Mampukah Manusia Mengubah Takdir ?
Posted by agorsiloku pada Maret 16, 2008
Selalu menggelitik memang untuk memahami apa yang akan terjadi esok, lusa, minggu depan, tahun depan, atau seratus tahun ke depan !. Apakah takdir bisa berubah?, apa yang menyebabkan perubahan takdir, dimana Allah berposisi dan melakukan reposisi terhadap takdir?. Dan banyak lagi pertanyaan di wilayah ini.
Tidak heran pembuat buku Salat Smart yang bukunya sudah beredar di negeri Jiran mengulas dan mempertanyakan : Perlukah Memilih Takdir. Satu pertanyaan yang saya jadi ragu mengelaborasinya, karena memang ada beberapa pandangan dalam cara kita melihat takdir.
Saya sih inginnya keukeuh atau ngotot lebih melihat bahwa takdir itu adalah ketentuan Allah. Dan ketentuan itu tidak akan mengalami perubahan ataupun kalaupun berubah, maka manusia “ditakdirkan” untuk tidak mampu mengamati perubahan dari takdir itu sendiri.
Lha !. Kok begitu…. !?. Lha iyalah… kan Allah sudah berpesan : QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. Pesan ini menegasi bahwa kita tidak akan dapat menemukan perubahan (melalui pengamatan) bahwa takdir mengalami perubahan. Jadi apa saja yang kita akan jalani dalam kehidupan, termasuk mimpi-mimpi sekalipun berada dalam arena yang telah ditetapkan. Kemanapun kita melakukan pilihan melangkah, termasuk menghindari terantuk dari batu, atau memilih makanan pedas atau asin, semua adalah pilihan dari takdir. Jadi kemanapun kita berjalan, kita akan memenuhi takdir kita !.
Jadi, mungkinkah mengubah takdir?. 😀
Pertanyaan yang aneh ?. Namun, setidaknya kita menangkap dua pengertian terhadap takdir dalam teologi sosial masyarakat :
Pertama, takdir sebagai prosesi kejadian — as a result — Ketika manusia berada pada posisi beruntung, entah menang undian atau diterima untuk bekerja, maka yang bersangkutan mencapai suatu posisi dari pilihan takdirnya.
Kedua, takdir sebagai suatu ketentuan yang tidak mengalami perubahan dan telah berlaku sejak dahulu, seperti disampaikan ayat di atas. Dalam pemahaman ini, tentunya bekerja aksi-reaksi, hukum-hukum alam atau hukum fisika yang diberlakukan sejak penciptaan pertama terhadap hukum-hukum alam semesta.
Kembali ke pertanyaan awal : Dapatkah manusia mengubah takdir?. Lha, pertanyaan ini sulit juga ya dijawabnya. Kok ditanya lagi !, bukankah kita tidak akan mampu melihat perubahan takdir. Tapi, jelas pula bahwa Allah juga tidak menyebutkan bahwa takdir itu tidak akan berubah, bisa berubah, namun manusia tidak mampu menemukan perubahannya. Kalau begitu, bagaimana manusia tahu bahwa telah terjadi perubahan takdir !.
Apa pula peran manusia dalam melakukan pilihan takdir ?. Usaha !. Usaha manusiakah ? atau takdir manusia untuk berusaha !?. Ataukah menyerah ?. Dan menyerah, berputus asa pun tidak lepas dari takdir Illahi !.
zal said
::apakah manusia sudah mengenali takdirnya…???, jika belum kenal bagaimana mengubahnya…???, atau apakah mungkin takdir miskin secara fisik yg dimaksud, dahulu masa kecil saya menikmati rumah yang dalam dan luarnya berlantai tanah, saat ini meskipun tidak kaya raya, namun saya menikmati ruang kantor tersendiri, ber AC, ada laptop gratisan, mobil serta rumah yg baik sekali menurut ukuran saya..apakah saya merubah takdir saya…???, tidak…, saya hanya menjalani dengan apa adanya…, semua bergerak mendatangi saya,,,, hebatkah saya..???..hebatkah amal perbuatan saya…???, tidak… namun Allah memahamkan saya bagaimana DIA bekerja..memberi dan atau mengambil…, kenalilah Pembuat Taqdir…dan hadapi dengan senyuman… 😉
@
Alhamdulillah… senang mendengarnya. Kata kuncinya “… saya hanya menjalani apa adanya… bergerak mendatangi”. Mas Zal merasakan getaran dari pemberian rezki ketika usaha dan ukuran kepintaran yang di
milikianugerahkan dimanfaatkan sesuai dengan ukuran yang telah diterima.Pesan rejeki pada AQ juga disertai teguran untuk mengingat Pembuat Taqdir… 😀
SukaSuka
haniifa said
::mas Zal::
Setuju, blom kenal kok bisa ngubah… 😀
Masa lalu adalah takdir yang telah dibukakan tabirnya, saat ini dan masa depan adalah perjalanan 2 pilihan takdir yang akan dihadapi.
@
Saya kerap masih bingung, bagaimana
menjelaskanperubahan takdir, sedangkan Allah berfirman bahwa sekali-kali manusia tidak akan dapat melihat perubahan dari sunnatullah. Kalau begitu, artinya kita tidak akan pernah bisa melihat takdir itu berubah !SukaSuka
Anonim said
menurut pengetahuan sya takdir itu ad 2 yang pertama takdir yang tdak bisa diruba n yang kedua takdir yang bisa diruba contoh takdir yang tdk bisa druba sperti orang skit dia uda brusaha untuk sembuh sampek dia berobat ke dokter tpi allah berkehendak dia mati maka matila dia, yang kedua contoh takdir yang bisa diruba seperti orang yang uda kecanduan narkoba tdk ada hari tanpa narkoba tp dia berusaha untuk berhenti akhirx dia bisa berhenti memakai narkoba… itulah takdir yang bisa diruba
SukaSuka
dani said
ya mungkin takdir dia untuk berhenti kecanduan narkoba bukan semata mata dia merubah takdir tapi takdir yang membuat dia berubahhhh ,
SukaSuka
Anonim said
yang perlu di pahami manusia hanya berhak menjalankan perintahanya tanpa harus tau balasanmya.itu nama nya ikhlas……
SukaSuka
M Shodiq Mustika said
Sepertinya Pak Agor salah paham terhadap tulisan saya. Mungkin karena hanya dibaca sepotong-sepotong. Mudah-mudahan naskah buku Ayo Ubah Takdir bisa segera saya selesaikan. Setelah itu, Pak Agor bisa membaca tulisan saya dengan lengkap.
Saya sendiri tak ingin berdebat kusir dengan siapa pun, apalagi dengan Pak Agor yang sudah saya anggap sebagai sahabat-dekat di dunia maya ini.
Saya tidak ingin mengulang debat yang sia-sia antara aliran Qadariyah dan Jabariyah.
Masih ada banyak urusan lain yang lebih penting dan lebih mendesak.
@
Mas Shodiq, boleh jadi saya salah memahami tujuan dari tulisan Mas, meskipun saya membacanya lebih dari satu kali dalam 3 kali kesempatan yang berbeda. Sudilah memaafkan ya…. Sama seperti saya merasa tak sanggup menjawab :Perlukah memilih takdir…
Setuju, jangan berdebat kusir. Jangankan dengan Mas, dengan pengunjung yang menulis tajam komentar yang melecehkan di blog inipun saya tak mau berdebat kusir.
Manusia tempatnya salah dan lupa 😀
SukaSuka
Dan said
Saya bingung (maklum newbie). Jika ada kasus begini:
Seseorang dilahirkan dari keluarga sangat tidak mampu dan ia bukan seseorang cerdas gemilang. Karena keadaannya itu, hidupnya selalu susah. Ia sudah berusaha dan berusaha, namun hidup belum membaik juga.
Ini takdir, atau cobaan?
Bagaimana kita bisa mendefenisikan sesuatu sebagai takdir?
–Dan
@
Membahas takdir, saya juga sangat awam dan sama : sedang belajar. Jadi, jawaban/komentar ini bukanlah satu jawaban tapi tidak lebih dan kurang hanya satu model berpikir saja yang sejak dari dulu juga orang memikirkannya. Terutama di bidang filsafat.
Dari contoh Mas Dan, yang dapat saya pahami antara lain beberapa hal :
1. Hidup manusia diciptakan sebagai khalifah yang memakmurkan bumi. Artinya ada tugas yang diemban sebagai manusia.
2. Perjalanan hidup manusia di bumi adalah masa transisi pendek sebelum masuk ke area yang sesungguhnya :Surga dan Neraka sebagai tujuan akhir. Jadi dalam konteks ini, pada orang yang dilahirkan dari keluarga sangat tidak mampu itu adalah bagian dari perjalanan pendek menuju tujuan akhirnya.
3. Setiap orang ditentukan Allah kadarnya. Artinya potensi dirinya dan lingkungannya, berapa bakal ukuran rejeki, kemampuan berpikir, dan berbagai hal lainnya yang diberikan secara unik kepada setiap orang. Perbedaan ukuran-ukuran itu menjadikan antara manusia berbeda. Ada orang dengan IQ jenius dengan berbagai kemudahan rejeki, ada yang dalam perjalanannya sakit-sakitan, cacat dan menderita.
4. Pernyataan keadaannya susah atau menderita adalah fakta komparasi secara materi susah dan melihat orang lain (atau dilihat orang lain susah). Ini adalah pola pandang manusia kepada manusia lainnya. Titik nilai relatifitas dari bahagia, dari rasa syukur dan pilihan yang diambil. Ada orang miskin ingin kaya, dan orang kaya yang bermewah-mewah atau memilih hidup sederhana, vegetarian, atau zuhud malah…. menjauhkan diri dari kemewahan dunia. Memahami kebahagiaan dari materi, dari rasa syukur dan takwa adalah salah satu “rahasia” manusia dalam menjalani kehidupannya. Kadang ini begitu sulit pula dinilai oleh orang lain. Namun, secara umum, ketika dambaannya materi, maka segala hal yang tidak kaya, kekurangan, dlsbnya membuat tidak bahagia. Ini pandangan sosial yang memang sudah begitu merasuk dalam pikiran banyak dari kita-kita.
5.Selalu berusaha dan selalu berusaha namun belum membaik dipandang (umumnya) dari segi materi. Kalau dilihat dari sisi lain, kita juga belum tentu tahu. Mungkin setitik air susa pemberian dari tetangga bisa membuatnya bahagia.
6. Takdir atau cobaan. Saya tidak tahu, ini rahasia Allah kepada hambaNya. Bukan hanya pada dirinya, tetapi juga pada sekelilingnya. Manusia yang menjalani derita adalah cobaan atau pengampunan dosa bagi dirinya sekaligus ujian bagi tetangga atau dokter sebagai kesempatan/peluang yang diberikan Allah kepada mereka untuk beramal shalih. Seorang isteri adalah rahmat dan pasangan, sebagai pakaian bagi suaminya, sekaligus juga sebagai ujian sebagai pemimpin rumah tangga. Segalanya jalin menjalin. Kita tidak bisa memilah satu titik untuk membenarkan persoalan lain. Begitu menyatu dan komprenhensif (dan bagi manusia) juga menjadi rumit (atau sederhana). Tentunya ada syarat keimanan di dalam hati manusia, ada do’a dan upaya (ikhtiar) sesuai dengan potensi (kadar) dari yang bersangkutan.
Pertanyaan terakhir : Bagaimana kita mendefinisikan sebagai takdir?.
😀 itu yang juga saya sedang pikirkan, mengikuti kadariyah, jabariah, atau di antaranya 😀 , atau sederhana saja. Ketentuan Allah adalah takdir yang tidak akan mengalami perubahan (hukum Allah). Begitu juga ukuran-ukuran yang diberikan Allah kepada manusia (potensinya). Potensi yang dimiliki manusia itulah yang menetapkan pilihan takdir yang dapat dijalani oleh ybs. Doa yang dilantunkan, permohonan dan kesabaran sebagai petunjuk yang disampaikan kepada manusia (AQ atau Hadis) adalah tuntunan dari Allah untuk mengambil pilihan takdir yang disediakan bagi yang bersangkutan dan juga jalin menjalin dengan lingkungan keseluruhan atau terdekatnya.
Mohon maaf jika jawaban ini belum cukup menjelaskan….
Salam, agor
SukaSuka
David Christi Schuurmans said
boleh bertanya ya ? begini,seorang pria yg sudah berusaha membuka suatu usaha,yg pertama buka depot,tapi berhubung sepi tutup,tapi maklum krn tempatnya kurang memadai meskipun masakannya enak selama setengah tahun,terus pindah ke kantin sekolah anak bangsa,jualan pangsit,cukup laris,didlm perjalanan keluarga ini berantakan istri minta cerai,pikiran warasnya tdk dipakai sang isrti,krn cerai usaha ikut hancur,keluarga hancur dan usaha hancur,dan akhirnya si pria tsb,jadi orang pengangguran sampai saat ini,keadaan stress,istrinya juga stress krn dipengaruhi bapaknya dan keluarga, mau cari kerja tdk mungkin ada yg mau krn ijasa cuma SMA dan di selesman nggak bisa krn tdk pandai omong,maunya di kantoran krn dia pasti bisa dan dpt dipercayai dlm bendaharawan,memang pemuda ini jujur bisa diandalkan,dia berharap ada orang yg terbeban dgn nya utk di jadikan orang kepercayaan tanpa formalitas,dia inginnya saling percaya,nah, dgn kejadian ini apakah pemuda ini masih ada harapan utk berkembang,berkarya,berbuah dll? ke 2. apakah bisa nasib pemuda tsb menjadi nasib yg gemilang ? sebenarnya dia itu multi talenta,bukan pemuda biasa,umurnya skr 36thn,memang dia hidup susah dan kekurangan. mohon di jawab,thangs
SukaSuka
agorsiloku said
Mas David, maaf terlambat menjawab. Sulit rasanya merumuskan masalahnya. Kita tentu sama ma’lum bahwa, jawaban sebab akibat dan berbagai alasan lain yang diungkapkan tidak akan cukup menjadi ‘pembenaran’ atas peristiwa. Yang mengalami, pemuda ini tentulah telah berjuang begitu keras dan berusaha dengan beragam upaya, namun apa mau dikata, beragam kejadian memukul dirinya. Pertanyaan yang tertuang pada kisah ini, saya juga tidak tahu jawabannya. Menasehati itu mudah, mengalami sendiri peritiwanya, dapat membuat kita kehilangan kemampuan untuk memahami nasehat. Saya percaya, sang pemuda tadi, sudah sangat tahu jawabannya. Tahu kemana dan bagaimana seharusnya (sebaiknya) bersikap.
Suatu ketika, ketika saya sendiri sedang terpuruk dan jauh dari ‘kemenangan’, dalam sujud saya berdo’a :”Ya Rab… saya begitu lemah dan tak berdaya, saya tidak tahu harus berbuat apa lagi…., saya pasrahkan apa yang menjadi kehendakMu. Ya Allah yang maha Pengampun, ampunilah kesalahan hambaMu, Ya Allah yang Maha Memiliki, Maha Kaya, tolonglah hambaMu ini, berilah kemampuan untuk memiliki semangat berjuang, berilah kekuatan untuk tetap dapat meraih rizikimu. Hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan….”
Pada satu ketika yang berdekatan, berkunjung ke saudara. Entah mengapa, saudara yang dikunjungi dalam satu obrolan kemudian mengingatkan “… seharusnya kamu bersyukur dengan apa yang telah….(panjang tegurannya).”
SukaSuka
haniifa said
@Dan
“Bagaimana kita bisa sesuatu sebagai takdir?” Definisi takdir bisa dibaca disini
Saya lengkapi komen no:2
Masa lalu adalah takdir yang telah dibukakan tabirnya (tapi jangan lupa, Allah mengetahui takdir masa depan, yang akan menimpa suatu kaum/personil ) saat ini dan masa depan adalah perjalanan 2 pilihan takdir yang akan dihadapi.
Akankah suatu takdir datang pada waktu bersamaan ?? Ya.
Misalnya, kasus Nabi Ibrahim a.s : Api membakar kayu, pada saat yang bersamaan juga api tidak membakar Nabi Ibrahim a.s
@
😀
SukaSuka
qarrobin said
Gabung boleh ya……………
medan magnet yang kuat, ditambah dengan medan listrik yang kuat, maka tumpang-tindih kedua medan ini akan menciptakan teleportasi seperti percobaan Philadelphia.
Medan listrik yang kuat ini tidak akan membakar manusia, sebagaimana Nabi Ibrahim yang tidak terbakar Api Namrudz
SukaSuka
M Shodiq Mustika said
@ Agor
Terima kasih atas pengertiannya.
@ Dan
1) Tidaklah penting apakah itu tergolong “takdir” ataukah tidak. Ini hanyalah istilah. Yang penting adalah bagaimana sikap dan amal kita dalam menghadapi sesuatu yang kita sebut “takdir” atau “cobaan” itu.
2) Saya berpendapat bahwa definisi “takdir” tidak perlu kita tetapkan secara kaku karena tidak penting. Kalau memang definisi itu sangat penting, tentu ada ayat atau hadits yang menyebutkannya.
@
Salam Mas Shodiq,
Kalau menurut saya sih, takdir telah didefinisikan oleh Allah dalam ayat-ayatnya tentang alam semesta, tentang sikap, tentang janji, tentang do’a tersirat dan tersurat. Dan definisi yang dapat saya pahami adalah yang dalam postingan ini 😀 (dan tentu saja nanti dari bukunya Mas Shodiq yang akan segera terbit), bukunya Agus Mustofa, atau ulama masa lalu atau temporer yang banyak sekali menguraikan dengan sangat jernih dan dalam. Termasuk tentunya Ibnu Rusyd, Ghazali, Muh. Abduh, dan lain-lain.
Dalam konteks kemasyarakatan yang terjadi, pengertian takdir dan implementasinya sangat mempengaruhi sikap pemimpin politik dalam mengelola yang dipimpinnya. Bahka kerap menjadi alat kekuasaan untuk menyerah, melawan atau menundukkan bangsa lain.
Kebanggaan akan takdir telah menjerumuskan bangsa Aria sebagai bangsa terpilih (masa hitler), Israel juga. Sikap pasrah dan nrimo menjadi budaya yang dipahami sebagai proses tidak berusaha menjadi bagian dari proses budaya yang diterima sangat luas dalam berbagai lapisan; khususnya di dunia “timur”.
Perpecahan bangsa dan golongan dalam keberagamaan juga muncul dalam berbagai versi takdir. Tentu ini tidak bisa berdiri sendiri. Namun, membahasakan takdir sebagai hal yang mempengaruhi cara pandang, begitu luasnya terjadi di berbagai belahan dunia. Apalagi jika kita melihat wangsit lalaning jagat. Raja beranak raja dan harus menjadi raja menjadi konsepsi yang diajarkan kepada masyarakat (baca: rakyat jelata) untuk menerima takdirnya sebagai pilihan satu-satunya untuk tidak keluar dari lingkaran ini.
Firaun memanfaatkan (menjadikan dirinya) sebagai Tuhan dalam konsepsi zalim terhadap bangsanya dan menjadikan budak bangsa lain sampai akhirnya Allah mengirimkan Nabi Musa untuk mengubah takdirnya ke takdir yang lain….
SukaSuka
the70no said
Salam,
Walahh…jlimet nich 😀
“Kalau memang definisi itu sangat penting..??”
Allah berfirman:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS 1:6)
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” ( QS 1:7)
Begitu pentingnya, sehingga Allah menetapkan pada Umul Kitab.
lalu…
Agar manusia tidak lupa/melupakan Allah, sehingga setiap raka’at shalat wajib dibaca.
Saya faham maksud definisi perspektif transenden perspektif empiris yang mas M. Shodiq utarakan, dalam kontek takdir.
Misalnya, kasus Nabi Ibrahim a.s : Api membakar kayu, pada saat yang bersamaan juga api tidak membakar Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim a.s memilih dibakar oleh api walaupun mengetahui bahwa sifat api panas. Atau dengan kata lain beliau tetap rido menerima kematiannya dengan dibakar (perspektif empiris)
Kemudian….
Allah mengubah sifat api dari panas mejadi dingin untuk Nabi Ibrahim a.s akan tetapi sifat panas untuk kayu tetap.
Subhanallah…Nabi Ibrahim a.s tentu bertanya-tanya kenapa…
Api yang seharusnya panas jadi dingin, padahal aku telah memilih takdirku…?? Pastilah Allah yang telah mengubahnya.
Selanjutnya bagaimana prosesnya ??…tentu pertanyaan tidak akan pernah terjawab.(perspektif transenden).
“tentu ada ayat atau hadits yang menyebutkannya.”
Saya heiran…copy paste komentarnya.
Haniifa:
——–
Oohh.
Jadi takdir itu tidak bisa di rubah, tetapi pada hakekatnya bisa di pilih tergantung perspektif … 😀
@ haniifa
Anda salah paham.
Dalam perspektif transenden, takdir itu tak bisa diubah dan tak bisa dipilih. Tapi dalam perspektif empiris, takdir itu bisa diubah dan bisa dipilih. Hanya saja, Allah dan Rasulnya tak pernah secara eksplisit menyuruh kita memilih. Yang diperintahkan adalah “mengubah”. Lihat QS ar-Ra’du 11.
————-
Wasalam.
@
Catatan yang menarik dari Mas the70no. Baru terperhatikan pada peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim, panas bagi Nabi Ibrahim menjadi tidak berlaku, tapi tetap berlaku bagi kayunya….
Selebihnya, kalau tak berkeberatan, ijinkan saya memberikan sedikit bahan pemikiran sendiri yang boleh jadi keliru, khususnya dalam bagian akhir komentar Mas the70ono… :
Saya sedikit terkejut dengan pengertian “Allah dan Rasulnya tak pernah secara eksplisit menyuruh kita memilih”. Benarkah !, rasanya kita selalu mendapati informasi “petunjuk bagi orang beriman, berakal, sedekahlah, berzakat, berkasih sayang, hormati orang tua, kasihi anak yatim, pilihlah wanita yang kamu sukai satu dua atau…, adil itu lebih dekat kepada, tidakkah kamu melihat…. ” dan sejumlah petunjuk (arah) lainnya serta resiko-resiko dari yang mau menerima atau mengingkari petunjuk. Mungkin kita dapat renungkan kembali… apakah itu sebuah tawaran, sebuah penawaran pilihan (lengkap dengan konsekuensinya) ataukah bagaimana?.
Termasuk yang diperintahkan, diperintahkan namun manusia dapat menolak perintah adalah sebuah pilihan. Secara keseluruhan petunjuk Allah adalah pilihan. Bahkan di awal perjanjianpun (yang manusia telah melupakan – lupa – tidak ingat), ketika menerima amanat adalah pilihan yang mahluk lainnya tidak mau menanggung amanat sebagai khalifah….
Perintah mengubah pada konsepsi Ar Rad 11 bukanlah mengubah takdir/sunatullahnya, namun memilih takdir seperti kisah Nabi yang berpindah dari dinding yang akan rubuh ke tempat lapang. Nabi menjelaskan bahwa Beliau berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain. Begitu juga ketika Ali (kalau tidak salah) tidak berperang tidak mau masuk ke daerah (kampung) yang ada wabah penyakit.
Perihal perpektif transenden dan empiris dalam konteks agama tidaklah akan “berselisih jalan” apalagi memilah AQ dalam konteks transenden dan empiris (saya pahami sebagai pengamatan rasional, uji, fakta). Keduanya haruslah sinambung, atau saya memang belum berhasil memahami pesan AQ dengan baik. Pola berpikir bahwa pendekatan AQ dipahami dibedakan dengan pendekatan empiris akan memiliki resiko tidak tersampaikannya pesan AQ dan kemudian kita memahami dalam pesan “manusia sendiri”.
Boleh jadi memang karena dalam seluruh isi blog ini saya berusaha untuk memahami (bukan menafsirkan) AQ melalui transformasi dari AQ sendiri, bukan dari sudut pandang lain, termasuk dalam pendefinisian sesuatu (dalam hal ini pemahaman takdir).
Sisi lain yang ingin juga saya sampaikan. Kalau Allah menjelaskan bahwa takdir tidak akan bisa diamati perubahannya, saya tidak berani bilang :”itukah dari perspektif transenden, dalam perpektif petunjukMu ya Rab…., sedang dalam perpektifku sebagai hambaMu bukan begitu, tapi….”. Kemudian satu pertanyaan menggeluti hati :”Sedang memahami satu ain saja belum sanggup apalagi mengkhatamkan, saya tak berani untuk mewacanakan sekalipun untuk mencari pendekatan dalam seluruh akal berpikir saya”.
Sekali lagi mohon maaf atas catatan penegasan ini…. Salam selalu dan terimakasih atas kesudiannya berkunjung. Semoga catatan ini menambah erat tali persaudaraan antara kita…. 😀
SukaSuka
haniifa said
@the70no
😉
SukaSuka
zal said
::sepertinya Ibrahim tidak memilih takdirnya, namun sesuatu memaksa dan menjemput Ibrahim AS, untuk menemui taqdirnya, dengan itu mengenallah Beliau dengan Sang Pembuat Taqdir, Penyembelihan Ismail, dan dibakar Api adalah kondisi yg disebabkan adanya, koq sepertinya ada yg membangun sebab bertemunya dengan taqdir, yang sejatinya agar mengenali pembuat Taqdir… “jika tiba waktunya akan Kami paksa mereka untuk menemui waktunya…”
@
Salam Mas Zal… lama tak bersua.
sepertinya Ibrahim tidak memilih takdirnya –> dalam pemahaman saya mengenai takdir adalah seluruh peristiwa, sebab akibat, aksi reaksi, menerima dan menolak, adalah takdir. Jadi takdir tidak pernah lepas sesaatpun dalam keberadaan mahluk hidup dan segala yang diciptakan.
Ketika kaki melangkah dan mata tertutup, maka kaki bisa berjalan dengan baik tidak terantuk : Itu adalah takdir. Ketika terantuk, itu juga adalah takdir, ketika tidak mau berjalan karena mata tertutup : itu juga takdir.
Ketika makan enak dan sakit perut, itu juga takdir. Lalu minum obat maka itu juga takdir. Semua pilihan baik dengan kesadaran atau tanpa kesadaran adalah takdir.
Ketika Mas Zal didatangi rahmat, mobil, laptop gratis, rumah lumayan mewah itu adalah takdir. Kalaupun ditolak, itu juga takdir. Takdir ada dalam setiap peristiwa, begitu juga pilihan-pilihan.
Eh… maaf kalau saya keliru lho.. itu pemahaman saya…. yang sangat boleh jadi perlu dikoreksi. Insya Allah akan saya terima dengan lapang dada…. 😀
SukaSuka
Anonim said
terimakasih
SukaSuka
haniifa said
Salam,
@Zal
Saya kira, kesudahan pemilihan takdir adalah, seperti yang digambarkan oleh ayat berikut:
“Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israel meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.” (QS 2:182)
Wasalam.
SukaSuka
haniifa said
@Mas Agor
Kayaknya kopinya udah terasa hangat … 😀
Semakin menyejukan hati…eh jangtung hati…eh…jantung doang…waaawallah …saya bingung sendiri ?? 😦
@
🙂 😀
SukaSuka
Apa pilihan takdir anda ?? « Haniifa said
[…] takdir yang menarik juga dapat dibaca disini Masa lalu adalah takdir yang telah dibukakan tabirnya (tapi jangan lupa, Allah mengetahui takdir […]
SukaSuka
abdulsomad said
Assalamualaikum
amal agama dapat mengubah takdir manusia
Insya ALLAH
SukaSuka
Ayruel chana said
Gabung boleh ya……..
Takdir memang takkan bisa dirubah.kalau kita bisa merubah ketentuan Allah,berarti Allah lemah.”Kalau lemah bukan Robbul Alamin namanya.Yang akan kita perhatikan adalah: Takdir itu tidak diketahui.kecuali yang telah di kasih tahu,misalnya masa lampau kita.Bisa kah kita merubah masa lampau kita?tentu tidak.Kalau ingin mengetahui masa depan kita,ya…..berusahalah anda!dengan baik atau buruk kah.maka nantinya akan anda dapati masa dimana anda memperoleh hasil dari usaha anda itu.baik atau buruk.Jadi yang ada hanya dari buruk kemarennya menuju baik esoknya,atau sebaliknya.
SukaSuka
Ayruel chana said
Menanggapi takdir itu bisa kita pilih……..
Sepengetahuan saya…kalaupun anda pilih A…….Allah Sudah tahu
Takdir anda A
Kalau anda pilih B demikian juga
Permasalahannya anda tak tahu pilihan anda A atau B kah akhirnya.
Akan tetapi Allah maha Tahu akan segala-galanya. Makanya Allah Sudah menetapkan Takdir dan takkan merubahnya.
Allah takkan merubah nasib suatu kaum,kecuali kaum itu mau merubahnya.
Ingat …..bukan Allah yang merubah .
Tapi Kaum itu merubah dari yang buruk ke yang baik atau sebaliknya
Dan apapun pilihannya,Memang itulah takdir yang telah Allah tetapkan.
@
he…he…he… Mas Ayruel sudah lebih menjelaskan dari yang bisa saya jelaskan… 😀
Trims ya Mas…. 😀
SukaSuka
hazetic said
setuju!!!
passsss….jadi ngomongin orang jd psk atw pembunuh itu bukan keinginan Allah tp keinginan org tsbt….
masa iya lo masuk neraka…lo masuk surga ditentuin ama Alloh….
lha ujianya mana??
adilnya mana???
bener bgt kata Ayruel: kita belum tau takdir kita tetapi Alloh sudah lebih dahulu tau sejak awal kita diciptakan…kemudian Alloh mencatat takdir kita….
SukaSuka
abdulsomad said
Assalamualaikum
mengubah Takdir bukan berarti ALLAH lemah
tapi memang sudah menjadi ketentuan ALLAH juga, takdir itu bisa dirubah
merubahnya dengan AMAL AGAMA, dengan sholat 2 Rokaat, dengan Doa, dengan Puasa, dengan Sedekah
Dengan Usaha….
