Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Yang Meliputi Sebagian Kecil dari Sesuatu….

Posted by agorsiloku pada April 23, 2008

Yo.i…

Saya berkuasa atas segala sesuatu di rumah saya. Tentu saja ini seeh sebatas omongan doang. Karena kita tidak bisa membatasi angin yang masuk, kecoak yang menyelinap, atau bahkan pencuri yang ingin bertamu. Ada batasan meliputi, ada batasan menguasai, jadi meskipun rumah itu segalanya dalam penguasaan. Faktanya, hanya sebagian teramat sangat kecil saja ada dalam kemampuan sang pemilik rumah untuk menguasai.

Jiwa (nafs) terhadap raga (fisik, jasad) tentu saja tidak begitu. Lebih menyeluruh, tapi tidak menyeluruh juga kok. Jiwa menguasai raga, tapi ketika raga sakit, maka jiwa tidak lagi mengendalikan sebagaian dari raga itu. Bahkan bisa malah putus hubungan sama sekali. Kita percaya bahwa ada yang menguasai raga kita, yaitu sang pemiliknya. Namun, pemilik ragapun yang bertumbuh dan berkembang (?) bersama usia raga tidak bisa selamanya menguasai raga. Misalnya ya, seseorang mengalami amputasi jari tangannya karena sesuatu sebab, apakah jiwa kita kehilangan jari tangannya ?… 😀 (itu kalau diasumsikan jiwa kita mengisi seluruh komponen raga)?. Ataukah jiwa kita kehilangan kontak dengan salah satu bagian dari raga kita. Kalau lupa ingatan?, apakah jiwa kita yang lupa ataukah jiwa kehilangan kontak dengan raganya. Jelas kita nggak tahu?. Raga dikendalikan oleh jiwa seperti mobil yang dikendalikan oleh supirnya. Tapi kalau ban mobil kempes tidak terus kitanya ikut kempes.. 😀

Jiwa menguasai raga, tapi tidak memiliki hubungan sebab akibat (kah?). Jiwa adalah isi dan sebab kehendak pada raga, tapi jiwa berdiri sendiri juga, tidak dipengaruhi oleh kondisi raga(kah). Kehilangan kontak dengan raga tidak berarti nafs kehilangan. Ia berdiri sendiri. Meliputi, tapi tidak juga menguasai sepenuhnya. Faktor lain tentu berpengaruh.

Seberapa besar pengetahuan kita tentang ombak dan buih lautan yang menerpa daratan, sedikit pengetahuan kita tentang lautan itu sendiri. Namun, ombak dan buihnya adalah juga cermin dari lautan.

Namun, apakah sifat-sifat yang muncul ke permukaan dapat diindikasikan dari lautan eh.. raga kita. Beberapa model penelitian menunjukkan adanya hubungan perilaku dengan kondisi tubuh dan darah manusia dengan perilaku kita?. Kalau begitu, adakah interaksi antara jiwa dan raga?… nafs dengan jasad?.

Memang pengetahuan kita di sini, seperti diingatkan AQ sangatlah sedikit… namun selalu saja diperlukan elaborasi dan pengetahuan untuk menyikapinya…..

51 Tanggapan to “Yang Meliputi Sebagian Kecil dari Sesuatu….”

  1. haniifa said

    Wahhh…. sepi neeh 😀

    @
    Seperti roda kebahagiaan, kita memahaminya justru ketika ingat masa-masa sulit. Ketika sedang di masa-masa sulit, kita tahu setelah itu akan ada kemudahannya. Masa ramai adalah awal dari masa sepi. Masa sepi adalah masa ketika hati sedang tertinggal karena asa.
    … wah jadi bingung sendiri neh… 😀

    Suka

  2. haniifa said

    @mas Agor
    … wah jadi bingung sendiri neh… 😀
    Ada temen neeh… saya juga lagi bingunggg…
    Banyak pertanyaan berat-berat… 😀
    Ehh… trim’s berat neeh para penanya , Insya Allah… menemukan jawaban yang memuaskan.

    Suka

  3. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Jiwa/Nyawa atau lebih jauh lagi disebut Roh, adalah salah satu dari dua komponen terjadinya kemaujudannya makhluk hidup. Apakah itu yang namanya Manusia, Jin (termasuk Iblis), Hewan/Binatang serta Malaikat.
    Makhluk hidup (tidak termasuk tumbuhan-tumbuhan, karena saya belum mendapat referensi untuk memasukkan makhluk ini kedalam golongan makhluk yang mempunyai jiwa/nyawa/roh), mesti dan harus memiliki 2 komponen yang selalu berinteraksi satu sama lain. Wadag kasar dan roh. Wadag kasar boleh saja kelihatan oleh panca indra manusia seperti tubuh kasar manusia dan hewan, dan boleh jadi tidak tertangkap olehnya, seperti Wadag kasar Malaikat, Jin dan sejenisnya, termasuk Iblis.
    Kita batasi dulu perbualan kita hanya yang bersangkutan dengan manusia (tidak termasuk binatang). Sementara dalam hal Malaikat dan Jin, saya dan mungkin juga kita belum ada yang pernah melihat wujud wadag kasar mereka (karena berlainan dimensi atau juga berlainan unsur penyusunnya).
    Apakah dua komponen ini selalu saling kuasai menguasai?. Apakah kadang-kadang saja?. Atau mungkin saling pengaruh mempengaruhi?.
    Yang jelas, mereka saling berinteraksi dan saling membutuhkan. Roh memerlukan wadag kasar untuk maujud didunia nyata, sementara wadag kasar memerlukan roh untuk bisa “hidup”.
    Saat roh manusia masih berada didalam alam roh, ia belumlah menjadi mukallaf. Saat dia menempati wadag kasar, masih juga diberi kesempatan untuk beradaptasi, sehingga betul-betul wadag kasar berserta semua perangkatnya bisa berfungsi secara sempurna, yang kita kenal sebagai “baligh”, barulah roh mulai dikenakan taklif hukum, baik hukum Allah maupun hukum manusia. Begitu juga wadag kasar. Selama belum ditempati roh, wadag kasar hanya berupa onggokan daging dalan tulang belaka. Begitu roh mulai memasukinya, terjadilah tindak balas, yang kita kenal sebagai “hidup”. Sejak saat itulah terjadi interaksi antara keduanya.
    Kembali pada pertanyaan “Apakah jiwa/nyawa/roh menguasai badan/wadag kasar ataukah sebaliknya?. Tidak sepenuhnya.
    Kadang-kadang kita memang merasa seolah-olah “menguasai” badan/tubuh kita. Tetapi saat lain, kita sama sekali tidak berkuasa terhadapnya. Bahkan sebaliknya seolah-olah tubuh kita yang menguasai kita.
    Contohnya, saat kita dihadapkan pada sesuatu yang sangat menakutkan. “Kita” maunya segera lari menyingkir,tetapi kita tidak bisa menguasai otak kita untuk memerintahkan kaki kita melangkah untuk lari.
    Sementara dalam keadaan biasa, tubuh kita tidak bisa menolak kemauan kita untuk lari.
    Contoh kecil saja. Saat tubuh kita keletihan, timbul rasa kantuk. Bagaimanapun kita coba menahan, mulut kita akan terbuka untuk menguap. Contoh lain lagi, tubuh hanya menurut, tidak bisa membantah ketika kita bawa dia terjun dari tempat tinggi untuk bunuh diri.
    Yang pasti antara roh/jiwa/nyawa dan wadag /tubuh kasar terjadi saling mempengaruhi. Badan yang dicambuk, terasa sakitnya bagi kita.
    Roh/jiwa kita “sakit’ berefek kepada keadaan tubuh kita.
    Antara roh dan badan berinteraksi dan bersynergi untuk memenuhi perintah Sang Pencipta. Terpaksa maupun sukarela. Wallahua’lam.
    Wassalam,

    @
    Waalaikum salam Mas Abu..
    Ada beberapa ketidaktahuan yang menarik antara Roh dan Raga. Dan, memang kita memiliki (meraih pengetahuan) tentang hal ini sangat sedikit, sesuai dengang yang difirmankanNya. Jadi apapun pengetahuan kita tentang ruh/jiwa/nafs akan sangat jauh dari hakikat. Apakah ada hubungan timbal bali antara keduanya, seperti diuraikan Mas Abu, antara ya dan tidak antara mempengaruhi dan tidak, dan ada hubungan kasualistis – sebab akibat. Namun, satu hal yang dipercaya oleh manusia apapun latar belakangnya adalah adanya spirit/jiwa yang menguasai tubuh (manusia).
    Menguasai dalam pengertian bahwa “keinginan” dari “jiwa” melalui “raga” adalah satu proses satu kepada satu. Namun, jiwa sendiri tidak menguasai raga dalam pemahaman keseluruhan. Jiwa hanya “mengisi” atau mungkin lebih tepat “memakai”, tapi tidak mengendalikan raga itu dalam prosesnya. Ketika “raga” bermasalah – sakit – atau tidak berfungsi, maka dapat putuslah hubungan antara raga dan jiwa.
    Jiwa dibesarkan (menjadi memahami dan belajar) melalui alat yang bernama raga. Jadi raga tidak mengendalikan jiwa. Jiwalah yang mengendalikan raga.
    Ah banyak hal yang tidak dipahami. Ketika terasa lapar di perut, siapakah yang lapar : Raga atau Jiwa, apa yang dituntut (diharapkan raga) dan apa yang dicari Jiwa?…..
    Banyak hal yang memang benar, kita harus kemudian menyadari, membahas mengenai Jiwa.. adalah “Urusan Allah” dan kita hanya punya (diberikan) pengetahuan sedikit….
    😀

    Suka

  4. haniifa said

    @mas Abudaniel
    Wa’alaikum Salam mas,
    Dan Allah berfirman :

    Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit“. [QS 17:85]
    Ternyata banyak menimbulkan pertanyaan … !!
    Dan saya yakin pertanyaan tersebut akan muncul baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain…
    Akankah mencukupi pemahaman yang diperoleh ?? Wallahua’lam.

