lebih repot dari pada akuntan yang tidak mengerti program. Ketika programmer membuat program akuntansi, tidak praktis dan berbelit-belit. Tetapi ketika dia mengerti akuntansi dan sekaligus program, banyak dukungan masalah akuntansi dipecahkan secara praktis dan simpel.
    Ini yang kami gagal dapatkan dari implementor Axapta. Mereka mengerti Ax, tapi tidak mengerti proses bisnis. Terus masing-masing kerja dengan caranya sendiri. Belum lagi, memang kemampuan programnya juga masih perlu ditingkatkan. Namun, tetap saja, problem terbesar, programer dan konsultan ketika akan melakukan implementasi, tidak pernah benar-benar menelaah konsekuensi upload dan migrasi pada seluruh pemahaman pada tabel-tabel di ax. Jadi, benar-benar setengah-setengah….

    Suka

  5. Silahkan … silahkan kalau mau contact lokasi saya ada di jakarta, alamat detail dapat dilihat di http://www.e-axioma.com atau hp 0812 1829 155.

    “””Perjalanan saya dimulai tahun 1989 dimana waktu itu computer masih kuno (paling xt … malah waktu belajar saya masih kebagian apple kuno).
    Windows belum ada, operating system masih dos versi 1 baru kemudian om Bill Gates beli DOS yang akhirnya menjadi Micorsoft DOS dan saya mulai mempergunakannya mengantikan DOS versi 3 (relevan dengan kedatangan om Gates ke indo …:=).

    Di tahun 1990 saya mulai start buat system kecil2 an tetapi fokus ke system aplikasi di saat teman2 yang lain sedang hobi2 nya bikin virus.
    Di tahun 1991-1997 saya mulai masuk di IT perbankan dan holding company.
    Di tahun 1998 saya mulai mendirikan software house – sampai sekarang.
    OK… cukup deh backgroundnya, saya harap dengan background diatas, pengalaman saya dibawah ini bisa diterima dengan bijak.”””

    ERP product tier 1 seperti SAP R/3, Microsot Dynamic (Axapta) dll sebenarnya product yang bagus dan lengkap.
    Saya rasa perlu digaris bawahi juga sejauh mana ERP yang akan diterapkan tersebut cocok dengan Visi, Misi dan Budaya perusahaan.
    Pada akhirnya perusahaan2 akan dan harus beralih menjadi modern office karena faktor2 external semua menuju kearah itu.
    Learning proses yang panjang dan berkelanjutan akan dilalui. Terlalu cepat tidak baik dan banyak korban, terlalu lambat ketinggalan.
    Nah … salah satu learning proses dari keseluruhan learning proses tersebut ialah penerapan ERP.
    Hakul yakin manajemen bertujuan mempercepat proses tersebut dengan menerapkan ERP, untuk memotong jalan panjang dan berliku maka experience dari luar perusahaan di adopsi untuk shot cut proses tersebut.

    Mengutip dari Akang Agor tentang “lintas fungsi”, “budaya” dll dan dalam context diatas,
    Awal penerapan ERP memerlukan resource yang tidak sedikit, hal ini sudah digambarkan Akang di “Dua Tahun Ribet Bersama Implementasi ERP Axapta 1 s/d 4)
    Apa yang dikemukakan Akang, saya sudah hafal luar kepala dan maklum seribu maklum.

    Mudah2 an saya tidak salah, saya melihat masalahnya ialah oleh satu dan lain hal “mereka” tidak menurunkan tenaga consultant yang dapat mengcover hal yang saya sebutkan diatas tadi atau tidak meng antisipasinya dari awal.
    Karena terus terang [ maaf yah Akang… :=) ] kebanyakan customer di awal2 mempunyai “expectacy” terlalu tinggi dan cenderung “too ideal” terhadap ERP.

    Apakah customer salah mempunyai harapan yang tinggi setelah mengeluarkan dana yang besar untuk itu ??!!!?? manaaaaaa solusinyaaaaa ????
    gitu kan yah Akang pertanyaannya … :=)
    Hal ini bisa muncul dari banyak faktor… tetapi intinya ialah miss persepsi antara vendor dan customer ….. atau malah extrem nya ialah dis informasi dari vendor…..