Dalam AL-Quran ALLAH sudah berfirman : ….ALLAH tak kan merubah nasib suatu kaum kecuali oleh kaum itu sendiri…
Dan yg paling penting adalah merubah takdir kehidupan akherat kita, karena kehidupan akherat ini tergantung usaha kita di dunia
sementara takdir kita di dunia sendiri (kaya miskin kita didunia ini) sudah ditentukan ALLAH, jadi tak perlu usaha yg terlalu habis habisan.
semoga bermanfaat
@
Wass. Wak Somad… rindu juga nih didatangi Uwak…
Setuju saja uwak mengenai apa yang telah uwak jelaskan… tetapi, jadi ada ganjelan juga nih… Tidak perlu usaha yang terlalu habis-habisan… maksud uwa piye toh… Nantinya kita dibilang tidak mau usaha saja, ntar bisa mendistorsi pemahaman pasrah bukan lagi berserah diri, tapi nggak mau berusaha…. 😦
SukaSuka
Ayruel chana said
Apapun pilihan Anda,Allah Sudah mengetahui sebelum anda memilih,karena Allah Maha Tahu.
Permasalahannya : Anda tak mengetahui takdir Akherat anda (di surga atau di Neraka)
Kalau anda memilih atau menginginkan surga….Lakukan perintahnya,Tinggalkan larangannya.(titik)
Kalau tidak …….ya sudah…tanggung akibatnya.
Abdulshomad….Inggat …..kaya bukan banyak harta……
Miskin bukan sedikit harta………
Tapi kaya adalah kaya Islam & Iman (dll) walau dia banyak/sedikit harta
Miskin adalah kurang Islam & iman (dll) Walau dia banyak/sedikit harta.
Jadi bukan nggak boleh kita untuk menjadi kaya….asal ..(anda tahu sendiri)
Pertanyaan saya Manusia adalah Kholifah di muka bumi.
Kata Kholifah bukan berarti pemimpin saja…tapi bisa bermakna
Pengelolah..
Jadi tugas kita menjadi Kholifah(pengelolah) Bumi ini.Karena Manusia mempunyai kemmapuan untuk itu….Kalau takkan mampu takkan ALLAH beri Pangkat manusia menjadi KHOLIFAH.
Manusia Takkan Sanggup mengelola Bumi ini kalau dia berpaling dari ketentuan ALLAH.Jika dia berpaling dari ketentuan ALLAH,maka hasilnya adalah kehancuran..!!!!
Contoh …Perzinaan,Perperangan,Narkoba,dan lainnya.
hanya akan mendatangkan Malapetaka,bencana dan lainnya.
Atau…meninggalkan sholat,puasa,zakat, dan lainnya……
Hmmmmm hasilnya anda tahu sendiri……(nggak bakalan bener pekerjaan anda)
Kecuali orang2 yang bersekutu dengan IBLIS.
Na’uzubiLLAHI min Zaalik.
@
Saling menasehati… ini ciri orang yang ingin terlepas dari keadaan merugi…. 😀
SukaSuka
hazetic said
benerrrrr…..sipp
satu pikiran dgn saya……….
SukaSuka
Darsu said
Ikutan ahhh…
Tentang TAKDIR,
Sepengetahuan saya takdir adalah suatu ukuran, takaran, ketetapan yg sudah pasti. Tidak bisa diubah oleh manusia…. Seperti yg kita liat, matahari terbit dari Timur dan tenggelam di Barat… Air mengalir ke daerah yg rendah… Api sifatnya panas… itu takdir kepada alam.
Untuk kita manusia yg telah diciptakan sebagaimana adanya harus mampu menerimanya,… Tetapi diberikan kebebasan untuk memilih dalam mengarungi hidup ini.
Seperti telah Allah kabarkan dalam al-Qur’an surat Asy Syams (91:8,9 dan 10) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yg mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilan orang yg mengotorinya.
kesimpulannya: Mensucikan jiwa TAKDIRNYA UNTUNG.
Mengotori jiwa TAKDIRNYA RUGI…. Itulah kepastian Allah…
Ini sedikit gambaran saya tentang Takdir…
Wassalam,
Darsu
@
😀
Lha… sepertinya sudah semakin melengkapi.
Betapa luas pandangan-pandangan banyak saudara kita terhadap “konsesi” takdir pada manusia. Untuk ukuran-ukurannya… kita kerap meng”istilah”kannya dengan qadar… yang memang berarti ukuran…
SukaSuka
Haniifa said
Salam,
Kaum laki-laki sudah di”takdir“kan berpasangan dengan wanita, lalu apa jadinya kalau kita mengubah takdir (ketetapan Allah).
Allah ta ‘ala menggambarkan dalam surah Al A’raaf.
Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” ( QS 7:80)
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS 7:81)
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” (QS 7:82)
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (QS 7:83)
Catatan: Istri Nabi Luth a.s termasuk yang mengubah takdir
Lalu …
” …Allah tak kan merubah nasib suatu kaum kecuali oleh kaum itu sendiri..” (QS 13:11)
Jelas bahwa yang dimaksud “merubah nasib” adalah usaha semaksimal mungkin, dan dalam usahanya harus tetap dijalan yang diridoi Allah, seperti yang digambarkan dalam surah Al Jumu’ah :
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62:10)
Wasalam.
@
Semakin menjelaskan pemahaman “takdir”, semoga penjelasan ini menjadi pelengkap bagi catatan-catatan lainnya yang tak kalah bernasnya… Terimakasih Mas Haniifa… berbahagia agor mendapatkan pencerahan ini… 😀
SukaSuka
Stefano al-Biruni said
Assalamu’alaikum,
Yang penting usaha kita sudah maksimal, untuk takdir biarlah ALLAH yang mengatur.
🙂
@
Usaha maksimal untuk mendapatkan takdir yang terpilih dan berkualitas…. 😀
SukaSuka
haniifa said
@Stefano Al-Biruni
Sperti usaha mas…yang gemar bikin robot yach !! 😀
SukaSuka
infoGue said
artikel anda sangat bagus, artikel anda:
http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/pengetahuan_umum/mampukah_manusia_mengubah_takdir_/
Anda bisa promodikan artikel anda di infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca dan telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam!
@
😀
SukaSuka
Dono said
Ass.wr.wb,pak Agor.
Apakah muslimin dan muslimat mengetahui mengapa mereka dianjurkan untuk bersholat? jawabnya tentu mereka mengetahui.
Apakah kita mengetahui mengapa setiap dua rakaat akhir atau rakaat yg terakhir menunjukkan jari telunjuk kedepan dan memutarnya kekanan?
Jawabnya adalah InsyaAllah sebagai berikut : menunjukkan jari telunjuk kedepan mengartikan bahwa,1.arah ka’bah,2. tiada tuhan yg berhak untuk disembah kecuali Allah S.W.T.Dan 3.memutarkannya kekanan mengartikan bahwa ini menunjukkan putaran jam(waktu)karena waktu itu berada ditangan Allah S.W.T( AGAR KITA SADAR BAHWA INI JUGA MENUNJUKKAN WAKTU KEMATIAN).Seperti firman Allah S.W.T di dalam surah Al-Ashr yg bunyinya sbg,
1.Demi masa(waktu)
2.Sesungguhnya seluruh manusia itu benar-benar dalam kerugian.
3.Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran.
InsyaAllah kita akan sadar bahwa takdir itu berada di tangan Allah S.W.T.
Wassalam,Dono.
Salam rindu untuk pak Agor.
@
Wass. wr.wb.
Subhanallah… indahnya kata-kata ini. Sering teringat, namun sering pula lupa dalam sikap….
SukaSuka
Darsu said
Sekali lagi tentang TAKDIR.
Di negeri Arab sebelum kedatangan Agama Islam perkataan qadar di dalam bentuk jamaknya aqdar diartikan sebagai takdir, ialah sebuah kekuatan buta yg mengukur atau menetapkan hal2 yg tak dapat dikendalikan oleh manusia, terutama sekali sehubungan dgn KELAHIRAN, REZEKI dan MATI. Inilah sebuah keyakinan yg pesimis, tetapi keyakinan ini tidak menyatakan bahwa takdir telah menetapkan setiap amal perbuatan manusia.
Perkataan takdir ini dipergunakan oleh al-Quran dengan mengubah konsep takdir buta serta tak dapat dielakkan itu menjadi konsep Tuhan Yang Maha Kuasa yg mempunyai maksud di dlm penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu.
Tuhan Yang Maha Kuasa ini, melalui kreatifitas-Nya yg penuh kasih, memberikan “ukuran” kepada setiap sesuatu itu potensi2 tertentu beserta hukum tingkahlakunya.
Di satu pihak pemberian ukuran ini menjamin keteraturan alam dan di lain pihak menunjukkan perbedaan terpenting yg tdk dpt dihilangkan diantara Allah dgn manusia.
Dgn takdir itu manusia mempunyai sebuah pegangan yg pasti utk melakuan sesuatu spy tidak berbuat kesalahan dalam menentukan pilihannya.
Semoga ini mencerahkan kita sebagai manusia dlm mengarungi hidup ini….
@
Terimakasih untuk uraiannya… sebuah penjelas dalam memaknai… 🙂
SukaSuka
Ayruel chana said
Assalamu alaikum wr wb
Yang di lauh mahfudz itu apa ya???
Apakah hdd yang kapasitasnya tak terhingga menyimpan semua data2 semua kejadian di alam semesta.(saya sich cuma kira2)
Wassalam…….
@
tentulah Lauh Mahfudz adalah catatan tentang apa-apa yang tidak dapat kita memahaminya, kecuali apa yang ditampakanNya kepada ciptaanNya….
Wass, agor.
SukaSuka
pacaranislamikenapa said
Assalamu’alaykum warahmatullah
ikutan cuap-cuap.. 🙂
bismillah..
Kembalikanlah setiap definisi itu kepada “asalnya”. Jika definisi diambil dari term agama (semacam taqdir) maka kembalikanlah definisi itu kepada sumbernya..Al Quran dan Hadits, melalui penjelasan para ulama. Apakah didalam Al Quran dan Hadits sudah menjelaskan tentang taqdir, jika “iya” ambillah dan jangan diperdebatkan, jangan dibuat berselisih. Urusan(apakah tetap, bisa berubah, dsbnya) taqdir itu adalah urusan Allah SWT. Yang dituntut dari kita adalah mengusahakan sesuatu dengan baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya. Jika menjadi pekerja, bekerjalah dengen tekun, cerdas, jujur dan tidak korup, dsbnya, boleh jadi melalui usaha(baca: taqdir tsb)Allah menakdirkan kita menjadi orang kaya. Kalaulah sudah menjadi pekerja yang tekun, cerdas, tidak korup dsbnya..tetapi ternyata kita tidak(baca: belum) kaya-kaya, mungkin Allah menggantinya dengan nikmat yang lain, dengan taqdir-taqdir lain(istri yang sholehah, anak2 yang sholeh2ah, keluarga yang harmonis, mau naek mobil ada yang nawarin, mau jalan2 ada yang bayarin, mau sekolah ada yang ngebiayain..:D) yang jauh lebih baik dari taqdir menjadi “orang kaya”. Karena orang yang beriman, beramal shaleh, dekat dengan pertolongan Allah, insyaAllah. wallahu’alam
Tapi tetep..kalo menjemput jodoh, wis tho..jangan pacaran..ups 🙂
wassalamu’alaykum warahmatullah
@
Wass, yo… aku neng karep ikut wae… tinggal memilih ukuran-ukuran yang telah diberikan dan disediakan… 😀
SukaSuka
Abudaniel said
Assalamu’alaikum,
Apakah takdir sudah ditentukan?. Sudah. Apakah takdir bisa berubah (bukan diubah)?. Bisa!. Kok?.
Begini. Kelihatannya saya sekarang hidup dalam kemiskinan. Apakah itu takdir saya?. Bukan. Saya harus berusaha supaya perjalanan dan keadaan hidup saya berubah. Dengan apa?. Dengan ilmu dan do’a.
Bukankah berarti anda berusaha merobah takdir. Mungkin. Karena berusaha berubah adalah merupakan takdir juga. Jadi takdir Allah bisa berubah dengan takdir Allah yang lain. Takdir miskin bisa berubah dengan takdir berusaha.
Tapikan saya sudah berusaha. Tapi kok nggak ada hasilnya. Anda telah putus asa. Bukankah anda belum sampai kepenghujung jalan?. Bukankah anda belum sampai kepintu kubur?. Kenapa harus putus asa.
Bukankah banyak orang yang “kelihatannya’ ditakdirkan miskin. Nggak bakalan dapat naik haji. Tetapi dengan usahanya, yang merupakan takdir Allah juga, terbuka jalan kesana. Berapa banyak orang yang “ditakdirkan” kaya raya, tetapi dipenghujung hidupnya menjadi miskin dan merana, karena takdir Allah yang lain?.
Jadi, takdir akan jatuh atas kehendak kita sendiri. Allah hanya mengabulkan saja. Tidak menutup kemungkinan takdir kita didunia adalah cerminan takdir kita diakhirat.
Barulah boleh kita mengatakan seseorang ditakdirkan begini dan begitu, setelah perjalanan hidupnya sampi kepenhujung jalan.
Bukankah Allah telah mengatakan : “Allah tidak akan merubah keadaan seseorang/kaum selama orang/kaum itu tidak mau merubah keadaannya sendiri”. Takdir Allah dapat berubah dengan takdir Allah yang lain. Yang penting jangan putus asa. Keburukan/kerugian yang menimpa kita selama didunia mungkin merupakan awal dari takdir kita untuk mendapat kebaikan/keuntungan diakhirat. Sementara kebaikan/keberuntungan yang kita peroleh selama perjalanan hidup kita didunia mungkin saja merupakan awal takdir kita untuk merugi diakhirat. tergantung dari kita menyikapi takdir itu sendiri. Wallahuaalam.
Wassalam,
@
Wass. Mas Abu. Terimakasih untuk uraiannya, senang membacanya. Semoga rahmat dan limpahan rezki untuk Mas Abu. Allah menyempitkan dan melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendakiNya. Allah jua yang menyebarkan rahmatNya di seantero langit dan bumi dan setiap diri diminta berusaha sesuai dengan kesanggupannya. Takdir memang jangan dipahami hanya dari sisi ukuran manusia, juga dalam keseluruhan isinya dan pilihan-pilihan takdir yang diberikan kepada kita dengan segala ukuran-ukuran yang telah disediakan. Menyikapi takdir menjadi rasa syukur manusia terhadap penciptaNya….
Wass, agor.
SukaSuka
nurisah said
Takdir berasal dari kata QADAR, yaitu KETENTUAN, RANCANGAN. Jadi saya sangat setuju dengan tulisan agorsiloku bahwa Pertanyaan Bisakah Merubah Takdir Adalah Pertanyaan Yang Lucu. Karena semuanya adalah rancangan alam semesta dari Allah.
@:D
SukaSuka
truthseeker1964 said
Mau ikutan puyeng ahh..:)
Takdir adalah topik yg tak pernah selesai dan tdk pernah sepi dr diskusi dan pencarian.
Saran saya jgn dl kita bicara apakah takdir bs diubah atau tdk, mari kt bicara (samakan persepsi) ttg apa itu takdir?. Krn sngt jelas dr semua yg komentar (termsk) penulis punya tafsir sendiri2 ttg takdir. Sy ingin menawarkan tafsir sy ttg (hakikat) takdir:
Sebelumnya sy ingin mengartikan kata takdir sbg: Ketetapan/ketentuan (hukum2), takaran/ukuran.
Dalam bentuk apa sajakah takdir/ketetapan Allah tsb?:
1. Dalam bentuk: Hukum2, sunatullah (hukum gravitasi, sebab-akibat, semua yg berjiwa pasti mati, dan semua hukum yg kita kenal dlm science).
2. Dalam bentuk: takaran/ukuran (misal: kondisi fisik laki berbeda dg perempuan, kulit org africa lebih gelap dr yg lain dll.
3. Ini adalah point yg krusial dmn tdk semua org memahami dan mengakuinya, yaitu bhw Allah mentakdirkan/menetapkan bhw manusia dg kekuasaan Allah diberikan “kehendak bebas” yg terbatas (dibatasi oleh hukum2/sunatullah).
Kita lbh mdh memengerti jika dilakukan dg contoh:
Seseorg memutuskan utk naik ke atas pohon yg tinggi (kehendak bebas mengijinkan dia memutuskan/memilih utk naik pohon tsb), kmd dia jatuh. Dia jatuh krn takdir Allah dg hukum gravitasi, hukum friksi bhw pohon adalah suatu ketinggian, dahan yg licin friksinya rendah, kondisi pikiran yg sdg stress membuat ceroboh, keahlian memanjat pohon yg kurang, itu semua adalah hukum yg membuat potensi org tsb utk jatuh, itulah takdir Allah. Sedangkan dia memilih utk memanjat pohon adalah pilihan dia (Allah menentukan org tsb bisa memilih utk naik atau tdk). kemuadian pertanyaan besarnya adalah bukankah dia sdh ditakdirkan utk jatuh!, bukankah Allah sdh mencatat itu dlm Kitab-Nya!.
Sebelum sy menjawab itu, sy terlebih dahulu ingin meyakinkan kt semua bhw Allah tdk terikat oleh waktu sbgmn manusia (walaupun tdk mudah membayangkan bgm sih kondisi tdk terikat oleh waktu itu). Jd Allah tdk terikat oleh kemarin, skrg ataupun besok. Bagi Allah semuanya sdh diketahui (Allah Maha Tahu). Jadi dr situ, krn Maha Tahu Allah maka Allah telah mencatat (bukan menentukan) semua2 yg bhkn belum terjadi dg segala bentuk perubahan2nya dan detail2nya. Allah sdh tahu bhw dia akan jatuh dr pohon, bukan Allah menentukan dia akan jatuh. Ada analogi sederhana utk membantu memahami ini. Seorg guru yg sangat mengenal kemampuan murid2nya mencatat dlm bukunya bhw si “A” akan tdk naik kelas. Dan ternyata si “A” tdk naik kelas. Kita tdk akan mengatakan bhw si “A” tdk naik kelas krn sdh ditentukan oleh si guru!. Nahh, tahunya si guru kt sebut sbg “prediksi yg akurat”. Namun bagi Allah yg Maha Tahu semuanya bukan lg prediksi tp kepastian!.
Skrg kita masuk kpd pertanyaan “Apakah takdir bisa diubah?”. Namun sblm itu sy ingin mengenalkan satu terminologi yg msh rancu bagi sbagian org, yaitu kata “NASIB”. Nasib bukanlah takdir, nasib jelas2 dpt diubah. Nasib adalah sesuatu yg sdg melekat pd seseorg namun dpt diubah, misal: nasib sy (terlahir) miskin dg berusaha (krn adanya kehendak bebas) kt bs tetap miskin ataupun berubah menjadi kaya.
Pertanyaan besar td akan saya jawab “TAKDIR TIDAK DAPAT DIUBAH”.
(bersambung)
@
Setelah dibaca ketiga kalinya, saya baru berani berkomentar… :
Rasanya seeh tidak ada yang berbeda sampai kalimat terakhir dari Mas. Malah lebih mempertegas lagi. Memang itu tujuan postingan ini, mengajak berpikir dan merenungkan sambil belajar dari seluruh rekan yang bersedia meluangkan waktunya. Kalaupun ada pengecualian, saya hanya berusaha di blog ini memahami ayat-ayat Allah dan bukan untuk membuat term sendiri. Dengan kata lain, kalau pun ada term yang dipahami sebagai tafsir sendiri adalah jelas kekeliruan agor dalam memahami ayat Allah dan saudara-saudaraku di alam maya membantu meluruskannya. Tidak ada maksud sama sekali untuk membuat rujukan/term sendiri dalam memahami takdir.
Terimakasih sudi berkunjung dan memberikan catatan yang indah….
😀
SukaSuka
hazetic said
bener2…
TAKDIR GA BISA DIRUBAH
karena kita mau merobah takdir dengan cara apa coba?
lha wong kita ga tau takdir kita mw gimana?
yg dirobah jg apa?
apalagi caranya?….
SukaSuka
truthseeker1964 said
Sambungannya:
Dengan kita memaknai takdir dg cara pandang ini maka tentunya kt tdk perlu “repot2” memikirkan bgm hukum gravitasi itu dihilangkan..:). Yang lbh banyak kita hrs lakukan adalah merubah nasib kita (jika kt anggap nasib kita tdk/kurang baik).
Dikarenakan catatan Allah adalah penggabungan takdir dan keputusan manusia dlm kehendak bebasnya, maka sangat salah jika kita berfikiran bhw krn sdh dicatat maka kt tdk perlu melakukan apa2.
Kemudian dimanakah peran do’a dan hal2 yg bersifat spiritual?. Do’a dll yg berupa spiritual pun adalah takdir (hukum2) Allah. Allah mentakdirkan/menetapkan bhw do’a mempunyai kekuatan dlm merubah seseorg (apakah cara kerja do’a dlm merubah manusia itu bisa dijelaskan oleh science atau tdklah menjadi masalah).
Pada saat kita bicara takdir kt mengasumsikan bhw kt bicara dg mrk2 yg mengimani Tuhan itu ada. Konsekuensi dr mengimani Tuhan ada, adalah kita jg harus mengimani hal2 yg ghaib/non-materi/spiritual. Kita jg hrs mengimani bhw diri kita terdiri dr zahir maupun bathin/spirit. konsekuensi selanjutnya adlah bhw bathin kita dipengaruhi oleh hal2 yg jg non-materi (do’a, perkataan2 yg baik, dll).
Kita tdk akan berpanjang lebar di cara kerja do’a dlm merubah nasib seseorg. Namun kt akan lbh menekan bgm peran do’a dlm nasib (bukan takdir) manusia. Pd saat kt mengakui bhw ada hal2 yg non-materi di sktr kita mk kt jg hrs menerima bhw do’a pun merupakan suatu usaha manusia dlm merubah nasib. Walaupun tdk segamblang sebagaimana usaha yg berbentuk materi. Utk mendapatkan do’a yg terkabulkan ternyata ada banyak prasyarat, misalnya syarat bhw org tsb meyakini betul apa yg dia do’akan akan terkabul (artinya dia hrs mempunyai tauhid/pengenalan kpd Tuhan-Nya), org tsb hrs mengetahui cara berdo’a yg benar, org tsb merasa dekat dg Allah, org tsb hrs mempersiapkan dirinya agar siap pd saat do’anya terkabul. Shg apa yg terjadi? yg terjadi adalah secara psikis org tsb sdh membuat dirinya siap utk berubah.
Saya akan coba kasi cth do’a yg tdk tepat:
Misalkan ada pertandingan lari kmd kt berdo’a utk menjd juara I; ini adalah do’a yg tdk tepat krn pd saat yg bersamaan saingan2 yg lain pun bs melakukan do’a yg sama.
Silakan dipikirkan sendiri bgm do’a yg tepat..:).
Maaf jika tdk dilanjutkan mslh cara kerja do’a, krn begitu complicatednya dampak do’a kpd manusia (ingat bhw dlm mengabulkan do’a pun Allah tetap mengabulkan do’a tsb dg mengikuti hukum2 yg telah Allah buat. Shg jika kt minta rezeki dan dikabulkan, mk bukan tiba2 lemari kita penuh dg uang, tp pasti ada proses disana, yg bhkn terkadang proses ini tdk disadari manusia dan diakui sbg hasil usaha/kerja keras kita).
@
Dengan begitu, nasib dipahami sebagai jalan pilihan-pilihan dari sejumlah takdir yang tersedia. Term nasib sendiri agor tidak begitu paham, apakah berasal dari nasab atau nisab. Hanya dalam term masyarakat nasib seolah/atau terkadang terpahami sebagai ketentuan Allah, sehingga dipahami menjadi sebuah pemahaman fatalis yang meniadakan unsur usaha. Ungkapan yang paling sering muncul adalah :”Memang sudah begitu nasibnya”.
Kemudian (dan menurut saya seeh), pernyataan nasib ini kerap diperkelirukan dalam proses pasrah pada nasib dalam konteks tidak mau berusaha. Namun, spirit/semangat manusia tentunya tidak boleh berada pada kungkungan ini.
Terimakasih untuk uraiannya. Saya suka ini… 😀
SukaSuka
haniifa said
@truthseeker1964
Memang saya jadi lebih punyenggg neeeh…. 8)
Apa yang dimaksud “misal: nasib sy (terlahir) miskin..” adalah suatu “takdir” dilahirkan pada orang tua yang miskin, tapi dengan usahanya merubah “nasib” hingga bisa menjadi kaya…
SukaSuka
truthseeker1964 said
@haniifa
Betul sekali Haniifa, anda teliti sekali. Kalimat saya mmg kurang tepat (dpt bermakna ganda). Terima kasih atas kehati2annya dan pemberitahuannya.
Di kalimat yg anda kutip mmg disitu ada TAKDIR dan ada NASIB. Takdirnya adalah dia terlahir oleh org tua yg miskin dan awal hidupnya mmg miskin. Sebetulnya ygmn yg bagian “nasib” yg ingin saya jelaskan, yaitu nasibnya “miskin” itulah yg nasib krn miskinnya dia msh berubah, sdg terlahirnya, siapa ibu-bapaknya adalah sesuatu yg tdk bs diubah lagi shg dikatakan sbg takdir.
Sekali lagi terima kasih. Semoga mengobati sedikit (puyengnya).
SukaSuka
haniifa said
@truthseeker1964
Kembali kasih mas,setelah membaca penjelasan mas truthseeker1964 malah saya lebih jelas antara makna “takdir” dan “nasib”… 😀
SukaSuka
Didi Wahyudi said
Saya datang ke situs ini pun adalah takdir dari Allah. Saya tidak menjadi pegawai negeri atau pengusaha sukses seperti keinginan orang tua, itu pun adalah takdir.
Buat saya, saya tidak ingin mempermasalahkan semua yang sudah saya alami karena semuanya sudah ditentukan oleh Allah dan terjadi atas ijin Allah, baik yang sudah-sudah maupun yang akan datang. Takutnya kalau saya mempermasalahkan, nanti saya malah berandai-andai, menyalahkan Allah dan lain sebagainya yang semuanya itu bisa berakibat sangat fatal. Padahal itu semua awalnya hanyalah permainan akal.
Yang penting, saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya dapatkan dan apa yang saya punyai sekarang, dan berharap agar Allah memberikan yang terbaik untuk saya nantinya.
Allah Ya Rahmaan….
Allah Ya Rahiim….
@
😀
Kata terakhir dalam banyak ayat Allah adalah agar kita bersyukur…
Sedangkan soal tidak ingin mempermasalahkan tentu berbeda dengan tidak ingin memahami… 😀
SukaSuka
Abudaniel said
Assalamu’alaikum,
Berbicara tentang “Takdir” adalah berbicara tentang “sesuatu” yang, sebenarnya, adalah urusan Allah atau hak preogratif Allah. Hak mutlak Allah, yang kalau tidak hati-hati mencermatinya akan terlihat seolah-olah berlawanan dengan hak kita sebagai manusia yang dianugerahi Allah “hak bebas memilih” dan “hak beas berkehendak”.
Menurut saya, “takdir” adalah suatu “ketentuan”. Ketentuan yang masih “bisa berubah” dan ketentuan yang “tidak bisa diubah”.
Contohnya, terlahir dari orang tua miskin. “Terlahir” ini adalah ketentuan yang mu’tamat dan sudah merupakan “ketentuan” yang sudah “pasti” dan “tidak bisa berubah” lagi. “Orang tua miskin” masih bisa berubah. Tergantung dari kehendak bebas dari orang tua tersebut. Apakah mau menggunakan “takdir” Allah yang lain (takdir berusaha) atau tidak. Sedangkan si Anak yang dilahirkan, sejauh akalnya belum bisa dan mampu untuk menggunakan perangkat yang tersedia (otak dan sebagainya)maka tetaplah dia dalam lingkupan “takdir” tersebut. Terlahir dari “orang tua miskin” dan “berada” dalam kemiskinan. Seandainya, dengan usaha yang gigih merubah “takdir” atau kadang-kadang kita sebut dengan “nasib” (antara takdir dan nasib ini, kadang-kadang terjadi kerancuan pemahaman juga)menggunakan “takdir” Allah yang lain, si “orang tua miskin” tadi berhasil menjadi kaya, maka berobahlah sebutan dari terlahir dari “orang tua miskin” menjadi “orang tua kaya”. “Takdir” yang sudah pasti tidak akan berubah yaitu “lahir”. Statusnya saja yang akan berobah, dari “orang tua miskin” menjadi “orang tua kaya”. Apabila si Anak tadi sudah dewasa dan mampu akalnya menggunakan perangkat yang dikarunia Allah, maka dapatlah dia menggunakan hak bebas memiliki dan hak bebas berkehendak yang dianugerahkan Allah kepadanya. Keluarga ini mempunyai dua hak kebebasan memilih dan dua hak kebebasan berkehendak, Hak milik si orang tua dan hak milik si anak. Terserah mereka dan juga kita mau bagaimana sesudah “takdir/ketentuan” yang mu’tamat tersebut.
Wassalam,
@
Mas Abu, Was. ww. Pembahasan ini menarik lho jika kita elaborasi lebih mendalam. Ini seyogyanya dipandang dalam konteks luas dalam keadilan yang mahakuasa. Seseorang yang dikadarkan pada potensi miskin (harta, rupa, kemampuan akal, atau fisik) adalah bagian dari keseluruhan pemahaman manusia untuk memahami lebih dan kurang dari standar ciptaan Allah. Kita mengenal miskin karena kita mengenal pemahaman kaya. Yang dilahirkan buta, adalah ditakdirkan buta, adalah konsekuensi logis dari hukum-hukum yang Allah tetapkan mengenai potensi manusia. Yang dilahirkan “lebih beruntung” sehat dan kaya, adalah potensi karunia Allah pada sebagian dari kehidupan “cobaan” di dunia. Dalam konsep ini, kita tentu memahami konsep takdir sebagai agregat total dari keadilan Allah. Manusia di permukaan bumi adalah transisi perjalanan menuju keniscayaan berikutnya.
Kalau kita elaborasi lebih jauh – takdir – sunnatullah, kebebasan dan kehendak serta kebergantungan, keadilan, ujian cobaan berada pada agregat dasar kehidupan. Kita memang tidak (boleh) memilah dalam satu bagian konsep tentang patern kehidupan manusia.