    Wassalam.

    Suka

  5. truthseeker said

    Salah satu topik yg abadi..:)
    Sebagaimana takdir, ruh dan jiwa juga menjadi topik yg menghasilkan banyak teori/pemahaman dlm segala mazhab (kecuali syi’ah kayaknya).
    Saya ingin ikutan sumbang pemahaman.
    Dalam diri kita ada 3 entitas yg tdk pernah “lepas” selama kt hidup, yaitu: Jasad/raga/tubuh, Jiwa/nafs/nyawa/soul, Ruh/spirit.
    Problem terbesar kita adalah kesulitan dalam membedakan ruh dan jiwa, sering kt rancu dlm menempatkan keduanya (tumpang tindih sbgm takdir dan nasib..hehe..:mrgreen: ). Bahkan ada yg menganggapnya sama (lagi2 sbgm takdir dan nasib).
    Saya akan tulis ringkas aja dulu yaa, nanti kl minat br kita ramein..(mas agor ijin mau nulis nihh..).
    Jasad..knp harus ada jasad??
    Jasad adalah alat yg Allah ciptakan bagi sang JIWA (oyaa, bagi saya jiwa adalah jatidiri manusia sesungguhnya). Jasad berfungsi sbg alat/media bagi jiwa utk menyalurkan/menjalankan fungsi2 jiwa (keinginan). Sehingga, setiap jasad/tubuh mengalami gangguan terlebih lagi mengalami disfungi mk jiwa akan sengsara/gelisah/tertekan dll. Dr nafsu makan, sex, amarah dll semua membutuhkan jasad bagi nafs/jiwa utk menyalurkannya.
    Namun pd saat yg bersamaan alih2 jasad sbg alat jiwa utk memenuhi keinginan2nya, ternyata jasad jg menghalangi jiwa utk menuju ke kesempurnaannya. Dg adanya jasad mk jiwa terbatas dlm segala hal.
    Seperti yg diajarkan oleh islam, jiwa membawa potensi (nasib.. :mrgreen: ) baik dan buruk.
    Dalam rangka penyempurnaan jiwa, maka Allah membekali manusia dg hujjah2 (external maupun internal). Hujah external adalah para Nabi dan waliulah, sedang hujjah internal adalah AKAL/RUH/NURANI/FITRAH. Hujjah2 inilah yg akan membantu jiwa/nafs/diri dlm mengarungi perjalanan mencari jatidiri, tugas2/kewajiban2 dan juga Penciptanya dlm rangka penyempurnaan diri/jiwa.
    Pada saat jiwa terlepas dr jasad maka apa2 yg bs dilihat/diketahui oleh jiwa menjadi sangat amazing. Sbgmn sifat dr immateri yg tdk dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita tahu di ruang tamu ada meja/kursi dll, namun jasad kt tdk mampu melewatinya.
    Sementara ini dulu dehh. Kuatir bertele2, walaupun mmg topiknya membawa kesana.

    @
    Ini emang menarik… saya mo buat rekapan sambil kopi pais komentar ini ya… baru saya postingkan lagi…. 😀

    Suka

  6. truthseeker said

    @Agor

    Namun, jiwa sendiri tidak menguasai raga dalam pemahaman keseluruhan. Jiwa hanya “mengisi” atau mungkin lebih tepat “memakai”, tapi tidak mengendalikan raga itu dalam prosesnya.

    Ada kontradiksi nihh dg pernyataan mas Agor sendiri di paragraf selanjutnya:

    Jadi raga tidak mengendalikan jiwa. Jiwalah yang mengendalikan raga.

    Contoh kerancuan kita dlm membedakan jiwa dan ruh:

    Banyak hal yang memang benar, kita harus kemudian menyadari, membahas mengenai Jiwa.. adalah “Urusan Allah” dan kita hanya punya (diberikan) pengetahuan sedikit….

    @
    Tidak mengendalikan raga dalam prosesnya, yang dimaksud misal bernafas, bagaimana zat makanan diserap oleh tubuh. Ini saya “kira” sebuah proses yang tidak dikendalikan oleh jiwa.
    Jiwa, ruh, nafs, perbedaan ini buat agor juga masih rancu karena memang tidak banyak dipahami. Kita bisa membuat perbedaan-perbedaan per definisi antara ke 3 atau ke empatnya. Namun, semuanya juga adalah sebutan yang buat saya masih samar saja, karena tidak terdefinisinya pengetahuan kita mengenai hal ini. Jadi, kalau Mas Truth bisa jelaskan lebih baik.. tentu agor sangat berterimakasih. 😀

    Suka

  7. truthseeker said

    @Agor

    Betul mas agor, spt kita ketahui ada bbrp jenis gerakan:
    1. Otomatis; 2. Reflek 3. Gerak sadar.
    Yg betul2 tdk bs (diluar) kekuasaan JIWA adalah gerakan otomatis. Gerakan ini termasuk di dlmnya adalah “detak jantung”, “pencernaan”, “pernafasan” dll.
    Dan jk kita kembali kpd peran JIWA mk tentunya kt bicara di ranah gerakan sadar krn disanalah tanggung jawab JIWA. Krn jiwa tdk (boleh) bertanggungjawab pd detak jantung dll(dasar2 kehidupan manusia).
    Dalam menjalankan gerakan (dlm mengambil keputusan) selalu akan terjadi pertentangan di dlm diri kita (pertentangan antara baik dan buruk), baik diwakili oleh ruh/akal/nurani/jiwa yg baik sedangkan buruk diwakili oleh jiwa yg buruk (ego, hawa nafsu).
    Semua gerakan yg sdh melalui proses akal/ruh kita akan sebut sbg gerakan sadar. Semakin rasional (kuat akal) seseorg mk semakin sedikit gerakan tanpa sadar (reflek)nya.
    Sehingga tugas manusia adalah memaksimalkan gerakan sadar (keputusan2 yg melalui proses berfikir). Inilah tugas yg sangat berat, krn sama saja dg melatih nafs/jiwa kita utk selalu dikontrol oleh nilai2/ruh/akal. Setiap proses ini akan menyita emosi, dan banyak ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan ini bagian dr penolakan jiwa krn kebebasannya terganggu. namun dr sini kt bs menilai derajat seseorg dr sbrp besar kesadarannya/ruh/akal menguasai jiwa/nafsu/keinginannya (jihadul akbar).
    Sekian dl mas agor utk bagian ini. Saya akan tanggapi mengenai pengetahuan/membedakan ruh dan jiwa setelah komentar yg ini.

    @
    Mas TruthSeeker, trims penjelasannya… saya memang lagi “mbaca” masalah jiwa dan ruh ini. Ada yang membedakan, ada yang menyamakan, ada yang mengklasifikasikan… Namun, sampai sekarang saya masih kesulitan memahaminya. Adakah perbedaan itu bersifat karakter (yang menyifati) sedangkan subjeknya sama ataukah yang secara esensi memang berbeda !. Penjelasan beberapa ayat yang pernah saya pelajari, terus terang … saya masih kesulitan memahaminya. Wahai jiwa yang tenang, maka kami tiupkan ruh dari ciptaan kami, apabila ruh-ruh dipertemukan dengan tubuh, pada hari ketika ruh-ruh dan para malaikat…, Allah memegang jiwa ketika tidurnya…, jiwa dibalas dengan jiwa.. mata dibalas dengan mata…,…. dan jiwa serta penyempurnaannya,….maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang diperbuatnya…. dan lain-lain.
    Saya percaya keduanya ada perbedaan namun perbedaan seperti apa yang dimaksudkan dalam al Qur’an?, Apakah berbeda sebagai entiti atau sebagai subjek menjadi penting, siapakah yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku manusia di dunia ketika kembali kepadaNya: Jiwa atau Ruh?. Pada pemahaman saya sampai saat ini, Jiwa bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang mendiaminya. Sedangkan Ruh… ketika mungkin kita hanya merujuk pada satu pernyataan saja : Itu urusan Allah, dan kita tidak mengetahuiNya. Ini kalau kita membedakan keduanya sebagai entiti yang berbeda. Namun, selebihnya, mohon maaf, saya masih kesulitan banyak untuk mengerti hal ini. Contoh dari Samudra Jiwa dan Ruh dari Agus Mustofa, masih belum dapat saya cerna dengan baik. 😀