    Pada umumnya vendor2 membagi solusi menjadi 2 yaitu product dan man power.
    Jadi mereka berperan sebagi middle man. jika ada masalah di product buntut2nya mereka akan merefer ke produsen product.
    Biasanya masalah terbesar disini …. man power, jujurnya sumber daya ini amat susah, mahal dan beresiko tinggi untuk di maintain.
    Jadi supaya lebih safenya oleh vendor2, man power ini dihitung base on skill dan man hours….

    miss persepsi yang saya maksud diatas ialah patern ini tidak muncul diawal-awal persentasi dan negosiasi, sehingga customer tidak aware.
    Otomatis customer akan jauh lebih beresiko.
    Sedangkan dari sisi vendor bila hal2 ini dinformasikan di awal resikonya customer menjadi takut dan transaksi gagal.
    Tambahan pula biasanya bagian sales dari vendor kurang memahami atau tidak terlalu perduli masalah ini sehingga tahap selanjutnya menjadi lebih berat.
    maksudnya seperti ini:
    Pada tahap awal persentasi, negosiasi dll (di luar tender… dengan asumsi jika tender specsifikasi sudah jelas sekali) biasanya saya juga mengamati kondisi customer dari sisi “harapan”, “budget”, “budaya”, “tingkat keberhasilan” dll. Jika ada hal-hal yang berpotensi menimbulkan miss persepsi sebisa mungkin itu diutarakan di awal dengan resiko transaksi gagal… tapi bukankan lebih baik gagal diawal dibanding setelah kontrak berjalan….
    Yah pastinya peluang kita jadi semakin kecil…. tetapi tingkat kegagalan kita juga semakin kecil.
    Hal ini saya atasi dengan pendekatan top-down (hal ini related juga dengan statement Akang tentang “lintas fungsi”, “budaya”).
    Top-down yang saya maksud ialah :
    1. dapatkan kepercayaan penuh dari top level manajemen (biasanya owner) dengan ini masalah lintas fungsi dan budaya lebih mudah diatasi.
    2. approach middle manajemen khususnya IT.
    Jika 2 point tesebut ok…. biasanya baru kita go thru next step….
    jika salah satu dari 2 point tersebut kita ragu2 maka lebih baik mundur.

    Kenapa ???
    Tahap2 awal terjun di lapangan diperlukan kelengkapan ilmu dari consultant dan mandat yang kuat dari top & middle management.
    Karena hal ini tidak hanya menyangkut pemahaman teknis tapi juga wawasan, negosiasi, pendekatan, ketegasan, keperdulian dll dll dll….

    Biasanya hal2 ini tidak diantisipasi oleh vendor… sehingga product bagus tetapi tidak lancar atau tidak maksimal.

    Next time sambung lagi deh Akang, Lihat dulu yukk ilustrasi dibawah ini:

    amir dan hasan (yang empunya product)
    =====================================
    amir : Buat product massal yang bisa dijual sebanyak mungkin sehingga itung2 an bisnisnya masuk alias profitnya gede.
    amir : Agar bisa diterima dan dipakai massal, buat selengkap mungkin.

    hasan : lha masalah pemakai akan disuguhi begitu banyak hal yang tidak dibutuhkan bagaimana???
    amir : lha ini “bola panas” lempar ke bawah aja …. alias perwakilan / agent

    amir : Agar gampang di manage sehingga otomatis costnya menjadi lebih rendah and untungnya gede, manage hanya 1 source saja.

    hasan : Tetapi ERP memerlukan modifikasi, implementasi dll dll dll …..
    amir : lha ini “bola panas” lempar ke bawah aja …. alias perwakilan alias agent

    hasan : Berat lho buat mereka itukan bagian yang membutuhkan energi yang besar
    amir : Mereka harus terima …. kan kita sudah training, promosi, branding, edukasi pasar dll dll ….

    udin dan ujang dan siti (Perwakilan atau Agent)
    ===============================================

    udin : Focus pada menjual license product dan mendapat % dari empunya product sehingga turn overnya cepat,
    tidak terlalu rumit, good for business.
    “”mengutip dari Akang Agor “toko kelontong”….. mahap mahap mahap yah semuanya :=)””

    ujang : Sedikit lho disini perusahan2 yang mempunyai resource yang cukup, sehingga mereka mau membeli hanya product aja dan
    hanya berdasarkan “training, promosi, branding, edukasi pasar dll dll ….” dari amir dan hasan (yang empunya product)

    udin : OK kita buat team untuk itu…. tetapi ingat itu “bola panas”, prosesnya lama dll dll, saya udah kaga mau ribet2 kaya gitu
    …. eh tapi tunggu dulu ….. team itu kan juga bisa di jadiin barang dagangan lagi …

    ujang : lho kok bisa ??? “bola panas” tuh din …. lempar aja ke tempat lain ….