Wah, menjadi melebar ya sedang yang dipostingkan sedikit-sedikit… 😀
SukaSuka
truthseeker said
@Agor
Mas Agor, ada satu hal yg harus selesai dahulu setiap kt melakukan analisa/diskusi atas satu masalah, yaitu bhw kt menggunakan istilah2/term2 secara tepat. Nahh term2 ini kan hrs disetujui dahulu, terserah siapa yg akan memberi kt info mengenai arti dr term2 tsb. Kalau belum apa2 mas Agor sdh mewanti2 (melarang) membuat term sendiri, mk ini akan mematikan diskusi. Mestinya mas Agor dg tegas sebutkan ygmn yg merupakan term sendiri? Takdir? Nasib? Keadaan?. Tentunya itu bkn term2 baru, namun jk yg dimaksudkan adalah pengertian dr term2 tsb..hehe..kt bs lihat bhw utk kata takdir saja ada bbrp pengertian (yg jika salah) bs membuat kt tdk kemana2. Dari perenungan sy atas kenapa manusia/kita kesulitan dlm menafsirkan/memengerti ttg takdir adalah dikarenakan salah paham kt atas kata takdir itu sendiri. Kita sering menggunakan kata takdir utk semua hal yg berkaitan dg keadaan kita, baik sebelum, sedang maupun setelah selesainya keadaan tsb. Misalnya mas Agor bs lihat mas Abu menggunakan kata takdir atas kemiskinan yg menimpa seseorg, sdgkan saya akan menggunakan kata “nasib/keadaan” (sesuatu yg dinisbahkan). krn mas Abu menganggap kemiskinan adalah takdir maka menurut mas Abu “TAKDIR (kemiskinan) DPT DIUBAH”. Sedangkan bagi saya takdir selalu berarti apa2 yg diluar kemampuan kita utk mengusahakannya. Jadi saya mencari/menggunakan kata lain utk sesuatu yg melekat pd diri kita tp bisa diubah sbg “NASIB/KEADAAN”. Kesamaan sy dg mas Abu adalah bhw KEMISKINAN DPT DIUBAH, perbedaannya adalah bagi saya “KEMISKINAN BKNlah TAKDIR”.
@ Mas Truth, trims kembali atas catatannya. Kalau berkenan, saya membuat beberapa postingan mengenai takdir, juga nasib dalam beberapa postingan lama di blog ini,;
Memilah dan Memilih Takdir, Yuk Kita Ubah Takdir, Takdir-Qadla-Qadar Yang Penuh Tanda Tanya, Adakah manusia Ditakdirkan Masuk Neraka, Mampukah Manusia Mengubah Takdir, dan tentu saja juga Takdir dan Kehendak Bebas. Semua term saya memang usahakan sebagai bagian dari memahami ayat-ayat Allah.
Namun, saya tidak membatasi orang lain membuat term sendiri. Saya berusaha menegasi, bahwa pengertian yang saya ambil adalah pemahaman saya pada AQ, kalau itu keliru, maka kelirulah saya dalam memahami AQ dan alhamdulillah ada yang mengingatkan.
Selebihnya oke-oke saja kok. Semua kan mengarah pada usaha untuk memahami dari satu khasanah ilmu yang luasnya tak terjangkau oleh akal orang seperti saya ini.
Kebetulan, memang saya tidak membahas mengenai “Takdir Kemiskinan dapat diubah”. Hal seperti ini bisa dipahami sebagai permainan kata bisa juga dipahami berbeda. Saya melihat miskin sebagai miskin. Itulah standar miskin. Tidak ada perubahan pada miskin, tapi pelaku miskin dapat menjadi lebih kaya atau lebih miskin ketika bertemu yang lebih miskin lagi atau lebih kaya lagi. Miskin itu sendiri suatu kondisi. Inilah cara pandang.
Baik Mas Abu, maupun Mas Truth, dalam memahami takdir, kalau menurut saya sih… melengkapi apa yang telah saya pahami. Saya bersyukur malah dengan adanya perbedaan pandangan itu karena meningkatkan pemahaman saya mengenai takdir. Semoga pembaca lain pun dapat merasakan hal yang sama. 😀
SukaSuka
truthseeker said
Lihat mas Agor, bagi saya mas Agor pun terjebak dlm kesulitan memaknai kata takdir. Bagi sy kata:”DIKADARKAN PD POTENSI MISKIN” adalah kalimat yg rancu. POTENSI MISKIN adalah “NASIB/KEADAAN”.
Oyaa..sy bs menangkap pesan mas Agor, bhw kt NASIB msh blm jelas (kl bs mas Agor bantu jelaskan dr akar katanya, krn di AQ ada kt nasib dr kt nushubi (Al-Maidah:3), anshabu (Al-Maidah:90).
Apa yg mas Agor jelaskan semua ini ttg “NASIB” yg sy mengerti adalah totally tidak spt itu. Nasib adalah sesuatu yg dinisbahkan (Allah) shg menjadi suatu keadaan (temporer) yg bisa diubah dg usaha.
Jika masyarakat awam salah/terjebak dlm makna kata nasib, ya mmg spt itulah realitanya, shg itu jg sebabnya knp kt skr sibuk berdiskusi ttgnya.
Terima kasih telah memberikan ruang utk mencari kebenaran.. 😀
@
Trims Mas Seeker the Truth, saya senang lho dengan ulasan Mas. Memposisikan secara tajam. Hampir semua komentar di sini begitu tajamnya dan kerap saya jadi malu kok nekad-nekad bertulis ria 😀
Mengenai masalah nasib, memang saya singgung di postingan yang lain perihal nasib dalam undian. Tak terlalu jelas memang, namun kurang lebih pada pemaknaan yang sama.
Dikadarkan pada “potensi miskin”/kekurangan dalam pengertian standar bahwa si A bermata buta, kurang harta, sakit, lumpuh, dan lain sebagainya merupakan suatu kondisi ukuran yang diberikan Allah kepada manusia sesuai dengan aturan hukumNya. Tidak ada yang bisa mengubah potensi miskin ini menjadi potensi kaya. Lho kok?. Iya, itulah sebuah pengertian standar tentang suatu kondisi subjek yang miskin. Namun subjek bisa berpindah ke takdir lebih makmur dan kaya (dengan rahmatNya). Jadi ketika saya menyatakan seseorang berada pada sebuah potensi miskin maka potensi itu ada. Apakah dia akan menjadi seorang kaya karena berusaha dan bekerja sekeras-kerasnya. Selama di dunia ini, jelas jawabnya belum tentu dan sangat boleh jadi pula dia tidak bisa keluar dari kemiskinan yang membelitnya. Definisi seperti ini akan mudah dicerna kalau kita mempelajari kemiskinan absolut dari sebuah kondisi. Oh ya, saya memahami pengertian ini dari Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga/Todaro dan Tirai Kemiskinan/M. Ulhaq. Mengesankan. Namun, dalam kaitan dengan tema blog ini, yang dapat saya pahami kemiskinan juga adalah rangkaian dari keadaan yang Allah tentukan bagi manusia. Untuk keluar dari takdir ini dan pindah ke takdir yang lain (nasib) maka ada sejumlah syarat tentunya.
Kalaupun seorang pindah ke takdirnya. Kondisi miskin itu sendiri tetap ada, hanya tidak menempel pada sang subjek yang berpindah pilihan takdirnya.
Karena saya memahami dari cara ini, maka saya tidak merasa begitu rancu…
Namun, oke jugalah kalau itu dipahami sebagai suatu keadaan. Memang pada dasarnya banyak hal dari pengertian manusia adalah menyifati. Kata keadaan adalah penyifatan terhadap suatu objek yang sedang ditelaah.
Mengenai pandangan Mas bahwa :”Nasib adalah adalah suatu yang dinisbahkan (Allah) sehingga menjadi suatu keadaan (temporer)…”. Memang ada sedikit perbedaan pengertian, saya lebih melihat nasib sebagai pilihan manusia dalam menjalani takdirnya, termasuk memilih mengundi nasib dengan lemparan anak panah…
but any way… terimakasih untuk catatannya. Di sini saya belajar kembali memahami cara pandang yang boleh jadi berujung sama, namun berbeda cara menyampaikannya….
Salam.
SukaSuka
haniifa said
@mas truthseeker
Nasib adalah sesuatu yg dinisbahkan (Allah) shg menjadi suatu keadaan (temporer) yg bisa diubah dg usaha.
Saya sependapat dengan mas truthseeker, mengingat surah At Takaatsur :
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Dalam hal ini jika definisi “Nasib” yang dimaksud adalah rangkaian/berbagai “Event” yang menimpa sampai titik saat ini, atau temporer akan berakhir seperti yang tersirat pada [QS 102:2]
@mas Agor
Nasib sebagai pilihan manusia dalam menjalani takdirnya, termasuk memilih mengundi nasib dengan lemparan anak panah…
Saya sependapat dengan mas Agor, mengingat surah Asy Syams 8:
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
Dalam hal ini jika definisi “Nasib” yang dimaksud adalah pilihan hanya momen satu “Event” saja.
@
Rasanya sudah pas ya Mas Haniifa… 😀
SukaSuka
truthseeker said
Hanya ini yg saya msh bisa comment (krn spt yg mas agor bilang mmg hanya beda bahasa saja). Dalam definisi nasib di semua kalimat mas Agor saya tdk merasa ada perbedaan dg saya, namun pd saat mas Agor msk pd kalimat yg saya quote diatas koq kmd jadi terasa berbeda yaa…
Saya dan tulisan mas Agor sebelumnya menyiratkan bhw nasib adalah sesuatu yg dimiliki (potensi) pd seseorg yg bisa diusahakan utk diubah (terlahir miskin, lahir dg agama tertentu dll), dr cth tsb jelas2 (bagi saya lhoo..) itu bukanlah pilihan shg, selalu pd saat kt bicara nasib mk posisinya adalah bukan kita yg memilih. Seabagaimana salah kaprahnya kita menyalahkan takdir dan nasib atas pilihan2 dan usaha2 kita.
Cth:
Dialog antara bapak dan ibu setelah anaknya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi:
case 1 (lulus): Mama, hasil kerja keras kita akhirnya membuahkan hasil.
Case 2 (tidak lulus): Mama tdk usah sedih ini sudah takdir Allah.
NASIB: Mengubah Nasib
TAKDIR: Memilih Takdir
@
Konsepsi manusia menghadapi/menyikapi takdir dijelaskan oleh AQ dalam berbagai versi yang menjelaskan bagaimana “pilihan-pilihan” manusia menghadapi takdir.
Putra Nabi Adam menyatakan dalam sikap yang penuh kepasrahan :
QS 5. Al Maa’idah 28. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
Kepasrahan terhadap derita dipahami dan dipasrahi sempurna oleh Nabi ayub a.s.
Penuh dengan tanda tanya dan pertanyaan, ini ditunjukkan sikap Nabi Mussa a.s. Termasuk pertemuannya dengan Nabi Khidir. Akal sehat Nabi Musa terus mempertanyakan tentang pilihan-pilihan yang terjadi.
Menemukan dalam proses pencarian, ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan kemudian disertai kepasrahannya melakukan pengorbanan yang menjadi monumen kepasrahan ketika Ismail diminta Allah untuk disembelih.
Dipenuhi godaan ditunjukkan kepada Nabi Yusuf a.s. dan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya dalam bentuk memahami tabir mimpi.
Dan selalu berujung pada penyikapan pemahaman, pasrah dan rasa syukur kepada penciptaNya.
Pada suri tauladan Nabi Muhammad… sepertinya semuanya terangkum…
SukaSuka
haniifa said
@mas truthseeker
Ini misalnya yach !
Kalau ujiannya di ulang-ulang (looping) dua atau tiga kali ??
Tentu case 1 dan case 2 ada pengulangan khan… !!
Setelah pengulangan ke tiga.
Mama dan Papa, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, harus bagaimana sekarang ??
Sebagaimana sifat kasih sayang orang tua terhadap anak.
Kami ikhlas nak, mudah-mudahan Allah ta’ala memberi jalan yang lebih baik, dan kami mendukung apapun pilihanmu.
@
Clear…
SukaSuka
Menguak tabir Batu Hitam (Hajar Aswad) « Haniifa said
[…] adalah suatu “touchstone” keiklasan hati dan akal fikiran, atau boleh juga diartikan sebagai batu ujian “Ketaqwaan”. “Touchstone” bisakah diartikan Batu Hajar Aswad […]
SukaSuka
truthseeker said
@hanifa
Apa mksdnya harus bagaimana sekarang??
Apakah mksdnya sudah takdir? nasib? Tetap saja disalahkan kpd takdir, bukankah begitu. Dan bgm jika lulus? karena hasil kerja keras?. Ini cth yg pada umumnya bkn keniscayaan, hanya sbg ilustrasi bgm masyarakat/manusia mengkategorikan takdir dan usaha.
Ini adalah ilustrasi lain. Tp sy tdk mengerti knp oleh mas Agor dikomentari “clear”??
@
Clear yang saya maksudkan adalah setelah looping ke 3, orang tua menyadari memang sampai di situ ukuran/kadar si anak (kemampuan, kualitas dan kecerdasannya), sehingga dengan bijak orang tua memahami jika ada pilihan lain dari si anak yang telah berusaha maksimum (anggap saja benar maksimum).
Kita sesungguhnya tidak pernah tahu, apa yang Allah persiapkan untuk kita dalam menjalani kehidupan ini. Apa yang kita sukai dan pelajari di waktu lampau, kemudian apa yang kita jalani saat ini bisa sama atau berbeda dan kita juga tidak mengerti apa yang akan terjadi kemudian.
SukaSuka
truthseeker said
@Agor
Tolong mas Agor lbh jelaskan relasinya dg tulisan sy ttg komentar mas Agor dg cth2 tsb.
Nasib sebagai pilihan manusia dlm menjalani takdirnya
Terus terang kalimat ini terasa absurd bagi sy berhari2 sy tdk bs mengerti. Krn bagi sy “pilihan manusia dlm menjalani takdirnya” adalah KEPUTUSAN bukannya NASIB.
Bukanlah NASIB nabi Ismail tdk jadi disembelih, namun TAKDIR nabi Ismail. Dlm penggunaan kata NASIB semestinya adalah:
Sudah NASIB nabi Ismail akan disembelih. Dan TAKDIR nya tdk jadi disembelih. Krn Allah menisbahkan (menasibkan) kondisi disembelih pd nabi Ismail.
@
Sederhananya, saya memahami takdir sebagai ketentuan Allah yang tidak mengalami perubahan, kecuali Allah menghendaki perubahan atas takdir. Dan manusia sama sekali tidak akan dapat melihat/mengamati perubahan dari takdir yang terjadi. Pemahaman ini saya ambil dari QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Sedangkan nasib dalam pemahaman saya adalah satu keadaan dari suatu takdir yang terjadi yang kita alami atau jalani atau kita amati.
Jika dinisbahkan pada manusia, maka takdir yang saya pahami adalah ketentuan Allah pada manusia yang menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan kemampuan, potensi, daya lingkungan dan dirinya sendiri serta rezki yang diterima dari Allah SWT. Jika dinisbahkan pada alam semesta, maka hukum-hukum fisika adalah takdir Allah. Takdir ini tidak mengalami perubahan dan manusia tidak dikarunia kemampuan untuk mengubah takdir, seperti pada ayat tersebut.
Kalau dalam menjalani hidupnya dia punya, misalnya 10 pilihan maka setiap pilihan adalah takdir baginya. Kalau itu benda seperti air, maka air memiliki masa dan bersifat cair, lalu pada temperatur sekian-sekian, tegangan permukaan sekian-sekian. Ini adalah takdir. Tidak berubah.
Nasib (sekali lagi, yang saya pahami) adalah kalau dari 10 pilihan, adalah satu pilihan yang kemudian dijalani. Mengundi nasib, adalah mengundi pilihan-pilihan takdir.
Jadi kalau cara pandang ini saya kaitkan dengan kurban Nabi Ismail yang “akan” disembelih ayahnya, maka jika disembelih itu takdir, tidak disembelih juga takdir. Resultante takdir yang diamati adalah nasibnya (dalam hal ini tidak disembelih).
Catatan/komentar dari Mas Herianto menurut saya sangat tepat dan komprehensif.
Seperti Mas bilang juga lho : Perjalanan manusia dalam menjalani takdirnya adalah keputusan. Ini menurut saya benar (Allah mengilhamkan jalan ketakwaan dan kefasikan) artinya setiap satu jalan ditempuh, hakikatnya adalah sebuah keputusan. Keputusan yang telah diambil, menghasilkan manusia dalam satu keadaan tertentu. Keadaan tertentu itulah yang dipahami agor sebagai nasib.
Keadaan itu bisa baik, bisa buruk, tergantung pilihan takdir yang diambil (keputusan dan tindakan yang diambil).
Jadi singkatnya, saya tidak berasumsi bahwa nasib adalah sebuah keadaan yang sudah ditentukan dan tidak ada perubahan apapun. Nasib hanyalah potret dari perjalanan (pilihan) dari sebuah takdir.
Kalaupun dalam perbandingan, maka nasib adalah dua posisi takdir pada waktu yang berbeda.
Saya kira, penjelasan ini ada pada garis pemahaman yang sama dengan Mas Truthseeker, memang ada sedikit perbedaan, tapi tidak prinsipil… 😀
SukaSuka
haniifa said
@mas Truthseeker
Sepertinya penjelasan mas Agor lebih dari cukup
ini menurut saya lho…Jikalau saya jelaskan yang sudah jelas takutnya malah menjadi Miss FalseSeeker ..)
SukaSuka
truthseeker said
@haniifa
Dengan terpaksa saya merasa cukup.. 😀
@
Cukup itulah yang paling sulit dicapai oleh manusia, kita selalu diingatkan agar jangan lupa bersyukur. Bersyukur menjadi kunci dari cukup… (he…he…he… nggak nyambung).
Namun, kalau jawaban agor juga belum memuaskan… percayalah… kita sama… kita akan berulang-ulang memikirkan kembali. Agor juga merasa tidak tepat dalam menjawab. Namun, itulah yang bisa. Dipaksa lebih… malah nyerah deh… 😀
SukaSuka
Abudaniel said
Assalamu’alaikum,
Sudah nasibnya kita ditakdirkan membahas “Nasib”.
Sudah takdirnya kita bernasib membahas “Takdir”.
Benar nggak ya?. Apakah kata-kata ini hanya penjungkir balikan ma’na?.
Wassalam,
@
Wass.ww.
ha..ha..ha… Kalau Mas Abu sudah sampaikan begini, menurut saya yang benar pernyataan pertama.
Sedang kedua pernyataan ini; dua-duanya ada di wilayah “takdir”.
😀
SukaSuka
truthseeker said
Sudah nasib (potensi) kita ditakdirkan (memilih) membahas “Nasib”.
Sudah takdir (pilihan) kita bernasib (memiliki potensi) membahas “Takdir”.
@
😀
SukaSuka
aburahat said
Luar biasa pembahasan mengenai takdir dan nasib. Saya ingin tambahkan disini secara singkat:
NASIB merupakan proses perjalanan hidupkan kita dan bisa berubah krn kita mempunyai hak memilih.
TAKDIR adalah ketetapan Allah yg tdk bisa dirubah krn takdir adalah hasil pilihan kita terakhir yg akibatnya kita terima.
Oleh krn itu Imam Ali KW menyatakan:”Takdir adalah seperti malam yg sangat gelap dan jgn coba dimasuki atau seperti Lautan yg dalam jgn coba diselami. Yg menjadi masalah sekarang mengapa ada kata Takdir/Qadar. Ini adalah suatu peringatan Allah pd kita utk tdk berputus asa dlm hidup kita apabila mengalami kegagalan. Krn semua kita kembalikan pd Allah. Jd kata TAWAKAL dan TAKDIR adalah dua kata yg sangat erat hubungan dlm ibadah kita utk menjadi orang bertakwa. Orang yg tdk mengenal takdir maka ia gampang berputus asa.
@
Hanya sebuah catatan dari usaha memahami kalam Ilahi saja, termasuk masalah takdir dan nasib yang di dalamnya sering menjadi bahan diskusi, wacana atau bahkan sampai pembentukan sikap.
Dalam hal ketetapan Allah yang berkenaan dengan takdir, seperti QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Ayat ini secara jelas menyampaikan bahwa kita sama sekali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. Arti yang saya pahami bahwa kita tidak dibekali kemampuan untuk melihat perubahan sunnatullah. Dapatlah dipahami ketika Nabi Ibrahim dibakar, maka kita hanya mengetahui (as a result), tapi tidak memahami prosesnya. Nabi Isa menghidupkan orang mati, dan kita melihat takdir kehidupan dibalik (dari mati menjadi hidup), dan kita tidak melihat perubahan itu bagaimana terjadinya. Demikian juga ketika burung yang dipotong-potong semasa Nabi Musa yang kemudian hidup terbang kembali… kita tidak diijinkan mengetahui perubahan takdir yang terjadi. Takdir yang kita pahami tetap pada kisaran hukum-hukum yang telah ditetapkan yang dikenali sebagai ilmu pengetahuan.
Selebihnya, sependapat.. tawakal adalah bagian yang diharapkan menjadi bagian dari keinginan agor juga….
SukaSuka
haniifa said
@mas Aburahat
Betul mas, semua yang dipaparkan diatas. 😉
Persis sama dengan imam masjid di RW saya, waktu khotbah Jum’at sebagai khotib dan menjadi imam pada saat Shalat Jum’at berjamaah.
SukaSuka
yudhisidji said
saya pernah mendapat pengertian tentang banyaknya kalimat “dan Aku (Allah) tidak mendholimi kamu (manusia)” dalam kitab kita. uraian singkatnya adalah bahwa kita diciptakan di planet ini sudah dilengkapi (oleh allah) dengan segala perangkat penunjang yg bisa diakses semua sbg fasilitas utk menuju jenjang manusia sempurna. sekali lagi Dia tidak mendholimi kita dengan menciptakan kita tentunya tanpa perangkat pendukung yang komplit-plit untuk “menciptakan takdir” kita sendiri.
@
Manusialah yang bersedia (merasa sanggup) menerima amanat Allah untuk menjadi “partner” di alam semesta ini. Tawaran yang diterima itu ditolak mahluk lain karena takut menghianati amanat Allah. Jadi on base, manusia “telah” menzalimi dirinya sendiri. Berikutnya, Allah juga telah mengingatkan manusia di masa sebelumnya tentang keberadaanNya. Ketika dunia, manusia dibekali dan diperlengkapi berbagai persiapan untuk mencapai syarat kembali. Jadi, saya juga sependapat, manusia disiapkan untuk “menciptakan takdir” kita sendiri. Namun, tentu saja pengertian takdir manusia ini sedikit berbeda dengan takdir dalam pengertian AQ. Saya lebih merasa pas menyebutkan “menciptakan tujuan hidup” bukan dengan kata takdir.
😀
SukaSuka
aburahat said
@Mas Agor saya kurang sependapat dg mas Agor mengenai TAKDIR. Mas Agor mengidentitaskan SUNNATULLAH dg TAKDIR berdasarkan QS.48 : 23. Menurut saya :
SUNNATULLAH : Adalah ketetapan yg tdk pernah berubah dr mula sampai akhir dan kita MENGETAHUI apa ITU yg telah Allah tetapkan sedangkan :
TAKDIR adalah ketetapan Allah MENDAHULUI END RESULT KEJADIAN pada kita YG TDK BERUBAH Firman Allah dlm S.Yusuf ayat68 berbunyi ” DAN TATKALA MEREKA MASUK MENURUT YG DIPERINTAHKAN AYAH MEREKA, MAKA TDKLAH MEREKA TERLEPAS DARI TAKDIR ALLAH…….
Jd menurut saya ada perbedaan antara SUNNATLAH dan TAKDIR
SukaSuka
haniifa said
Waah… saya agak binguungg lagi neeeh 😀
Ketetapan := bentuk lampau
Mendahului := bentuk akan datang
Hasil akhir := bentuk lampau dan sudah dilalui
SukaSuka
aburahat said
@Hanifa
Saya tdk mau membingungkan orang lho jd saya coba jelaskan agar mas td bingung:
TAKDIR adalah ketetapan Allah = bentuk lampau (krn sdh ada )
TAKDIR Bagi makhluk sedang menjalani untuk menuju ke TAKDIR yg
Allah tentukan tapi kita yg menjalani tdk tau utk me-
nuju ke TAKDIR yg Allah sdh tetapkan td = TAKDIR masa
akan datang
TAKDIR Pada waktu dlm perjalanan td dan mengalami kejadian tsb.
mk kita tdk bs lagi kembali krn sdh terjadi inilah kata TAKDIR hasil akhir. Cth: Waktu kematian kita Allah sdh tentukan=
masa lampau. Bagi kita mati masa yg akan datang. Apabila
kita meninggal maka mati yg kita alami=masa lampau
SukaSuka
haniifa said
@mas Aburahat
Trim’s mas, lebih menjelaskan.
Yang saya fahami dari penjelasan mas Agor mengenai (QS 48:23) juga demikian bahwa Allah telah menentukan/menetapkan kemenangan yang besar bagi Rasulullah (khususnya) dan kaum muslimin (umumnya) dalam setiap sesi kehidupan.
Seperti penggambaran yang sangat jelas pada Al Qur’an surah ke-48
Al Fath, baik pada judul surah dan terutama pada ayat 1 s/d 5.
Konteks dari Al Fath secara keseluruhan merupakan penggambaran “takdir” yang mas jelaskan sekaligus juga merupakan Sunatullah yang mas Agor jelaskan.
Saya jadi teringat do’a yang tersirat pada (QS 2:286) :
______________________________________________________
Yaa Rabbana, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Yaa Rabbana, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Yaa Rabbana, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”
Pesan yang ingin saya sampaikan adalah:
orang-orang yang sebelum kami := Para Nabi & Rasul berikut para sahabat-sahabatnya.
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir := kaum kafir adalah sebangsa jin yang membisiki diri sendiri (setidaknya memimpin dirinya sendiri) juga terhadap manusia-munusia yang terbuai oleh bujuk rayu syaithan.
Ini menurut saya lho… 😉 sepertinya tidak ada bedanya pemahaman mas Aburahat dengan mas Agor, hanya dalam perspektif makro dan mikro.
SukaSuka
aburahat said
@Hanifah
Saya bukan ingin perpanjang diskusi kita. Memang klu kita lihat dr SUDUT KETETAPAN benar apa yg mas Hanifah katakan ykni perbedaannya hanya terletak pd perspektif Macro dan Micro. Tapi klu kepada proses maka jauh berbeda. Penjelasannya: Sunnatullah adalah hasil semua ketetapan Allah (walaupuun tdk semua ketetapan Allah adalah Sunnatullah atau dg kata lain semua Sunnatulah pasti ketetapan Allah. Tapi ketetapan Allah tdk pasti menjadi Sunnatullah). Cth Sblm ada matahai , Siang dan Malam dll. Kita tdk bs sdh ada Sunnatullah. Yg mana Sunnatullah? . Tetapi setelah ditetapkan (TAKDR)ada matahari , siang/malam baru kita katakan ada Sunnatullah. Bgm mas Hanifah? Kitakan berdiskusi mencari kebenaran. Dan saya bukan ngoto2tan lho
SukaSuka
yudhisidji said
@aburahat……..
mohon lebih digamblangkan ttg contoh bahwa soal waktu kematian sudah ditentukan Allah. Kita tahu bahwa ada orang dgn umur pendek ada juga yg berumur panjang. Orang orang tertentu yang mampu menjaga kesehatan dengan baik misal seperti di jepang atau di china, banyak diantara mereka mampu bertahan hidup lebih panjang dibanding orang yg mengabaikan masalah kesehatan. Saya pernah mendengar bahwa merokok berarti mengurangi jatah hidup kita di dunia. Bukankah ini “boleh” saya ambil sebagai pengertian bahwa Dia sudah membuat program di alam semesta ini secara logis sebagai dasar sebuah akibat dari suatu sebab.
SukaSuka
yudhisidji said
sebelum ada matahari, siang dan malam belum ada sunatullah…. alam semesta ini dulunya berasal dari yang padu, kemudian dipisah-pisahkan……. sunatullahnya pada saat yang padu itu dipisah atau setelah dipisah-pisah ? mohon penjelasan.
terima kasih
SukaSuka
aburahat said
@Yudhisidji
Ada dua hal yg anda minta penjelasan dan mudah2an anda puas (walaupun tdk 100% krn ketebatasan manusia) tp saya berusaha semaksimal mungkin.
PERTAMA :Supaya tulisan tdk terlalu panjang maka saya hanya sbt Surah berapa dan ayat berapa ditambah penjelasan sedikit selebih saya hrp anda buka Alqur’an :
a.S. As Zumar ayat 30 Sesungguhnya kamu akan mati……
b.S. Al Imran 154. Kamu ditakdirkan mati terbunuh.
c. Al Imran 145. Waktu kematian telah ditentukan
d.S. Yunus 10, S.Al An’aam 2, S. Al Hijr 99, S. Thaha 129
e. S.Fathir 45 Penangguhan kematian.
f. S. Al Muk’min 67. Ada yg mati muda dan ada tg tua.
Semua menunjukan waktu mati telah ditentukan. Hanya kita tdk tau kapan kita mati pd umur 10 th, 20thn, 60thn atau 100 thn. Klu ada yg mengatakan: KLU SAYA ATUR POLA HIDUP SAYA UMUR SAYA BERTAMBAH PANJANG. Apakah Allah telah beritahukan bahwa dia akan mati pd waktu umur 60 thn? Lalu dg merobah pola hidup bertambah menjadi 70 thn.? Kan tdk. Jd perobahan pola hidup dan tdk merokok dlsb hanya merupakan perbaikan kesehatan dan bukan memperpanjang umur.Logicnya klu kita mau merobah sesuatu maka kita hrs tau dulu apa itu sesuatu YG KITA MAU RUBAH. thx mudah2an bisa diterima.
KEDUA:
Sesuatu yg msh mengalami perobahan bukan SUNNATULLAH. Yg waktu berpadu bkn Sunnatuullah krn dr berpadu itu dia DITAKDIRKAN menjadi Alam Semesta yg kita lihat sekarang dan bergerak dlm ketentuan Allah dan tdk mengalami perubahan sehingga Kiamat. akibat ketetatapan ini yg kita sbt SUNNATULLAH
SukaSuka
yudhisidji said
@ aburahat…
terima kasih banyak sudi repot menjelaskan apapunyang menjadi ganjalan saya. sesungguhnya saya teramat gembira bila bertemu dengan siapa saja atau dimana saja dengan orang2 yang siang malam selalu membahas yg terutama berlandas ketentuan hukum Allah. Alhamdulillah.
Namun seperti @aburahat sampaikan terkadang dari penjelasan itu (mungkin krn awamnya saya) kurang bisa begitu langsung paham. seperti masalah mati tadi, setelah saya berusaha membuka ayat2 yg anda tulis diatas sangat nyatalah bahwa ayat2 tsb menggambarkan situasi umum atau kondisi yg bakal terjadisbg “semacam pilihan”, namun sekali lagi tidak ada isyarat bahwa allah menentukan kapan seseorang mati.
apabila keberadaan matahari mewujudkan siang dan malam menjadikan itu sunatullah karena dengan alasan “sudah tidak adanya perubahan sebagaimana halnya kondisi yg padu belum sunatullah karena masih harus dipisah. Bukankah dimensi hukum Allah meliputi kondisi pada saat dihancurkannya semesta ini?? kondisi terakhir setelah semesta ini dihancurkan (saah) yaitu diberdirikan (akhirat). apakah maksud @ aburahat akhirat itulah takdirnya ??