    Suka

  8. truthseeker said

    @Agor
    Mas Agor sebetulnya tdklah sulit membedakan Ruh & Jiwa, krn di Al-Qur’an pun Allah dg konsisten membedakan keduanya.
    Kita jgn salah memahami ayat yg menyatakan bhw sedikit yg kita ketahui ttg Ruh (bukan JIWA). Dr ayat ini sy menafsirkan bhw yg kt tdk ketahui adalah dzat Ruh. Dan lagi pula kt tdk pernah tahu yg sedikit itu sebrp sih?. Namun yg akan sy coba analisa jg tdk terlepas dr apa yg sdh Allah firmankan di Al-Qur’an. Saya sarankan mas agor buka lg semua ayat2 ttg ruh dan jiwa (hati2 krn terjemahan yg adapun msh terjebak dikerancuan tsb), sering terjemahan, menerjemahkan kata nafs sbg ruh.
    Sedangkan perbedaan ruh dg jiwa sbgmn yg sdh saya tulis sebelumnya yaitu dr peran mrk. Jika mas agor dg teliti memperhatikan proses2 dlm diri kita mk akan kt kenali adanya dialog2 di dlm diri (terutama jika berkaitan dg baik/buruk dan benar/salah).
    Baik/buruk dan benar/salah secara universal sdh ada dlm diri kita, misalnya jujur, adil lembut, pemurah, berilmu, kasih sayang, kuat, pemaaf dll adalah suatu yg secara alamiah hadir/ada di dlm diri kita. Nahh saya meyakini yg alamiah (fitrah) tsb dibawa oleh ruh sbg bagian dr sifat2 Allah. Shg dlm perjalanan hidup kita kt akan merasa tdk nyaman jika kt melakukan sesuatu yg bertentangan dg semua itu, sampai akan tercapai titik dimana hati/jiwa kt membatu (tdk peka) jika hal itu dibiarkan terbiasa. Nahh nilai2 universal (ruh) itulah yg saya anggap sbg hujjah internal. Tugas kt dan orang tua kita adalah menumbuh suburkan ruh (nilai2) tsb. Shg kt akan sering dapati bgm sulitnya mendidik anak (mengendalikan jiwa) dg disiplin2. Penyempurnaan jiwa adalah tahap menuju penerimaan secara ikhlas semua nilai2 universal itu utk menjadi bagian yg tdk terpisahkan dr diri kita, dg kata lain jiwa menjadi sesuci ruh dan menjadi berkarakter spt ruh, menjadikan sifat2 ruh sbg sifat2 jiwa.
    Sementara itu dulu mas agor.

    @
    Saya catat dulu ya Mas… soalnya menarik dan perlu perenungan banyak sebelum saya berikan komentar balik… 😀

    Suka

  9. truthseeker said

    @Agor
    Mas Agor dr ayat2 yg mas Agor sampaikan disitu jg ada yg rancu, misal saja:
    At Takwiir ayat 7 :
    وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ
    dan apabila ruh-ruh = (nnufuusu/jiwa) dipertemukan (dengan tubuh)

    Mas Agor bisa mulai dr ayat:

    ثُمَّ سَوَّاهُ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ
    [32:9] Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

    Al-An-‘aam 98:
    Dan Dialah yang menciptakan kamu dari (seorang) jiwa/diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan (sulbi). Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.

    Al-‘araaf 172:
    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,

    note: banyak org menganggap bhw yg diminta kesaksian adalah ruh, kita lihat kerancuan dlm tafsir/terjemah.

    Dari sini betapa jelas bedanya JIWA & Ruh. Jiwa dipindahkan dr sperma/sulbi, sedang Ruh ditiupkan oleh Allah.
    Mas Agor, pernahkah mas Agor bertanya apakah ada kehidupan sebelum roh ditiupkan oleh Allah?. Apakah sebelum sekian puluh hari belum ada kehidupan? Bgm sel/daging terbentuk jika tdk ada kehidupan, bagaimana muncul denyut. Bahkan jika mas Agor baca ttg penciptaan Adam, disebutkan bhw Ruh ditiupkan setelah sempurnanya penciptaan.
    Mas Agor, sebelum ditiupkan Ruh, maka di sel/daging/darah yg hidup sdh ada yg namanya JIWA.

    @
    Mas Truth Seeker is the really seekers 😀 terimakasih untuk semua catatannya. Sekarang saya sedikit (baru sedikit lho) memahami bahwa perbedaan itu ada. Ruh lebih berfokus pada kesucian pemaknaan yang ditiupkan ruh oleh Allah, sedangkan jiwa dimulai dari sesuatu yang awalnya belum bisa disebut.
    Saya jadi ingat lagi hadis yang menceritakan Nabi Adam bertanya : “Siapakah/apakah titik-titik cahaya yang menghiasi cakrawala itu?”. Lalu dijawab :”Mereka adalah anak keturunanmu, yg bercahaya adalah yang tidak bermaksiat padaKu, yg gelap dan bercahaya adalah yang taat dan bermaksiat, yang gelap adalah yang bermaksiat padaku”. Itu posisi di alam Dzar… (jangan tanya hadisnya, saya lupa tapi kalau nggak salah begitu ceritanya.. :D).
    Mengenai Ruh ditiupkan setelah sempurnanya penciptaan … ah.. agor juga masih belum mengerti lho, sempurna dilahirkan, sempurna kesuciannya, atau sempurna akal pikirannya…. lalu adakah hubungannya antara karakter jiwa dengan tempat yang diisinya (fisik),… masih banyak yang agor juga belum mengerti….

    Suka

  10. truthseeker said

    @Agor
    Karena kita sdh masuk semakin detail maka akan semakin susah membktikan pendapat2 saya. Pada tahap awal kita masih punya cukup banyak literatur/dalilnaqli/aqli utk menunjang. Namun akan sampai suatu saat dimana dalil naqli tdk lagi sedetail itu (namun kdg msh bs dlm penafsiran). Pada saat di titik ini saya akan banyak mengungkapkan teori2 yg buat bbrp org dianggap spekualtif, namun bagi saya tetap saya berpijak pd dalil aqli maupun empiris.
    Mas Agor, kalimat/pertanyaan mas Agor yg terakhir akan membawa kt pd analisa/study yg lbh detail ttg JIWA & RUH.
    Tafsir sy ttg setelah sempurna penciptaan.. adalah dlm arti adalah sempurna/siap dlm menerima ruh. Sebelum sy lanjutkan sy ingin mengajukan teori sy yg sy dpt dr analisa empiris & aqli saya plus tafsir sy ttg dalil naqli yg ada.

    1. JIWA bersemayam di QALB/JANTUNG/HEART/DARAH.
    2. RUH bersemayam di OTAK/AKAL/NURANI/NILAI2/FITRAH

    Shg kesiapan/sempurna yg dimaksud adalah dimana tempat bersemayam Ruh tsb sdh tersedia (at least dlm bentuk sel). Oyaaa, harap kita clearkan pemahaman tempat bersemayam dg hati2, krn yg sdg kt bicarakan adalah suatu yg non-materi. Kita bs menganalogikan (walaupun analogi ini bs jauh dr ketepatan tp inilah analogi utk membantu pemahaman ttg kata bersemayam. Sebagaimana Allah bersemayam di Arsy, dan Allah meliputi alam semesta (Allah tdk di batasi oleh ruang). Maka begitu jg Jiwa dan Ruh, walaupun kt mengatakan mrk bersemayam di Qalb & Akal/otak tp mrk meliputi di seluruh tubuh kita.
    Penisbahan tempat mrk bersemayam penting utk mengerti sifat2 mrk. Contoh: jika kita sdg marah maka jantung kita berdebar2 dan tek darah naik, sebaliknya jika kt takut maka serasa jantung berhenti ataupun tek darah turun dan menjadi pucat.
    Dan kita juga tahu bhw ternyata akal/otak hanya bisa bekerja dg baik jika darah/jiwa/kehidupan mengalir disana. Inilah bagi saya yg dimaksud dg setelah sempurna penciptaan. Jadi sebetulnya sangat menarik jika ada yg bs membantu memberi info ttg kapan sebetulnya sel otak mulai terbentuk? Karena saat itulah menurut teori saya Ruh sdh siap ditiupkan.
    Mas Agor, dr teori ini maka kita insyaallah dapat menjelaskan segala praktek ibadah kt, pengelolaan jiwa/emosi kita, bagaimana menyempurnakan Jiwa, bgm agar Ruh di atas Nafsu dll. Apa dampak puasa, bersedekah, berbuat kebajikan, dll terhdp Jiwa & Ruh. Dan apa pula dampak mengesakan Tuhan thd Jiwa & Ruh.
    Dari teori ini pula sy melihat ada korelasi bhw darah butuh oksigen (nafas/nafs) utk membersihkan darah, shg jg akan jelas bgm dampak makanan thd Jiwa/darah, bgm dampak alkohol kpd Ruh/otak dll.