    udin : Yah bisa Jang…. Kan banyak yang mau kerja…. si amir dan hasan kan udah keluar dana juga buat gembar – gembor kalo
    nguasain product ini manfaatnya gede… gaji gede, kerjaan gampang dll dll dll lagian yang beli juga banyak
    yang masih belum ngerti jang….
    jadi gini kita tampung yang mau kerja, buat team trus kita jual man power nya ke customer…. kita kaga ada ruginya jang.
    dari product dapet, dari main hours dapet.

    ujang : Kalau yang kerja kaga kompeten gimana ??? dan denger2 kalau yang expert mahal banget, mana customer pada mau beli din ?
    Lagipula prosesnya kan panjang din, nanti di tengah2 kaga beres gimana ?

    udin : Pusing amat jang…. argumentasi kita kan kuat …. tunjukin aja CV mereka ke customer … standardnya kan gitu atau
    terjunin aja langsung di lapangan, hadepin dengan masalah …. toh mereka harus survive dan akan berusaha dengan keras
    dan lama2 juga berhasil.
    kalau masalah expert yang mahal kan kita bisa kasih option ke customer … mau yang mana …
    kalau yang ini sekian…. kalau yang ini sekian ….. itu mah tergantung customernya… pikir aja begini jang
    kita jual product dapet uang …dah aman kan di kantong.
    kita jual man power dapet uang dah aman juga kan di kantong.

    siti : din … jang… kayanya customer mau total solution kalau kita break jadi product dan jasa rasanya mereka bakal keberatan.
    (sales) Lagipula sudah jelasinnya…. kalah saing ama yang lain

    udin : It’s ok Siti…. intinya apa yang customer mau oke in aja ….. menangin dah tender itu.

    …………
    …………
    …………

    ujang : customer A, complaint tuh din…. implementasinya jadi ber-tahun2 kaga selesai, mereka sampai pakai resource sendiri
    tapi masih kaga selesai juga. mereka mau ganti aja orangnya. trus mereka juga tanya, gimana tanggung jawab kitanya din…

    udin : Kalau mereka mau ganti implementatornya, OK Din… kita cariin yang the best dan submit aja penawarannya ke mereka.
    Kalau masalah tanggung jawab, tanggung jawab yang mana jang ???
    Mereka beli product kan kita sudah deliver productnya.
    Mereka butuh orang yang jalanin selama (6 bulan) kan udah kita kirim orangnya.

    ujang : Mereka kayanya kaga paham masalah itu din…. yang mereka tahu kalau beli pasti jalan dan harapan2 mereka terpenuhi.
    mustinya di awal sudah harus di wanti-wanti nih ama si siti.

    udin : Ujang… ujang kalau diwanti-wanti dari awal yah kalah ama yang laen dong….
    kasih tahu ke mereka aja kalau hal ini berlaku umum, kita kan jual product dan man power….
    kalau ada masalah sama product kita terusin ke yang empunya product…..
    kalau ada masalah sama man power yah minta aja mereka ganti yang sesuai sama selera dan kantong mereka
    atau kerjain pakai resource sendiri kan beres. Man power kan hitungannya waktu …. namanya juga jasa jang

    @
    Trims info dan komentarnya…. Lalu bagaimana dengan pengalaman Mas menangani ERP atau implementasi dari ERP?. Belum dijelaskan lho, padahal itu penting juga lho…. atau biar nanti ada yang kontak Mas deh. Kami memang sedang berhubungan dengan beberapa vendor/implementator yang punya pengalaman spesifik pada bidang yang ditangani… 🙂

    Suka

  6. haniifa said

    Wallah… om Gates ke indo ?? telat neeh 😀
    Padahal mau tanya:
    Gimana caranya intepreter “BASICA” ada di ROMBIOSnya IBM tock ??
    Apa cikal bakal BASIC versi DOS….VBASIC versi Windows ??
    Yang paling penting apa dan bagaimana BIOS bekerja ??
    Oom Bill, kalau santai di hotel tolong yach.