SukaSuka
aburahat said
@ MasYudhisidji
Yg pertama Allah tdk tentukan kapan kita mati. Itu memang pasti. Klu kita kapan kita mati yah kita siap2 aja kira 1 thn kita mati ya menjelang mati kita bertobat dan beribadah. Jd tdk mungkin mas itu RAHASIA Allah. Yg kita bahwa kita pasti mati. Kapan hanya Allah yg. tau. Jadi kita sdg menuju TAKDIR yg kapan nanti kita alami. Besok , seminggu 10 tn lagi waktunya kita td tau.
Kedua . Bukan AKHIRAT itu TAKDIR tp KIAMAT itu takdir. Dan HARI AKHIR itu TAKDIR. Krn ada hari akhir maka hrs ada tempat utk makhluk Surga atau Neraka (klu ini yg mas maksud dgn AKHIRAT )
SukaSuka
haniifa said
@mas Aburahat
Saya sependapat dengan @mas Yudhisidji ”
sebelum ada matahari, siang dan malam belum ada sunatullah…(Haniifa: Peredaran matahari). alam semesta ini dulunya berasal dari yang padu, kemudian dipisah-pisahkan……. sunatullahnya (Haniifa: Nilai Awal) pada saat yang padu itu dipisah atau setelah dipisah-pisah ?
Juga saya sependapat dengan mas, yaitu :
Kitakan berdiskusi mencari kebenaran. Dan saya bukan ngoto2tan lho
Nah… dalam hal ini, sepertinya kita semua sama yaitu mencari pemahaman sesuatu yang mungkin (bisa katakan tidak) mengerti seutuhnya.
Sehingga saya mencoba menulis ini.
Esensinya adalah….
Firman Allah Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir :
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS 36:82)
“Jadilah!” := Nilai Awal + Akal dan pemikiran Manusia + Nilai Akhir
Begitu juga nilai-nilai pemahaman manusia terhadap “Sunnatullah”, “Takdir”, “Kiamat”, “Berbagai disiplin ilmu pengetahuan”,…. dsb.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
@mas Aburahat & @mas Yudhisidji
Jujur neeh…. 😀
Saya berbeda dengan istri… tingkat pemahaman, masalah ekonomi, latar belakang pendidikan, jenis kelamin … dsb.
Insya Allah, yang membuat sampai saat ini saya masih bisa harmonis berumah tangga adalah bukan mencari perbedaan yang nyata… akan tetapi perspektif problematika dihadapi dengan kebersamaan (baca: mencari solusi bersama, karena memang harus dihadapi sama-sama)
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
yudhisidji said
“Jadilah!” := Nilai Awal + Akal dan pemikiran Manusia + Nilai Akhir
@hanifa…. ini suatu hal baru yang sangat luar biasa. sebagai catatan tambahan bila Allah berkata “jadilah”…. ternyat Dia tetap menyertakan hukum sebab akibat yang tentunya dalam frame yang bisa dipahami manusia. sebagai contohnya saat Dia ber “jadilah” atas isa as ternyata tetap saja isa as dihamilkan kurang lebih 9 bulan, sedangkan fakta maryam tdk bersuami bisa dijelaskan melalui teori parthenogens atau hermaprodhit dalam hewan. begitu pula “jadilah” pada alam semesta ini setelah dijelaskan pada ayat2 lain ternyata selama bermasa-masa. SEbuah pemikiran bagi kita bahwa “jadilah” tidak sama dengan sim salabim
wassalam, yudhisidji
SukaSuka
haniifa said
Sekali lagi mohon maaf:
Ketika alam semesta ini bersatu padu := Sunnatullah.
Ketika kita saat spermatozoa := Sunnatullah
Ketika spermatozoa bertemu ovarium := Sunnatullah
Ketika perubahan dari anak kecil menuju aqli baligh := Sunnatullah
Ketika perubahan cara pandang/ berfikir/ kebijaksanaan / toleransi := Sunnatullah.
SukaSuka
truthseeker said
@yudhisidji Berkata:
Juni 2, 2008 pada 10:07 am
SETUJU..!!!
SukaSuka
truthseeker said
@yudhisidji Berkata:
Juni 2, 2008 pada 10:34 am
BERRATTT…!!!…
SukaSuka
aburahat said
Tolong teman2 dlm KUN Nya Allah jgn berpikir dg pola pikir kita. Dlm KUN Nya Allah sdh ada segala sesuatu (berencana) yg kita alami sekarang. Jd KUN Nya Allah lalu FAYAKUN itu rencana dr Awal sampai Akhir
SukaSuka
truthseeker said
@yudhisidji
Selamat kenal mas yudhsidji. Salut atas analisa2 kritisnya.
Kalau boleh saya nimbrung diantara diskusi mas ydhi dg P’ Abu Rahat.
1. Maut & Umur:
Saya sendiri mempunyai konsep yg sedikit berbeda ttg masalah maut dan umur. Maut/mati dan Umur adalah 2 hal yg berbeda. Kita tdk akan kesulitan menemukan dalil di Al Qur’an bhw semuamakhluk akan mati/musnah. Dari sini saya berpendapat bhw maut/mati adalah takdir. Namun umur adalah hasil usaha manusia dg dibatasi oleh sunatullah.
Tentunya Allah yg maha Tahu telah mengetahui (dan mencatat) seluruh perjalanan alam semesta ini. Dari sifat Maha Tahu Allah mencatat/menetapkan umur manusia. Namun manusia diijinkan berikhtiar utk menjadi umur panjang atau pendek.
Kesulitan pemahaman akan terjadi pd saat kt menyalahartikan catatan Allah di Lauful Mahfudz sbg ketetapan Allah secara paksa.
Sehingga kita akan menemukan kontradiksi2. Jadi dg kata lain kt bs katakan bhw catatan tsb adalah jg catatan dr perjalanan ikhtiar manusia.
2. Sunatullah sebelum penciptaan langit & bumi:
Saya akan coba berkomentar, namun sy sendiri blm mempunyai konsep yg tuntas ttg hal ini, namun sy cb berkomentar atas apa2 yg telah teman2 sampaikan utk mencoba mengkritisi shg teman2 bs meneruskan utk kt semua dapatkan konsep yg tuntas.
Pertama2 saya ingin mengingatkan bhw jgn kt terjebak bhw sunatullah itu adalah sekedar siang malam, krn telah adanya langit dan bumi (matahari, bumi dll). Sunatullah ada banyak sekali, dan sunatullah yg tdk ada sebelum yg pasu tsb dipisahkan.
Namun komentar sy ini jg bukan berarti bhw pasti ada sunatullah sebelum penciptaan.
Tapi jk kt bahas dr sisi filosofis, mk akan sampai kita pd pemahaman bhw sunatullah tdk ada sebelum penciptaan, krn belum ada makhluk yg menjalani sunatullah tsb. bagaimana ada gravitasi jika tdk ada lebih dr satu materi? Jadi kt kayaknya hrs terlebih dahulu mendudukan dg benar apa arti kata ada..
Apakah kt bs katakan gravitasi itu ada jk tdk ada materi yg ditarik?, apakah bs kt katakan takdir maut/mati itu ada jika blm ada makhluk yg hidup?
SukaSuka
truthseeker said
@yudhisidji Berkata:
Juni 2, 2008 pada 2:03 pm
SETUJU..!!!!
SukaSuka
haniifa said
Teori parthenogens atau hermaprodhit
Pengkodean:
Manusia Laki-laki := x x
Manusai Wanita := x’ y
Result:
1. Anak laki-laki := x x’—(x’ dari ibu)
2. Anak laki-laki := x’x —(x’ dari ibu)
3. Anak perempuan := x y —(x dari ayah)
Firman Allah dalam surah An Nisaa :
llah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan ;…” (QS 4:11)
Wanita : Laki-laki := 2 : 1 — Cocok 😀
Nah… Pengkodean hermaprodhit
1. Tidak berjenis kelamin := x x x’y
atau…
2. Tidak berjenis kelamin := x x’y
atau…
3. Tidak berjenis kelamin := x x y
Anak saya pernah beli anak ayam petelur, dan pada saat menjadi ayam dewasa…. 😀 Ayam tersebut menghasilkan “Telur”, Alhamdulillah… saya goreng buat sarapan. 😀
Sungguha luar biasa jika para ilmuan memaksakan diri pengkodean manusia menjadi x x y … 8) 8)
Selain menghina Nabi Isa a.s, juga menghina para ilmuan biolog.
Soal Nabi Isa a.s anak Maryam, itu sudah Sunnatulllah… dan manusia tidak akan pernah bisa mengubahnya atau meniruNya.
Subhanallah…
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
yudhisidji said
terima kasih @ haniifa sudah memberi warning sedemikian keras kepada saya. namun demi Dia yang saya pasrah atas apa yang sudah Dia tentukan untuk sekuatnya saya ikuti. sedikitpun tidak mungkin saya menghina nabi besar isa putra maryam.berpikirpun tidak.memang perlu pencermatan dan kearifan dalam diskusi untuk mencapai sesuatu yang haq/logis, dan saya memahaminya dengan sedikit logika saya yang pas-pasan.
seperti halnya dalam penterjemahan 7/189-190, di sana mas depag memberi kurung adam sbg manusia pertama yang kemudian kafir/menyekutukan Dia dengan yg lain. apa adam pernah kafir? atau terjemahan itu ada yg salah atau apa.
termasuk analisa ttg isa tentunya. sekali lagi tidak mungkin saya bermaksud menghina, tapi bila itu membuat tidak enak saudara2 lain saya mohon maaf…..
@truthseeker terima kasih dan salam kenal juga
SukaSuka
aburahat said
@YUdhissdji
Saya rasa dlm hal berdiskusi kita tdk mempunyai Heartfeeling tdk ada rasa tersinggung jd tdk perlu anda minta maaf kita saling mengerti bahwa dlm diskusi sering ada emosi. Tp kemudian sadar
SukaSuka
haniifa said
Sulit saya mengatakan… kekaguman dan kebanggan dapat berdiskusi dengan terbuka, salam hormat secara pribadi kepada:
@mas Yudhisidji
@mas Truthseeker
@mas Aburahat
@mas Abudaniel
dan tidak lupa…
@mas Agorsiloku berikut rekan-rekan diskusi…
Semoga Allah,selalu melimpahkan rahmat dan curahan kasih sayangNya, Amin.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
truthseeker said
@haniifa Berkata:
Juni 2, 2008 pada 1:59 pm
Terima kasih infonya, skr saya sdh tahu kalau anda bukan mba Haniifa melainkan mas Haniifa…
SukaSuka
haniifa said
@mas Truthseeker
Ha.ha.ha.
Seandainya… Haniifa,MBA
Sayangnya mimpi… 😀
SukaSuka
aburahat said
@Hanifa
Sama2 kita smua gembira dn berkenalan dan berdiskusi. usul mas supaya lain orang baru jgn kecele saya sendiri hampir ditambah Abu didepan
SukaSuka
hahaha.com said
seorang guru bertanya kpd muridnya pd saat pelajaran sejarah…
Guru: “andi! coba kmu jelaskan knp pangeran diponogoro bisa trtangkap oleh Belanda?”
Murid: ” Gampang pak! Jawabannya krn…krn..SDH TAKDIR PAK!”
‘lah klu bgtu indonesia dijajah 350 tahun jg…SDH TAKDIR.
seorang profesor brtanya kpd seorang mahasiswa…
Profesor:”Apa kmu tau knp di indonesia bnyk koruptor?”
Mahasiswa:”Karena banya pejabat yg menganggap dirinya sdh ditakdirkan menjadi koruptor”
‘lah kapan insyafnyaaa…..
@
ha…ha…ha… kapan insyafnya… 😀
Masih menunggu takdir atau lapor ke KPK….
SukaSuka
wahyu said
makasih semuanya
begini kesimpulan saya
takdir adalah hukum Allah yang berdasar pada sebab akibat dari perbuatan manusia. bener nggak sih?
kalo memang takdir tidak bisa berubah misal kita ditakdirkan masuk neraka (walupun tidak tahu takdir kita akan kemana nantinya) apakah usaha kita didunia untuk bisa masuk surga menjadi sia-sia?
Tentu hukum Allah tidak seperti itu.
@
Takdir adalah hukum Allah. Itu yang baru saya pahami. Sedang sebab akibat dari perbuatan manusia adalah pekerjaan manusia yang memanfaatkan hukum-hukum Allah atau sunnatullah ini. Dengan pemahaman ini, maka jika “saya dengan tangan saya melemparkan bola ke atas”, maka sunnatullah bola akan bergerak ke atas ketika percepatan ke atas lebih besar dari gaya tarik bumi, kemudian jatuh ke bawah karena ditarik gaya tarik bumi. Itu sunnatullah. Kalau kemudian bola yang jatuh ke kepala saya maka sunnatullah pula bahwa saya menjadi klenger karena bola itu. Kalau saya menghindari bola jatuh ke kepala saya dan saya bergeser lalu menangkap dengan tangan saya, maka sunnatullah pula tangan saya bisa bergerak untuk menangkap bola yang ditarik oleh gaya tarik bumi itu. Esensi seluruh kegiatan manusia melempar bola dan menangkap bola kembali — dalam konteks ini — adalah pelaksanaan dari kehendak mutlak Allah.
Manusia tidak bisa mengubah sunnatullah ini dan manusia tidak memiliki karunia apapun untuk mengubah sunnatullah itu. Namun, manusia dikarunia pilihan untuk melemparkan bola itu ke atas, menangkapnya, atau tidak melemparkan bola itu atau bahkan menjual bola itu ke orang lain. Semua kejadian pada bola itu menjadi mungkin dan satu kejadian menjadi terjadi ketika sebuah perbuatan dilakukan dalam sunnatullah tersebut.
Berangkat dari sini, maka bola ditangkap atau menimpa kepala atau dijual adalah pilihan-pilihan yang dijalani oleh manusia tersebut. Dalam pemahaman saya, takdir itu seperti ini. Jadi takdir masuk neraka atau surga bukanlah takdir final, tapi takdir pilihan dari output setiap tindakan dalam kerangka sunnatullah.
Allah tentu saja dengan posisi Maha Mengetahui tentu mengetahui bahwa pilihan manusia itu adalah menangkap bola !.
SukaSuka
Anonim said
di hindu takdir karma yg berasal dari hasil perbuatan kita kehidupan yg lalu
“Agung” bali
@
saya lupa lagi, bagaimana konsepsi agama Hindu tentang takdir. Perbuatan masa lalu yang mana, dari generasi mana, bagaimana logika jika terjadi untuk seluruh kejadian manusia, bagaimana resultante penjumlahannya dari lahir – hidup – mati berkali… kali….
Apakah sama konsepsi ini antara Hindu di India dengan Bali atau dengan di Gn Bromo misalnya..
Banyak hal memang tidak agor pahami juga…
SukaSuka
Anonim said
segala yang kita alami sekarang itu seperti raport dan nilai nilainya dari kehidupan dan kelahiran masa lalu yang berulang ulang di agama hindu dan budha ini disebut dengan ” KARMA ”
kalo kita berbuat baik sekarang maka nilainya atau point nya yang mendapatkan pada kelahiran kita berikutnya
@
Hidup saat ini adalah seperti rapor dan nilai-nilai kehidupan dan kelahiran masa lalu yang berulang-ulang, tapi karena manusia hidup datang dari dua raport berbeda (ibu dan bapak) maka kehadiran kita di dunia adalah gabungan dua raport sebelumnya. Begitu juga dengan turunan-turunan selanjutnya akan dipenuhi oleh kombinasi dari nilai-nilai raport sebelumnya…..
SukaSuka
meelala said
sampai detik ini sudah banyak yang saya baca tapi saya tetap belum puas dengan penjelasan yang disampaikan tentang takdir menurut kesimpulan saya seolah olah manusia itu hanya sebagai wayang yang dimainkan oleh allah karena segala sudah ditentukan allah kita masuk neraka atau surga, karena bila terjadi sesuatu yang menimpa manusia seakan itu kehendak allah memang sudah ditentukan demikian, saya tidak setuju dengan pola pikir seperti ini.manusia diberi hak oleh allah untuk memilih jalan yang baik dan benar atau memilih jalan yang jelek, yang akhirnya kita sendiri yang akan menentukan ke surga atau ke neraka..Saat ini yang masih menjadi pemikiran saya tentang umur manusia, apakah benar sudah ditetapkan oleh allah? kita ini dikasih sekian umurnya?, mau menjaga kesehatan atau tidak, bagaimana saya mohon tanggapannya.
@
Memang betul, manusia diciptakan seperti kendaraan mobil juga. Ada batas kecepatannya, ada volume mesinnya, ada batas kekuatannya yang ditetapkan oleh pabrik pembuatnya. Tentu saja manusia lebih kompleks dan rumit. Namun, seperti mobil, potensinya terukur dan jelas. Kalau dipelihara dengan baik maka nilai depresiasinya sama tapi biarpun nilai bukunya sudah nol, tapi tetap bisa dipakai dengan baik. Kesehatan yang terjaga, kehati-hatian adalah pilihan yang membuat umur mobil (manusia) menjadi lebih panjang dari rata-rata. Ini pemahaman saya.
Di lain sisi, setiap langkah kehidupan ada dalam lingkup kehendakNya yang begitu luas dan kita tidak mampu mengukurnya. Sebagian dari padanya adalah hal ghaib buat kita. Apa yang terjadi besok adalah penjumlahan resultante dari seluruh unsur-unsur kehidupan. Ada milyaran kehendak dari setiap titik kehidupan, kita tidak bisa merumuskannnya.
Kejadian dalam konteks kehendak Allah seperti ditegasi, diilhamkan jalan kebaikan dan jalan keburukan. Diberikan kesempatan memilih (menggunakan potensi yang diberikan) untuk menjalani kehidupannya di dunia.
Konteks takdir dalam konsepsi Islam, tentu tidak bisa dibatasi hanya pada ukuran-ukuran dunia. Namun fenomena lengkap sampai ke alam akhirat dimana dunia menjadi salah satu bagian dari stasiun perjalanan….
SukaSuka
aburahat said
@meelala
Selamat kenal. Saya coba menanggapi pertanyaan saudara dengan Firman Allah berikut:
1. Dalam Surah Al-Faatir:11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.
2. Dalam Surah Al-An’aam: 60. Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.
Menurut ayat tersebut diatas saya tafsirkan bahwa umur kita telah Allah tetapkan. Tapi kita tidak tahu berapa panjang umur kita. Wasalam
SukaSuka
faisal dan nirwan said
assalamualaikum, keselamatan kesejahteraan bagimu dan rahmat Allah dan berkah-Nya,,,
kami tidak mau berpendapat,,,khususnya masalah takdir dan nasib
dalam Al-Qur’an daN As-Sunnah:
1) Firman Allah tentang pribadi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
”Padahal Allahlah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat.”(Ash-Shaffat: 96)
dalam ayat di atas: segala sesuatu apa yang kita perbuat telah diciptakan oleh Allah, jika Allah telah menciptakan perbuatan kita dalam Lauh Mahfuzh, kapan Allah menciptakan perbuatan manusia?
2) Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhuma berkata,
”Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah telah menulis ketentuan seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selang waktu lima puluh ribu tahun.” (HR. Muslim)
jadi jika kita sudah ditakdirkan segala sesuatunya, sudah ditakdirkan masuk syurga atau masuk neraka,sebelum kita melakukan amal, maka apa yang harus kita lakukan?
jawab:
kita hanya bisa berserah diri akan ketetapan Allah, tapi jangan berputus asa atau mengatakan : “percuma kita beribadah jika kita sudah ditakdirkan masuk neraka! “,
maka wahai para sahabat BERAMALLAH mudah-mudahan kita termasuk yang ditakdirkan menjadi orang shaleh, berserah diri, dan diwafatkan dalam keadaan ISLAM, AMIIIN…..karena dalam hadist :
Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dan lafazh dari riwayat Imam al-Bukhari dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya Nabi bersabda.
”Setiap orang dari kalian telah ditentukan tempatnya di Surga atau di Neraka. Seseorang bertanya, ‘Kenapa kita tidak pasrah saja, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Jangan, akan tetapi berbuatlah karena masing-masing akan dimudahkan”. Kemudian beliau membaca ayat, ‘Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa.” (AI-Lail: 5)
wassalam wahai sahabat jangan lah kita termasuk yang mendapatkan fitnah sang DAJJAL kita tunggu kedatangan Al- Mahdi!!
@
Perdebatan dan aliran mengenai pemahaman takdir dari ayat yang disebutkan telah dijalani sejarah Islam dari masa ke masa dan menimbulkan aliran-aliran yang memiliki paham yang tidak jarang saling bertabrakan antara pendekatan kemutlakan dan pengembangan potensi kemanusiaan. Beragam aliran dengan dasar-dasar filsafat keislaman maupun dari sumber lain yang berinteraksi telah begitu banyak dibahas oleh para ulama dan pemikir agama. Adakah manusia memiliki kebebasan memilih atau tidak punya pilihan. Bagaimanakah kita memahami “segala sesuatu apa yang kita perbuat telah diciptakan Allah”. Demikian juga dengan hadis yang disitir tentang ketentuan seluruh mahluk telah ditetapkan…. Demikian juga dengan ajakan kebaikan, sudah ditetapkan. Apakah keburukan juga ditetapka?, apakah neraka dan surga dimasuki juga sudah ditetapkan?. Pertanyaan lebih penting lagi : Apa yang dimaksud dengan ditetapkan?.
Wassalam.
SukaSuka
faizal said
sudah wahai kawanku,,sudah,,,sudah di tetapkan. yang paling sadar sudah ditetapkan celaka ialah “iblis!” iblis sudah ditetapkan menjadi mahluk yang mendurhakai Allah,,dan ditakdirkan membenci manusia, dan ditakdirkan masuk neraka! iblis sudah menyadari hal itu,,,
ditetapkan itu maksudnya ditakdirkan,,,.
maka Tuhan mana yang bisa mengubah ketetapan Allah.
SukaSuka
faisal dan nirwan said
asslmlkum wr wb
oiya buat meelala :
memang seperti itulah kehendak Allah, kita tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi orang-orang yang berserah diri pada ketetapan Allah lah yang selamat Akhirat…
Allah itu maha kaya, betapa banyak kaum Nuh.as yang telah dibinasakan oleh Allah, kaum Aad, kaum Tsamud, Kaum Luth, Kaum Madyan, fir’aun, semuanya itu ditakdirkan diazab di dunia dan ditakdirkan menjadi penghuni neraka di Akhirat…betapa banyaknya manusia yang dibinasakan seprti kaum-kaum yang di atas, dan Allah tidak rugi membinasakan mereka, Allah maha kaya, Allah bisa menciptakan mahluk yang lebih baik dari mereka, dan kita tidak bisa menuntut hak/protes apapun kepada Allah, seperti menuntut kepada atasan kita.
pertanyaan: mengapa Allah menciptakan neraka dan syurga?
jawab: yaitu supaya ada penghuninya, dari golongan manusia dan jin.
maka haruslah ada manusia yang ditakdirkan masuk neraka! maupun sebaliknya,pahamilah ini!
pertanyaan :Apakah kita termasuk yang ditakdirkan masuk neraka?
jawab : itu sangat mungkin terjadi, tetapi Allah lah yang mengetahui hal yang Ghaib.
Allah tidak rugi jika Allah mengazab kita yang hanyalah ciptaan-Nya,
maka beriman lah, brtakwalah,berserah dirilah,mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang beruntung, atau ditakdirkan masuk syurga, Amiin….
SukaSuka
faisal dan nirwan said
asslm wrwb
pertanyaan: mengapa yang menjadi penghuni neraka adalah golongan manusia dan jin?
pertanyaan: mengapa Allah tidak menciptakan manusia dan jin untuk menjadi penghuni syurga saja?
jawab:
* karena Allah ingin “disyukuri” oleh mahluknya, itulah SIFAT ALLAH
* karena jika semua manusia masuk syurga niscaya tidak ada yang bersyukur kepada Allah
* karena inilah ketetapan Allah dan Tuhan mana yang bisa mengubah ketetapan Allah ( Lauh Mahfuzh )
* ingatlah kisah ketika Allah mengusapkan ke sulbi-sulbi Adam as,keluar ruh hitam dan ruh(anak cucu Adam as calon bakal penghuni neraka) dan ruh putih (sebaliknya), lalu Adam berkata: tidak adil jika ada anak cucuku masuk neraka padahal mereka belum beramal. lalu Allah menjawab : karena Aku ingin “disyukuri”.
maka BERSYUKURLAH kita ditakdirkan mempunyai ilmu ini yang sudah ditulis dalam Lauh Mahfuzh, sehingga kita mempunyai tujuan hidup yang sebenarnya di dunia ini, yaitu tujuannya orang pertama kali di dunia Adam as, yakni ingin kembali lagi syurga! dan jangan tertipu lagi oleh iblis lagi di kehidupan di dunia ini.. Amiin
@Wass.wr.wb.
Pertanyaan dan jawaban ini cukup menggelitik lho Mas. Jawaban yang menarik. Kalau boleh, ijinkan agor memberikan sedikit catatan. Khususnya mengenai konsepsi Syukur. Blog Beranda suluk menjelaskan di sini.
Bersyukur merupakan konsepsi sikap dan perilaku. Konsepsi perilaku baik adalah syukur dan konsepsi perilaku lawannya adalah kufur. Konsepsi syukur adalah bertambahnya nik’mat dan kufur adalah azab. Azab datang saat di dunia atau kelak (setelah mati) sebagai konsepsi perjalanan manusia yang akhirnya kembali kepada Penciptanya.
Bersyukur adalah pilihan, bukan karena Allah ingin disyukuri. Allah tidak membutuhkan dan “ingin” disyukuri, karena jika konsepsi ini kita terima, berarti Allah adalah subjek yang membutuhkan dari yang diciptakanNya. Ini menyalahi kodrat kemahaan dari Sang Pencipta. Kita berdoa untuk diri kita atau orang lain, beribadah kepadaNya adalah bagian dari usaha kita membangun jati diri untuk melangkah menuju kepadaNya dalam segala ridhaNya.
Jadi perintah Allah agar bersyukurlah kepada nikmat yang diberikanNya kepada manusia adalah konsepsi untuk memanfaatkan dalam sikap dan tindakan yang manfaatnya serta konsekuensinya akan diterima manusia.
Contoh lebih sederhana : kita memiliki dua orang anak, masing-masing kita berikan uang 100 ribu. Anak yang bersyukur akan memanfaatkan uang itu dengan berguna dan karenanya membuka peluang multi efek untuk membuat uang 100 ribu itu menjadi lebih banyak lagi. Tetapi anak yang satu lagi memanfaatkannya untuk berfoya-foya dan seketika habis. Pemanfaatan ini menimbulkan akibat teguran dan kegagalan anak itu memanfaatkan pemberian secara baik yang akhirnya merugikan anak itu sendiri.
Wassalam.
SukaSuka
faizal said
hay agor keselamatan dan kesejahteraan untukmu,,^_^,,
maaf baru bls,,
sifat Allah itu banyak wahai kawanku,,,cnth: ingin disyukuri, ingin disembah,,ingin adil dll…berimanlah pada sifat-sifat Allah!
maka Allah sering berkata : sembahlah Aku,,,Bersyukurlah padaku,,
dan Allah tidak pernah berkata:
“Aku tidak suka berlaku adil”. mengapa seperti itu? karena itulah sifat Allah.
jika tentang cntoh anak 1 rupiah ^_^,,
berarti anak yang memanfatkan dan tidak memanfaatkan uang tadi sifat anak tersebut sudah ditakdirkan seperti itu! oleh Allah,,,!
bisa saja jika Allah menghendaki, semua anak tersebut memanfaatkan uang tersebut,atau pun sebaliknya Allah menghendaki anak tersebut tidak memanfaatkan uang tsb.
walahualam
nah jadi bersyukurlah jika kita ditakdirkan oleh Allah menjadi anak yang bersyukur tsb. ditakdirkan mempunyai sifat seperti anak yang bersyukur tersebut.
maka berserah dirilah atas ketetapanNya, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, barang siapa berputus asa maka dia adalah orang kafir.wasalm
SukaSuka
Anonim said
Bagaimana kalau seorang isteri mencintai orang lain setengah mati meskipun tidak sampai harus berbuat “maksiat” dan ingin kawin dengannya yang beralasan bahwasanya sewaktu jatuh cintapun itu merupakan takdirnya..? Sebagai catatan si isteri ini sadar betul bahwasanya ada usaha untuk merayunya dan dia menikmatinya meskipun sadar itu keliru? Yang dia yakini adalah bahwasanya Allah telah memilihnya untuk menjalani uji cobanya dengan mencintai orang lain tersebut sampai harus berbohong kepada keluarganya dan berani bercerai dengan suaminya hanya untuk menutupi identitas lelaki yang dicintainya. Oh iya, salah satu alasan kenapa si isteri tidak ingin kawin dengan lelaki ini adalah (1) beda usia sekitar 20 tahun dan (2) si lelaki ini belum mapan untuk menghidupi satu keluarga. Terimakasih atas jawabannya ke email saya tersebut…
@
Saya mohon maaf, tidak dapat dan tidak tahu harus menjawab bagaimana untuk hal-hal seperti ini. Saya bukan ahlinya. Banyak hal yang saya sendiri tidak mengerti. Namun, saya percaya bahwa takdir tidak berada dalam konsepsi berpikir ini. Takdir yang saya pahami bukanlah ketentuan pada satu pilihan, tapi pada ragam pilihan kehidupan. Apalagi yang tumbuh di sekitar cinta… yang pemahaman agor sendiri masih sangat minimal.
Namun, saya lebih suka berpikir konsekuensi dari peristiwa. Misal, isteri berbohong (tidak menjelaskan) identitas atau menjelaskan akan berakibat apa?, mana yang lebih baik konsekuensinya?. Bagaimana kita menanggapi sebuah kejadian dan bagaimana langkah-langkah yang kemudian diperkirakan akan terjadi. Apakah tahu itu lebih penting dari pada tidak tahu. Namun, selebihnya, saya memang tidak memiliki pemahaman yang baik di wilayah ini… mohon maaf.