    Wahh..ngelantur jadinya.. :mrgreen:

    @
    Mas Truth Seeker, Salam…
    Saya terus terang tertarik hal-hal berkenaan dengan jiwa, spirit, ruh, nafs, dan hakikat yang berkenaan dengan hal ini. Namun, saya harus jujur pada bahwa saya tidak punya cukup pengetahuan dan referensi yang dapat saya ungkapkan sebagai yang saya yakini penuh. Jadi, saya lebih banyak “windows shopping” saja kalau pembahasan menyangkut hal ini. Masih terlalu banyak tanda tanya bagi saya mengenai hal ini dan saya tidak (belum) berani menarik benang merahnya.
    Namun, sedikit-sedikit saya dapat menangkap “nuansa” yang disampaikan, beberapa pengertian lanjutan yang buat saya masih membutuhkan perenungan lagi.
    Karenanya, mohon maaf ya kalau komen balik saya sangat kurang. Saya malah terimakasih atas uraian-uraian dari Mas yang membuka pengertian-pengertian baru yang selama ini saya lewatkan… 🙂

    Suka

  11. haniifa said

    Wahh… sepi lagi neeh 😀
    ruh := nyawa
    jiwa := otak (mendapat input/ouput dari Qolb dan panca indra)
    raga := tubuh

    Primary key:
    1. Wahhh si fulan kena penyakit ruh ??
    2. Wahhh si fulan kena penyakit nyawa ??
    3. Waahh si fulan kena penyakit otak (schizophrenia) ?? 8)
    4. Waahh si fulan kena penyakit jiwa ?? 8)

    Anomali:
    1. Roh melayang-layang diatas air ??
    2. Jiwa nya sudah melayang ??
    3. Jiwa nya sudah tenang ??
    4. Roh gentayangan ??

    @All
    Biar rame lagi !! … 😀

    @
    😀 dalam masalah jiwa dan ruh… saya tidak berani banyak berkomentar Mas Haniifa… yah.. karena saya tidak bisa berpikir dengan akal saya mengenai hal ini.. Jadi takut keliru… 😀

    Suka

  12. truthseeker said

    terjemah Al-Qur’an yg dilakukan oleh mrk yg terseleksi/berilmu saja bs rancu menggunakan/menerjemahkan kata nafs sbg ruh. Koq mba Haniifa bisa begitu bergantungnya pada kalimat2 yg “tdk bertangungjawab”.. :mrgreen:
    Atas dasar apa kalimat2 tsb bs menjadi primary key dan anomali?
    Apakah mba Haniifa meyakini celutukan2 itu sbg kebenaran?.. :mrgreen:

    Suka

  13. haniifa said

    @mas Truthseeker

    Coba simak rancunya dimana dan samanya apa ??
    ———————————————-

    Terjemahan Digital Qur’an:
    Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS 17:85)

    Terjemahan Dep. RI
    Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS 17:85)

    Terjemahan Tim Disbintalad
    Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS 17:85)

    Bagaimana ?? 😀

    Suka

  14. haniifa said

    Kalau mas truthseeker kesulitan coba pelajari dulu ini:

    Adakah infiltrasi metoda Hermeutika sudah meraksuk ?!

    @
    Wow tentang hermenetika (salah tulis lagi)… ini menarik untuk disimak… hanya saya termasuk yang tidak mau mengerti hal ini…. 😀

    Suka

  15. haniifa said

    Dan yang ini:

    Matematika Islam: bisakah dipertahankan 6348 ?

    @
    Lho saya kelewatan nih membacanya… (ini jeleknya sibuk sendiri di antara waktu yang terbatas ini)… terimakasih infonya.

    Suka

  16. truthseeker said

    @haniifa
    Dari mas Agor pd Abu Daniel 16 may 2008:

    Banyak hal yang memang benar, kita harus kemudian menyadari, membahas mengenai Jiwa.. adalah “Urusan Allah” dan kita hanya punya (diberikan) pengetahuan sedikit…. 😀

    Untuk ayat yg ini sy tdk mengklaim terjemah yg rancu namun kutipan mas Agor.
    Sedang utk terjemah yg rancu lihat tulisan sy tt surah at Takwiir 7, yg lainnya silakan mba Haniifa search di ayat2 ruh & jiwa lainnya.

    @
    Saya sependapat dengan Mas Truth… buat saya masih rancu dan itu boleh jadi karena kerancuan berpikir saya tentang kedua istilah ini. Jadi memang dalam hal-hal seperti ini saya masih harus banyak belajar…

    Suka

  17. Haniifa said

    @Oom Agor
    Anonymous Berkata:
    Mei 23, 2008 pada 1:28 pm
    Tolong di delete… 😀
    Agar tidak ada fitnah.
    —————————–
    @Miss Truthseeker
    Banyak hal yang memang benar, kita harus kemudian menyadari, membahas mengenai Jiwa.. adalah “Urusan Allah” dan kita hanya punya (diberikan) pengetahuan sedikit….

    Waduhh… piye toch.. Nona

    Penyakit jiwa : disebut penyakit yang menggagu kinerja keseimbangan otak manusia, kesimbangan ini hanya beberapa milli micron saja dari kira-kira 100 macam zat kimia pada otak kita (biasa disebut neurotransmiter, reseptor… dll) selain itu pada bagiah tengah otak atau yang disebut sistem limbik masih merupakan misteri <(sistem limbik := fungsi luhur)
    Jadi dapat disimpulkan bahwa Jiwa := Otak

    Jiwa/Otak.. adalah “Urusan Allah” dan kita hanya punya (diberikan) pengetahuan sedikit….

    Bunyi ayat (QS 17:85) tentu kontradiktif sebab Allah meyiratkan bahwa mengenai “ruuh” kita hanya diberikan pengetahuan yang sedikit.
    Disisilain…
    Jiwa/Otak kita banyak mengetahui, mulai dari zat kimia, ukuran zat kimia otak, gelombang otak, nutrisi otak,… dll.

    Sekarang kita lihat secara etimologi kata Ruh, Roh:
    Al Qur’an:
    Konsonan pembetuk kata : ra + wau + ha
    Konsonan wau : jika diberi tanda “mati” berubah menjadi “u”
    Bunyi vokal konsonan ra dan ha, tergantung tanda baca.

    pemahaman saya :
    Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruuhi (baca:ruuh). Katakanlah: “ruuhu (baca:ruuh) itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS 17:85)

    Jika tanda baca dihilangkan :
    ra + wau + ha := ruha (baca:ruh)

    Coba simak:
    Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (QS 17:110)

    asma Allah atau Ar-Rahman (baca: Ar-Rohman)

    Roh Allah sebenarnya ruuh asmaaulhusna

    1.Bani Israil tahu bahwa pengucapan Ar-Rahman dibaca Ar-Rohman lalu mereka membuat tipu daya dengan menghilangkan suku kata “man” pada asma Roh-man
    Sehingga : Ruuh diganti menjadi Roh

    2.Bani Israil tahu bahwa “ruuh” adalah ciptaan Allah dan Allah berkenan memberikan salah satu atributnya (asmaaulhusna) kepada Malaikat Jibril
    Sehingga :
    Roh Qudus := Panggilan lain untuk nama Malaikat Jibril.
    Seharusnya
    Ruuhil Qudus := Panggilan lain untuk nama Malaikat Jibril.

    3.Bani Israil tahu bahwa asma Allah di sejajarkan hanya dengan asma Ar-Rahman.
    Sehingga :
    Roh Allah ?? (bingung yach… :D)

    Coba baca “Basmallah” atau Al Faatihah ayat 1… Jamin nggak bingung.

    Harapan kaum yang dikutuk menjadi “monyet” lengkap sudah :
    Jelas ada kesamaan makna terjemahaan antara (Al Qur’an 11:7) dengan Injil (Kejadian 1:2)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  18. Haniifa said

    Allah berfirman dalam surah Al Jumu’ah ayat 5:

    Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim. (QS 62:5)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  19. haniifa said

    @mas Agor
    Wow tentang hermenetika (salah tulis lagi)… ini menarik untuk disimak… hanya saya termasuk yang tidak mau mengerti hal ini….

    Rusulullah… mencontohkan berdagang dengan jujur !!
    Artinya salah ketik khan…
    1. hermenetika
    2. hermeneutics
    3. hermeneutika
    .
    .
    4. Hermeutika
    Semuanya buah busuk, jadi harus hati-hati tapi jika ingin membeli sebagai obat hemm… (pakai oom gugel) yach… tetap ketemu.

    Jika ada yang protes kesalahan ketik,…
    1. Saya bahagia artinya yang membaca teliti.
    2. Memang saya tidak tahu harus memilih yang mana.

    @
    Manapun juga Mas Haniifa, saya termasuk yang tidak mau mengerti hermeneutic. Bukan karena ini dikembangkan untuk menafsirkan kembali pemahaman Kitab Injil, bukan karena itu namun saya lebih mempercayai bahwa memahami AQ dari AQ sendiri adalah salah satu jalan yang sangat dianjurkan oleh para ulama. Namun, sebagai sebuah model, hermenetiks menurut saya adalah salah satu model telaahan dan penafsiran yang cukup menarik (bagus untuk dielaborasi). Hanya saya sendiri, terus terang menghindari model interpretasi hermeneutic. Boleh jadi karena model berpikir yang dikembangkan oleh ulama beragama Islam memang berbeda tatanannya dengan model interpretasi Bible. Namun, di blog ini saya menghindari pembahasan pada kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa selain karena saya hanya memahami sedikit saja tentang Kitab Injil, juga saya menghindari pertentangan-pertentangan antara ummat beragama ataupun dalam entiti internal. Kerukunan dalam segala perbedaan ingin lebih dikemukakan. Biarlah kebenaran mengenai hal ini terungkap pada waktu yang Allah Swt. telah tetapkan….

