Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Mampukah Manusia Mengubah Takdir ?

Posted by agorsiloku pada Maret 16, 2008

Selalu menggelitik memang untuk memahami apa yang akan terjadi esok, lusa, minggu depan, tahun depan, atau seratus tahun ke depan !. Apakah takdir bisa berubah?, apa yang menyebabkan perubahan takdir, dimana Allah berposisi dan melakukan reposisi terhadap takdir?. Dan banyak lagi pertanyaan di wilayah ini.

Tidak heran pembuat buku Salat Smart yang bukunya sudah beredar di negeri Jiran mengulas dan mempertanyakan : Perlukah Memilih Takdir. Satu pertanyaan yang saya jadi ragu mengelaborasinya, karena memang ada beberapa pandangan dalam cara kita melihat takdir.

Saya sih inginnya keukeuh atau ngotot lebih melihat bahwa takdir itu adalah ketentuan Allah. Dan ketentuan itu tidak akan mengalami perubahan ataupun kalaupun berubah, maka manusia “ditakdirkan” untuk tidak mampu mengamati perubahan dari takdir itu sendiri.

Lha !. Kok begitu…. !?. Lha iyalah… kan Allah sudah berpesan : QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.  Pesan ini menegasi bahwa kita tidak akan dapat menemukan perubahan (melalui pengamatan) bahwa takdir mengalami perubahan. Jadi apa saja yang kita akan jalani dalam kehidupan, termasuk mimpi-mimpi sekalipun berada dalam arena yang telah ditetapkan.  Kemanapun kita melakukan pilihan melangkah, termasuk menghindari terantuk dari batu, atau memilih makanan pedas atau asin, semua adalah pilihan dari takdir.  Jadi kemanapun kita berjalan, kita akan memenuhi takdir kita !.

Jadi, mungkinkah mengubah takdir?.  😀

Pertanyaan yang aneh ?.  Namun, setidaknya kita menangkap dua pengertian terhadap takdir dalam teologi sosial masyarakat :

Pertama, takdir sebagai prosesi kejadian — as a result —  Ketika manusia berada pada posisi beruntung, entah menang undian atau diterima untuk bekerja, maka yang bersangkutan mencapai suatu posisi dari pilihan takdirnya.

Kedua, takdir sebagai suatu ketentuan yang tidak mengalami perubahan dan telah berlaku sejak dahulu, seperti disampaikan ayat di atas. Dalam pemahaman ini, tentunya bekerja aksi-reaksi, hukum-hukum alam atau hukum fisika yang diberlakukan sejak penciptaan pertama terhadap hukum-hukum alam semesta.

Kembali ke pertanyaan awal : Dapatkah manusia mengubah takdir?. Lha, pertanyaan ini sulit juga ya dijawabnya.  Kok ditanya lagi !, bukankah kita tidak akan mampu melihat perubahan takdir.  Tapi, jelas pula bahwa Allah juga tidak menyebutkan bahwa takdir itu tidak akan berubah, bisa berubah, namun manusia tidak mampu menemukan perubahannya.  Kalau begitu, bagaimana manusia tahu bahwa telah terjadi perubahan takdir !.

Apa pula peran manusia dalam melakukan pilihan takdir ?.  Usaha !.  Usaha manusiakah ? atau takdir manusia untuk berusaha !?.  Ataukah menyerah ?.  Dan menyerah, berputus asa pun tidak lepas dari takdir Illahi !.

166 Tanggapan to “Mampukah Manusia Mengubah Takdir ?”

  1. zal said

    ::apakah manusia sudah mengenali takdirnya…???, jika belum kenal bagaimana mengubahnya…???, atau apakah mungkin takdir miskin secara fisik yg dimaksud, dahulu masa kecil saya menikmati rumah yang dalam dan luarnya berlantai tanah, saat ini meskipun tidak kaya raya, namun saya menikmati ruang kantor tersendiri, ber AC, ada laptop gratisan, mobil serta rumah yg baik sekali menurut ukuran saya..apakah saya merubah takdir saya…???, tidak…, saya hanya menjalani dengan apa adanya…, semua bergerak mendatangi saya,,,, hebatkah saya..???..hebatkah amal perbuatan saya…???, tidak… namun Allah memahamkan saya bagaimana DIA bekerja..memberi dan atau mengambil…, kenalilah Pembuat Taqdir…dan hadapi dengan senyuman… 😉

    @
    Alhamdulillah… senang mendengarnya. Kata kuncinya “… saya hanya menjalani apa adanya… bergerak mendatangi”. Mas Zal merasakan getaran dari pemberian rezki ketika usaha dan ukuran kepintaran yang dimilikianugerahkan dimanfaatkan sesuai dengan ukuran yang telah diterima.
    Pesan rejeki pada AQ juga disertai teguran untuk mengingat Pembuat Taqdir… 😀

    Suka

  2. haniifa said

    ::mas Zal::
    Setuju, blom kenal kok bisa ngubah… 😀
    Masa lalu adalah takdir yang telah dibukakan tabirnya, saat ini dan masa depan adalah perjalanan 2 pilihan takdir yang akan dihadapi.