SukaSuka
Pilihan « Generasi Biru said
[…] pilihan hidup itu adalah sebuah garis takdir, buat saya justru apa yang kita pilih justru itulah takdir sekalian […]
SukaSuka
Focus On IT » Blog Archive » Pilihan said
[…] pilihan hidup itu adalah sebuah garis takdir, buat saya justru apa yang kita pilih justru itulah takdir sekalian […]
SukaSuka
agung nugroho said
pertama untuk tau yang mana sh takdir qt,gampang:
kita harus tau siapa sih kita itu, kayak gimana sifat kita, trus dengan segala sifat yg kita miliki apa aja yg akan terjadi jika kita berinteraksi dengan sifat2 makhluk Allah lainnya
semua itu ibarat air,qt tau air itu merupakan benda cair, sifatnya basah, memadamkan api, jika di panaskan menguap, jika didinginkan membeku,
permasalahannya kenapa qt gk bisa tau takdir qt, masih sedikit dari sifat yg kita miliki itu yg kita ketahui/ kita sadari,belum lagi qt masih sedikit juga pengetahuan qt mengenai sifat2 makhluk-Nya, nah tepat sekali qt memiliki keterbatasan untuk mengetahui sifat qt dengan lingkungan qt(tingkat keakuratan qt mengenal diri sendiri,makhluk-Nya,dan Diri-Nya terbatas)
sekiranya kita tau bahwa air itu jika di panaskan akan menguap menjadi asap, nah itulah takdir
kita mau memanaskan air tapi kita gk tau di tempatkan dimana air itu,trus bagaimana caranya?apakah pakai api apa sinar matahari, hasil dari setiap cara yg di gunakan akan berbeda, yg kita tau ,kita cuma mau memanaskan air,
terbatas banget kan pengetahuan kita, jd kita gak tau apakah semua air itu akan menjadi asap / sebagian
seperti itulah kita, qt gk bisa tau seperti apa takdi kita kecuali qt memiliki pengetahuan yg cukup
untuk mampu mengubah takdir,qt harus tau dulu seperti apa takdir qt?
takdir qt aja gk tau , gimana bisa qt ngubahnya?
okelah, anggaplah qt tau takdir qt,misalkan hr ini gw klo makan nasi pasti mati,berarti satu satunya jalan supaya gk mati, hari ini gw gak boleh makan nasi
alhasil qt menganggap qt berhasil mengbah takdir qt
padahal apa yg qt ubah itu merupakan takdir yg sesungguhnya, jadi takdir qt yaitu mengubah dari tadinya mau mati jadi gak jadi mati,
sebenarnya anggapan bahwa qt mengetahui takdir itu salah karena seperti yg saya katakan tadi pengenalan sifat makhluk2-Nya dan Diri-Nya terbatas, padahal qt adalah makhluknya
qt tau hr ini makan nasi pasti mati,tp qt jg harus tau klo qt tau kondisi tersebut ,qt sebagai pemilik sifat,yaitu sifat ingin mengubah keadaan adalah merupakan takdir juga
jadi berubahnya kondisi dari mau mati tapi gk jadi itulah takdi sesungguhnya, jd gk bisa qt bilang qt berhasil mengubah takdir, karena ada tkdir yg qt lupakan yaitu hasrat qt untuk tetap hidup adalah merupakan takdinya juga
moon maaf klo ribet bahasanya
@
Terimakasih catatannya Mas Agung… rasanya penjelasannya sama dengan juga dengan pemahaman agor… Terimakasih juga sudi berkunjung ke blog agor ini… 😀
SukaSuka
Blognya Orang Sampit | Mampukah Manusia Mengubah Takdirnya? said
[…] Sumber: https://agorsiloku.wordpress.com/2008/03/16/mampukah-manusia-mengubah-takdir/ […]
SukaSuka
Irawan Danuningrat said
Menurut hemat saya, takdir adalah segala KEJADIAN yg telah terskenario untuk dijalani sebagai rangkaian kehidupan kita,di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang.
Dianalogikan dengan kisah/babad Bharatayuda, semua kejadian yg tertuang dan dialami oleh seluruh pelakonnya, keluarga Kurawa dan Pandawa, semuanya telah diskenariokan sejak awal oleh Mpu Wyasa.
Semua pembaca “babad bharatayuda” pasti mengetahui bahwa semua tokoh dalam ceritera tersebut menjalani semua episode yg dibuat Mpu Wyasa sesuai peran masing-masing, tanpa mengetahui bagaimana skenario yg ada dalam buku skenario Mpu Wyasa (“lohmahfudz”). Meskipun demikian, kita bisa membaca bahwa dalam babad tsb terdapat episode yg menyiratkan adanya “pembocoran” TAKDIR warga Kurawa buatan Mpu Wyasa tsb. Bocoran “takdir” tsb a.l. muncul dlm episode kelahiran Gatutkaca yg ketika dipotong ari-arinya warangka [sarung] panah Kunta milik Adipati Karna masuk dan menghilang dalam perut Gatutkaca. Melalui tokoh Kresna Mpu Wyasa (sang pembuat skenario) “membocorkan skenario masa depan” kepada seluruh putra Pandawa, juga kepada seluruh pembaca, bhw Gatutkacalah yg bakal menjadi penyelamat Pandawa dalam perang Bharatayuda yg kelak pasti terjadi, dari gempuran panah Kunta Adipati Karna. Dengan mengetahui hal tsb, keluarga Pandawa selain menggembleng & melatih Gatutkaca dengan berbagai ilmu kedigjayaan, mereka juga begitu concern atas keselamatan Gatutkaca agar ksatria ini tetap eksis hingga terjadinya perang Bharatayuda (mungkin sekalian berharap pula mudah-mudahan Gatutkaca mampu tetap hidup menghadapi terjangan panah Kunta tsb).
Bocoran “takdir” lainnya terhadap para pembaca dan tokoh pelaku Bharatayuda a.l. tentang kehidupan Durna (kelak binasa terkena panah titisan Erawan yg mati terpanah Durna), kehidupan Prabu Destarata dll.
Meskipun telah mengetahui “takdir”nya dan tak sedikit ikhtiar yg ditempuh oleh masing-masing tokoh guna mengubah skenario tsb, namun Mpu Wyasa seolah tak bergeming melihat semua ikhtiar tsb dan dia tetap mewujudkan “takdir” yg telah dibuatnya terhadap masing-masing pemeran. Begitu bukan? wah… “kalau begitu apa gunanya ikhtiar?”.
Menurut hemat saya, semua ikhtiar yg dibuat tsb terbukti sangat besar pengaruhnya. Bayangkan jika jika Gatutkaca tidak digembleng fisik dan mentalnya agar menjadi ksatria digjaya, meskipun karena takdirnya dia pasti tetap eksis hingga datangnya perang Bharatayuda(karena momentum kematiannya ditetapkan terjadi pd perang tsb), kemungkinan besar kondisi dan eksistensi ybs berbeda. Tanpa ikhtiar tsb bisa jadi Gatutkaca hidup merana menderita cacat, misalnya akibat kalah duel melawan Aswatama, atau gila gara-gara stress mengetahui bahwa kelak ia pasti tewas dalam perang, sehingga ketika takdir itu terjadi, kematiannya tidak membawa makna, bahkan ia mati sia-sia sebagai tumbal sebuah perang saudara.
Ikhtiar yg dilakukan Gatotkaca dan keluarga Pandawa terbukti menjadikan Gatotkaca hidup penuh makna, menjadi sinatria pinilih, gagah, dicintai, terpuji dan gugur sebagai pahlawan yg dimuliakan berbagai pihak, termasuk oleh Mpu Wyasa yang membuat skenario (takdir), sehingga konon beliau memberi Gatutkaca tempat mulia di swargaloka.
So, tampaknya semua pelaku mustahil mengubah kejadian yg telah diskenariokan (ditakdirkan) Sang Maha Pencipta TANPA CAMPURTANGAN -NYA. Namun demikian Allah swt menganugrahkan potensi, kebebasan dan berbagai peluang untuk MENGUBAH VALUE dari skenario yg mesti dijalani para pelaku dlm hidupnya.
Di sisi lain, manakala Allah ridla dan berkehendak, apa susahnya mengubah takdir (skenario) yg telah dibuat-Nya sendiri??
Maka dari itu saya merasa gak terlalu dan gak perlu bingung memikirkan takdir dan peluang untuk mengubah takdir, yg penting kita terus berikhtiar menggapai hidup terbaik dengan perbuatan nyata yang tidak menyalahi larangan-Nya, dibarengi doa memohon Allah berkenan menganugrahkan yang terbaik menurut-Nya bagi kita. Amin
@
Terimakasih catatannya… kalau tidak keberatan ada beberapa catatan yang ingin mungkin perlu saya renungkan kembali, khususnya dari poin yang Mas sampaikan :
Menurut hemat saya, takdir adalah segala KEJADIAN yg telah terskenario untuk dijalani sebagai rangkaian kehidupan kita,di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang.
Dalam sejarah aliran, berbagai-bagai aliran muncul baik yang melahirkan sikap fatalis maupun yang optimis terhadap “campur tanganNya”, termasuk mendefinisikan bagaimana masa depan terjadi.
Kalau masa depan juga adalah sesuatu yang “pasti”, definitif, dan telah dalam skenario.. maka menjadi dan perlu lebih dielaborasi bahwa segala potensi dan kebebasan dimiliki untuk memenuhi skenario itu. Lalu dimana peranan do’a dan perubahan. Namun, perubahan apapun, tidak mengubah takdir…. Karena memang Allah telah mendefinisikan bahwa takdir tidak bisa diubah…..
Salam, agor
SukaSuka
Irawan Danuningrat said
Kang Agor yth,
Kalaupun dikatakan skenario kejadian “yang akan datang”, bukankah tidak mesti berarti sbg menskenariokan “seluruh rangkaian kejadian yang akan datang”? Bukankah “kedatangan” (eksistensi) Nabi Muhammad sudah ditakdirkan bahkan diinformasikan Allah dalam kita-kitab-Nya jauh sebelum beliau lahir?
Bukankah hari Qiamat juga sudah ditakdirkan Allah dan pasti terjadi meski kepastian waktunya dirahasiakan?
Menurut hemat saya, Doa, adalah sebuah peluang, mekanisme sekaligus privilege bagi manusia untuk mendapat keridlaan Allah hingga Dia berkenan mengubah “takdir” yg telah ditetapkan-Nya bagi kita.
Wassalam,
Irawan
SukaSuka
Irawan Danuningrat said
Den Agor, ada ralat dikit plus tambahan nih….
Punten nih, yg konon menitis ke Srikandi itu EKALAYA, bukan Erawan sbgmn dlm tulisan saya diatas… sorry yeee
Tambahan.
Jika kita ingin MENGUBAH sesuatu, kita MUTLAK HARUS TAHU wujud/muatan/isi dari yg ingin kita ubah tsb. Berdasar pd pengetahuan ttg wujud/muatan/isi sebelumnya, baru seseorang bisa mengatakan “mampu” atau “tidak mampu” mengubah sesuatu tadi.
Berbicara tentang takdir, saya kira tak seorangpun tahu takdir yg ditetapkan Tuhan untuk masing-masing. Tanpa mengetahui skenario takdir tsb, sungguh tak masuk akal jika ada orang berkata “saya telah mengubah takdir saya”!, padahal yg saat itu dia jalani barangkali emang takdirnya begitu…., dia aja ga tau kaleee…
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan (semua mahluk) dan menyempurnakannya, yang memberi takdir kemudian mengarahkan(nya)” (QS Al-A’la [87]: 1-3).
“Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah jua” (QS Al-Insan [76]: 30).
Dari analogi cerita Gatutkaca dlm postingan saya sebelumnya, kalaupun Tuhan memberitahu si pelaku tentang takdirnya, mustahil ybs mampu mengubah takdir itu tanpa perkenan-Nya, karena takdir adalah hak prerogatif Tuhan YMK. Manusia hanya diberi kemampuan untuk berikhtiar dan berdoa memohon ridla Tuhan dgn harapan sekiranya Dia tlh menetapkan takdir yg buruk buat kita, mudah-mudahan Dia berkenan untuk mengubahnya dengan takdir lain yang lebih baik.
Disamping itu, ukuran baik dan buruk juga adalah sangat relatif. Jangankan antara mahluk dan Khaliknya, ukuran baik-buruk antar sesama mahlukpun berbeda-beda.
Maka, sesungguhnya kita ga perlu pusing-pusing mikirin apa atau bagaimana takdir kita, cukup dengan meyakini bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah Yang Maha Rahman-Rahim dan Allah mengukur nilai manusia berdasarkan ibadah dan amal salehnya. Sehingga jika ingin menikmati kehidupan yg baik di dunia dan di akhirat, cukup dengan taat beribadah, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, beramal saleh dan bermohon kepada-Nya khan…?
@
Memang cara praktis adalah ga perlu pusing-pusing memikirkan apa dan bagaimana takdir kita. Ilmuwan lebih banyak melihat dan mempelajari takdir sebagai bagian dari keilmuan. Kita mungkin tidak pusing-pusing, namun memahami apa yang dijelaskan tentang takdir adalah juga bagian dari proses mengenal hukum-hukum yang diciptakanNya.
😀
SukaSuka
rubondr said
Kalau analogi Mr. Charles Darwin, bagaimana ?
Analogi @Mas The70No lebih baik dari Mpu Wyasa, karena beliau lebih manusiawi… ketimbanga wayangwi.
@
Darwin kan juga tidak pernah bilang manusia turunan dari kera…
SukaSuka
rubondr said
Analogi versi laen…Komentar No 7
SukaSuka
Anonim said
konsep takdir dalam peningkatan mutu sdm gmna?
SukaSuka
pitri said
memang rumit……..
SukaSuka
tofik hidayat said
Ass wr wb,Takdir dapat kita lihat kalau sudah terjadi,dari tiga aliran tersebut mungkin hadir aliran keempat,kombinasi dari ketiga aliran tersebut,yang mengutamakan keyakinan dari apa yang kita percayai dimana takdir sudah ditetapkan,perjalanyapun kita manusia tidak akan tau,sekeras apapun usaha dan setidak usahapun kita,ketetapan Allah akan kita ketahui kalau semua itu sudah terjadi,hal ini perlu saya sampaikan dimana titik akhirnya adalah manusia dapt menemui iklas dan pasrah untuk terus menjalani hidup dan merasa enjoy di kehidupan dunia.Intinya tingkat keimanan kita mendekatkan kita ke arah takwa yang hakiki.wr wb
SukaSuka
faizal said
agama islam mengenalkan takdir,,, kisah masa lalu adalah takdir,,,, maka apakah kisah masa depan juga sudah di takdirkan?
tentu sudah,,bisa kah kita mengubah takdir? emm tidak bisa! jadi segala sesuatu sudah di tuliskan dalam kitab Lauhul Mahfuzh,,bahkan aku menulis inipun sudah di takdirkan,,itulah agama Allah,,,maka kita mengingat Allah pun sudah di takdirkan,,beruntung lah jika kita ditakdirkan selalu ingat kepadaNya, pada ketetapanNya,, orang yg brserah dirilah yg selamat dari azab Allah,,
mudah2an semuanya mengerti apa yang ak sampaikan,,,amin,,,
SukaSuka
andy said
Aslkm.wr.wb
Setahu saya takdir adalah berasal dari kata qadara, yang berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran. Beriman kepada takdir Allah akan melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab apa yang menimpa setelah segala usaha dilakukan merupakan takdir Allah, dan Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Berarti takdir bisa dirobah melalui proses usaha, do’a, sodaqoh, tawassul, syukur kpd Allah swt dlsb.
Wslkm.wr.wb
SukaSuka
Dono said
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak Agor,
Pernah datang seorang lelaki kepada saya, kakinya luka sehingga menjadi borok.
Bertahun-tahun dan berkali-kali ke dokter tetapi juga tidak sembuh, sudah dicek darah dan lain-lain tetapi tidak dijumpai penyakitnya.
Beliau datang kepada saya dan menceritakan masalahnya.
Pertanyaan saya padanya adalah kepada siapakah anda memohon pertolongan,pengampunan dan penyembuhan? jawabnya kepada Allah S.W.T.
jawab saya insyaAllah saat ini Allah akan menolong anda.
Jika ini adalah dari Allah, hanya Allah yg menyembuhkannya, jika ini datangnya bukan dari Allah, hanya Allah juga yg menyembuhkannya.
Saya baca beberapa surah,tiba-tiba keluar makhluk halus dari tubuhnya,saya beri salam 3 kali tetapi tidak dibalas,saya tau dia kafir.dia bilang kenapa kamu panggil saya keluar, saya jawab mengapa anda mengganggu hamba Allah.Saya dikirim dan sudah bertahun-tahun ditubuhnya,lantas saya bilang bahwa perbuatanya adalah tidak disukai oleh Allah dan saya bacakan lagi beberapa firman-firman Allah dan saya ajak dia masuk islam, dia menjawab dengan nada yg cemas dan takut,apakah Allah mau memaafkan aku karena aku banyak buat dosa.jawabku Allah maha pengasih dan penyayang dan lagi pula maha pengampun.Akhirnya saya bacakan surah ar-rahman dia menangis dan tunduk
dan dia bilang aku mau masuk islam dan saya jawab ini sebenarnya adalah hidayah dari Allah anda masuk islam.
Jadi menurut hemat saya ditengah2 takdir dan penyembuhan(pertolongan) adalah usaha dan dalam usaha musti ada keyakinan.
Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dono.
SukaSuka
haniifa said
@Dono
Syiar islam nggak usah pake cerita takhayul… dunk, jaman udah komputer kok bigitu seehh 😀
SukaSuka
Cekixkix said
@Om Dono
Yang kafir itu setan dan setan dari golongan jin.
artinya tidak semua jin itu kafir…
Oh…ya makhluk nya sehalus apa Om ?! Cekixkixkix…kix..kix..kix
SukaSuka
Dono said
Ass.wr.wb,sdr ceki….
syeitan tidak bisa dikatakan kafir tetapi laknatullah yaitu yg dilaknat Allah sedangkan kaum jin dan manusia ada yg beriman dan ada juga yg kafir.
Dua golongan ini diperintahkan oleh Allah agar menyembah Allah saja seperti firman Allah pada surah Az-zariyat ayat 56.
Wassalam,
SukaSuka
Cekixkix said
@Om Dono
Katanyah setan turunan iblis dan iblis kan kafir… Cekixkix…kix..kix…
SukaSuka
haniifa said
@Oom Cekixkix
Kata siapa Oom ?!
SukaSuka
Cekixkix said
@Om Haniifa
Yang dilaknat pasti termasuk golongan kafir, tapi kafir belum tentu dilaknat, kan masih bisa diharapkan jadi tidak kafir…. Cekixkix…kix..kix
SukaSuka
haniifa said
@Oom Cekixkix
hahaha…
Jadi syaitan itu pasti kafir, oleh karena itu bagi jin dan manusia jika mengikuti/berteman dengan syaitan maka bisa jadi kafir, bigitu maksudte… 😀
Coba buka Al Qur’an surah An Naas (QS 114:4):
dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
SukaSuka
Ayruel Chana said
mantap sekali pengalaman pak dono…
hmmm…tuch jin kliatan nggak pak dono?
SukaSuka
Dono said
Assalamualaikum wr.wb pak Ayruel chana,
jinnya seorang wanita dan tidak mempunyai nama sehingga saya yg memberikan dia nama yg baik yaitu fathima dan dia sangat gembira.
Pak Ayruel Chana, saya insyaAllah sering memasukkan kaum jin dan manusia ke dalam islam oleh hidayah Allah.
Wassalam,
Dono.
SukaSuka
Cekixkix said
@Om Dono
Om Ustadz jin yah… Cekixkix…kix..kix..
SukaSuka
Ayruel Chana said
@dono
assalamu alaikum
Kayak amalan Hizb gituh…???
Atau dgn tekhnik apa ntuk meliat jin…mengamalkan surat Aljiin kah?
wassalam
SukaSuka
Dono said
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak Ayruel chana,
Pertanyaan bapak mengenai Amalan apa atau tehnik apa yg saya gunakan untuk melihat jin, terus terang saja saya tidak mengamalkan apa-apa hanya Alquran dan sunnah rasul saja.
Zaman sekarang banyak manusia yg mencari ilmu-ilmu untuk bertemu dengan jin,khodam atau malaikat sekalipun padahal Allah tidak akan membuka hijab seseorang itu sehingga dia benar-benar beriman.
Sesungguhnya Alquran itu adalah obat dan penawar bagi kita sedangkan menghidupkan orang matipun ada pada Alquran,tahu kah bapak bahwa Alquran itu adalah hidup? siapakah yg menjaga Alquran tersebut? kenapa setiap memegang Alquran kita mengatakan Assalamualaikum kemudian bismillahirohmanhirohmin lantas membukanya?
Saya hanya bisa memberikan contoh bagaimana saya bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka, seumpamanya :
-Cara penyembuhan yg biasa saya dan assistent saya lakukan.(kami tidak butuh dana apapun juga karena kami juga bekerja).
-Kalau saya menyebrang lautan dari tempat ke suatu tempat selalu ada yg menyapa saya, Assalamualikum pak dono,wallaikum salam balasku dan saya lihat dia berbentuk ikan.
-kalau saya menyebrang danau,datang juga hamba Allah menyapa assalamualaikum,saya lihat dia berbentuk ular dan ikan.
-kalau saya terbang dengan pesawat udara dan berada di udara,disapai juga dengan hamba Allah yg berbentuk awan.
-kalau saya melihat pelangi,menyapa juga hamba Allah kepada saya,katanya” pak dono lihatlah” begitu indahnya saya diciptakan oleh Allah.
Kalau saya melihat petir memancar,juga menyapa saya dan kadangkala memberi nasehat,pak dono bacalah firman Allah :wa may yattaqillaha yaj,al lahu makhraja wa yarzuqu min haisu la yahtasibu wa may yatawakkal alallahi fahuwa hasbuhu innallaha balighu amrih qad ja alallahu likulli syain qadra.
Kalau ada pertaanyaa lagi dari pak Ayruel chana,dengan ikhlas saya menjawabnya.
Semoga bermanfaat,
Wassalamualaikum wr.wb,
Dono.
SukaSuka
Ayruel Chana said
Assalamu alaikum
@dono
Alhamdulillah …
saya Insya ALLAH mengerti apa yang pak dono maksud…
Satu pertanyaan lagi :
Sapaan mereka berlafadz seperti manusia kah?
(Maksudnya berbunyi seperti bunyi manusia normal berbicara?)
Atas jawabannya .jazakallah khoirol jaza’
sukron…. wassalam…
SukaSuka
Dono said
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak Ayruel chana,
Sebelum saya menjawab pertanyaan pak Ayruel chana, saya tunjukkan dahulu firman Allah pada surah al araf ayat 179 yg berbunyi
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah.mereka itu seperti binatang ternak,bahkan mereka lebih sesat lagi.mereka itulah orang-orang yang lalai”
Jawaban saya terhadap pertanyaan bapak sbb :
Mereka yg muslim/muslimah menyapa dengan lemah lembut.
Tetapi mereka yg saya ajak bicara pada saat pengobatan agak kasar dengan suara yg lantang tetapi insyaAllah setelah masuk islam atas hidayah Allah, mereka berbicara dengan nada yg lembut ada pula yg menangis kadang-kadang saya juga turut juga menangis tetapi tidak mengapa itu menunjukkan bawa ayat-ayat Allah amat keras.
Pernah seorang wanita mendekati saya pada saat pertemuan yg berjumlah kira-kira 20 orang, dia bilang” pak dono,saya sering merasa mual dan pingin muntah tetapi tidak mau muntah dan saya jarang tidur”.Lantas saya kasi dia air putih dan suruh dia minum,apa yg terjadi ? tiba-tiba dalam 5 detik kemudian dia berubah total seperti monyet dan berkelakuan seperti monyet.dan mencakar-cakar orang-orang yg ada disitu.
Saya bacakan beberapa firman-firman Allah,dia perlahan-lahan mundur kebelakang akhirnya berada disudut mendengarkan dengan teliti dengan wajah yg sangat takut dan akhirnya menangis dengan kepala sujud ke lantai dan akhirnya wanita tersebut sadar kembali.
Saya tanya dia mengapa kok bisa begini,dia jawab saya “Pak dono,saya punya anak dua orang tetapi kami belum nikah”.
Jawabku nikahlah karena itu adalah sunnah rasul.
Pada yg hadir disitu saya katakan bahwa ini adalah suatu pelajaran.
Jikalau pak Ayruel chana ada pertanyaan lagi,saya insyaAllah sudi menjawabnya.
Semoga bermanfaat,
Dono.
SukaSuka
Ayruel Chana said
Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokaatuh…
Alhamdulillah…
Insya ALLAH Fahimna….
Saya ingin sekali menambah pengetahuan saya yang dangkal ini sama pak dono…
Bolehkah Saya diskusi serta nambah ilmu sama pak dono lewat Yahoo messenger?
Yahoo id saya : ayruel_chana@yahoo.com
Wassalam
SukaSuka
Dono. said
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,pak ayruel chana,
Saya tidak keberatan,asalkan bapak memang benar ikhlas dan sungguh-sungguh.
Salam sejahtera,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dono.
ID-saya sudah saya balas.
SukaSuka
El Zach said
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sering kali manusia mempertanyakan apa yang pada akhirnya mempersulit dirinya sendiri, he..he..
Apa yang sudah terjadi tak mungkin diedit lagi, kita hanya diberi kesempatan merencanakan dan melakukan yang terbaik di waktu kemudian.
***
[13.11] … Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…
***
Ayat diatas menunjukkan kemungkinan-kemungkinan perubahan dari suatu ketentuan-Nya yang sudah tertulis, dan bahkan kemungkinan-kemungkinan ini sudah menjadi ketentuannya.
Ada hal-hal yang sudah ditentukan, dan tidak akan berubah kecuali jika Allah menghendaki, seperti yg di katakan di pembahasan awal, misalnya hukum alam fisika kimia, bahwa api itu panas, bahwa es itu dingin, air itu cair dsb.
Dalam hidup ini dan dengan adanya hidup ini kita diberi pilihan untuk memilih, jalan yang lurus atau jalan yang bathil, masing-masing dari pilihan itu sudah ditentukan/ ditulis akibat dari pilihan itu;
dan dengan diturunkannya Nabi dan Rasul, diperintahkanlah para utusan yang mulia itu untuk memberi peringatan “ketentuan” itu, sehingga jika seseorang masuk Neraka atau Syurga itu semata karena kembali atas pilihan manusia sendiri;
‘hal itulah pengertian takdir yang terpenting’
jika masuk Neraka jangan menyalahkan-Nya, tetapi jika kelak masuk Syurga, maka itu semata karena Rahmat-Nya atas ketentuan-Nya dari efek kita memilih jalan yang lurus.
Selama kita masih diberi nafas, maka kesempatan untuk memilih masa depan kita sendiri di akhirat terbuka lebar.
Kita memilih yang mana?
Wassalamualaikum wr wb.
SukaSuka
browzevsky said
yeah… god’s kidding rite…?
SukaSuka
Anonim said
TAKDIR itu sebuah karunia ALLAH swt,Allah swt mencptkan takdr mempunyai maksud tertentu……hanya hambanya yg kuat dan rinda lah yg bs mnjlni takdirnya…………………………………………..
SukaSuka
Agus Nizami said
Pada dasarnya kita tidak tahu takdir apa yang akan menimpa kita. Hanya Allah yang tahu dan itu tertulis dalam Lauhul Mahfudz.
Meski demikian, manusia wajib untuk berusaha/ikhtiar dan berdoa agar diberi kebaikan di dunia dan di akhirat.
Dalam satu hadits disebut bahwa Doa yang tulus dan diijabah oleh Allah SWT dapat mengubah satu takdir ke takdir lain yang lebih baik.
http://media-islam.or.id/2009/04/22/beriman-kepada-takdir-allah-yang-baik-dan-buruk
SukaSuka
a.said mudzakir said
Rukun iman ke- 6 adalah iman thdp qodza dan qodar Allah. Sudah sangat jelas TAKDIR TIDAK DAPAT DIUBAH, dasar nya Q.S. attaghobun surat ke-64 ayat 11 dan TAQDIR DAPAT DIUBAH oleh manusia SENDIRI dasarnya Q.S. ARR’DU .(saya sejak di pondok pesantren dari kelas 4 madrasah ibtidaiyah sudah sering “musyawarah” tentang itu sampai di bangku kelas 3 STM masih asyik bahas tentang ini , bahkan sekarang di pengajian-pengajian, ehhhhhhhh ini ada lagi… tapi seru INSY ALLAH ilmu agama kita bertambah . amin) wallahu a’lam.
SukaSuka
Bois said
Bois said
Al Maa’idah 48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
[421]. Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya.
[422]. Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
Al A’raaf 172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
Al Hadiid 8. Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman[1457].
[1457]. Yang dimaksud dengan perjanjianmu ialah perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa dia mengakui (naik saksi), bahwa Tuhan-nya ialah Allah, seperti tersebut dalam ayat 172 surat Al A´raaf.
Dan jika sudah terbukti keunggulan akal manusia, yang mana telah mampu memilih sesuai dengan keinginan Allah dan juga memahami hakikat penciptaannya dengan sesadar-sadarnya (Aql sudah setaraf dengan Akal), maka akan segera berakhirlah masa ujian manusia. Karena itulah, saat kedatangan AL-Mahdi banyak orang akan mempunyai kesadaran murni sehingga mereka akan menyadari tujuan hidupnya, dan mereka akan saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Saat itulah Islam mulai bangkit, hingga akhirnya seluruh umat manusia akan merasakan suatu masa keemasan Islam yang terbaik sepanjang sejarah, dan semua itu karena umat manusia sudah berhasil menjadi khalifah baik bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dan dipenghujung masa keemasan itu, banyak orang akan kembali sesat karena suatu sebab. Pada masa itu, orang-orang mulai meragukan kalau dunia ini hanyalah permainan, sehingga mereka pun akhirnya tak mau lagi berlomba-lomba dalam kebaikan dan akibatnya kehidupan dunia akan kembali kelam. Saat itulah kiamat akan tiba sesuai dengan skenarionya, dan setelah itu saatnyalah untuk memilah mana manusia yang sukses dengan akalnya dan yang tidak, yang sukses akan masuk surga karena telah memenuhi janji untuk beriman kepada Allah dalam mengungkap ilmu-Nya, dan yang tidak jelas sangat mengecewakan dan memang sudah sepantasnya diganjar hukuman. Sesuai dengan janji Allah kepada Iblis dalam surat Al A’raaf ayat 18.