    Suka

  20. haniifa said

    @mas Agor

    Saya buktikan akibat kesalahan belum berarti tidak memberikan arti apa-apa !!
    ——————-
    Judul:takdir-dan-kehendak-bebas
    Ditulis oleh agorsiloku di/pada September 25, 2007
    .
    .
    .
    haniifa Berkata:
    April 29, 2008 pada 5:29 pm

    …[QS 91:8] “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,”
    Kenapa yang diilhamkan jalan “kefasikan”
    terlebih dahulu ??
    Tolong koreksi jika saya salah memahaminya, rupanya ayat AQ diatas selain pemilihan “Takdir” juga menggambarkan patern kehidupan yang selalu didahului oleh berbagai problematika yang cenderung fasik. Ingat dalam kenyataan adanya arus positip setelah terjadinya loncatan elektorn (negatif).

    @
    Mas Haniifa… rasanya semakin jelas ya.. ini memang seni berwacana 😀 Saling melengkapi. Patten kehidupan itu adalah bagian yang menarik dari perjalanan memahami diri kita sebagai manusia yang akan bertanya, mengapa kita diciptakan…..

    Yang saya maksud patern := pola atau mal..
    Ternyata mas mengetik patten := ?? 😀 …..(saya tidak tahu)

    ———————-
    Judul: Manusia Itu Tidak Memiliki Kehendak Bebas Sama Sekali…
    Ditulis oleh agorsiloku di/pada Mei 1, 2008

    Yang saya perhatikan adalah…

    Sebuah proses dari perjalanan berpikir kerap lebih penting dari pada hasil itu sendiri. Ada memang skala-skala perbedaan dan penafikan, tapi saya percaya, perbedaan itu adalah rahmat bagi sebuah proses untuk mendapatkan keniscayaan pemahaman. Dan kita sedang mengarah ke sana. Semoga.…. menurut saya ini sama := pola

    Tapi saya belum yakin….
    ———————–
    Takdir dan Kehendak Bebas

    Abudaniel Berkata:
    Mei 2, 2008 pada 9:32 am

    Bagi kita, ada “campur tangan pihak lain” dalam pengaturan jalan hidup kita. Bagi mereka, jalan hidupnya diatur oleh “kebetulan-kebetulan”.

    ————————-
    Alhamdulillah…..
    Mekah sebagai pusat bumi 3
    Posted by haniifa on May 9, 2008
    Sebuah proses dari perjalanan berpikir kerap lebih penting dari pada hasil itu sendiri. Ada memang skala-skala perbedaan dan penafikan, tapi saya percaya, perbedaan itu adalah rahmat bagi sebuah proses untuk mendapatkan keniscayaan pemahaman. Dan kita sedang mengarah ke sana. Semoga.

    Saya menggunakan sama persis copy paste…

    ——————————————
    Saya tercengang ketika membaca ini 😉

    Takdir dan Kehendak Bebas.
    .
    .
    truthseeker Berkata:
    Mei 12, 2008 pada 1:36 pm

    @haniifa
    Gak ada yg perlu dimaafkan… 😀

    @abu daniel, D2MQ
    Setuju

    Puji syukur kepada Allah,…
    Alhamdulillah,…

    ——————

    Coba mas perhatikan tanggal-tanggal dan isi komentar-komentarnya.

    Suka

  21. aburahat said

    ROH dan JIWA. Saya sependapat dengan truthseeker ttg analisanya mengenai roh dan jiwa dan utk ini saya perlu tambahkan pengertian roh dan jiwa. Mungkin dg penjelasan saya ini mas Hanifa tdk rancu terhdp keduanya:
    ROH. Benar urusan Allah. Tp yg dimaksud disini adalah ZATnya ROH dan bukan sifat2nya atau tingkah lakunya. Sama dg ZAT Allah kita tdk bisa pikirkan. Tp sifat2nya serta sunnahNya kita diharuskan memikirkan. Jd yg perlu kita pikirkan sifat2 roh dan fungsinya berada dlm diri kita.
    SIFAT ROH adalah membawakan sifat2 Allah ROH adalah SUCI dan dia merupakan pengatur/pengawas dll yg bersifat baik dan dr ROH jiwa kita mendpt ilham (nurani atau apa yg kita sebut tetapi maknanya sesuatu pemberitahuan yg baik). Dimana bersemayamnya saya masih ragu antara HATI atau AKAL/OTAK (saya sdg meneliti) tp intinya ROH selalu memperingati kepd yg baik agar lbh mendekati Allah sang pencipta (MA”RIFAT). Jd ROH adalah klu saya bisa katakan NUR Allah yg ditiupkan setelah sempurna pembentukan dlm rahim ibu.
    JIWA/NAFS. Adalah makhluk ciptaan Allah yg dimasukan kedlm diri manusia dan ditempatkan dlm raga(dari tanah) utk beribadah kpd Allah lain tdk. Karena JIWA diciptakan utk beribadah maka tentu kwalitas jiwapun berbeda.
    Pada waktu Adam diciptakan maka iblis melihat kelemahan pd Adam adalah didlm JIWA. Krn dlm jiwa itu beradanya nafsu. Kita boleh mengatakan JIWA=NAFS(bukan nafsu/keinginan). Kwalitas JIWA seseorang tergantung pada pengaruh nafsu yg ada dlm Jiwa seseorang. Makin baik jiwa seseorang tergantung makanan yg kita berikan(makanan ROHANI lho). Oleh karena para ahli Tarekat membagi tingkat kebersihan jiwa dg pengaruh nafsu seperti cth dibawah ini dg istilah MARTABAT NAFSU:
    1.NAFSU AMARAH ( Surah Yusuf ayat 53 ) Sifat nafsu ini dibenci oleh Allah.
    2.NAFSU LAWAMAH : pd tingkat ini mereka sdh memiliki perasaan/sifat menolak yg salah. (S. Al Qiyaamah ayat 2 )
    3.NAFSU MULHAMAH: Pd tingkat ini ia sdh dpt menghindari sebahagian besar dari hal2 yg dibenci Allah
    4.NAFSU MUTMAINAH ; Pd tingkat ini kedekatan kpd Allah sdh terasa sdh merasakan kasih Allah ( S. Al Fajr ayat 27-30)
    5.NAFSU RADHIAH: Pd tingkat ini jiwa mereka telah suci hati bersih. (apa yg dikatakan adalah kata hati)
    6.NAFSU MARDIAH : Pd tingkat ini mereka sdh dpt berhubungan dg para wali, Rasul dll.
    7.NAFSU KAMALIAH. Pada tingkat ini seperti Allah katakan dlm Hadis Kudsi; : Mereka melihat dg mataKU mendengar dg telingaKU berjalan dg kakiKU memukul dg tanganKU.
    Semua yg saya sebut diatas agar dpt membedakan antara ROH dan JIWA.
    Kedudukan ROH apa bila kita telah meninggal kembali kesisih Allah dan menjadi saksi terhdp jiwa kita (An Naba ayat 38)
    Jadi ROH disini tdk menerima akibat dari adanya dlm tubuh kita. Yang bertanggung jawab dihadapan Allah nanti adalah JIWA. Tergantung pd kwalitas jiwa masing. Dalam penjelasan ini saya hanya coba mengungkapkan perbedaan antara ROH yg suci dan JIWA yg mengalami proses pensucian. Mudah2an ada manfaatnya.

    Suka

  22. yudhisidji said

    @ aburahat
    kalau begitu orang mati itu yang keluar (baca:dicabut) ruh atau jiwa nya ?