    @
    Saya kerap masih bingung, bagaimana menjelaskan perubahan takdir, sedangkan Allah berfirman bahwa sekali-kali manusia tidak akan dapat melihat perubahan dari sunnatullah. Kalau begitu, artinya kita tidak akan pernah bisa melihat takdir itu berubah !

    Suka

    • Anonim said

      menurut pengetahuan sya takdir itu ad 2 yang pertama takdir yang tdak bisa diruba n yang kedua takdir yang bisa diruba contoh takdir yang tdk bisa druba sperti orang skit dia uda brusaha untuk sembuh sampek dia berobat ke dokter tpi allah berkehendak dia mati maka matila dia, yang kedua contoh takdir yang bisa diruba seperti orang yang uda kecanduan narkoba tdk ada hari tanpa narkoba tp dia berusaha untuk berhenti akhirx dia bisa berhenti memakai narkoba… itulah takdir yang bisa diruba

      Suka

      • dani said

        ya mungkin takdir dia untuk berhenti kecanduan narkoba bukan semata mata dia merubah takdir tapi takdir yang membuat dia berubahhhh ,

        Suka

    • Anonim said

      yang perlu di pahami manusia hanya berhak menjalankan perintahanya tanpa harus tau balasanmya.itu nama nya ikhlas……

      Suka

  3. Sepertinya Pak Agor salah paham terhadap tulisan saya. Mungkin karena hanya dibaca sepotong-sepotong. Mudah-mudahan naskah buku Ayo Ubah Takdir bisa segera saya selesaikan. Setelah itu, Pak Agor bisa membaca tulisan saya dengan lengkap.

    Saya sendiri tak ingin berdebat kusir dengan siapa pun, apalagi dengan Pak Agor yang sudah saya anggap sebagai sahabat-dekat di dunia maya ini.

    Saya tidak ingin mengulang debat yang sia-sia antara aliran Qadariyah dan Jabariyah.
    Masih ada banyak urusan lain yang lebih penting dan lebih mendesak.

    @
    Mas Shodiq, boleh jadi saya salah memahami tujuan dari tulisan Mas, meskipun saya membacanya lebih dari satu kali dalam 3 kali kesempatan yang berbeda. Sudilah memaafkan ya…. Sama seperti saya merasa tak sanggup menjawab :Perlukah memilih takdir…
    Setuju, jangan berdebat kusir. Jangankan dengan Mas, dengan pengunjung yang menulis tajam komentar yang melecehkan di blog inipun saya tak mau berdebat kusir.
    Manusia tempatnya salah dan lupa 😀

    Suka

  4. Dan said

    Saya bingung (maklum newbie). Jika ada kasus begini:

    Seseorang dilahirkan dari keluarga sangat tidak mampu dan ia bukan seseorang cerdas gemilang. Karena keadaannya itu, hidupnya selalu susah. Ia sudah berusaha dan berusaha, namun hidup belum membaik juga.

    Ini takdir, atau cobaan?
    Bagaimana kita bisa mendefenisikan sesuatu sebagai takdir?

    –Dan

    @
    Membahas takdir, saya juga sangat awam dan sama : sedang belajar. Jadi, jawaban/komentar ini bukanlah satu jawaban tapi tidak lebih dan kurang hanya satu model berpikir saja yang sejak dari dulu juga orang memikirkannya. Terutama di bidang filsafat.
    Dari contoh Mas Dan, yang dapat saya pahami antara lain beberapa hal :
    1. Hidup manusia diciptakan sebagai khalifah yang memakmurkan bumi. Artinya ada tugas yang diemban sebagai manusia.
    2. Perjalanan hidup manusia di bumi adalah masa transisi pendek sebelum masuk ke area yang sesungguhnya :Surga dan Neraka sebagai tujuan akhir. Jadi dalam konteks ini, pada orang yang dilahirkan dari keluarga sangat tidak mampu itu adalah bagian dari perjalanan pendek menuju tujuan akhirnya.
    3. Setiap orang ditentukan Allah kadarnya. Artinya potensi dirinya dan lingkungannya, berapa bakal ukuran rejeki, kemampuan berpikir, dan berbagai hal lainnya yang diberikan secara unik kepada setiap orang. Perbedaan ukuran-ukuran itu menjadikan antara manusia berbeda. Ada orang dengan IQ jenius dengan berbagai kemudahan rejeki, ada yang dalam perjalanannya sakit-sakitan, cacat dan menderita.
    4. Pernyataan keadaannya susah atau menderita adalah fakta komparasi secara materi susah dan melihat orang lain (atau dilihat orang lain susah). Ini adalah pola pandang manusia kepada manusia lainnya. Titik nilai relatifitas dari bahagia, dari rasa syukur dan pilihan yang diambil. Ada orang miskin ingin kaya, dan orang kaya yang bermewah-mewah atau memilih hidup sederhana, vegetarian, atau zuhud malah…. menjauhkan diri dari kemewahan dunia. Memahami kebahagiaan dari materi, dari rasa syukur dan takwa adalah salah satu “rahasia” manusia dalam menjalani kehidupannya. Kadang ini begitu sulit pula dinilai oleh orang lain. Namun, secara umum, ketika dambaannya materi, maka segala hal yang tidak kaya, kekurangan, dlsbnya membuat tidak bahagia. Ini pandangan sosial yang memang sudah begitu merasuk dalam pikiran banyak dari kita-kita.
    5.Selalu berusaha dan selalu berusaha namun belum membaik dipandang (umumnya) dari segi materi. Kalau dilihat dari sisi lain, kita juga belum tentu tahu. Mungkin setitik air susa pemberian dari tetangga bisa membuatnya bahagia.
    6. Takdir atau cobaan. Saya tidak tahu, ini rahasia Allah kepada hambaNya. Bukan hanya pada dirinya, tetapi juga pada sekelilingnya. Manusia yang menjalani derita adalah cobaan atau pengampunan dosa bagi dirinya sekaligus ujian bagi tetangga atau dokter sebagai kesempatan/peluang yang diberikan Allah kepada mereka untuk beramal shalih. Seorang isteri adalah rahmat dan pasangan, sebagai pakaian bagi suaminya, sekaligus juga sebagai ujian sebagai pemimpin rumah tangga. Segalanya jalin menjalin. Kita tidak bisa memilah satu titik untuk membenarkan persoalan lain. Begitu menyatu dan komprenhensif (dan bagi manusia) juga menjadi rumit (atau sederhana). Tentunya ada syarat keimanan di dalam hati manusia, ada do’a dan upaya (ikhtiar) sesuai dengan potensi (kadar) dari yang bersangkutan.