Subhanallah… Ternyata manusia yang diciptakan dari tanah akhirnya terbukti mampu mengungguli kemampuan akal para makhluk yang terbuat dari cahaya (Malaikat) dan api (Jin). Dan semua perkara itu memang telah tergambar jelas dalam surat Al Baqarah 30-34, dan di beberapa surat lain yang serupa. Sesungguhnya Allah memang ingin membuktikan ilmu-Nya kepada Malaikat yang meragukannya, dan kepada jin yang tidak percaya. Konon ada dua malaikat yang meragukan ingin menguji akal mereka, lantas keduanya pun dilengkapi dengan ego dan nurani, dan ternyata keduanya pun gagal. Mereka tidak lulus uji untuk tidak mengajarkan sihir kepada jin dan manusia. Wallahu’alam…
Al Baqarah 102. Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
[77]. Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
Karena itulah, sesungguhnya kehidupan di dunia ini jelas hanya permainan. Dan permainan yang diciptakan Allah ini bukanlah untuk main-main, melainkan lebih kepada bentuk penghambaan kepada Allah dalam upaya mengungkap ilmu-Nya, dimana seharusnya manusia mau lebih serius untuk membuktikan kebenaran ilmu Allah itu. Dan karenanyalah, Allah ‘sangat senang’ jika apa yang diciptakannya itu (Akal), yang dari semula tidak tahu apa-apa bisa jadi mengenal-Nya dan menghamba pada-Nya, semata-mata karena kemauan dan hasil usahanya sendiri dalam memilih takdir. Bukankah Allah telah menciptakan Aql dengan data base yang langsung beriman dan taat kepada Allah, dan setelah di kosongkan (menjadi Akal) ternyata masih mampu untuk beriman dan taat kepada-Nya. Hebat sekali bukan? Maka dengan begitu tidak akan ada lagi keraguan akan kebenaran Allah. Ya, itulah hakikat hidup yang sebenarnya kenapa kita diciptakan, dan itu semua demi memuaskan bangsa malaikat dan bangsa jin, agar mereka benar-benar yakin kalau Allah menyuruh mereka untuk sujud kepada manusia adalah perkara yang benar. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha adil lagi Maha Bijaksana.
Karena itulah taatlah hanya kepada Allah, dan buktikan kalau akal kita memang berfungsi dengan baik. Sesungguhnya akal kita itu adalah untuk memilah mana yang baik dan yang tidak. Memilih yang baik dan merasa senang karenanya berarti taat kepada Allah, namun jika tidak artinya durhaka kepada Allah. Karena itulah, taat merupakan takdir manusia menuju surga. Percayalah, kalau pada akhirnya semua ujian pasti akan berakhir dan Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap hamba ciptaan-Nya yang berhasil.
Allah SWT berfirman.
Al ‘Ankabuut 64. Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Al Hadiid 20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Bukhari Muslim. Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda: Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang kekal sama sekali kecuali kehidupan di Akhirat. Maka ampunkanlah orang-orang Ansar dan Muhajirin.
Jika manusia bisa memahami hal ini dengan baik, tentu dia tidak akan merasa sombong, dan tidak akan mau menyerah kalah di dalam permainan dunia ini. Bukankah tata cara memainkan permainan di dunia ini sebetulnya mudah, yaitu hanya mengenai takwa, yang misi dan semua peraturannya juga sudah jelas ada di dalam Al-Quran. Score-nya pun ada, yaitu pahala dan dosa, yang kelak akan menjadi penentu kita kalah atau menang. Kalau menang kita akan dihadiahkan surga, dan kalau kalah tentu akan dihadiahkan neraka. Walaupun di setiap permainan ada tingkat kesulitannya, namun tingkat kesulitan itu tidak akan melebihi kemampuan manusia, melainkan disesuaikan dengan tingkat kemuliaan manusia. Persis seperti tingkat kesulitan dalam game online, yang mana karakter level I jelas telah disediakan pula monster level I yang pasti bisa dibunuhnya. Dan di dalam setiap permainan, tentu dibutuhkan kejujuran, dan gamer yang jujur itulah yang pantas diberikan penghargaan. Gamer yang paling dibenci programmer adalah gamer yang tidak jujur, alias suka main curang. Kalau di dalam dunia game online dikenal dengan istilah cheater, yaitu orang yang meminta bantuan hacker untuk mengakali dunia game. Kalau di dunia kita, mereka itu adalah para tukang sihir, yaitu orang-orang yang meminta bantuan jin agar bisa memanipulasi hukum ketentuan Allah. Karena itulah Allah sangat membenci orang-orang yang mengerjakan sihir. Dan sihir itu merupakan pilihan takdir yang bisa dipilih atau tidak dipilih oleh manusia. Bukhari Muslim 55 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah telah bersabda: Jauhilah tujuh perkara yang dapat membinasakan kamu yaitu menyebabkan kamu masuk Neraka atau dilaknati oleh Allah. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah tujuh perkara itu? Rasulullah bersabda: Mensyirikkan Allah yaitu menyekutukanNya, melakukan perbuatan sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah melainkan dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan pertempuran dan memfitnah perempuan-perempuan yang baik yaitu yang boleh dikawini serta menjaga maruah dirinya, juga perempuan yang tidak memikirkan untuk melakukan perbuatan jahat serta perempuan yang beriman dengan Allah dan RasulNya dengan fitnah melakukan perbuatan zina. Lantas untuk melindungi orang beriman dari sihir, maka Allah pun mengajarkan manusia untuk melindungi dan melawan sihir dengan rukyah, dan mengaruniakan kelebihan kepada orang beriman untuk menyaingi sihir dengan karomah (untuk manusia biasa) dan Mukjizat (untuk para rasul).
Bukhari Muslim 1283 Diriwayatkan daripada Aisyah r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah di sihir oleh seorang Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Labid bin al-A’sham sehingga Rasulullah s.a.w merasakan seolah-olah melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh baginda. Pada suatu hari atau pada suatu malam Rasulullah s.a.w berdoa dan terus berdoa, kemudiannya bersabda: Wahai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah memberiku pertunjuk mengenai apa yang aku tanyakan kepadaNya? Dua Malaikat telah datang kepadaku. Salah satu di antara keduanya duduk di samping kepalaku, kemudian yang satu lagi duduk dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada Malaikat yang berada dekat kakiku atau sebaliknya (bercakap-cakap): Apa sakit orang ini? Yang ditanya menjawab: Tersihir. Seorang lagi bertanya: Siapakah yang menyihirnya? Yang satu lagi menjawab: Labid bin al-A’sham Salah seorang bertanya: Di manakah sihir itu ditempatkan? Yang satu lagi menjawab: Pada sikat dan rambut gugur yang berada di sikat serta pundi-pundi yang diperbuat dari kurma jantan. Salah seorang bertanya: Di manakah benda itu diletakkan? Yang satu lagi menjawab: Di dalam telaga Zu Arwan. Aisyah menyambung lagi: Lalu Rasulullah s.a.w pergi ke telaga tersebut bersama beberapa orang Sahabat baginda. Kemudian baginda bersabda: Wahai Aisyah demi Allah, seakan-akan air telaga itu berwarna inai (berwarna kuning kemerah-merahan), kemudian pokok-pokok kurma yang ada di situ bagaikan kepala-kepala syaitan. Aku (Aisyah) bertanya: Ya Rasulullah, Mengapakah engkau tidak membakar saja benda itu? Rasulullah s.a.w menjawab: Tidak. Mengenai diriku, Allah telah berjanji menyembuhkanku dan aku tidak suka membuatkan orang ramai menjadi resah, kerana itulah aku menyuruh menanamnya.
Jika dicermati, hadits diatas merupakan skenario Allah untuk mengajarkan manusia perihal rukyah, yaitu melalui Nabi Muhammad S.A.W dengan menurunkan surat AL-FALAQ.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul[1609],
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
[1609]. Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut.
Karena itulah, tidak dibenarkan jika melawan sihir dengan sihir. Maklumlah, di dunia kita ini memang banyak sekali orang yang mengaku muslim atau bahkan pada tingkat pejabat tinggi, yang ternyata masih belum mempunyai kesadaran murni, sehingga mereka masih seenaknya bermain curang dengan yang namanya sihir. Dan sayangnya, para korban juga malah menggunakan sihir untuk melawannya. Contohnya ialah orang-orang yang menggunakan benda-benda bertuah atau jimat yang fungsinya adalah memanipulasi hukum ketentuan Allah. Juga yang menggunakan susuk, pengasihan, ilmu pelet, dan lain sebagainya yang tujuannya adalah memanipulasi hukum ketentuan Allah. Dan yang paling kejam adalah dengan menggunakan santet sehingga korban bisa sampai meninggal dunia. Maka akibat dari sihir yang dilakukan oleh manusia yang bersekutu dengan jin itu adalah membuat level yang semula mudah dilalui akan menjadi lebih sulit lantaran adanya kecurangan. Namun tingkat kesulitan karena pengaruh sihir itu masih belum seberapa, sebab masih bisa dieliminasi dengan rukyah. Sesungguhnya tingkat kesulitan yang paling tinggi di dalam permainan takwa ini adalah sikap tetap “konsisten”, yang mana manusia dituntut untuk mau mengamalkan segala perbuatan baik yang telah diimaninya benar, lalu mau terus mengamalkannya hingga ajal menjemput. Sungguh hal itu bagaikan meniti langkah di atas helai rambut yang dibelah tujuh. Namun begitu, ada sebuah cara mempuni guna bisa melewatinya, yaitu dengan cara mengikuti petunjuk dari Game Master permainan ini, yaitu Baginda Muhammad Rasulullah S.A.W, yang mana beliau telah mengungkapkannya dalam bentuk perbuatan dan juga perkataan, yang mana bisa menjadi teladan untuk umat manusia. Salah satunya adalah dengan cara menegakkan syariat Islam agar orang bisa lebih mudah untuk bisa bertakwa.
Thaahaa 113. Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.
Al A’raaf 35. Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Al A’raaf 36. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Karena itulah, seharusnya apapun yang terjadi di dalam permainan takwa ini dapat dinikmati dengan tanpa beban sama sekali, kala suka ia akan bersyukur dan saat duka ia akan bersabar. Karenanyalah, untuk apa merasa sombong dengan berbagai hal yang cuma bagian dari permainan semu, dan untuk apa begitu kehilangan dan berputus asa terhadap sesuatu yang juga cuma bagian permainan semu. Seandainya manusia mau menyadari kalau semua perkara yang ada di dunia ini semu, tentulah manusia bisa menikmati permainan yang diciptakan Allah SWT ini dengan sebaik-baiknya, yaitu berusaha meraih kemenangan dengan cara bertakwa kepada Allah SWT. Karenanyalah, sebagai gamer (pemain) sejati seharusnya manusia memang berusaha untuk menang, yaitu dengan mengumpulkan point pahala sebanyak mungkin. Untuk itulah kita diharapkan bisa menjadi seorang gamer yang mampu memenangkan permainan di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Sebab, tingkatan level yang diberikan kepada kita jelas sudah terukur dan mampu kita lewati.
Al Mu’minuun 62. Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran[1010], dan mereka tidak dianiaya. [1010]. Maksudnya: Kitab tempat malaikat-malaikat menuliskan perbuatan-perbuatan seseorang, biarpun buruk atau baik, yang akan dibacakan di hari kiamat (Lihat surat Al-Jatsiyah ayat 29). Al Jaatsiyah 29. (Allah berfirman): “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”
Al Qamar 49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. Al Furqaan 2. yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053].
[1053]. Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.
Seandainya anda adalah seorang gamer yang pemula, anda bisa dengan mudah mengumpulkan point pahala sesuai dengan tingkatan level yang sesuai dengan tingkatan level anda. Misalkan saat anda mau makan atau minum, atau ketika melakukan aktifitas keseharian yang Allah ridhai dengan diawali membaca basmalah dan menyudahinya dengan hamdalah, maka anda akan mendapat point pahala. Juga ketika anda menemukan benda berbahaya di jalan, seperti duri, paku, beling, dan lain sebagainya. Karena khawatir bisa membahayakan gamer lain, lantas anda segera menyingkirkannya dengan niat mendapatkan pahala dari Allah SWT. Yaitu dengan mengucap, Bismilah… aku singkirkan benda berbahaya ini ikhlas karena Allah. Setelah benda itu kau singkirkan, lantas anda segera mengucap Alhamdulillah benda berbahaya itu berhasil kusingkirkan… maka dari usaha anda itu tentu akan mendapat point pahala. Dan jika anda mau berpartisipasi guna mengurangi dampak pemanasan global, yaitu dengan menanam sebuah pohon, baik di dalam pot maupun di pekarangan. Maka dari setiap kebaikan yang dihasilkan pohon itu tentulah untuk anda, baik itu pahala, keindahnya, maupun kemampuannya menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen. Apalagi jika anda mau mengajarkan semua hal yang baik itu kepada teman anda, tentu anda juga akan mendapat point pahala jika teman anda itu mau melakukan perbuatan yang anda ajarkan itu. Dan jika teman anda itu mengajarkannya lagi kepada temannya yang lain, dan temannya itu juga melakukan perbuatan baik itu, maka anda akan mendapatkan point pahala yang sama seperti orang itu.
Itulah yang dinamakan investasi ilmu, layaknya matrix MLM saja. Intinya adalah, semua perbuatan baik yang dilakukan dan diniatkan semata-mata mendapat pahala dari Allah, maka ia akan mendapatkan point pahala. Baik itu perbuatan ringan hingga sampai ke perbuatan yang mengorbankan jiwa raga. Begitupun dengan perbuatan jahat, akan mendapat point dosa, apalagi jika sampai mengajarkannya kepada orang lain, maka dia sudah berinvestasi ilmu untuk meningkatkan point dosanya. Misalkan ada seorang artis yang mempertontonkan auratnya, lantas dia dicontoh oleh seorang penggemarnya. Dan setiap kali si penggemar mempertontonkan auratnya, maka si artis akan mendapatkan point dosa sama seperti yang didapatkan oleh penggemarnya. Sebab, secara tidak langsung si artis sudah mengajarkan hal itu kepada para penggemarnya. Beruntung jika si artis mau segera bertobat, sehingga investasi dosanya bisa segera terhapus. Kalau tidak, bisa-bisa point dosa akan terus mengalir tanpa dia sadari. Rugi sekali kan? Dan yang mendapat dosa bukan saja si artis, tapi juga mereka yang ikut terlibat guna menyukseskan si artis pada pagelarannya di panggung maupun di televisi.
An Nisaa’ 85. Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang baik[325], niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa’at yang buruk[326], niscaya ia akan memikul bagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[325]. Syafa’at yang baik ialah: setiap sya’faat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan.
[326]. Syafa’at yang buruk ialah kebalikan syafa’at yang baik.
Al Baqarah 110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Al Baqarah 261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. (Sedangkan Ilmu adalah harta yang tak ternilai harganya).
Bukhari Muslim 448 Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas’ud r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Tidak boleh iri hati kecuali terhadap dua perkara yaitu terhadap seseorang yang dikurniakan oleh Allah harta kekayaan tapi dia memanfaatkannya untuk urusan kebenaran (kebaikan). Juga seseorang yang diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah lalu dia memanfaatkannya (dengan kebenaran) serta mengajarkannya kepada orang lain. Karenanya itulah, hanya gamer bodoh saja yang memainkan permainan dengan tidak serius alias cuma main-main, dia tidak mau mengumpulkan point pahala tapi justru mengumpulkan point dosa yang justru bisa membuatnya kalah. Gamer sejati adalah gamer yang produktif yang tidak mau menyia-nyiakan waktunya begitu saja. Dengan penuh semangat dia akan berusaha mengumpulkan point pahala sesuai dengan tingkatan levelnya.
Al An’aam 70. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
[485]. Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
[486]. Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
Al Baqarah 148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Karenanyalah, gamer sejati akan berusaha untuk mengumpulkan point pahala dengan bersungguh-sungguh, baik dengan jalan ibadah ritual (menjalin hubungan dengan Allah SWT), maupun secara sosial (menjalin hubungan dengan sesama gamer). Dan hanya gamer yang bersyahadatlah yang akan mendapat point pahala, yaitu gamer yang mengakui Allah sebagai Tuhannya, dan Muhammad S.A.W sebagai rasul utusan-Nya.
Al Furqaan 23. Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
[1062]. Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.
Karena itulah, sebaiknya jangan sia-sia kan waktu anda untuk meningkatkan point pahala, Insya Allah dengan begitu anda akan menjadi seorang pemain yang memenangkan permainan yang Allah ciptakan ini.
===================================================
Memahami Ajal, Usaha, Doa, Tawakal, Keajaiban, Syukur, Ujian, dan Sabar
===================================================
Ketahuilah, bahwa sebelum manusia diciptakan, Allah telah menentukan waktu kematian bagi setiap hamba-Nya, dan itulah yang disebut ajal. Pada mulanya, waktu kematian manusia sudah ditentukan sama (Default Value kalau dalam istilah pemprograman), dan lamanya disesuaikan dengan zaman di mana dia hidup. Namun, waktu kematian itu bisa saja berubah, sesuai dengan takdir yang dipilih oleh manusia itu sendiri, baik itu pilihan manusia yang bersangkutan, maupun pilihan manusia lain. Misalkan manusia zaman sekarang diberi nilai awal untuk hidup selama 100 tahun, dan nilai itu akan berubah sesuai dengan takdir yang dipilihnya. Seorang yang bunuh diri misalnya, waktu kematiannya adalah akibat dari pilihan takdir yang dipilihnya sendiri. Begitu pun orang yang di bunuh, waktu kematiannya adalah akibat dari pilihan takdir yang dipilih oleh manusia lain. Selain itu, nilai 100 bisa saja berubah menjadi 110 misalnya, dan itu disebabkan pilihan manusia dalam menjaga kualitas kesehatan jasmani dan rohaninya, atau akibat dari pilihan orang lain yang mendoakan agar dia diberikan umur panjang.
Ajal terbagi dua, yaitu ajal yang diridhai Allah dan Ajal yang tidak diridhai Allah. Ajal yang diridhai Allah adalah proses kematian yang tidak akan dimintai pertanggungjawaban, sebab proses kematian itu memang diluar kesanggupan manusia dalam menghindarinya. Sedangkan Ajal yang tidak diridhai Allah adalah proses kematian yang harus dipertanggungjawabkan, sebab proses kematiannya bukan karena manusia tak mampu menghindarinya, namun dikarenakan kemalasan manusia dalam berusaha memilih takdir yang baik. Karena itulah, ketika seseorang menyebrang jalan, tidak cukup hanya dengan tengok kiri kanan, tapi juga perlu berdoa untuk memohon keselamatan dan bertawakal (mempasrahkan diri kepada Allah terhadap apa yang akan terjadi). Dengan begitu, seadainya ada mobil yang tiba-tiba lewat dengan kecepatan tinggi dan hampir menabraknya, maka secara otomatis dia akan dilindungi dari marabahaya yang akan menimpanya dengan perantara malaikat misalnya, itulah yang dinamakan keajaiban. Sebab, malaikat itu juga bagian dari sistem takdir yang sudah ditetapkan Allah, yaitu bilamana manusia sudah berusaha, berdoa dan bertawakal kepada Allah, maka sistem keajaiban ini akan bekerja. Karena itulah, manusia yang mendapat nikmat berupa keajaiban seperti itu sudah selayaknya untuk bersyukur kepada Allah. Sebetulnya, sistem keajaiban itu terbagi dua, yaitu keajaiban nyata dan kejaiban tersamar. Keajaiban nyata adalah peristiwa yang seperti contoh diatas, sedangkan keajaiban tersamar adalah keajaiban yang tanpa kita sadari sudah menolong kita. Misalkan ada seseorang sedang menyebrang jalan, dan sesuai dengan takdir yang sudah ditetapkan Allah, saat berada di tengah jalan dia pasti akan tertabrak mobil lantaran si pengemudi lalai karena terpana melihat gadis cantik bergaun mini yang berdiri dipinggir jalan misalnya. Namun karena sebelum menyeberang dia sudah tengok kiri-kanan, kemudian juga sudah berdoa dan bertawakal, maka sistem keajaiban akan bekerja tanpa dia sadari. Misalkan, pada saat mobil itu masih dalam jarak 500 meter, entah dari mana datangnya, lantas di depan mobil itu melintas malaikat yang menyerupai orang tua misalnya, kemudian secara otomatis pengemudi mobil itu jadi terpaksa mengurangi kecepatannya lantaran takut menabrak orang tua tadi. Dan akibatnya, secara otomatis pula waktu orang tadi menyebrang dan waktu saat si pengemudi melihat wanita cantik tadi menjadi berubah, dan akhirnya orang yang menyebrang tadi pun selamat dari tertabrak. Itulah keajaiban tersamar, yang sudah seharusnya si penyeberang mesyukurinya karena kejaiban tersamar itu merupakan nikmat dari Allah, yaitu mengucapkan hamdalah setelah dia selamat sampai di seberang. Contoh keajaiban tersamar yang lain adalah, orang yang bunuh diri bisa saja tidak mati akibat dari pilihan orang lain yang mendoakan keselamatannya, begitupun orang yang di bunuh tidak akan mati akibat dari pilihannya mau berdoa dan orang lain yang mendoakan keselamatannya.
Karena itulah, jangan pernah mengira kalau suatu bala yang menimpa manusia bukanlah akibat dari kesalahan manusia itu sendiri. Ketahuilah, jika saat menyebrang manusia tidak mau berhati-hati dan juga tidak mau berdoa dan bertawakal, maka jelas dia sudah salah memilih takdir. Sebab, sikap kehati-hatian, doa, dan tawakal adalah bagian dari pilihan takdir. Jika manusia memang sudah berusaha dengan baik dan juga sudah memohon perlindungan Allah dan bertawakal, namun ternyata ia masih juga celaka, maka itu adalah sebuah ujian tambahan untuknya (bonus scenario atau secret scenario kalau di dunia game), Bonus skenario atau secret scenario inilah yang dapat menghapuskan dosa dan meningkatkan level kemuliaan seseorang dengan lebih cepat. Namun jika ia sampai meninggal, maka itu adalah ajal yang memang sudah ditetapkan Allah atas dirinya lantaran Allah memang menghendakinya demikian. Sebab Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mungkin saja begitu menyayanginya, sehingga dia tidak perlu lagi meneruskan ujian lantaran dianggap sudah lulus uji, seperti yang dialami para pelaku jihad fisabillilah. Mereka yang benar-benar ikhlas berjihad ternyata ada yang gugur dan ada yang tidak, dan mereka yang gugur dengan ridha Allah, jelas karena Allah mencintai mereka, yaitu mengabulkan keinginan mereka yang memang ingin meninggal sebagai syuhada, dan yang tidak gugur mungkin saja karena doa keluarganya yang memang belum siap untuk ditinggal selamanya, atau ada skenario penting yang masih perlu dilakoninya. Dan pengertian jihad itu sangat luas, contohnya seorang suami yang berjuang mencari nafkah halal untuk keluarganya semata-mata karena Allah adalah termasuk jihad juga, dan Ibu yang melahirkan semata-mata karena Allah adalah termasuk jihad juga. Atau bisa juga ada rahasia lain yang sangat penting, Wallahu’alam…
Jika ada manusia yang celaka karena sebuah ujian, kemudian ia mau bersabar terhadap ujian itu maka ia akan mendapat pahala yang besar. Berbeda dengan orang yang celaka akibat kemalasan memilih takdir yang baik, maka ia tidak akan mendapat ganjaran pahala sedikitpun, melainkan hanya berupa penderitaan yang harus ditanggungnya sendiri akibat dari kemalasannya itu. Kecuali jika ia mau segera bertobat dengan menyesali sikap malasnya itu, kemudian mau bersabar terhadap peristiwa yang sudah menimpanya, maka Allah-pun akan memberikan ganjaran pahala atas kesabarannya yang kemudian itu. Kini jelas sudah, betapa pentingnya sebuah usaha, doa, dan tawakal guna memilih takdir yang baik. Dan karena itulah, manusia yang mendapat musibah karena kemalasannya memilih takdir yang baik, tidak selayaknya mengatakan kalau itu adalah takdir Allah yang harus diterima, atau memang sudah menjadi ketentuan Allah yang tak dapat di bantah, padahal musibah itu adalah akibat dari kesalahannya sendiri yang memang belum berusaha dengan maksimal dalam memilih takdir. Ingatlah, kalau takdir itu adalah sebuah sistem pilihan yang mana manusia dituntut untuk bisa memilih sendiri dengan benar. Sebab, Allah memang sudah memberi kebebasan penuh bagi manusia untuk menentukan pilihan, dan Allah tidak akan pernah memaksa manusia yang sudah bisa berfikir dalam menentukan sebuah pilihan. Sebab, jika Allah sampai melakukan itu, maka kehidupan di dunia ini sudah tidak ada gunanya lagi. Ketahuilah, kalau campur tangan Allah dalam menentukan sebuah pilihan, hanya sebatas memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan mengenai urusan memilih tetap merupakan hak istimewa manusia yang tak mungkin Allah paksakan.
Asy Syuura 8. Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong.
Al Baqarah 272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Jadi, dengan demikian tidak ada lagi alasan bagi manusia yang malas memilih takdir yang baik untuk mengelak dari tanggung jawab dengan seenaknya mengatakan kalau apa yang sudah menimpanya adalah takdir, padahal ia sendiri belum berusaha. Contohnya seperti pengendara mobil/sepeda motor yang ngebut dan tidak mematuhi peraturan lalulintas. Juga seorang penyebrang jalan yang tidak menggunakan jembatan penyebrangan atau zebra cross yang telah disediakan, dan masih banyak lagi contoh lainnya mengenai kemalasan dalam memilih takdir yang baik, bahkan dengan entengnya mereka melakukan tindakan yang ceroboh itu. Seandainya banyak orang yang bisa memahami ini dengan baik, tentu mereka tidak akan berani melakukannya. Sebab, semua itu jelas akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pengendara yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas kemudian menyebabkan orang lain celaka maka ia telah menzolomi orang lain, dan jika seorang penyebrang jalan yang tidak menyebrang pada tempatnya jelas ia juga bisa menzolimi orang lain, misalkan ada pengendara yang membanting stir karena takut menabraknya, kemudian akibatnya pengendara itu menabrak pohon dan terluka, atau mungkin meninggal dunia, maka sudah barang tentu orang yang menyebrang itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Intinya adalah, siapa saja yang menjadi menyebab dari suatu akibat yang buruk, dan itu diakibatkan dari kemalasannya memilih takdir yang baik, maka sudah barang tentu ia akan dimintai pertanggungjawabannya.
===================================================
Mari Bangkit Dengan Kesadaran Murni
===================================================
Setelah kita “Memahami Hakikat Penciptaan Melalui Matrix Takdir Dalam Lauhul Mahfuzh ” dan juga mengetahui apa itu kesadaran murni, marilah kita bangkit dengan kesadaran murni, yaitu saling berlomba-lomba dalam kebaikan dengan mengharap ridha Allah semata. Ingatlah! Baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah, karena itu ikutilah petunjuk AL-Quran dan Hadits, baik dalam beribadah kepada Allah, maupun di dalam kehidupan bersosial.
===================================================
Demikianlah tulisan singkat mengenai kesadaran murni, dan mengenai kebenarannya Wallahu’alam…
Kepada siapa saja yang membaca tulisan ini, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika apa yang saya tulis ini mengandung banyak kesalahan. Sebab, saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa, dan saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan karena kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya (saya akan menerima dan tidak akan mendebat siapun, segala hal yang membingungkan silakan ditanyakan pada ahlinya). Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak.
Akhir kata, semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat saya sendiri, dan juga buat para pembaca. Amin…
Wassalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim)
Peace V ^_^
SukaSuka
Anice said
mengubah takdir? yg pertama yakin (IMAN)
SukaSuka
I'en Putra said
Dikit aja…?
Sekali takdir tetap TAKDIR…
G’bisa diubah-ubah….
SukaSuka
fisika said
wah gabung nii gini kalau menurut hindu apa yang kamu peroleh hari ini merupakan hasil perbuatanmu yang terdahulu…secara sains ini merupakan aksi-reaksi alam semesta….atau dalam Hindu disebut hukum karma…ada tiga hukum karma
sancita karma pala. semua hasil yang kalian peroleh hari ini baik itu ke adaan senang maupun susah merupkan hasil perbuatan mu di kehidupan terdahulu
prarabda karma pala…semua hasil di hari ini merupakan hasil dari perbuatan mu di hari ini pula
kriamana karma pala…semua hasil akan kalian peroleh pada kelahiran mendatang di karnakan perbuatanmu hari ini.
Paham kan coba pikir makanya ada orang yang miskinn, terus, kaya miskin. susah cacat sekarang karna kehidupan dulu ia malas atau banyak berbuat salah dan dosa………dlll banyak lagi contohnya contohnya….. makanya berbuatlah baik hari ini agar kehidupan kelak bisa kau nikmati….
Tapi harus percaya siklus reingkarnasi…..coba pikir alam saja bersiklus, siklus air, udara siklus karbon oksigen ah banyak lagi……nohh kita saja kalau banyak salah dalam ujian kadang kala dikasi pengulangan…begitu juga siklus hidup ini……………..tapi kalian dapat memotong siklus jika kalain mencapai moksa dan bersatu dengan brahman…..kekal abadi tapi bukan di surga atau di neraka
SukaSuka
agorsiloku said
Mas Ketut, terimakasih untuk catatannya. Saya termasuk yang tidak memahami konsep Reinkarnasi yang dimunculkan dan diyakini oleh sebagian keyakinan agama. Termasuk di dalamnya mengenai dosa turunan, kehendak ruh untuk masuk ke badan fisik berikutnya dan sejumlah pemahaman lainnya. Jadi saya juga belum memahami konsepsi bagaimana Adam dan keturunannya mensplit manusia-manusia turunannya dalam reinkarnasi. Yang saya pahami dari kitab yang saya yakini adalah manusia mati masuk alam barzah (alam kubur). Sulit saya memahami bagaimana nenek moyang, nenek, ayah bunda, anak, dan sejumlah kumpulan dari kegiatan manusia bereinkarnasi.