    Suka

  23. aburahat said

    @Yudhissidji
    JIWA Al Anfal 50

    Suka

  24. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Aburahat,
    Kalau jiwanya yang dicabut, dimanakah rohnya berada?. Apakah masih diwadag kasar manusia / hewan / jin / malaikat* (*waktu terjadinya kiamat, bukankah malaikat juga mempunyai roh dan wadag kasar yang terbuat dari cahaya, walaupun tidak semua manusia dan jin bisa melihatnya) ataukah keluar juga bersama jiwa/nyawa?. Bukankah pada yaumil akhir, semua yang namanya makhluk hidup akan mati, sementara yang tinggal dan tetap hidup hanya Sang Maha Hidup saja?.
    Kalau dikatakan roh keluar bersama jiwa/nyawa/nafs dari wadag kasar makhluk, dimanakah letaknya perbedaan fungsi mereka sebagai “penghidup” wadag?.
    Kalau dikatakan roh tetap tinggal diwadag, sementara yang keluar adalah jiwa/nyawa/nafs, dimanakah letaknya kegunaan atau fungsi roh atas wadag kasar makhluk yang sudah “mati”?.
    Setelah “mati”, Siapakah yang akan ditanya dan merasakan azab dan nikmat kubur, dan siapa pula yang akan mendapatkan pembalasan diyaumil akhir nanti, roh ataukah jiwa?. Kalau dikatakan jiwa/nyawa/nafs, kemanakah kemudiannya roh?.
    Siapakah yang menghuni alam barzakh, roh ataukah jiwa/nyawa/nafs?.
    Sederhananya saja, apakah/siapakah yang ditiup Allah kewadag makhluk, roh ataukah jiwa/nyawa/nafs?. Kemudian setelah “mati”, siapakah yang diminta pertanggungan jawab, roh ataukah jiwa/nyawa/nafs makhluk (makhluk mukallaf)?.
    Disurga atau nereka, siapakah yang merasakan nikmat atau siksanya, rohkah atau jiwa/nyawa/nafs?.
    Kalau dikatakan roh, kemanapula/bagaimanpula keadaan jiwa/nyawa/nafs?. Kalau dikatakan jiwa/nyawa/nafs, dimana pula keberadaan roh dan bagaimanapula keadaannya?.
    Wassalam,

    Suka

  25. truthseeker said

    @yudhisidji
    QS 6:93
    QS 9:55
    QS 9:85

    Suka

  26. truthseeker said

    Menurut pemahaman saya Ruh bukanlah personality, personality itu sendiri adalah JIWA.
    Jika kita analisa peristiwa terbentuk manusia dr sperma dan sel telur, mk AQ dg tegas menyatakan bhw ruh ditiupkan setelah sempurna (siap)nya jasad utk menerima. Jadi saya berpendapat bhw sebelum ada ruh, telah ada kehidupan (pastinya)di awal/benih manusia dan kehidupan itu adalah JIWA (kehidupan/jati diri/keinginan), kita bs saksikan bhw di saat2 awal benih/bayi (yg mestinya ruh blm ditiupkan) mk sdh ada tanda2 kehidupan, detak jantung.
    Jiwa mempunyai banyak fungsi yaitu sbg identitas, sumber keinginan, dan kehidupan/nyawa.
    Dari analisa di atas itulah maka saya berpendapat yg selanjutnya bhw ruh suatu entitas yg terpisah dr jiwa, dan akan hadir jika jasad dan jiwa telah siap, yang berarti juga, ruh akan terlepas/berpisah jika jasad dan jiwa mengalami kerusakan/musnah.

    QS An Naba’: 38
    Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.

    QS Al Infithaar: 5
    maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.

    Inilah yg mendasari bhw di hari pengadilan yg diadili adalah JIWA (sang pembuatan keputusan2 dlm hidupnya), sedangkan RUH hanya berdiri bersama malaikat tdk berkata2. Dr ayat ini pula kt bs merasakan bhw ruh disejajarkan dg malaikat (kesuciannya).
    Jadi, kesimpulan dr pendapat saya adalah:
    1. JIWA yg bertanggungjawab atas semua yg diperbuat manusia.
    2. RUH membantu manusia/jiwa dlm menjalani kehidupan utk mencapai kesempurnaan jiwa. Shg tdk ada adzab dan pahala bagi RUH.
    3. RUH tdk berubah, hanya JIWA yg berubah.
    4. Tugas RUH selesai setelah JIWA tdk lg ada di jasad, shg pd saat JIWA dicabut, mk otomatis RUH jg akan meninggalkan jasad dan kembali kpd Allah

    Wassalam

    Suka

  27. yudhisidji said

    @aburahat….
    mohon penjelasan al anfal 50 yang diartikan “jiwa” kalau boleh tahu yang mana ya…

    @truthseeker….
    trima kasih atas indeks nya, tapi saya berusaha mengkorelasikan setiapnya kok belum ketemu yg pas ya…. barusan saya dapet az zumar 42 gimana….
    mohon komen nya….
    thanks

    Suka

  28. aburahat said

    Saya berterima kasih utk truthseeker yg bantu menjawa utk mas Abu Daniel. Saya rasa utk Abu Daniel cukup jelas
    @Ydhisidji.
    Klu saya tdk salah terka tujuan mas adalah pencabutan jiwa itu dlm ayat ini khusus utk org kafir. Ayatnya berbunyi : Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang2 kafir seraya memukul nuka dan belakang mereka: RASAKAN OLEHMU SIKSA NERAKA YG MEMBAKAR”
    Begini mas. Pencabutan jiwa dilaksanakan oleh malaikat terhadap setiap makhluk ciptaan Allah sama. Hanya cara mencabut JIWA ini tergantung kwalitas keimanannya. Makin tinggi keimanannya makin ringan cara malaikat mencabut. Dan cara pecabutan jiwa terhadap mereka yg mengkufurkan Allah klu kita melihatnya (tp kita tak melihat cara malaikat mencabut) mencabut kita bakal ngeri krn dicabut dgn kejam sekali. Sebaliknya (se-akan2) klu malaikat mencabut utk orang bertakwa. Malaikat berkata KULONUWUN MAS (spy jgn terlalu serius mas)

    Suka

  29. Abudaniel said

    Assalamual’alaikum,
    AQ An-Naba’ 38, tentang “Ruh” yang berdiri bersaf-saf bersama malaikat, masih terdapat silang pendapat diantara ahli tafsir.
    Sebagian mengatakan bahwa yang dimaksudkan “Ruh” didini adalah Jibril. Yang lain mengatakan “Ruh” tersebut adalah “tentara Allah”, selain malaikat. Sementara sebahagian lagi menafsirkan bahwa “Ruh” yang berdiri bersaf-saf bersama malaikat adalah Ruh Manusia. Apakah hanya manusia?. Ruh Jin dimana?. Ruhnya hewan dimana pula?. Apakahkah Jin dan Hewan tidak punya Ruh?.
    An-Naba 38 ini menceritakan saat kiamat tiba.
    Kalaulah Ruh tersebut adalah ruh Manusia dan Jin, apakah “Ruh” yang lagi menanti untuk dikembalikan ke “wadaq/badan barunya” setelah sangkala kedua ditiup?. Atau apakah “ruh manusia” tersebut adalah ruh yang sudah selesai tugasnya menemani hidup manusia dialam fana ini?. Kemudian siapakah yang disiksa di neraka dan sipa pula yang merasakan kesenangan di surga?. Apakah badan/tubuh/wadag baru manusia dan jiwanya bisa hidup diakhirat tanpa “ruh”?. Kalaulah ruh manusia tidak diperlukan lagi untuk dikembalikan ketubuh manusia saat hari perhitungan, kenapa “mereka” ditempatkan dialam barzakh?. Atau apakah gunanya ruh dikembalikan ketubuhnya ketika dilakukan tanya jawab dialam kubur?. Toh sudah tidak ada gunanya lagi. Cukuplah “jiwa” yang menjawab semua pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Bukankah ruh sudah selesai tugasnya menemani jiwa?.
    Bukankah Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam, ketika Mi’raj melihat Nabi Adam AS bersama para ruh anak cucunya. Ruh yang “baik/bersih” berada disebelah sisi kanan beliau sementara ruh yang “jahat/kotor” ada disebelah kirinya?.
    Atau…………………………?.
    Wassalam,

    Suka

  30. aburahat said

    @ Mas Abu Daniel
    Mas per-tama2 menurut logika saya (sebab kita manusia diberi akal utk berpikir dan selamaa analisa pikiran tdk keluar dr koridor kebenaran Alqur’an saya rasa bisa2 saja) dan semua berhak menafsir/analisa asal tdk keluar dari jalur AQ.
    Kita harus ketahui bahwa pengatahuan kita mengenai Roh sangat sedikit. ROH dimasukan Allah ketubuh kita dgn tiupan setelah sempurna proses penciptaan dlm rahim ibu Al Hijr 29 dan Asyadaah 9. Yg disempurnakan adalah bentuk dan jiwa kita Al A’raaf 172
    Jd ROH adalah sesuatu yg Allah masukan dg membawa sifat2 Allah dan berfungsi utk memberi petunjuk kp JIWA menuju kebaikan. Dan apabila meninggal ROH bersam JIWA sama2 keluar dari tubuh kita. Roh kembali pd Allah (kita tdk tau selanjutnya) tetapi JIWA menunggu waktu pengadilan nanti. Dan yg akan menerima ganjaran adalah jiwa.
    JIWA yg dibangkitkan dari kubur S. Lukman 28
    Tiap2 JIWA akan menerima balasan S. Al Mu’min 17
    Tiap2 Jiwa akan mengetahui semua perbuatannya S.Al Infithaar 5
    Dan yg kembali ketubuh kita adalah JIWA, roh tdk krn tugasnya telah selesai.Jd yg merasakan nikmat disurga adalah JIWA yg kembali ketubuh kita. Dan penderitanpun sama. Yg berada di barzakh bukan roh tapi jiwa. Jiwa/nyawa yg membuat manusia hidup bukan Roh. Benar Jiwa yg menjawab pertanyaan2 Malaikat Munkar dan Nakir. Maaf hadis mengenai pertemuan dg Nabi Adam saya msh blm yakin kesahahihannya. Jin menurut saya Jin tdk memeiliki Roh krn tdk ada nash dlm Alqu’ran saya tdk berani komentar. Terima kasih mudah2 diskusi ini bermanfaat bagi kita. Sekali maaf saya bukan sok tau mas. Cuma apa yg kita tau kita sharing bersama utk menambah khasanah ilmu. Kita semua masih belajar. Jd kita sama2 saling memberi. Insya Allah dg Izin dan Petunjuk Allah ilmu kita utk mendekati diri krpda Maha Pencipta bertambah Amin