    Pertanyaan terakhir : Bagaimana kita mendefinisikan sebagai takdir?.
    😀 itu yang juga saya sedang pikirkan, mengikuti kadariyah, jabariah, atau di antaranya 😀 , atau sederhana saja. Ketentuan Allah adalah takdir yang tidak akan mengalami perubahan (hukum Allah). Begitu juga ukuran-ukuran yang diberikan Allah kepada manusia (potensinya). Potensi yang dimiliki manusia itulah yang menetapkan pilihan takdir yang dapat dijalani oleh ybs. Doa yang dilantunkan, permohonan dan kesabaran sebagai petunjuk yang disampaikan kepada manusia (AQ atau Hadis) adalah tuntunan dari Allah untuk mengambil pilihan takdir yang disediakan bagi yang bersangkutan dan juga jalin menjalin dengan lingkungan keseluruhan atau terdekatnya.

    Mohon maaf jika jawaban ini belum cukup menjelaskan….
    Salam, agor

    Suka

    • boleh bertanya ya ? begini,seorang pria yg sudah berusaha membuka suatu usaha,yg pertama buka depot,tapi berhubung sepi tutup,tapi maklum krn tempatnya kurang memadai meskipun masakannya enak selama setengah tahun,terus pindah ke kantin sekolah anak bangsa,jualan pangsit,cukup laris,didlm perjalanan keluarga ini berantakan istri minta cerai,pikiran warasnya tdk dipakai sang isrti,krn cerai usaha ikut hancur,keluarga hancur dan usaha hancur,dan akhirnya si pria tsb,jadi orang pengangguran sampai saat ini,keadaan stress,istrinya juga stress krn dipengaruhi bapaknya dan keluarga, mau cari kerja tdk mungkin ada yg mau krn ijasa cuma SMA dan di selesman nggak bisa krn tdk pandai omong,maunya di kantoran krn dia pasti bisa dan dpt dipercayai dlm bendaharawan,memang pemuda ini jujur bisa diandalkan,dia berharap ada orang yg terbeban dgn nya utk di jadikan orang kepercayaan tanpa formalitas,dia inginnya saling percaya,nah, dgn kejadian ini apakah pemuda ini masih ada harapan utk berkembang,berkarya,berbuah dll? ke 2. apakah bisa nasib pemuda tsb menjadi nasib yg gemilang ? sebenarnya dia itu multi talenta,bukan pemuda biasa,umurnya skr 36thn,memang dia hidup susah dan kekurangan. mohon di jawab,thangs

      Suka

      • agorsiloku said

        Mas David, maaf terlambat menjawab. Sulit rasanya merumuskan masalahnya. Kita tentu sama ma’lum bahwa, jawaban sebab akibat dan berbagai alasan lain yang diungkapkan tidak akan cukup menjadi ‘pembenaran’ atas peristiwa. Yang mengalami, pemuda ini tentulah telah berjuang begitu keras dan berusaha dengan beragam upaya, namun apa mau dikata, beragam kejadian memukul dirinya. Pertanyaan yang tertuang pada kisah ini, saya juga tidak tahu jawabannya. Menasehati itu mudah, mengalami sendiri peritiwanya, dapat membuat kita kehilangan kemampuan untuk memahami nasehat. Saya percaya, sang pemuda tadi, sudah sangat tahu jawabannya. Tahu kemana dan bagaimana seharusnya (sebaiknya) bersikap.
        Suatu ketika, ketika saya sendiri sedang terpuruk dan jauh dari ‘kemenangan’, dalam sujud saya berdo’a :”Ya Rab… saya begitu lemah dan tak berdaya, saya tidak tahu harus berbuat apa lagi…., saya pasrahkan apa yang menjadi kehendakMu. Ya Allah yang maha Pengampun, ampunilah kesalahan hambaMu, Ya Allah yang Maha Memiliki, Maha Kaya, tolonglah hambaMu ini, berilah kemampuan untuk memiliki semangat berjuang, berilah kekuatan untuk tetap dapat meraih rizikimu. Hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan….”
        Pada satu ketika yang berdekatan, berkunjung ke saudara. Entah mengapa, saudara yang dikunjungi dalam satu obrolan kemudian mengingatkan “… seharusnya kamu bersyukur dengan apa yang telah….(panjang tegurannya).”