SukaSuka
beni ahmad said
segala puji bagi Alloh..tidak ada sekutu bagi-Nya…semoga tulisan pa bois adalah yg paling benar dan diridhoi Alloh..karena sepertinya paling bisa dicerna dan paling lengkap untuk saya yg banyak salah..tapi merindukan kebenaran..saya pernah membaca yg semakna dgn anda di “anda bertanya islam menjawab”…oleh Prof. Dr. Mutawalli asy Sya’rawi..seorang ulama besar mesir..terima kasih anda membuatnya lebih bisa difahami lagi..semoga Alloh memberikan kebaikan yang banyak kepada anda..wassalam
SukaSuka
RIDWAN said
ada 2 orang yang berbeda,
si A lahir dikeluarga yg harmonis, kaya, taat
beragama, karena ganteng si A selalu jadi idola
para gadis, kemana-mana selalu dihormati orang
karena dia santun dan berasal dari keluarga
terpandang. sehingga si A hidup dari lahir sudah
bahagia.
si B lahir dari keluarga berantakan, miskin dan
cacat, mukanya buruk dan kemana-mana selalu diusir
orang. si B juga taat beragama.
kalau si A dari lahir hidup bahagia dan mati pasti
sorga, sebab dari bayi dibimbing dg ajaran agama.
kalau si B dari lahir hidup melarat dan mati masuk
neraka,
sebab si B sering mencuri untuk bisa makan.
mengapa si A dan si B hidupnya sangat berbeda ????
mungkin takdir itu bisa dibilang ADIL jika si A
bisa dibilang hidup diatas roda, si B dibawah roda
setelah pertengahan umur si A dibawah dan si B
diatas.
ADILKAH TAKDIR ITU ????
ada orang mati-matian berusaha tapi tetap gagal,
sedangkan ada juga orang usaha sedikit tapi
berhasil.
dalam mencari Tuhan, sebaiknya kita membaca semua
konsep agama.
saya dengan KARMA sudah menjadi kata dalam 137
bahasa…
SukaSuka
agorsiloku said
Pertanyaan bagian terakhir dari kisah yang dijelaskan adalah : adilkah takdir ini?.
Pertanyaan yang kerap muncul sama : mana yang lebih banyak tersenyum, yang kaya raya atau yang miskin papa?. Yang mati kekenyangan atau yang mati kelaparan?. Yang sepanjang hidupnya menderita dan kehausan, sehingga setitik air melepaskan dahaganya atau yang minumannya tumpah ketika tak kuat lagi untuk meminum…. Yang hidupnya gemerlap dan bersedih melihat kemiskinan ataukah si miskin yang menerima uluran tangan si kaya?. Yang hidup di dunia menghabiskan dan menyia-nyiakan kesempatan hidup di akhirat ataukah yang mendapatka sedikit di dunia dan sebagian besarnya disediakan di kampung akhirat?.
Urgensi dari takdir sebagai karya Sang Pencipta adalah percayakah yang dicipta pada keadilan sang pencipta, sehingga pertanyaan ini menjadi relevan.
Yang terakhir, “dalam mencari Tuhan, sebaiknya kita membaca semua konsep agama.” Dalam keseluruhan tatanan, dalam keseluruhan konsep tauhid, ikhlas, dan pemahaman di seluruh bagian-bagian kehidupan. Dimana saja, dan pada diri kita sendiri…..
SukaSuka
Huda said
Materi yang sngat menarik….
Klo nasib bsa diubah tergantung dri usaha mnusia yang bersangkutan….,tp klo takdir kta bsa memilih….
Tuhan telah memberi kita sebuah peta hidup yang sangat hebat….ibarat menempuh perjalanan jauh yang mana kta dihadapkan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh. Klo kta plih jln yg ini kta akan smpai d jln yg ini n klo mmilih jln yang itu kta akan smpai d jln yg itu. Jadi, smwa itu trgantung plihan kita…..
Mdah-mdhan pmhman saya tentang takdir tdk slah….
SukaSuka
hazetic said
DISKUSI YG HEBAT
COBA DALAM SELISIH PENENTUAN PERAYAAN HARI RAYA DIADAKAN MUSYAWARAH SEPERTI INI DAHULU MUNGKIN ISLAM INDONESIA BS LEBIH KUAT…
masalah orang dilahirkan miskin, jelek,cacat…itu justru meringankan hutang org tsb….
karena sbg org normal hutang2 kita pada Allah sgtlah banyak…
apalagi yg dilahirkan cantik, kaya….pasti bebanya lebih berat karena akan banyak yg menggoda….
Allah menciptakan segala sesusatunya dengan berpasang pasangan agar semuanya berjalan seimbang….
semua ciptaaan Allah sempurna walau dimata kita biasa biasa saja….
ada awal ada ahir..
ada hidup ada mati…
ada kaya ada miskin…
ada bagus ada jelek…
dan terakir …apa yg akan kita pilih…SURGA ATAU NERAKA…
SURGA DAN NERAKA diciptakan untuk keadilan….
SukaSuka
Anonim said
allah lebih mengetahui.
SukaSuka
hawin said
“Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)
kalau memang takdir itu tidak bisa diubah, mengapa Rasul berkata : “Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali do’a” dan juga perintah Allah “ud’uny astajib lakum”
Allah menyuruh kita semua untuk berdoa dan mengingat-Nya, dan dengan ketentuan Allah, Allah akan mengubah takdir kita.,
Intinya kita disuruh untuk ingat pada Allah sang pembuat takdir..
Wallohu a’lam
SukaSuka
Pallawa said
Takdir adalah haknya Allah, karena Dia adalah yang maha kuasa…
Takdir adalah permintaan kita, karena kita adalah maklukNya…
Takdir adalah kepunyaaNya, karena Dia adalah yang maha punya…
Takdir adalah permohonan kita, karena Dia adalah tempat memohon
Takdir adalah ketidakpastian, karena Dialah yang memastikan…
Takdir adalah pencarian, karena kita sumbernya ketidak tahuan…
Jikalau kita mencari di dalam ketidak pastian maka sudah seharusnya kita meminta dan memohon kepda yang punya…
SukaSuka
Aidil said
Ikutan ya…Pemahaman dan pengetahuan saya akan Islam masih sangat minim tapi ingin ikut sumbang saran.
menurut saya, takdir itu seperti hukum sebab akibat. Dalam takdir seseorang ada 3 hal pokok yang berperan penting dan saling kait terkait, yakni:
a. orang itu sendiri
b. orang lain, baik yang berhubungan langsung dengan dia maupun tidak
c. Pencipta keseluruhan, Allah SWT.
Dalam hal ini, Allah memberikan kebebasan kepada setiap mahluknya untuk mengambil pilihan apa yang akan dilakukannya setiap detik. Contoh : Iblis mengambil pilihan untuk berseberangan dengan Allah karena merasa dirinya lebih hebat dari manusia padahal sudah disuruh oleh Allah untuk menghormati Adam. Nah, dari contoh tersebut maka pilihan setiap mahluk Allah itu bisa berupa apa saja, tidak ada batasan. Namun, setiap pilihan yang diambil akan berdampak kepada orang itu sendiri maupun kepada orang lain.
Peranan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung mungkin seperti masalah krisis ekonomi yang terjadi. Krisis ekonomi yang terjadi mungkin hanya kesalahan beberapa orang dalam mengambil kebijakan perekonomian di negaranya. Tapi hal itu menyebabkan kita ikut juga merasakannya atau turut mempengaruhi jalan hidup kita sendiri. Contoh: harga-harga naik, pekerjaan menjadi lebih sulit, dsb.
Peranan Allah dalam takdir seseorang adalah memutus hukum sebab akibat yang mungkin terjadi atas pilihan seseorang. Contohnya seperti ini: seseorang berdoa kepada Allah untuk diberikan rizki yang baik dan banyak. Kemudian Allah dengan caranya sendiri akan memberitahu bagaimana caranya untuk memperoleh rizki tersebut. Bisa dengan memasukkan ilham kedalam pikiran seseorang sehingga dia akan memilih B padahal orang tersebut sudah merencanakan A. Atau bisa melalui orang lain yang memberikannya pekerjaan, dsb.
Ini hanya sebuah pemikiran dan hanya Allah yang tau jawaban sebenarnya..
SukaSuka
phyta said
bukan masalah takdir bisa dirubah apa tidak,tapi takdir tidak bisa diketahui sebelum terjadi..
tau aja tidak,gimana mau merubah..??
SukaSuka
Ifan said
Opini saya,
Takdir : sesuatu yang telah terjadi, sehingga tidak bisa dirubah…
Yang belum terjadi, berarti bukan takdir, jadi masih ada kemungkinan untuk dirubah…
SukaSuka
jelasnggak said
takdir itu yg sering di teriakan muslim pada waktu malem lebaran.
gitu aja kok refot
SukaSuka
bambang said
aswrwb saya orang awam menurut pikiran saya takdir itu urusan ALLAH manusia hanya berusaha namun jangan lupa semua yg terjadi di dunia ini tidak ujuk ujuk melain kan melalui proses alami kalau orang ditakdirkan kaya mungkin dia akan mengikuti jalan nya, dg bekerja keras atau dilahirkan dari orang kaya,demikian pula orang yg ditakdirkan miskin dia akan menuruti jalan nya sampai dia menemukan takdirnya jadi orang miskin,jadi menurut saya takdir itu memang sudah ketentuan, tapi sebenar nya kita sendiri yg membuat nya,
SukaSuka
Cuman lewat aja said
Ass . . .
Tak ada satupun yg bisa mengubah TAKDIR kecuali ALLAH . .
jika memang benar manusia bisa mengubah takdir . .
kita dapat mengambil sebuah kesimpulan . .
MANUSIA = ( ….. ???)
wassalam . . 😉
yg bisa mengubah TAKDIR kecuali ALLAH . .
jika memang benar manusia bisa mengubah takdir . .
kita dapat mengambil sebuah kesimpulan . .
MANUSIA = ( ….. ???)
wassalam . . 😉
SukaSuka
Soetarno Wreda said
Harus benar2 tahu dulu apa takdir itu. Takdir adalah determinan ie faktor yang sdh ada sblumnya yg tdk dpt dirubah, ditolak, dianulir, diamendir. Takdir adl sunatullah, ciptaan Allah. Takdir terbesar adalah hukum2 alam semesta ie hukum sebab-akibat aksi-reaksi yg sudah bermilliard tahun tetap tdk berubah; dan kita bagian kecil dari alam.
Sifat, bakat dan watak kita bnyk mewarisi sifat2 org tua dan para leluhur. Ada bakat seniman, pemikir, teknisi, petualang, dsb. Ini akan besar pengaruhnya thd hidup-penghidupan kita. Faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terutama dari masa kanak-kanak, kemiskinan struktural, broken home. Celakanya ada bakat buruk yg tdk dpt ditolak seperti psikopat warisan mental disorder. Diharapkan ilmu genetika akan dpt menolong mereka di masa depan.
Rezeki dan nasib dpt dibina dg ikhtiar ie dg sungguh-sungguh berbuat nyata dan disertai doa, yg mulanya personal intensive atau “fardlu ein”. Tetapi ikhtiar bersama atau “fardlu khifayah” akan dpt lebih efektif dan menakjubkan. Contoh negeri Jepang dg Meiji restorasi dan RRC dg sistem komunal. Ikhtiar adl menciptakan kondisi yg se-baik2-nya dengan sabar, istiqomah dan cerdas guna mencapai tujuan.
Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang atau suatu kaum bila mereka tidak merubah diri sendiri terlebih dulu. Jadi ikhtiar dulu, hasilnya kemudian.
Mati? Segala yg bernyawa akan mengenal mati dan yg terbentuk di alam akan lenyap. Manusia tidak akan mencapai umur 200 tahun, itu batas. Tetapi kapan, dimana dan bgmna tgantung kondisi, misal: penyakit, kecelakaan, perang. Bangsa yg sejahtera umumnya punya peluang hidup yg pnjg.
Tetapi memang Tuhan dpt menciptakan keajaiban atau “miracle” dan itu yg disebut “iradah” atau “the act of God” yg mungkin jarang terjadi. Misal diturunkannya nab-nabi, wahyu, firasat, ilham, dsb.
Makanya jgn buru2 memvonis dg takdir atau “nasib oh nasib”.
Rasa-rasanya doktrin “qada dan qadar” itu perlu direvisi karena ambigu. Dan doktrin “iman kepada taqdir”, karena tidak ada ayat kuat dalam quran sbg dalil.
SukaSuka
agorsiloku said
Terimakasih untuk catatannya yang menarik, dengan sedikit kebutuhan penjelasan mengenai “the act of God”. Kalau tidak salah memahami. Allah Sang Maha Kuasa, Maha Pencipta, Maha Suci, senantiasa dalam kesibukan (QS 55:29). Ini memahamkan bahwa “Act of God” berlangsung tidak jarang, bahkan “setiap saat”. Allah mengabulkan do’a hambaNya dalam keseluruhan peristiwa. “Nasib oh nasib”, bernada “keluhan”, disertai pemahaman ikhtiar serta disertai juga pemahaman bahwa Allah melapangkan dan menyempitkan rejeki kepada hambaNya (QS 39:52).
Sedikit kurang memahami, doktrin qada dan qadar yang bagaimana yang ambigu, juga iman kepada takdir, tidak ada ayat yang kuat sebagai dalil. Kalau boleh dijelaskan lebih terang….Wassalam, agor
SukaSuka
learningfromlives said
saya setuju mas.. bagus sekali penjelasannya.
SukaSuka
muhammad ridwan said
TAKDIR = hasil (yg sudah terjadi).
SukaSuka
salafudin said
Merekontruksi Pemahaman Takdir
Konstelasi Takdir
Dikotomi pemahaman takdir telah banyak menimbulkan ~ambivalensi~ bagi pemeluknya. Konsep yang ditawarkan para ulama, para pemikir, dan para Teologist~yang sering memaknai dan menterjemahkan takdir hanya sebagai fungsi linear ; hanya sebagai sebuah fungsi garis lurus dalam sebuah bidang. Banyak menimbulkan kekecewaan. Model ini sangat sulit untuk menjelaskan keadaan di dunia nyata. Banyak sekali varian dan variable, kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa dijelaskan dengan memuaskan oleh konsep ini.
Melintasi ruang dan waktu~menimbulkan gelombang kejut pada setiap generasi~lahirlah sebuah peradaban manusia, dengan konstelasi pemahaman takdir seperti sekarang ini. Setiap pemeluk terseok-seok, tertatih, ketika berhadapan dengan ‘sang takdir’ ‘si nasib’. Bukan sikap pasrah, lebih sering adalah sikap ‘nelongso’ dan keputus asaan. Mengapa..?
Sebagian besar umat pemeluk Islam (mungkin agama lain), sangat meyakini bahwa takdir manusia; Setiap detail kejadian dalam hidupnya , termasuk di dalamnya,jodoh, mati, rejeki, dan lain-lain, sudah ditentukan oleh Sang pencipta. Bahkan tidak tanggung-tanggung surga-neraka pun sudah ditentukan baginya. Mereka tinggal melakoni saja dengan pasrah. Meskipun mereka berusaha, namun dalam lubuk hati mereka tersirat akan takdir, sehingga dalam berusaha-pun mereka jadi maju-mundur. Pemahaman ini secara serius membawa kemunduran bagi umat Islam dari generasi ke generasi.
Pemahaman ayat setiap mahzab memang tidak utuh, parsial hanya merupakan bagian integral dari sebuah bangunan matrik saja. Ketidak mampuan transformasi pengetahuan~yang disebabkan oleh kompleksitasnya konsep takdir~ditengarai menjadi penyebabnya. Sangat sulit untuk membuat perumpamaan dalam konsep takdir ini~jika tidak kita analogikan dengan komputer~konsep takdir akhirnya hanya sebuah abstraksi saja.
Skema Model takdir
Dengan model tadi~telah di jelaskan bahwa ada dua elemen penting yang harus kita pahami.;
Pertama ; JIWA sebagai ‘dzat’ yang bertanggung jawab atas ‘misi’ yang diberikan oleh ‘sang Creator’. ~ berasal dari dimensi di luar dimensi alam semesta ini. Sehingga ‘dzat’ ini setelah melaksanakan ‘misi’nya harus kembali keasalnya. Karena asal ‘dzat’ ini adalah dari dimensi yang‘suci’, maka ‘dzat’ ini harus kembali dalam keadaan suci pula. Masalah muncul~yaitu pada saat proses transport ke dalam ‘raga’, ‘dzat’ ini tidak mampu mengingat siapa dirinya. Ingatannya telah hilang bersama dirinya yang mewujud. Jika keterikatannya nanti pada ketubuhan dan materi lainnya~tidak mampu dilepaskannya~materi itu akan mengikat ‘kesadaran’nya~hingga dia tidak akan mampu kembali. Inilah yang dimaksud ~dimensi yang suci, yaitu dimensi di luar materi. Selesaikanlah ‘misi’ dan kembalilah sebagaimana awal ~ JIWA bersifat bebas dalam menentukan kehendaknya apakah dia mengikuti sifat-sifat raga nanti, atau dia berusaha menjaga kemurnian sifat asalnya. Makanya bagi JIWA diberikan ‘reward dan punishment’. Surga dan neraka.
“Wahai jiwa yang tenang datanglah kehadirat Tuhanmu dengan keadaan ridho dan diridhai ” (QS 89:27-28)
Kedua; RAGA adalah sebuah bio-mechine (robot) dibuat dan diprogram sedemikian rupa sehingga mampu beradaptasi dengan kondisi apapun. Memiliki daya tahan, daya serang, mampu memperbaiki systemnya sendiri,mampu perkembang biak , dan seabrek talenta lainnya. Support system memberikan dukungan penuh agar raga ini dapat bertahan hidup. Telah diprogram setiap raga akan mendapatkan jaminan rejekinya masing-masing. Setiap raga dibuat dan diprogram secara unik. Masing-masing raga ada yang dipersiapkan untuk jadi pemimpin, untuk jadi ilmuan, dan bermacam-macam profesi lainnya. Untuk itu setiap raga dibekali keunggulan fisik , baik otak, tubuh, system metabolisme, dan lain-lain, sesuai dengan peruntukkan akan sebagai apa raga ini nanti. Disamping itu raga juga sudah deprogram setiap detil perbuatannya, dari melangkah, berlari, meloncat, dan lain sebagainya, sebagaiamana program dalam software permaianan. Dengan memadukan berjuta-juta kemungkinan dan kejadian-kejadian yang akan muncul dalam pergerakan sang raga ini.
Sifat alamiah dari raga adalah kecenderungannya kepada pemenuhan kebutuhan metabolisme tubuhnya; makan dan berkembang biak. Kedua sifat dasar ini membesar seiring dengan kebiasaannya. Dari kedua sifat dasar secara potensial menjadi ~evolusi sifat-sifat lainnya. Akan melahirkan keserakahan, ketamakan ; harta-tahta-wanita. Haru biru-nya dunia berawal dari kecenderungan primitip sang raga ini.
Meskipun begitu ; dalam konsep ini raga tidaklah bertanggung jawab terhadap hasil dari ‘misi’ yang dilakukan oleh JIWA , raga hanya menjadi saksi atas perbuatan sang jiwa. Sebab pada hakekatnya pengendali raga adalah JIWA.
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakanâ€. (QS;41:20)
Ketiga : Sistem operasi dan Program, adalah sebuah system yang akan meng-operasikan raga. Dari milyaran raga yang ada dengan bilyunan kemungkinan kejadian secara detail. Raga diatur dan disetting oleh system ini, apakah raga itu miskin, kaya, cacad, pandai, senang, susah, dan lain sebagainya.
“Sebagai sunatullah (atau peraturan Allah) yang telah berlaku sejak dahulu, sekali-kali kamu tak akan menemukan perubahan bagi sunatullah (atau hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah) itu” (QS 48:23).
Keempat : Virus dan Hoach, dalam dunia nyata di kenal sebagai syetan dan Iblis.
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka. (QS 38:75-83)
Maka dapat disimpulkan skema Visi dan Misi Jiwa adalah : Melaksanakan kehendak Allah ~senantiasa meningkatkan kesadaran terhadap ciptaan dan kekuasaan Allah~Jiwa harus dalam kesadarannya kepada sang Pencipta-nya~dan saling mengkabarkannya kepada manusia lainnya sesuai dengan kapasitas dirinya; kaya, miskin, ilmuan, presiden, dan lain-lain. Melalui pengoperasi-an raga dan mengarahkannya demi pencapaian misi itu. Dalam menjalankan misi dan visi Jiwa mendapat tantangan dari syetan dan Iblis.
Melanjutkan pembahasan skema model takdir~; Sehingga dalam diri manusia terdapat dua entitas yang berbeda yaitu ; entitas yang berasal dari alam anti-materi dan entitas dari alam materi.
JIWA adalah~sesuatu~dzat~dari dimensi anti materi~adalah entitas KESADARAN. Sebagai entitas ‘kesadaran’ maka dzat ini memiliki sifat yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Dzat ini dapat berada di masa lalu, berada di masa sekarang, atau di masa akan datang. Dan dzat ini tidak dibatasi ruang yang artinya; dzat ini dapat hanya seluas kotak, seluas bumi, atau seluas alam semesta ini. Disamping itu dzat ini karena tidak dibatasi ruang dapat berada dimana-mana sekehendak dirinya. Karena inilah maka sebagai manusia kadang kita dapat mengembara , berimajinasi dimasa lalu ,di masa akan datang, di belahan bumi manapun dan ataupun di alam semesta ini. Entitas inilah yang BEBAS menentukan dirinya sendiri atau FREE WILL (QODARIYAH).
RAGA adalah~sesuatu etentitas yang sudah di program sedemikian rupa sehingga memiliki sifat-sifat materi. Sebagai materi RAGA memiliki keterbatasan ruang dan waktu. RAGA hanya mampu berada di keadaan saat ini dan JUGA membutuhkan tempat (ruang). RAGA tunduk kepada aturan-aturan program (sunatulloh) yang sudah di buat . Tunduk kepada ‘operating system’ yang dinamakan TAKDIR. Sehingga entitas ini dalam keadaan pasrah menyerah kepada kehendak sang ‘Creator’ atau keadaan ini dinamakan FATALIS (JABARIYAH)
Penyatuan antara JIWA dan RAGA ~ adalah bertemunya kedua sifat anti materi dan materi. Bertemunya dua sifat yang saling berlawan ini dapat meniadakan sifat dari salah satunya, baik untuk sementara waktu atau selamanya. Sehingga JIWA setelah penyatuan ini dalam keadaan ZERO atau FITRAH.
Dalam penyatuan tersebut, JIWA menempati seluruh ruang yang ada dalam raga, namun dibatasi oleh keterbatasan sifat materi raga. Sehingga JIWA hanya dapat berkomunikasi dengan alam sekitarnya dengan menggunakan fasilitas yang ada dalam raga itu sendiri. Inilah kreasi yang maha besar dari sang CREATOR. JIWA. Suatu entitas yang tak terbatas di dalam entitas yang serba terbatas. Dan entitas ini harus mampu berkreasi di dimensi materi yang serba terbatas ini.
JIWA harus mampu mengimbangi sifat alami RAGA, yaitu kebutuhannya akan suplai makanan dan berkembang biak. Sayangnya~penyatauan dua entitas ini menimbulkan ‘resultan’ yang tak berhingga. Keinginan akan makan dan berkembang biak, yang semula hanya sebagai sifat dasar alami untuk kelangsungan hidup RAGA~ketika bertemu~ bertemu entitas tak terbatas ini (JIWA)~Keinginan akan makan dan berkembang biak ~berevolusi~ menjadi keinginan yang tak terbatas pula. Melahirkan sifat serakah, kikir, syahwat, dan lain sebagainya. Sifat-sifat inilah yang harus diminimalisir~ditekan~sehingga hanya sampai ttingkat paling dasar kebutuhan manusia (RAGA) itu sendiri.
Saat penyatuan~JIWA nyaris ZERO~Dari waktu ke waktu~peradaban terus bergulir~dari paling sederhana hingga modern saat ini. Dalam kurun waktu itulah~JIWA mengalami penyempurnaan dan perkembangannya. Sedikit demi sedikit, dengan menggunakan fasilitas RAGA yang dimiliki~JIWA mulai mengenali dirinya.
Demi Jiwa ,serta penyempurnaanya.maka Allah mengilhamkan kepada Jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan (QS. As Syams:7-8).
Namun seiring dengan berjalannya waktu~kompleksitas jaman ~JIWA mengalami kesulitan mengkondisikan dirinya dengan RAGA~pengkondisian ini penting; sebab akan berpengaruh kepada wilayah kesadaran bagi JIWA~kesadaran yang dituntun (bagi JIWA) untuk dapat kembali kepada dimensinya~jika tidak JIWA akan sering kehilangan arah. Oleh karena itu sang CREATOR memberikan panduan baik langsung (Musa) maupun tidak dengan melalui utusan-utusannya. Kemudian pada saatnya~Sang ‘CREATOR memberikan BUKU MANUAL (AL QURâ€AN) untuk dijadikan pedoman melalui utusan yang dicintainya MUHAMMAD.
Implementasi Model terhadap Re-konstruksi Takdir
Dari ulasan tersebut diatas dapat ditarik model~RAGA adalah entitas FATALIS sedangkan JIWA adalah entitas FREE WILL.
Dengan model ini maka dapat dijelaskan methodology al qur’an dalam penyampaian petunjuknya.:
Kepada JIWA yang FREE WILL Al qur’an berkata :
“Katakanlah kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mau beriman maka berimanlah dan barang siapa yang mau kafir maka kafirlahâ€. (QS. Al-Kahfi : 29).
“Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuatâ€. (QS. As-Sajdah : 40).
“Sesungganya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada dirinya” [QS Ar Ra’d (13):11].
Kepada RAGA yang FATALIS Al qur’an berkata:
“Dan Allohlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuatâ€. (QS. As-Shaffat : 96).
“Bukanlah kamu yang menghendaki, tetapi Allohlah yang menghendakiâ€. (QS. Al-Ihsan : 30).
“Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan dirimu kecuali telah (ditetapkan) di dalam Kitab sebelum Kami wujudkan” [QS Al Hadiid (57): 22].
“Sesungguhnya bukan kamu yang membunuh mereka tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar (senjata kepada musuh), akan tetapi Allah-lah yang melemparnya’. [QS Al Anfal (8): 17].
Dan masih banyak lagi contoh-contoh ayat yang masing-masing berbicara baik kepada JIWA yang FREE WILL maupun kepada RAGA yang FATALIS.
Inilah model yang ditawarkan dalam memahami TAKDIR~dalam model ini terdapat kebebasan yang seluas-luasnya kepada JIWA untuk melakukan explorasi kepada ciptaan-ciptaan Allah, kebebasan kepada JIWA untuk memilih apakah dia akan mengenal Tuhannya atau dia tidak mau mengenal Tuhannya. Dan Kebebasan kepada JIWA~apakah dia akan berada di masa lalu apakah di masa sekarang. Kebebasan yang benar-benar MUTLAK. Namun, ingat bahwa JIWA ~ harus tetap kembali ke dimensinya. Dimensi di luar ordo dimensi alam semesta ini. ~Dimensi kesadaran diatas kesadaran. Jika JIWA masih dalam wilayah ‘kesadaran materi’ saat ‘game over’. Maka habis sudah waktu dan JIWA tidak akan mampu kembali ke dimensinya lagi. JIWA akan tersiksa, JIWA akan ter hukum, terpanggang. Kasihan. Maka JIWA masuk ke dalam dimensi ‘kesadaran’ yang lebih rendah.~dimensi alam NERAKA.
Lain halnya RAGA~entitas ini praktis bersifat FATALIS~tunduk patuh kepada sunatulloh, hukum-hukum (program) yang dibuat oleh sang ‘Creator’. Posisi JIWA lah yang harus mengikuti keadaan RAGA.
RAGA diciptakan~disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasinya~sesuai dengan skenario sang Crator~misal; raga dibuat untuk spesifikasi seorang Raja, maka otaknya, daya tahan tubuhnya, panca inderanya, talenta dibuat dan lain-lain, untuk kebutuhan tersebut, disamping itu juga support system akan menjaga agar RAGA ini tetap untuk peruntukannya. Maka bila JIWA yang berada di dalam RAGA ini, ikut terlena dengan semua fasilitas-kenikmatan raja~Misal FIR’AUN~ dan mengaku-aku bahwa semua itu atas usahanya. Maka celakalah JIWA ini. JIWA akan berada dalam wilayah yang mengantarkan dia ke alam ‘kesadaran rendah’. Dimensi Alam NERAKA.
Karena sesungguhnya JIWA tidak memiliki kuasa apapun atas RAGA dan juga kuasa atas seluruh kondisi yang ada yang memungkinkan dia menjadi RAJA~. JIWA sesungguhnya hanya PENIKMAT saja~. JIWA sesungguhnya hanyalah PENYAKSI saja. Maka jika dia dalam posisi ini mau kafir, ya silahkan kafir saja, tidak akan berpengaruh kepada RAGA yang menjalankan operasi Tuhannya. ~Maka bila dikehendaki sang Creator RAGA akan menjdai RAJA ya tetap akan jadi RAJA.
Sistem Keadilan Tuhan
Jelaslah dalam model tersebut~; faktor yang menyebabkan seluruh rangkaian kejadian di dunia ini telah di setting oleh sang Creator. Raga masing-masing diciptakan berdasarkan spesifikasi dan kebutuhan sesuai scenario sang Creator. Ada yang jadi RAJA, pembatu, majikan, dan lain sebagainya. Mereka ada yang dibuatkan fasilitas, kaya raya, dimudahkan dan sebagainya. Ada juga yang hanya menjadi buruh , mereka miskin fasilitas, dan lain sebagainya.
Kalau begitu dimanakah system keadilan Tuhan..?
Kembali kita telusuri~bahwa sesungguhnya yang berada dalam posisi bebas adalah JIWA~posisi bebas ini tentunya mengandung konsekwensi~unsur REWARD AND PUNISHMENT. Apabila kondisi JIWA mampu berada dalam wilayah kesadaran tertingginya ~sehingga dia mampu kembali ke dimensinya. Maka akan mendapatkan reward yang dijanjikan. Bila tidak diapun akan mendapat punishment~hukuman neraka.
Sehingga dalam KEADILAN TUHAN~tidaklah menjadi masalah apakah JIWA berada di RAGA yang miskin, kaya, raja, petani, atau apapun. Sebab bagi sang Creator yang penting JIWA mampu menyelesaikan misinya agar mampu kembali. Sang Creator hanya menginginkan JIWA menjadi penikmat dan penyaksi yang baik~senantiasa mengagunmi, mengakui kehebatan sang Creator. Karena sesungguhnya sang CREATOR sudah mebuat rangkaian kejadian, sobaan-cvobaan, sedemikian rupa, sangat teliti, proposional sesuai dengan spesifikasi RAGA. Maka JIWA harus percaya ini dan jangan khawatir terhadap keadilan ini.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan orang-orang Nashara, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan beramal shaleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Maidah: 69)
Kemudian bagaimana KEADILAN TUHAN, bagi JIWA yang berada dalam pemahaman teologi ?. (Islam, Kristen, Yahudi, dll).?.