    Suka

  31. truthseeker said

    @Abudaniel

    Betul mas AD. Seperti yg dr awal sdh kita buktikan bhw, terjemah, tafsir dan diantara ulama sendiri saling berbeda dlm memahami ttg RUH & JIWA. Termasuk dlm menafsirkan RUH (krn sering Malaikat Jibril disebut dg Ruhul Qudus). Tapi jika kt teliti kt akan melihat bhw disini kata Ruh disandingkan dg malaikat, artinya mrk semestinya adalah 2 hal yg berbeda, sbgm dlm bbrp ayat berikut:
    QS: Al Ma’aarij 4:
    Malaikat-malaikat dan Jibril (ruh) naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.
    Dalam bhs asli digunakan kata: ta’rujul malaikatu warruuhu ilaihi..
    Sebagaimana kt juga sdh tahu bhw pengetahuan kita ttg ruh sangatlah terbatas, shg ktk mas AD bertanya ttg ruh hewan, jin dll..maka sy tdk mau berspekulasi utk menjawabnya, krn setahu sy tdk ada informasi ttg itu (selama ini setiap bicara ruh saya selalu berusaha menggunakan ayat AQ, tentunya dg penafsiran saya).

    Kalaulah ruh manusia tidak diperlukan lagi untuk dikembalikan ketubuh manusia saat hari perhitungan, kenapa “mereka” ditempatkan dialam barzakh?

    Mohon mas AD jelaskan drmn dalil ini?.. :mrgreen:

    Kemudian siapakah yang disiksa di neraka dan sipa pula yang merasakan kesenangan di surga?. Apakah badan/tubuh/wadag baru manusia dan jiwanya bisa hidup diakhirat tanpa “ruh”?

    Seperti yg kt ketahui bhw yg bs merasakan adalah JIWA, yg memiliki kesenangan dan kesusahan adalah JIWA, jd tentunya JIWA yg diberi ganjaran baik surga maupun neraka.
    Apakah jasad jg ada di akhirat? Jk kt mendasarkan pd bhw JIWA bth jasad utk merasakan/mengalami/experiencing semua kesenangan/kesakitan mk tentunya jasad akan ikut serta. Terlebih lg jk kt perhatikan ayat2 ttg bgm jasad dibangkitkan, dan jasad yg disiksa (dibakar, kulit yg diganti dg kulit baru dll):
    QS:79:10: Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?
    QS:79:11: Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?”
    Sangat banyak ayat AQ yg menyiratkan bhw jasad kt akan dibangkitkan.
    Namun pertanyaan besarnya adalah: “apakah ruh akan bersama jiwa dan jasad?”.
    Jika kt berpegangan pd:
    1. Tugas Ruh hanya di dunia/fana, mk sdh selesai tugas ruh.
    2. Ruh tdk layak utk disiksa.
    3. Ruh berdiri bersaf2 dg malaikat..dst.
    Maka pendapat saya Ruh tdk ikut serta.

    Bukankah Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam, ketika Mi’raj melihat Nabi Adam AS bersama para ruh anak cucunya. Ruh yang “baik/bersih” berada disebelah sisi kanan beliau sementara ruh yang “jahat/kotor” ada disebelah kirinya?.

    Saya sendiri baru mendengar ada hadits ini, shg pertanyaannya bgm komplit teksnya (termasuk bhs arab), dan jg bgm derajat hadits ini?. Dan hrs diingat bhw terjemah hadits inipun berpotensi utk mengalami salah terjemah.. :mrgreen: bisa saja asli katanya adalah nafs/jiwa

    Wassalam,

    Suka

  32. haniifa said

    Duhhh… saya agak bingung neehh 😀

    Nafsu := ??
    Apa asal kata “Nafsu” dari bahasa Arab ??

    Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, (QS 79:40)
    nafsa := nafsu
    atau…
    Wa nahan nafsa := menahan diri
    dan…
    ‘anil hawaa := hawa nafsunya … 😀

    dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS 72:2)
    bin nafsil := Jiwa

    Suka

  33. aburahat said

    Biarin bingung tujuh keliling. Se-kali biar bingung. Capedeeh

    Suka

  34. haniifa said

    Mohon maaf salah ketik (QS 72:2) seharusnya (QS 75:2)

    Suka

  35. haniifa said

    @mas Aburahat
    Khan udah mita maaf… 😀

    Suka

  36. yudhisidji said

    pada surat 17 ayat 85 yang sudah banyak disebut diatas saya pahami bahwa ruh mutlak urusan Dia. dan kita hanya diberi sedikit ilmu, maksudnya bukan sedikit ilmu tentang ruh, tapi sedikit ilmu yang Dia punya. Jadi sekali lagi bagaimana kita bisa membicarakan tentang ruh ?? kalau jiwa ok lah dilanjut….
    wasalam

    Suka

  37. aburahat said

    @Hanifah
    Masa nda bisa bacanda? Supaya nda stress mas. Masa teman yg baik dibiarkan pusing sendiri?
    Biar saya coba jelaskan mas spy pusingnya berkurang
    NAFSU/NAFAS/JIWA sebenarnya dari bahasa Alqur’ NAFS tergantung pemakain kalimat. Sebenarnya klu kita pelajari Alqur’ lbh dalam lagi. akan kita ketahui apa sebab kita disebut manusia krn adanya NAFS tadi. Didalam jiwa berada MAFAS utk hidup, ada NAFSU yg menyebabkan timbul keinginan dan ada ROH yg selalu mengilhami kita agar mendekati Maha Pencipta yakni Allah. Ke-tiga2 ini bersatu-berperang-tolong menolong dlsb. Jd manusia sebenarnya adalah JIWA. Tubuh kita tdk ada arti apa2. ROH berfungsi mengajak JIWA kpd KEBENARAN, NAFSU mengajak kepada KEMAKSIATAN. Oleh karena itu kita hrs mensucikan JIWA yg memiliki NAFSU AMARAH menuju ke NAFSU KAMALIH. Mudah2an dg penjelasan ini mas Hanifah tdk pusing lagi. Amin
    @Yudhisidji
    Maaf mas bukan demikian. Mari kita bahas kata demi kata ayat tsb.
    Surah Al Israa ayat 85 berbunyi ” DAN MEREKA BERTANYA TENTANG ROH KATAKAN ROH URUSAN TUHANKU. DAN TDK DIBERI PENGATAHUAN KECUALI SEDIKIT ”
    Kita lihat ayat ini bukan utk Rasul tetapi utk umat. Krn Allah disin mengatakan TUHANKU. Jd Rasul diperintah utk mengatakan jgn kamu bertanya ttg ROH krn itu urusan Allah. Dan utk mengetahui ROH, Allah hanya memberikan sedikit ilmuNya Sekarang kita lihat ayat dr S. As Syajjadah ayat 9. Allah mengatakan setelah disempurnakan keadaan kita maka KU tiupkan ROHKU. Klu penciptaanya kita bisa coba memikirkan tanpa dibatasi sesuai kemampuan akal kita. Tapi ROH klu bisa saya katakan bukan diciptakan tapi ditiup (walaupun kita tau semua selain Allah adalah makhluk ciptaan). Tapi ROH se- akan2 sekali lagi se-akan bgn dr Allah. Jd ROH itu sendiri ilmu yg kita miliki sedikit sekali. Tapi bgm berproses/bekerja dalam diri kita silahkan. Dan inilah yg dimaksud Allah dg sedikit.Yaitu mempelajari ROH berproses dlm diri kita Wallahu A’lam. Kita tdk mengetahu apa2 Allah lbh mengethui.

    Suka

  38. truthseeker said

    @haniifa
    khan sdh ada di tulisan2 sebelumnya mas.. 🙂
    Nafs: Jiwa/diri/kehidupan/ego/keinginan.

    @yudhisidji
    Betul mas yudhi, khan kt sdg bicara yg sedikit ini (ruh yg ditulis di AQ). Kita tdk pernah bicara ruh dr hasil penelitian science ataupun mata kuliah dimanapun (tdk ada suatu ilmu yg berkutat ttg ruh, semuanya hanya spekulasi kecuali yg datangnya dr Firman Allah).
    Kita lihat perbedaannya dg, misalnya tubuh/jasad, AQ menjelaskan sedikit dibandingkan ilmu/science. Dg kata lain Allah membuka sebesar2nya peluang bagi manusia utk meriset semua hal kecuali Ruh.
    Bagi sy ayat tsb bukanlah melarang, namun sekedar memberi tahu bhw manusia tdk akan bs kemana2 dlm risetnya ttg ruh. Jadi jgn larang mrk yg mencoba meriset RUH tp hanya ks tahu kpd mrk bhw mrk tdk akan kemana2, kecuali hanya sampai pd yg sedikit tsb.