        Suka

  5. haniifa said

    @Dan
    “Bagaimana kita bisa sesuatu sebagai takdir?” Definisi takdir bisa dibaca disini
    Saya lengkapi komen no:2
    Masa lalu adalah takdir yang telah dibukakan tabirnya (tapi jangan lupa, Allah mengetahui takdir masa depan, yang akan menimpa suatu kaum/personil ) saat ini dan masa depan adalah perjalanan 2 pilihan takdir yang akan dihadapi.
    Akankah suatu takdir datang pada waktu bersamaan ?? Ya.
    Misalnya, kasus Nabi Ibrahim a.s : Api membakar kayu, pada saat yang bersamaan juga api tidak membakar Nabi Ibrahim a.s

    @
    😀

    Suka

    • qarrobin said

      Gabung boleh ya……………

      medan magnet yang kuat, ditambah dengan medan listrik yang kuat, maka tumpang-tindih kedua medan ini akan menciptakan teleportasi seperti percobaan Philadelphia.

      Medan listrik yang kuat ini tidak akan membakar manusia, sebagaimana Nabi Ibrahim yang tidak terbakar Api Namrudz

      Suka

  6. @ Agor
    Terima kasih atas pengertiannya.

    @ Dan
    1) Tidaklah penting apakah itu tergolong “takdir” ataukah tidak. Ini hanyalah istilah. Yang penting adalah bagaimana sikap dan amal kita dalam menghadapi sesuatu yang kita sebut “takdir” atau “cobaan” itu.
    2) Saya berpendapat bahwa definisi “takdir” tidak perlu kita tetapkan secara kaku karena tidak penting. Kalau memang definisi itu sangat penting, tentu ada ayat atau hadits yang menyebutkannya.

    @
    Salam Mas Shodiq,
    Kalau menurut saya sih, takdir telah didefinisikan oleh Allah dalam ayat-ayatnya tentang alam semesta, tentang sikap, tentang janji, tentang do’a tersirat dan tersurat. Dan definisi yang dapat saya pahami adalah yang dalam postingan ini 😀 (dan tentu saja nanti dari bukunya Mas Shodiq yang akan segera terbit), bukunya Agus Mustofa, atau ulama masa lalu atau temporer yang banyak sekali menguraikan dengan sangat jernih dan dalam. Termasuk tentunya Ibnu Rusyd, Ghazali, Muh. Abduh, dan lain-lain.

    Dalam konteks kemasyarakatan yang terjadi, pengertian takdir dan implementasinya sangat mempengaruhi sikap pemimpin politik dalam mengelola yang dipimpinnya. Bahka kerap menjadi alat kekuasaan untuk menyerah, melawan atau menundukkan bangsa lain.
    Kebanggaan akan takdir telah menjerumuskan bangsa Aria sebagai bangsa terpilih (masa hitler), Israel juga. Sikap pasrah dan nrimo menjadi budaya yang dipahami sebagai proses tidak berusaha menjadi bagian dari proses budaya yang diterima sangat luas dalam berbagai lapisan; khususnya di dunia “timur”.
    Perpecahan bangsa dan golongan dalam keberagamaan juga muncul dalam berbagai versi takdir. Tentu ini tidak bisa berdiri sendiri. Namun, membahasakan takdir sebagai hal yang mempengaruhi cara pandang, begitu luasnya terjadi di berbagai belahan dunia. Apalagi jika kita melihat wangsit lalaning jagat. Raja beranak raja dan harus menjadi raja menjadi konsepsi yang diajarkan kepada masyarakat (baca: rakyat jelata) untuk menerima takdirnya sebagai pilihan satu-satunya untuk tidak keluar dari lingkaran ini.
    Firaun memanfaatkan (menjadikan dirinya) sebagai Tuhan dalam konsepsi zalim terhadap bangsanya dan menjadikan budak bangsa lain sampai akhirnya Allah mengirimkan Nabi Musa untuk mengubah takdirnya ke takdir yang lain….

    Suka

  7. the70no said

    Salam,
    Walahh…jlimet nich 😀
    “Kalau memang definisi itu sangat penting..??”
    Allah berfirman:
    “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS 1:6)
    “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” ( QS 1:7)

    Begitu pentingnya, sehingga Allah menetapkan pada Umul Kitab.
    lalu…
    Agar manusia tidak lupa/melupakan Allah, sehingga setiap raka’at shalat wajib dibaca.
    Saya faham maksud definisi perspektif transenden perspektif empiris yang mas M. Shodiq utarakan, dalam kontek takdir.