    Al Qur’an mengenalkan operator logical baru

    @mas Agor
    Mahaf bikin polusi mudah-mudahan bisa jadi solusi… 😀

    @
    Bagaimanapun, agor berterimakasih untuk ide-idenya yang menarik… memang, masalahnya bukan ada di teknis, dan juga diimplementasi yang sebenarnya tidak serumit teknisnya, tapi membutuhkan keputusan-keputusan yang benar…. 😀

    Suka

  7. Mengutip statement dari Akang “tapi membutuhkan keputusan-keputusan yang benar”, dtambah dengan pengalaman 3 tahun terakhir, saya rasa … mungkin yah… ini mah mungkin kekurangannya tinggal project lead nya saja Kang.

    Masalah technical, vendor Axapta tempat Akang beli yang tetap harus provide.
    Untuk leadnya mungkin diperlukan third party yang betindak sebagai wasit dan membantu management menimbang dan mengambil keputusan2 yang tepat.

    Kalau hal ini saya hubungankan dengan pengalaman implementasi mungkin contoh saya ditahun 1997/1998 (saya agak lupa, tapi yang pasti saat itu USD sedang naik2 terus tapi sebelum kerusuhan).
    Waktu itu saya diminta oleh PT. KATI (sekarang PT. Thames PAM Jaya) bertindak sebagai third party untuk pembelian ERP software khususnya Billing System.
    (pengelolaan air minum di jakarta di bagi 2 yaitu oleh Palyja (france) dan Thames (england)
    Bayangkan di tahap2 awal saja mereka sudah sadar bahwa untuk ini mereka memerlukan third party. (entah karena prosedur atau merasa perlu opini2 netral atau merasa IT belum cukup kuat untuk hal seberat ini karena baru dibentuk).

    Hal yang sama saya alami di PT. Prima Jabar Steel (asal bandung juga) yang kebetulan telah berkali-kali gagal menerapkan ERP, dari product local, branded sampai2 open source yang dipegang oleh alumni2 ITB.
    Singkat kata pada akhirnya mereka mempergunakan ERP kita…. (dipakai oleh > 150 user dan at list 70 user masuk disaat yang bersamaan).
    Apakah software tsb diatas kurang bagus ??? saya rasa tidak dan kita semua setuju akan hal itu.
    Problem utamanya ialah expentancy dan “too ideal” dari pihak customer, miss lead + dis-informasi awal + kekurangan dari implementator/consultant mempertemukan masalah teknis dengan masalah real dan bahkan vendor kurang menguasai big picture dari system yang mereka jual sendiri)…..

    btw: jangan sungkan2 hubungi saya untuk tukar informasi dan pengalaman, mudah2 an saya dapat membantu Akang….. mudah2 an pula investasi dan learning proses yang sudah di jalanin perusahaan Akang dapat bermanfaat maksimal tanpa ditambah hal2 yang radikal lagi…..
    Jadi kaga enak juga yah Kang….. kalau ber-larut2 …. beban moril….. mudah2 an pimpinan puncaknya maklum akan hal ini….. salam Kang….

    ps: lokasi Akang di Bandung kan ???? Kalau iya, kebetulan Kang…. nanti anak2 libur kita sekeluarga ada rencana liburan kesana sekitar 1 mingguan…. mudah2 an kita ada waktu ketemu yah Kang…. ;=)

    @
    Trims infonya, pada kejap lain saya akan hubungi Bapak untuk berdiskusi lebih banyak. Base saya jakarta juga sih. Namun, karena pekerjaan saya sering keliling apalagi implementasi ke banyak wilayah, maka beberapa bulan ini sering tidak ke kantor… Sekali, terimakasih atas kesediaannya. Mudah-mudahan sepulang Bapak berlibur ke Bandung, saya bisa kontak Bapak…. 😀

    Suka

  8. OK, kalau tugas2 luar kota sudah selesai, contact2 saya KANG ….. kita bisa tukar pikiran sambil ngopi2…..

    Suka

  9. […] hanya satu dimension saja, maka saya menduga bahwa proses implementasi yang sedang berjalan adalah penggundulan Axapta , persis seperti gundulnya hutan-hutan […]

    Suka

  10. […] sistem dan kapasitas perusahaan (legacy) kemudian setup ulang kebutuhan dan kepraktisan sistem. Pengalaman sebelumnya dengan Axapta, implementor berusaha mengadaptasi ke dalam sistem legacy perusahaan.  Ada gap antara perusahaan – […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Sandi Antono Batalkan balasan