    Suka

  39. haniifa said

    @mas Aburahat
    Pangkat saya “sersan”…. serius tapi santai 😀
    ______________________________________
    yudhisidji Berkata:
    Mei 31, 2008 pada 2:16 pm

    @ aburahat
    kalau begitu orang mati itu yang keluar (baca:dicabut) ruh atau jiwa nya ?
    —————————————
    aburahat Berkata:
    Mei 31, 2008 pada 4:40 pm

    @Yudhissidji
    JIWA Al Anfal 50
    —————————————
    truthseeker Berkata:
    Juni 2, 2008 pada 12:17 pm

    @yudhisidji
    QS 6:93
    QS 9:55
    QS 9:85
    —————————————

    Yang saya fahami… nyata semuanya tidak ada “Nafs”… entah kalau sinonimnya ??
    ______________________________________

    @mas Aburahat
    Trim’s atas penjelasannya, namun saya masih agak bingungg lagi neeh 😀

    maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, (QS 91:8)

    Mayoritas peterjemaah er-i menggunakan kata “jiwa”, sementara baik dari Al Qur’an (tekstual) dan beberapa bahasa terjemaah tidak menyiratkan adanya kata “jiwa”.

    Bagaimana saya tidak bingungg 😀

    Suka

  40. truthseeker said

    @Haniifa

    maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, (QS 91: 8)

    Mayoritas peterjemaah er-i menggunakan kata “jiwa”, sementara baik dari Al Qur’an (tekstual) dan beberapa bahasa terjemaah tidak menyiratkan adanya kata “jiwa”.

    Krn saya dan P’ Aburahat sejalan dlm pemikiran ttg ini, mk sy boleh lancang menjawab pertanyaan tsb ya mas haniifa?.. 🙂

    QS 91:7 :wa nafsin wa maa sawwahaa
    Jnagan lupa ini adalah ayat sebelumnya mas.. :mrgreen:

    Mudah2an tambah bingung.. :mrgreen:

    Suka

  41. haniifa said

    @mas Truthseeker
    .. 😉
    Trim’s mas, anda sungguh sangat teliti.
    Sesungguhnya favorit adalah tarjamaah v. Departemen Agama Replublik Indonesia.
    Disana dijelaskan bukan saja pokok bahasan, namun juga sub bahasan sehingga seringkali saya tidak kehilangan kontekstual dan relasional.
    Suatu contoh jika saya hanya membaca [QS 91:8], dalam hal ini yang dibicarakan adalah jiwa seperti yang mas Truth definisikan, bukan “nyawa“, karena dalam pemahaman saya “nyawa” := “ruuh”.
    Ada kasus lain yang sebenarnya masih tertunda, yaitu “mengenai bulan yang terbelah”. (QS 54:1), didalam terjamaah versi Depag maka selayaknya kita harus (baca: setidaknya 1 s/d 8 ).
    Artinya para penterjemaah Al Qur’an masih menggunakan standar baku. Satu suhuf (baca: satu lembaran) diartikan dalam bentuk sub bahasan, misalnya dalam surah Al Alaq 1 s/d 5 := satu Suhuf sehingga dalam mencari pemahaman ayat tersebut minimal harus dibaca dan dimaknai 5 ayat.
    Kembali ke contoh “bulan terbelah” :
    Pernah terbelah := “Ya”, tertabrak meteor.
    Akan terbelah berkeping-keping := “Ya”, saat kiamat akan tiba.

    Memang tambah bingung kalau saya pakai tarjamaah “Luar Nagrek” 😀

    Suka

  42. haniifa said

    Alhamdulillah…
    Jadi nggak bingung neeh 😀

    Bulan Terbelah, kita, dan Gugel

    Firman Allah di surah Al Qamar:
    _______________________________
    Bismillahir rahmanir-rahim
    1. Telah dekat kiamat itu dan telah terbelah bulan.
    .
    .
    7. … mereka keluar dari kuburan
    8. … Orang-orang kafir berkata: “Ini adalah hari yang berat</b.”

    *)
    Ingat “satu suhuf” 😀

    Al Qiyaamah (QS 75:1-3)
    ______________________________
    Bismillahir rahmanir-rahim
    1. Aku bersumpah dengan hari kiamat,
    2. dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali.
    3. Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?

    Al Infithaar (QS 75:1-4)
    ______________________________
    Bismillahir rahmanir-rahim
    1. Apabila langit terbelah,
    2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,
    3. dan apabila lautan dijadikan meluap,
    4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

    Saya relasikan yach !!
    _________________________
    Siapa yang amat menyesali diri ??
    Jawab: Orang kafir yang berkata “Ini adalah hari yang berat”

    Kenapa orang kafir menyesal ??
    Jawab: Orang kafir di bangkitkan dari kubur oleh Allah dan dikumpulkan kembali komponen kehidupannya, walaupun mereka sudah menjadi tulang belulang.

    Kapan terjadinya ??
    Jawab: dan telah terbelah bulan

    Bagaimana terjadinya ??
    Jawab: pecahan-pecahan bulan terjatuh menimpa bumi bagai bintang-bintang (baca: meteor besar), sehingga meluapkan lautan.

    Wallahu’alam.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  43. aburahat said

    @Hanifah
    Sulit mas klu kita membaca Alqur’an dg tafsirnya hanya dr satu kitab. Krn menafsirkan Alqur’ banyak dipengaruhi oleh EGO, oleh MAZHAB yg dianut, oleh pengetahuan bahasa dan jg pola berpikir. (tafsir lho bukan arti/terjemahan) cth: Arti berdasakan bahasa dlm Surah Al Qamar adalah: TELAH DEKAT “SAATNYA” DAN TELAH TERBELAH BULAN. Yg menyebabkan anda bingung karena SAATNYA ditafsirkan dg KIAMAT. Jd akan membingungkan. Apa/dimana hubungan KIAMAT dg dan bulan yg sdh terbelah ,Apakah pertanda klu bln sdh terbelah KIAMat sdh dekat? Mari kita pergunakan AKAL. Rasul baru menyampaikan Islam sbg RAKHMAT utk kita. Tapi tiba2 dikatakan KIAMAT sdh dekat. Sdg kita baru memulai belajar beragama. Apa itu KIAMAT kita blm paham (krn Rasul br sdg menjelasakan mengenai Islam termasuk KIAMAT dr versi Islam) Jd tdk logik apablla yg dimaksud dg SAATNYA adalah KIAMaT
    Mengenai dlm satu suuf, anda hrs ingat bahwa tdk semua surat yg mengandung arti yg satu menerangkan yg lain atau ada hubungannya. Cth yg mudah ttg penciptaan MANUSIA ( Nabi Adam ) kita temukan dlm beberapa Surah. Semua ada hikmanya. Wasalam

    Suka

  44. truthseeker said

    @haniifa

    Mas Agor kemana nih koq gak pernah muncul?, sehat2 saja khan beliau?

    Suka

  45. haniifa said

    @mas Aburahat
    Nyatanya saya tidak kesulitan 😀

    @mas Truthseeker
    Mungkin sedang panen, “sawahnya” mulai menguning 😀

    Justru mas Abudaniel kemana yach !!

    Suka

  46. aburahat said

    @Hanifah
    Alhamdlillah

    Suka

  47. abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Haniifa,
    Untuk posting yang ini, lagi nyari-nyari bahan.
    Masaalahnya, nggak bisa asal koment. Entar arahnya jadi nggak karuan-karuan. 😀

    Saya lagi surf ke postingan yang lain.
    Wassalam,

    Suka

  48. haniifa said

    Wa’alaikum Salam,
    @Mas Abudaniel
    Sekali-kali “kita” gantian sama @mas Agor, biar nyaho dia… kalau naik mobil bak terbuka… gigi bisa kering kerongtang.
    (enak ajah… pakai mercedes benz terrusss 😀 )

    Wassalam, Haniifa.

    @
    Wah asyik naik bak terbuka…. namun, yang jelas saya punya mobil kijang, meskipun umurnya sudah lumayan tua, tapi masih greng dan sebuah motor suzuki yang cicilannya sudah lunas. Jadi jangan sampai ada yang “menuduh” bahwa saya tidak ingin naik mersi atau menyangka saya punya mobil mewah yang dalam mimpipun belum tentu dapat….. 😀

    Suka

  49. abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Mas Haniifa,
    Mendingan pakai pick-up bak terbuka. Ini pake motor butut 😀

    Wassalam,

    Suka

  50. haniifa said

    Wa’alaikum Salam,
    @Mas Abudaniel
    hi.hi.hi
    Mudah-mudahan Jum’at-an kali ini, sandal mewah-nya nggak ketuker sama sandal butut.
    (duhh… mending buat kita-kita yach 😀 )

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  51. haniifa said

    Assalamu’alaikum, @Kang Agor
    Punten nuju ngantosan kawan pada tema ini…. 😀

    Hatur nuhun.

    #Haniifa.

    Suka

Tinggalkan komentar