    Misalnya, kasus Nabi Ibrahim a.s : Api membakar kayu, pada saat yang bersamaan juga api tidak membakar Nabi Ibrahim a.s

    Nabi Ibrahim a.s memilih dibakar oleh api walaupun mengetahui bahwa sifat api panas. Atau dengan kata lain beliau tetap rido menerima kematiannya dengan dibakar (perspektif empiris)
    Kemudian….
    Allah mengubah sifat api dari panas mejadi dingin untuk Nabi Ibrahim a.s akan tetapi sifat panas untuk kayu tetap.
    Subhanallah…Nabi Ibrahim a.s tentu bertanya-tanya kenapa…
    Api yang seharusnya panas jadi dingin, padahal aku telah memilih takdirku…?? Pastilah Allah yang telah mengubahnya.
    Selanjutnya bagaimana prosesnya ??…tentu pertanyaan tidak akan pernah terjawab.(perspektif transenden).

    “tentu ada ayat atau hadits yang menyebutkannya.”
    Saya heiran…copy paste komentarnya.

    Haniifa:
    ——–
    Oohh.
    Jadi takdir itu tidak bisa di rubah, tetapi pada hakekatnya bisa di pilih tergantung perspektif … 😀

    @ haniifa
    Anda salah paham.
    Dalam perspektif transenden, takdir itu tak bisa diubah dan tak bisa dipilih. Tapi dalam perspektif empiris, takdir itu bisa diubah dan bisa dipilih. Hanya saja, Allah dan Rasulnya tak pernah secara eksplisit menyuruh kita memilih. Yang diperintahkan adalah “mengubah”. Lihat QS ar-Ra’du 11.
    ————-
    Wasalam.

    @
    Catatan yang menarik dari Mas the70no. Baru terperhatikan pada peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim, panas bagi Nabi Ibrahim menjadi tidak berlaku, tapi tetap berlaku bagi kayunya….

    Selebihnya, kalau tak berkeberatan, ijinkan saya memberikan sedikit bahan pemikiran sendiri yang boleh jadi keliru, khususnya dalam bagian akhir komentar Mas the70ono… :
    Saya sedikit terkejut dengan pengertian “Allah dan Rasulnya tak pernah secara eksplisit menyuruh kita memilih”. Benarkah !, rasanya kita selalu mendapati informasi “petunjuk bagi orang beriman, berakal, sedekahlah, berzakat, berkasih sayang, hormati orang tua, kasihi anak yatim, pilihlah wanita yang kamu sukai satu dua atau…, adil itu lebih dekat kepada, tidakkah kamu melihat…. ” dan sejumlah petunjuk (arah) lainnya serta resiko-resiko dari yang mau menerima atau mengingkari petunjuk. Mungkin kita dapat renungkan kembali… apakah itu sebuah tawaran, sebuah penawaran pilihan (lengkap dengan konsekuensinya) ataukah bagaimana?.
    Termasuk yang diperintahkan, diperintahkan namun manusia dapat menolak perintah adalah sebuah pilihan. Secara keseluruhan petunjuk Allah adalah pilihan. Bahkan di awal perjanjianpun (yang manusia telah melupakan – lupa – tidak ingat), ketika menerima amanat adalah pilihan yang mahluk lainnya tidak mau menanggung amanat sebagai khalifah….
    Perintah mengubah pada konsepsi Ar Rad 11 bukanlah mengubah takdir/sunatullahnya, namun memilih takdir seperti kisah Nabi yang berpindah dari dinding yang akan rubuh ke tempat lapang. Nabi menjelaskan bahwa Beliau berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain. Begitu juga ketika Ali (kalau tidak salah) tidak berperang tidak mau masuk ke daerah (kampung) yang ada wabah penyakit.
    Perihal perpektif transenden dan empiris dalam konteks agama tidaklah akan “berselisih jalan” apalagi memilah AQ dalam konteks transenden dan empiris (saya pahami sebagai pengamatan rasional, uji, fakta). Keduanya haruslah sinambung, atau saya memang belum berhasil memahami pesan AQ dengan baik. Pola berpikir bahwa pendekatan AQ dipahami dibedakan dengan pendekatan empiris akan memiliki resiko tidak tersampaikannya pesan AQ dan kemudian kita memahami dalam pesan “manusia sendiri”.
    Boleh jadi memang karena dalam seluruh isi blog ini saya berusaha untuk memahami (bukan menafsirkan) AQ melalui transformasi dari AQ sendiri, bukan dari sudut pandang lain, termasuk dalam pendefinisian sesuatu (dalam hal ini pemahaman takdir).
    Sisi lain yang ingin juga saya sampaikan. Kalau Allah menjelaskan bahwa takdir tidak akan bisa diamati perubahannya, saya tidak berani bilang :”itukah dari perspektif transenden, dalam perpektif petunjukMu ya Rab…., sedang dalam perpektifku sebagai hambaMu bukan begitu, tapi….”. Kemudian satu pertanyaan menggeluti hati :”Sedang memahami satu ain saja belum sanggup apalagi mengkhatamkan, saya tak berani untuk mewacanakan sekalipun untuk mencari pendekatan dalam seluruh akal berpikir saya”.
    Sekali lagi mohon maaf atas catatan penegasan ini…. Salam selalu dan terimakasih atas kesudiannya berkunjung. Semoga catatan ini menambah erat tali persaudaraan antara kita…. 😀