Dalam konsep ini~Teologi sesungguhnya hanyalah sebuah metodologi bagi JIWA untuk kembali ke dimensi-nya. Bagi KEADILAN TUHAN, yang penting manusia dapat mencapai kesadaran tertingginya dan dapat kembali kepada asalnya~. Bagi Tuhan JIWA adalah hanya sebatas sebagai penyaksi yang mengkahbarkan akan eksistensi Keberadaan-NYA~. Maka petunjuk (Buku Manual) yang diberikanpun telah disesuaikan dengan jamannya. Pada peradaban primitive~, belum ada kompleksitas ~sehingga mudah saja bagi JIWA untuk meng-kondisikan dirinya. Maka diberikanlah Buku Panduan yang sederhana. Namun pada jaman peradaban akal dan budi , sungguh kompleksitasnya demikian luar biasa, maka diperlukanlah BUKU PANDUAN yang lebih sesuai dengan jaman itu.
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Qs Ali Imrân/3:164)
“Dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan apa yang diberikan kepada NabiÂ-nabi dari Tuhan mereka; tidaklah Kami membeda-bedakan di antara seorangpun dari mereka, dan kami kepadaNya, semua menyerah diri. ” (Al baqoroh 136),
Hakekatnya~sang CREATOR menantang JIWA-JIWA ini untuk mencari metodologinya sendiri-sendiri~mereka ditantang mengunakan seluruh potensi yang ada pada dirinya~guna menemukan jalan mereka untuk kembali ke dimensi dari mana dia berasal~ untuk keperluan ini sang Creator-pun sudah memberikan Buku Manual-nya.
Batasannya adalah~RAGA telah disetting memiliki batas waktu (game over). Kapan batas waktu yang ditentukan bagi matinya RAGA~ hanya sang CREATOR lah yang tahu. Maka JIWA-JIWA diharapkan berlomba-lomba~dan senantiasa dalam suasana kesedaran yang terus menerus~sehingga pada saat di matikan RAGA~JIWA dalam posisi wilayah kesadaran tertingginya~sehingga dia akan dia dapat kembali dengan mudah.
“Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya yahudi atau nasrani atau Majusi “. (H.R. Muslim).
Sang ‘CREATOR’ , menyerahkan pilihan itu (Agama) ~dan memberikan kebebasan pilihan itu kepada JIWA. Bagi sang CREATOR sama saja, apakah JIWA itu akan di letakkan kedalam RAGA ditengah-tengah~Islam, Kristen, Yahudi, atau KAFIR sekalipun. Semua sama-sama harus mencari metodologi untuk kembali. Semua tergantung dari usaha sang JIWA itu. Tuhan menjaga kesinambungan itu, keseimbangan agar tetap dalam kondisinya~menjaga perbedaan itu,~ agar Jiwa-jiwa dapat berpikir. METODOLOGI MANA YANG DI RIDHOI NYA.
 .. Dan sekiranya Allah tiada menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.†(QS;Al Hajj 40)
==========================
Dan ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan, untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta mnunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.”
Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. (At Taubah – ayat 107).
Maha besar Allah, sang CREATOR alam semesta. Amin
Wallohu’alam bisawab
Arif Budi Utomo
Note : Diambil dari Dzikrullah Millis
SukaSuka
salafudin said
Kusambut Takdirku..
Melanjutkan kembali tulisan saya terdahulu ~Merekontruksi Konstelasi Pemahaman Takdir~. Bagaimana model ini kemudian dapat diaplikasikan dan menjelaskan fenomena yang terjadi di dunia ini, menjadi hal yang menarik~sebagai wacana baru dalam memahami takdir dan menerima sebagaimana adanya.
Kita sering banyak menemukan ~tampaknya seperti sebuah kontradiksi pada beberapa ayat yang dijadikan rujukan dalam memahami takdir.. Namun dengan menggunakan model ini~ nanti dapat kita lihat bahwa sesungguhnya beberapa ayat tersebut justru malah saling melengkapi dan mengkuatkan. Sebagian telah saya ulas, namun akan kita pertajam lagi dalam kajian saya kali ini. (diturunkan dalam beberapa tulisan-insyaallah)).
Ada beberapa pemahaman penting yang ingin saya ingatkan kembali disamping juga untuk memberi pijakan bagi pembaca yang mungkin belum sempat membaca bagian awal dari tulisan ini.
Pemahaman pertama:
Ada dua entitas yang berada dalam tubuh manusia yaitu entitas materi dan anti materi. Entitas materi~ saya menggunkan istilah RAGA; entitas inilah yang bersifat pasrah (Fatalis), kepada aturan Tuhannya (sunatulloh). Didalam raga inilah telah disisipkan rencana-rencana Tuhan~saya analogikan bahwa Raga sendiri adalah hanya sebuah ROBOT Tuhan, yang akan digunakan Tuhan untuk melaksanakan renacana-renacananya yang bersifat fisik di muka bumi ini. Sementara JIWA bersifat bebas, sekehendak dirinya sendiri. Atau..
Saya meng-analogikan sebagaimana halnya seorang Pilot yang berada di dalam Pesawat Tempur super canggih. Layaknya pesawat super canggih, RAGA sudah dilengkapi dengan misi, program-program, rute, pilot otomatis, senjata,; rudal, pemindai, GPS, radar, alat komunikasi dan lain-lain. Sang pilot bebas sekehendak hatinya di dalam kokpit~mau apa saja. Mau hanya sekedar ~journey~ di dalam pesawat, atau mau mempelajari instrument pesawat, mau on line dengan menara pengawas, mau menggunakan fasilitas pilot otomatis~sementara dia tidur. Mau menggunakan senjata untuk bertempur, mau terbang setinggi langit, mau manuver, mau terbang secepat kilat, dan lain sebagainya.. Sang Pilot boleh menginginkan apa saja, namun perlu diingat bahwa Pilot harus tunduk kepada sang perancang pesawat tempur yang sudah mendesign sedemikian rupa. Ingat bahwa sang perancang sudah memasukan program yang hanya tunduk kepada sang perancang. Sang pilot dapat menggunakan fasilitas yang berada di dalam pesawat~jika dan hanya jika memang sudah diprogram terlebih dahulu oleh perancang untuk digunakan pilot, selebihnya, semua instrument tunduk kepada program-program sang perancang.
STOP.!…sebentar~ kemudian imajinasikan dahulu bahwa wujud Pilot adalah seperti ETER, mudah meluas, labil, sangat sensitive, sering terbolak-balik. Memiliki kecenderungan-kecenderungan meluas sesuai dengan ruang yang ditemuinya. Sebagaimana halnya eter, ~seharusnya pilot mampu untuk masuk keseluruh bagian mesin dan instrument pesawat. Banyak perbedaan, saat pilot hanya ada di dalam salah satu ruang saja, dibandingkan bila berada diseluruh ruangan pesawat. Mungkin dari keseimbangan mesin, dan lain sebagainya.
Pemahaman Kedua :
Dalam membahas dan membicarakan Takdir ini, saya menganjurkan agar kita sudah mampu meng-imajinasikan yang mana JIWA dan yang mana RAGA. Amati dengan kejernihan pikiran~dengan kejernihan hati. Sepertinya terlihat gampang. Namun coba kita praktekan sebentar. Pertama ; Tarik nafas beberapa kali sambil penjamkan mata; cobalah anda untuk merasakan setiap detail tubuh anda mulai dari yang terjauh dahulu, dari jari kelingking kaki, terus naik keatas, tangan amati jari jemarinya~terus naik keatas hingga ke ubun-ubun. Kalau sudah berhasil. Selanjutnya rasakan organ-organ dalam anda. Kalau pun ini sudah berhasil. Lakukan secara serentak, ~keseluruh tubuh anda~seakan-akan diri anda sedang anda meluas diri anda untuk mengisi setiap sel di tubuh anda. Kedua ; Amati adakah gejolak rasa sedih, kemudian amati saat anda marah, saat anda gembira, terus lakukan dalam keseharian. Maka anda akan mampu mendeteksi mana Jiwa, mana Raga dengan instrumen-instrumennya. Selamat mencoba.
Menyambut kehadiran takdir kita
Kegamangan akan takdirnya ~membesut setiap hati manusia. Kegalauann akan takdirnya membuat hidup mereka menjadi tidak nyaman. Setiap orang menduga-duga akan takdir terbaiknya. Yang miskin berharap takdirnya adalah menjadi orang kaya. Orang yang kaya berharap takdirnya adalah menjadi orang paling berkuasa. Yang berkuasa berharap takdirnya berumur panjang, kalau bisa tidak usah mati, dan seterusnya, dan seterusnya. Hidup yang tidak berkesudahan. Inilah anomaly kehidupan. Realitas yang meski kita sikapi.
Jangan khawatir meskipun Raga sudah diprogram sedemikian rupa~Allah maha adil. Allah maha tahu bahwasannya ~sifat Jiwa senantiasa meluas. Maka program yang dibuat untuk sang Raga-pun amatlah luas. Coba saja, Raga anda ,~ anda gunakan untuk berjalan, berlari, bersalto, menari, dan lain-lain. Kemudian anda coba gunakan untuk belajar; mau belajar apa saja-fisika, matematika, musik, apa saja, dan lain-lain. Semua bisa..!. Kebisaan yang memiliki ~range~sangat lebar.
Namun perlu diingat bahwa Allah telah menetapkan ukuran-ukuran atas Raga sehingga telah sesuai dengan peruntukan dalam rencana Tuhan. Sehingga disini kita akan dapati ada sebagian manusia memiliki kelebihan dibanding satu dan lainnya ; kecerdasannya, talenta, kondisi fisik yang lebih kuat, dan lain sebagainya.
“Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada sisi Kamilah khazanah (sumber)nya; dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran tertentu” (QS Al-Hijr [15]: 21)â€.
Dia (Allah) Yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sesempurna-sempurnanya” (QS Al-Furqan [25]: 2).
“Dan sungguh, Kami mengetahui orang yang terdahulu sebelum kamu dan Kami mengetahui pula orang yang kemudian†(QS; Al Hijr : 24).
Kemudian~Di dalam raga ini Allah sudah memprogram kadar rejeki setiap manusia, Berikut dengan iktiar apa saja yang dapat dilakukannya, misalnya jadi guru, pejabat, pengusaha, dan lain sebagainya. ~Dalam kemungkinan-kemungkinan yang hanya diketahui Allah saja. ~Kalau jadi guru rejekinya segini, kalau pengusaha segini. Dan lain sebagainya. Dari rejeki yang paling minimal ~menengah~hingga maksimal. Sementara itu ~Raga juga sudah disipakan meiliki ~Rejeki yang paling minimal~ adalah rejeki yang dijamin Tuhan untuk sang RAGA agar dapat hidup minimal,~ rejeki yang sudah di support oleh system keadilan Tuhan. Maka kita sering melihat ada seseorang nganggur sekian lama masih tetap bisa makan, dan lain sebagainya.
Sementara itu untuk~ Jiwa~ diberikan kebebasan untuk memilih rejekinya~tergantung tingkat kepuasannya~ mau rejeki yang hanya diperuntukan untuk RAGA saja atau rejeki yang lebih luas lagi. Mau sedikit, menengah atau banyak, silahkan pilih. Seberapa besarkah maksimal rejeki manusia atau seberapa kecilkah rejeki minimal setiap manusia..?. Tidak ada satu mahklukpun di muka bumi ini yang diberikan pengetahuan tentang berapa besarnya rejeki maksimal dari setiap manusia atau berapa kecilnya rejeki minimal. ~Manusia tidak diberi pengetahuan sedikitpun. Manusia dipersilahkan menentukannya sendiri~maka disini JIWA mesti membuat fungsi permintaan tersendiri . ~Fungsi permintaan ini akan mempertemukan titik-titik kemungkinan takdir yang disebarkan Allah di dalam progam RAGA dan/dengan kemungkinan sifat meluasnya Jiwa. Ada sebuat titik pertemuan yang paling optimal~diantara itu.
Keahlian manusia membuat fungsi permintaan inilah yang akan menentukan; apakah manusia itu mampu meraih rejeki maksimalnya. Kesalahan manusia yang terlalu mengikuti ~meluasnya JIWA akan membawa dampak negative yang luar biasa~frustasi bahkan lebih parah dari itu. Demikian juga sebaliknya.
Fungsi permintaan dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya; ada yang merupakan fungsi harta, fungsi jabatan, fungsi ketenaran, yang merupakan fungsi permintaan duniawi atau fungsi ketenangan Jiwa yang merupakan fungsi permintaan akhirat. Atau gabungan dari keduanya.
Nah, saya akan membantu anda untuk menemukan titk temu yang paling optimal agar mendapatkan takdir~rejeki menjadi maksimal; antara JIWA yang kecenderungan meluas seluas luasnya dan RAGA yang pasrah yang sudah ditentukan bagian-bagian rejekinya.
Tahap Pertama ; Pengenalan Ketubuhan
Raga sudah ditentukan telentanya masing-masing, kenalilah raga anda, ~bacalah (amati) perintah-perintah Tuhan yang tersirat maupun tersurat dalam diri anda. Setiap manusia diberikan kelebihannya masing-masing. Bisa saja ~untuk menemukan ini , anda dibantu seorang psikolog dengan melakukan serangkaian test potensi bakat.~ Bisa juga anda amati sendiri~dari pengamatan tersebut kita akan menemukan bakat kita. Kemudian~
Perlahan lakukan latihan seperti uraian dalam pemahaman 2 diatas. Luaskan terus Jiwa anda, isi setiap ruang dalam tubuh anda, hingga ke ujung-ujung saraf yang terjauh sekalipun. Anda akan merasakan badan terasa seperti di pompa perlahan, mengalir ke setiap syaraf~ diatas kulit seperti terasa ada hawa~seperti aliran listrik lembut sekali. Tahan di fase ini, bebarapa saat, ulangi dan ulangi terus.
Fase ini adalah ; pengenalan Jiwa terhadap Raga~sebagaimana ilustrasi saya dengan pesawat diatas. Dalam fase ini anda akan merasa yakin, akan kemampuan anda dibidang apa. Apakah seni, apakah teknik, dan lain sebagainya.
Tahap Kedua : Pengenalan Jiwa
Mengenali kesedihan, kemarahan, dan lain-lain, anda merasakan ada yang mengamati semua itu. Terus lakukan berkali-kali. Kemudian bawa kepada ketubuhan anda, Jiwa memiliki kecenderungan yang meluas~bawalah Jiwa anda pelan~kepada satu-satu bakat-bakat anda yang sudah anda ketemukan tadi. Terus amati~hingga akan muncul sebuah sinergi keyakinan yang sangat luar biasa.
“ Aha…eureka. Aku menemukan siapa diri saya sebenarnya..!. “. Itulah teriakan yang terjadi ketika antara JIWA dan Raga sudah mendapatkan titik temu optimal.
Dengan tahap 1 & 2 ini, kita sedang mencari titik optimal yang mungkin. Dimana Jiwa mampu menemukan titik terjauh dari ‘sukses’ kita yang ditunjukkan/dicirikan oleh adanya talenta yang paling besar yang mungkin dapat diraih sang Raga. Biasanya berkaitan dengan profesi, apakah pengusaha, pejabat, dan lain-lain. Disini kepuasan (keluasan) Jiwa yang mampu diakomodasi oleh Raga. Disini kita sudah menemukan mau jadi apa kita; pengarang, pelukis, penyanyi, pejabat, pengusaha, manager, dan lain-lain sebagainya.
Tahap ketiga ; Pengembalian
Setelah anda menemukan siapa diri anda ~hadapkan semua kepada Allah kembali. Masuki dengan cara yang sama. Tumbuhkan kesadaran bahwa anda adalah sang JIWA yang memiliki kebebasan memilih. Saat ini anda memilih untuk pasrah bersama RAGA. Kuatkan..kesadaran itu..pelan kuatkan lagi…lagi…hingga anda mencapai keheningan. Kemudian ucapkan pengakuan anda itu lirih dalam hati. Dalam keheningan yang dalam..perlahan anda kembalikan posisi RAGA kepada Allah, kembalikan penglihatan, pendengaran, kembalikan pikiran anda kepada Allah. Kuatkan kesadaran bahwa Allah-lah tempat kembalinya semua mahluk, tempat semua makhluk bergantung. Sebagaimana atom-ataom tubuh anda kembali kepada alam nantinya. ~Kemudian, Sampaikan pilihan yang sudah kita yakini tersebut. Dan mohon ridho-NYA. Terus lakukan berkali-kali, sehingga anda dapat melakukan dengan rileks dan dalam situasi apapun. Ini akan melahirkan ketenangan, keyakinan terhadap apa yang sedang kita kerjakan. Insyaallah.
Ketika kita sudah menyatukan proses tersebut, hasilnya adalah energi dan sinergi luar biasa yang tidak ada habisnya~sehingga pada saat kita menjalankan satu-per satu iktiar kita, kita sudah mendapatkan satu keyakinan bahwa hasil sudah ditangan kita saat ini, yang kita jalani hanyalah sebuah ketentuan proses sunatulloh saja. Kita sudah yakin dengan takdir kita. Hakekatnya sudah terjadi apa yang kita inginkan tersebut. Keyakinan inilah ~ hakekatnya yang akan menghantarkan kita kepada kesuksesan yang kita inginkan. Walohu’alam
Dengan demikian. MARILAH KITA SAMBUT TAKDIR KITA DENGAN SUKA CITA.
Bersambung ke kajian selanjutnya ‘Tersesat oleh takdir…!â€
Wasalam,
SukaSuka
salafudin said
From: Arif Budi utomo
Subject: TERSESAT OLEH TAKDIR
Seperti Apakah Takdir Saya…?
Pertanyaan-pertanyaan itu seperti tidak ada habis-habisnya,~ terdengar dan selalu ditanyakan oleh setiap manusia~dari mulai hanya sekedar sebuah lelucon, hingga menjadi sebuah desahan, rintihan, ratapan, kemudian menjadi sebuah kegalauan, bahkan tak jarang menjadi sebuah pemberontakan dalam diri manusia itu sendiri.
Banyak sekali Jiwa yang ~seperti merasa terjebak di dalam Raga mereka.
Mereka tidak menerima kondisi yang ada saat ini,~ kondisi yang sedang dijalani Raga. Yang jadi pembantu tidak menerima jika dirinya pembantu, yang miskin tidak menerima kemiskinannya, yang kaya juga masih menginginkan jabatan lainnya. Jiwa senantiasa terus meluas~meliar.~ Jiwa seakan tidak pernah berjalan bersama raganya. Raga berada dimana, ~Jiwa juga entah berada dimana, mungkin dimasa lalu, atau di masa depan, dan lain sebagainya. Seperti halnya air dengan minyak. Seandainya~Kalaupun Jiwa berada dalam tubuh~ sering kali cuma bisa menyusut, mengecil, kempes, hanya menempati salah satu ruang saja~Jiwa penuh dengan ketakutan, merasa kecil, dan lain sebagainya. Sebetulnya Hal ini adalah sama saja dengan yang pertama.
Bila kondisi ini bila berlarut-larut, mengakibatkan kebingungan bagi Raga ~untuk menterjemahkan keinginan Jiwa~reseptor Raga berbeda dengan Jiwa. Raga terbatas oleh ruang dan waktu. Jika terlalu sering ditinggalkan dan atau terlalu sering menerima perintah-perintah dari Jiwa yang tidak sesuai dengan program yang sudah ada dalam diri Raga, maka timbulah~overload. Reseptor Raga melemah, syaraf, system metabolisme tidak teratur~terjadilah proses degeneratif. Timbulah bermacam-macam penyakit.
Exercise: lakukanlah latihan-latihan secara kontinue sebagaimana telah dijelaskan dalam tulisan ~Kusambut Takdirku.
Latihan-latihan tersebut berguna untuk mengendalikan sifat Jiwa yang senantiasa meliar, meluas, dan senantiasa berada dimana-mana sesuka-sukanya dirinya. Dengan latihan tersebut Jiwa ditarik agar tetap berada dalam keadaan terkini , situasi dan kondisi terbarukan di dalam~bersama raganya.
Maka jika kita sudah melakukan latihan beberapa hari~sungguh akan mendapatkan manfaat yang luar biasa dalam memaknai hidup ini.
Dan anda sendiri akan heran memandang takdir anda sendiri, kemudian sampailah kepada hakekat TAKDIR itu ternyata;
TAKDIR SAYA SESUNGGUHNYA ADALAH APA YANG TERJADI PADA DIRI SAYA SAAT TERKINI PADA WAKTU SEKARANG INI
Tidak ada masa lalu dan tidak ada masa akan datang. Yang ada hanyalah saat ini. NOW..!. Inilah makna hakekat takdir dalam konsep saya. Masa depan masih takdir Tuhan, masa lalu hanyalah sebuah memory saja. Kita ada dan kita merasakan takdir kita adalah saat sekarang ini. Sebuah kesadaran saat ini.
Jika saat ini kita sedang membaca tulisan ini, itulah takdir kita sesungguhnya. Raga kita sedang melakukan pekerjaan membaca tulisan ini. Itulah takdir kita.
Langkah kita tinggal~mempertahankan kesadaran ~ pasrahkan Jiwa kita untuk mengikuti kegiatan Raga. Meluaskanlah Jiwa keseluruh sel-sel dalam tubuh . Maka jiwa dengan ikhlas akan mengikuti raganya. Jangan biarkan Jiwa meliar, tarik kembali kepada takdirnya. Kita akan melihat perubahan yang luar biasa sekali. Dan ketika kesadaran kita senantiasa berada dalam wilayah kesadaran ini. Maka akan muncul energi yang tidak akan ada habis-habisnya.
Lakukan pembelajaran dengan pemahaman ini terus menerus~Begitu juga jika saat kita sedang minum kopi~minum kopi saat sekarang ini adalah takdir kita. Maka nikmatilah~sambil terus kita berdzikir, bersyukur, menunggu takdir berikutnya. Beberapa waktu ke depan kita tidak akan tahu. Jangan biarkan Jiwa meliar kesana kemari. Nikmati saja takdir kita saat ini.
Bargaining dengan Tuhan..!
Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk melakukan negosiasi, atas fasilitas-fasilitas yang diberikan-NYA kepada manusia. Hal ini sebagai konsekwernsi system keadilan Tuhan itu sendiri~Tuhan telah menempatkan Jiwa kepada raga sekehendak Tuhan ~maka oleh karenanya~Jiwa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memilih fasilitas yang diinginkannya. Berkaitan dengan situasinya saat itu. Dalam perspektif kondisi dan situasional raga saat itu tentunya. Misalnya; komunitasnya, pendidikannya, pengetahuannya, dan lain sebagainya.
Allah menghendaki agar saat Jiwa kembali kepada-NYA dalam keadaan puas~sepuas puasnya~, dan dalam keadaan ridho. Masing-masing dalam keadaan saling meridhoi~Manusia ridho dan Allah juga ridho. Tidak sedikitpun Allah menginginkan kerugian bagi manusia dan Dia tidak pula berbuat aniaya kepada hamba-hambanya. Inilah bargaining terhadap fasilitas takdir yang dapat kita lakukan terhadap Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah.†(QS. An Nisa’ [4] : 40)
“Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.â€(Ali Imron ;108)
“Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu” (QS Al-Fajr :27-30)
Manusia seringkali tidak memahami ada wilayah tawar menawar, yang diberikan Tuhan kepada setiap hambanya. Banyak sekali ayat yang menerangkan hal ini, bab berdo’a dan pengabulannya.
Takdir adalah rangkaian kejadian-kejadian yang disusun menjadi sebuah aktifitas fisik (baca Merekontruksi Konstelasi Pemahaman Takdir). Maka dalam konsep ini, kita mesti melatih diri kita untuk menyambut takdir kita dari waktu ke waktu sepanjang usia. Kesiapan kita dalam menerima suasana sangat tergantung kepada perencanaan dan negosiasi kita kepada Allah. Suasana penyambutan inilah yang diinginkan Allah,~kepada Jiwa ~adalah dalam suasana tenang, ridho, yakin, dari pasrah bersama raga. Ikhlas..!.
Saya akan analogikan dalam praktek sehari-hari, agar lebih dapat menjelaskan apa yang saya maksudkan.
Kita harus mampu mengenali diri sendiri. Memisahkan mana Jiwa dan mana raga. Melalui latihan-latihan diatas kita dapat mengenali itu. Kemudian kita mulai mengamati sebaran kemungkinan yang ditarok Allah dalam raga kita~rejeki, pangkat,dsb ; apakah kita menyukai seni, teknik, komputer, filsafat, dan lain sebagainya. Rasakan saja, sambil ber-dzikir. Melalui latihan tersendiri kenali juga Jiwa kita. Kalau Jiwa dan raga sudah kita kenali, maka kita tinggal luaskan Jiwa menuju kepada raga, kepada seluruh sel-sel dan syaraf. Terus masuki hingga kepada wilayah keinginan sang Jiwa. Hadapkan keseluruhan kepada Allah. Dalam keheningan inilah terjadi tawar menawar. Kita akan dituntun, dalam wilayah-wilayah kemungkinan-kemungkinan takdir yang ada. Hingga sampai suatu saat kita Ngeh…!. Nah, inilah saya, keinginan saya, saya mau disitu ya Allah. Maka proses tawar menawar pun selesai. Kemudian lanjutkan kepada proses pengembalian, Pengembalian panca indra raga kepada Allah; melihat kembali kepada Allah, mendengar kembali kepada Allah, dan seterusnya. Hingga Jiwa merasa turut larut bersama raga yang patuh kembali kepada Allah. Blegh..!.
Nah, dari sinilah kita akan mendapatkan daya dorong yang luar biasa untuk melaksanakan keinginan (cita-cita) kita.
Proses ini lakukan berulang-ulang hingga menjadi sebuah keyakinan Ainul Yakin. Sebagaimana sebuah keyakinan jika di tampar itu sakit. Setelah itu persiapkan diri kita untuk menjalani prosesnya berupa rangkaian kejadian-kejadian (rute), yang akan kita jalani, tentunya harus senantiasa dalam suasana penerimaan yang ikhlas.
Begitu bangun tidur, maka segera kita perkuat kesadaran, luaskan jiwa keseluruh sel tubuh, rasakan…semua..organ..metabolisme..dan sebagainya. Inikah takdir saya ya Allah, saya masih bisa bangun pagi dengan kelengkapan yang utuh..sampaikan rasa syukur kita..alhamdullilah..!. Dalam sepersekian detik…lakukan negosiasi..selanjutnya apa takdir saya ya Allah..oh ya saya sholat dulu..maka timbul dorongan daya kepada kita untuk melakukan sholat.
Saat sholat juga lakukan hal yang sama, dalam posisi duduk diantara dua sujud, lakukanlah negosiasi, sampaikan kondisi terkini kita~jiwa kita~raga kita. Semacam laporan dahulu dalam sekian detik. Ikuti satu-satu bersama mengalirnya do’a kita. Bila kita menginginkan rejeki maka berhentilah sejenak~ya Allah berikanlah rejeki..anda ajukan beberapa kemungkinan hari ini..serahkan kepada Allah.. takdir mana yang terbaik untuk kita. Maka Allah akan memilihkan jalan. Ada suatu daya dan keyakinan untuk menjalankan yang mana diantara beberapa pilihan-pilihan itu. Lakukan hal yang sama saat-saat sholat dhuhur, asyar, maghrib, dan Isya.
Bila kita berada dalam suasana kesadaran itu terus menerus maka kita tidak akan pernah merasakan khawatir apapun, meski saat ini kita tidak memegang uang walau sepeserpun Senantiasa kita akan dibawa dialog dengan Tuhan. Senantiasa ada keyakinan yang disusupkan, kita akan tahu jika sebentar lagi akan datang rejeki dari Allah. Melalui perantaraan makhluknya. Kalaupun kita memiliki keinginan dan cita-cita~maka ada keyakinan yang sangat kuat bahwa apa yang kita inginkan sudah terjadi sudah dikabulkan saat ini, kita tinggal menjalani.Orang-orang sukses di takdirkan sudah memiliki talenta keyakinan alami ini, berdasarkan kemampuan akalnya yang memberikan sugesti. Para illisionis sering memanfaatkan keahliannya untuk memanipulasi hal ini. Sehingga pada orang yang diberikan sugesti akan tumbuh sebuah keyakinan.Namun ingat ini tidak sejalan dengan rencana Tuhan.
Tersesat oleh Takdir
Seringkalai manusia memahami takdir sebagai sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat kita rasakan. Jiwa senantiasa berada pada takdirnya sendiri yang dirangkainya pada angan-angannya. Manusia lupa . bahwa kejadian saat ini, diwaktusekarang sesungguhnya adalah takdirnya. Raga hanya bisa berada disaat ini, disatu tempat. Raga tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus. Atau raga tidak mungkin berada di dua waktu bersamaan. Raga hanya mampu meniti setapak demi setapak , hari demi hari, waktu demi waktu.
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al baqoroh ; 155)
Bila jiwa tidak mampu mengikuti perjalanan raga, dengan sabar maka sesungguhnya inilah yang dinamakan JIWA TERSESAT OLEH TAKDIR YANG DICIPTAKANNYA SENDIRI dalam angannya. Bukan dalam rangkaian rencana Allah. Takdir Tuhan.
Wallohu’alam.
Arief
SukaSuka
Pulau Tidung-aja said
Untuk suatu kebutuhan sehari-hari mungkin saja Allah tidak ikut campur.
Untuk suatu hal seperti;jodoh,rizki dan maut saya tidak mampu memungkiri adanya keputusan Dia,di sadari ataupun tidak.
SukaSuka
muhammad sofwan said
Tapi tlg dikaji surat ar rad 39,wasallam
SukaSuka
agorsiloku said
Mas Sofwan, komentar 107,108,126,127,128 adalah postingan yang sangat panjang lebar, termasuk juga mengulas mengenai ayat 13:39. Surat guruh ini tampak sebagai surat komposisi pengetahuan mengenai hukum sebab akibat yang uraian ayat-ayatnya sangat komprehensif dengan penciriannya menjelaskan beragam sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita telaah.
Terimakasih Mas atas catatannya. Wslm, agor
SukaSuka
Anonim said
Numpang nanya …apakah manusia lahir allah swt suda menetapkan jodo dan rejekinya………?
SukaSuka
Hajiza said
sukses itu Allah yg nentuin,, mau berjuang sekuat apapun, sekeras apapun, klo Allah gx ngizinin, ya gx akan terjadi.
Benarkah begitu?? Yg punya jawaban Tolong dibantu penjelasannya
SukaSuka