    Suka

  8. haniifa said

    @the70no
    😉

    Suka

  9. zal said

    ::sepertinya Ibrahim tidak memilih takdirnya, namun sesuatu memaksa dan menjemput Ibrahim AS, untuk menemui taqdirnya, dengan itu mengenallah Beliau dengan Sang Pembuat Taqdir, Penyembelihan Ismail, dan dibakar Api adalah kondisi yg disebabkan adanya, koq sepertinya ada yg membangun sebab bertemunya dengan taqdir, yang sejatinya agar mengenali pembuat Taqdir… “jika tiba waktunya akan Kami paksa mereka untuk menemui waktunya…”

    @
    Salam Mas Zal… lama tak bersua.
    sepertinya Ibrahim tidak memilih takdirnya –> dalam pemahaman saya mengenai takdir adalah seluruh peristiwa, sebab akibat, aksi reaksi, menerima dan menolak, adalah takdir. Jadi takdir tidak pernah lepas sesaatpun dalam keberadaan mahluk hidup dan segala yang diciptakan.
    Ketika kaki melangkah dan mata tertutup, maka kaki bisa berjalan dengan baik tidak terantuk : Itu adalah takdir. Ketika terantuk, itu juga adalah takdir, ketika tidak mau berjalan karena mata tertutup : itu juga takdir.
    Ketika makan enak dan sakit perut, itu juga takdir. Lalu minum obat maka itu juga takdir. Semua pilihan baik dengan kesadaran atau tanpa kesadaran adalah takdir.
    Ketika Mas Zal didatangi rahmat, mobil, laptop gratis, rumah lumayan mewah itu adalah takdir. Kalaupun ditolak, itu juga takdir. Takdir ada dalam setiap peristiwa, begitu juga pilihan-pilihan.

    Eh… maaf kalau saya keliru lho.. itu pemahaman saya…. yang sangat boleh jadi perlu dikoreksi. Insya Allah akan saya terima dengan lapang dada…. 😀

    Suka

  10. haniifa said

    Salam,
    @Zal
    Saya kira, kesudahan pemilihan takdir adalah, seperti yang digambarkan oleh ayat berikut:
    “Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israel meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.” (QS 2:182)
    Wasalam.

    Suka

  11. haniifa said

    @Mas Agor
    Kayaknya kopinya udah terasa hangat … 😀
    Semakin menyejukan hati…eh jangtung hati…eh…jantung doang…waaawallah …saya bingung sendiri ?? 😦

    @
    🙂 😀

    Suka

  12. […] takdir yang menarik juga dapat dibaca disini Masa lalu adalah takdir yang telah dibukakan tabirnya (tapi jangan lupa, Allah mengetahui takdir […]

    Suka

  13. abdulsomad said

    Assalamualaikum
    amal agama dapat mengubah takdir manusia
    Insya ALLAH

    Suka

  14. Ayruel chana said

    Gabung boleh ya……..

    Takdir memang takkan bisa dirubah.kalau kita bisa merubah ketentuan Allah,berarti Allah lemah.”Kalau lemah bukan Robbul Alamin namanya.Yang akan kita perhatikan adalah: Takdir itu tidak diketahui.kecuali yang telah di kasih tahu,misalnya masa lampau kita.Bisa kah kita merubah masa lampau kita?tentu tidak.Kalau ingin mengetahui masa depan kita,ya…..berusahalah anda!dengan baik atau buruk kah.maka nantinya akan anda dapati masa dimana anda memperoleh hasil dari usaha anda itu.baik atau buruk.Jadi yang ada hanya dari buruk kemarennya menuju baik esoknya,atau sebaliknya.

    Suka

  15. Ayruel chana said

    Menanggapi takdir itu bisa kita pilih……..

    Sepengetahuan saya…kalaupun anda pilih A…….Allah Sudah tahu
    Takdir anda A
    Kalau anda pilih B demikian juga

    Permasalahannya anda tak tahu pilihan anda A atau B kah akhirnya.
    Akan tetapi Allah maha Tahu akan segala-galanya. Makanya Allah Sudah menetapkan Takdir dan takkan merubahnya.

    Allah takkan merubah nasib suatu kaum,kecuali kaum itu mau merubahnya.

    Ingat …..bukan Allah yang merubah .
    Tapi Kaum itu merubah dari yang buruk ke yang baik atau sebaliknya

    Dan apapun pilihannya,Memang itulah takdir yang telah Allah tetapkan.

    @
    he…he…he… Mas Ayruel sudah lebih menjelaskan dari yang bisa saya jelaskan… 😀
    Trims ya Mas…. 😀

    Suka

    • hazetic said

      setuju!!!
      passsss….jadi ngomongin orang jd psk atw pembunuh itu bukan keinginan Allah tp keinginan org tsbt….
      masa iya lo masuk neraka…lo masuk surga ditentuin ama Alloh….
      lha ujianya mana??
      adilnya mana???
      bener bgt kata Ayruel: kita belum tau takdir kita tetapi Alloh sudah lebih dahulu tau sejak awal kita diciptakan…kemudian Alloh mencatat takdir kita….

      Suka

  16. abdulsomad said

    Assalamualaikum
    mengubah Takdir bukan berarti ALLAH lemah
    tapi memang sudah menjadi ketentuan ALLAH juga, takdir itu bisa dirubah
    merubahnya dengan AMAL AGAMA, dengan sholat 2 Rokaat, dengan Doa, dengan Puasa, dengan Sedekah
    Dengan Usaha….
    Dalam AL-Quran ALLAH sudah berfirman : ….ALLAH tak kan merubah nasib suatu kaum kecuali oleh kaum itu sendiri…
    Dan yg paling penting adalah merubah takdir kehidupan akherat kita, karena kehidupan akherat ini tergantung usaha kita di dunia
    sementara takdir kita di dunia sendiri (kaya miskin kita didunia ini) sudah ditentukan ALLAH, jadi tak perlu usaha yg terlalu habis habisan.
    semoga bermanfaat

    @
    Wass. Wak Somad… rindu juga nih didatangi Uwak…
    Setuju saja uwak mengenai apa yang telah uwak jelaskan… tetapi, jadi ada ganjelan juga nih… Tidak perlu usaha yang terlalu habis-habisan… maksud uwa piye toh… Nantinya kita dibilang tidak mau usaha saja, ntar bisa mendistorsi pemahaman pasrah bukan lagi berserah diri, tapi nggak mau berusaha…. 😦

    Suka

  17. Ayruel chana said

    Apapun pilihan Anda,Allah Sudah mengetahui sebelum anda memilih,karena Allah Maha Tahu.

    Permasalahannya : Anda tak mengetahui takdir Akherat anda (di surga atau di Neraka)

    Kalau anda memilih atau menginginkan surga….Lakukan perintahnya,Tinggalkan larangannya.(titik)
    Kalau tidak …….ya sudah…tanggung akibatnya.

    Abdulshomad….Inggat …..kaya bukan banyak harta……
    Miskin bukan sedikit harta………

    Tapi kaya adalah kaya Islam & Iman (dll) walau dia banyak/sedikit harta
    Miskin adalah kurang Islam & iman (dll) Walau dia banyak/sedikit harta.

    Jadi bukan nggak boleh kita untuk menjadi kaya….asal ..(anda tahu sendiri)

    Pertanyaan saya Manusia adalah Kholifah di muka bumi.
    Kata Kholifah bukan berarti pemimpin saja…tapi bisa bermakna
    Pengelolah..

    Jadi tugas kita menjadi Kholifah(pengelolah) Bumi ini.Karena Manusia mempunyai kemmapuan untuk itu….Kalau takkan mampu takkan ALLAH beri Pangkat manusia menjadi KHOLIFAH.

    Manusia Takkan Sanggup mengelola Bumi ini kalau dia berpaling dari ketentuan ALLAH.Jika dia berpaling dari ketentuan ALLAH,maka hasilnya adalah kehancuran..!!!!

    Contoh …Perzinaan,Perperangan,Narkoba,dan lainnya.
    hanya akan mendatangkan Malapetaka,bencana dan lainnya.

    Atau…meninggalkan sholat,puasa,zakat, dan lainnya……

    Hmmmmm hasilnya anda tahu sendiri……(nggak bakalan bener pekerjaan anda)

    Kecuali orang2 yang bersekutu dengan IBLIS.
    Na’uzubiLLAHI min Zaalik.

    @
    Saling menasehati… ini ciri orang yang ingin terlepas dari keadaan merugi…. 😀

    Suka

  18. Darsu said

    Ikutan ahhh…
    Tentang TAKDIR,
    Sepengetahuan saya takdir adalah suatu ukuran, takaran, ketetapan yg sudah pasti. Tidak bisa diubah oleh manusia…. Seperti yg kita liat, matahari terbit dari Timur dan tenggelam di Barat… Air mengalir ke daerah yg rendah… Api sifatnya panas… itu takdir kepada alam.
    Untuk kita manusia yg telah diciptakan sebagaimana adanya harus mampu menerimanya,… Tetapi diberikan kebebasan untuk memilih dalam mengarungi hidup ini.
    Seperti telah Allah kabarkan dalam al-Qur’an surat Asy Syams (91:8,9 dan 10) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yg mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilan orang yg mengotorinya.
    kesimpulannya: Mensucikan jiwa TAKDIRNYA UNTUNG.
    Mengotori jiwa TAKDIRNYA RUGI…. Itulah kepastian Allah…
    Ini sedikit gambaran saya tentang Takdir…
    Wassalam,
    Darsu

    @
    😀
    Lha… sepertinya sudah semakin melengkapi.
    Betapa luas pandangan-pandangan banyak saudara kita terhadap “konsesi” takdir pada manusia. Untuk ukuran-ukurannya… kita kerap meng”istilah”kannya dengan qadar… yang memang berarti ukuran…

    Suka

  19. Haniifa said

    Salam,
    Kaum laki-laki sudah di”takdir“kan berpasangan dengan wanita, lalu apa jadinya kalau kita mengubah takdir (ketetapan Allah).
    Allah ta ‘ala menggambarkan dalam surah Al A’raaf.
    Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” ( QS 7:80)
    Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS 7:81)
    Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” (QS 7:82)
    Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (QS 7:83)
    Catatan: Istri Nabi Luth a.s termasuk yang mengubah takdir

    Lalu …
    ” …Allah tak kan merubah nasib suatu kaum kecuali oleh kaum itu sendiri..” (QS 13:11)
    Jelas bahwa yang dimaksud “merubah nasib” adalah usaha semaksimal mungkin, dan dalam usahanya harus tetap dijalan yang diridoi Allah, seperti yang digambarkan dalam surah Al Jumu’ah :
    Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62:10)
    Wasalam.

    @
    Semakin menjelaskan pemahaman “takdir”, semoga penjelasan ini menjadi pelengkap bagi catatan-catatan lainnya yang tak kalah bernasnya… Terimakasih Mas Haniifa… berbahagia agor mendapatkan pencerahan ini… 😀

    Suka

  20. Assalamu’alaikum,
    Yang penting usaha kita sudah maksimal, untuk takdir biarlah ALLAH yang mengatur.
    🙂

    @
    Usaha maksimal untuk mendapatkan takdir yang terpilih dan berkualitas…. 😀

    Suka

  21. haniifa said

    @Stefano Al-Biruni
    Sperti usaha mas…yang gemar bikin robot yach !! 😀

    Suka

  22. infoGue said

    artikel anda sangat bagus, artikel anda:

    http://www.infogue.com/
    http://www.infogue.com/pengetahuan_umum/mampukah_manusia_mengubah_takdir_/

    Anda bisa promodikan artikel anda di infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca dan telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam!

    @
    😀

    Suka

  23. Dono said

    Ass.wr.wb,pak Agor.
    Apakah muslimin dan muslimat mengetahui mengapa mereka dianjurkan untuk bersholat? jawabnya tentu mereka mengetahui.
    Apakah kita mengetahui mengapa setiap dua rakaat akhir atau rakaat yg terakhir menunjukkan jari telunjuk kedepan dan memutarnya kekanan?
    Jawabnya adalah InsyaAllah sebagai berikut : menunjukkan jari telunjuk kedepan mengartikan bahwa,1.arah ka’bah,2. tiada tuhan yg berhak untuk disembah kecuali Allah S.W.T.Dan 3.memutarkannya kekanan mengartikan bahwa ini menunjukkan putaran jam(waktu)karena waktu itu berada ditangan Allah S.W.T( AGAR KITA SADAR BAHWA INI JUGA MENUNJUKKAN WAKTU KEMATIAN).Seperti firman Allah S.W.T di dalam surah Al-Ashr yg bunyinya sbg,
    1.Demi masa(waktu)
    2.Sesungguhnya seluruh manusia itu benar-benar dalam kerugian.
    3.Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran.

    InsyaAllah kita akan sadar bahwa takdir itu berada di tangan Allah S.W.T.

    Wassalam,Dono.
    Salam rindu untuk pak Agor.

    @
    Wass. wr.wb.
    Subhanallah… indahnya kata-kata ini. Sering teringat, namun sering pula lupa dalam sikap….

    Suka

  24. Darsu said

    Sekali lagi tentang TAKDIR.
    Di negeri Arab sebelum kedatangan Agama Islam perkataan qadar di dalam bentuk jamaknya aqdar diartikan sebagai takdir, ialah sebuah kekuatan buta yg mengukur atau menetapkan hal2 yg tak dapat dikendalikan oleh manusia, terutama sekali sehubungan dgn KELAHIRAN, REZEKI dan MATI. Inilah sebuah keyakinan yg pesimis, tetapi keyakinan ini tidak menyatakan bahwa takdir telah menetapkan setiap amal perbuatan manusia.
    Perkataan takdir ini dipergunakan oleh al-Quran dengan mengubah konsep takdir buta serta tak dapat dielakkan itu menjadi konsep Tuhan Yang Maha Kuasa yg mempunyai maksud di dlm penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu.
    Tuhan Yang Maha Kuasa ini, melalui kreatifitas-Nya yg penuh kasih, memberikan “ukuran” kepada setiap sesuatu itu potensi2 tertentu beserta hukum tingkahlakunya.
    Di satu pihak pemberian ukuran ini menjamin keteraturan alam dan di lain pihak menunjukkan perbedaan terpenting yg tdk dpt dihilangkan diantara Allah dgn manusia.
    Dgn takdir itu manusia mempunyai sebuah pegangan yg pasti utk melakuan sesuatu spy tidak berbuat kesalahan dalam menentukan pilihannya.
    Semoga ini mencerahkan kita sebagai manusia dlm mengarungi hidup ini….

    @
    Terimakasih untuk uraiannya… sebuah penjelas dalam memaknai… 🙂

    Suka

  25. Assalamu alaikum wr wb

    Yang di lauh mahfudz itu apa ya???
    Apakah hdd yang kapasitasnya tak terhingga menyimpan semua data2 semua kejadian di alam semesta.(saya sich cuma kira2)

    Wassalam…….

    @
    tentulah Lauh Mahfudz adalah catatan tentang apa-apa yang tidak dapat kita memahaminya, kecuali apa yang ditampakanNya kepada ciptaanNya….
    Wass, agor.

    Suka

  26. pacaranislamikenapa said

    Assalamu’alaykum warahmatullah

    ikutan cuap-cuap.. 🙂

    bismillah..

    Kembalikanlah setiap definisi itu kepada “asalnya”. Jika definisi diambil dari term agama (semacam taqdir) maka kembalikanlah definisi itu kepada sumbernya..Al Quran dan Hadits, melalui penjelasan para ulama. Apakah didalam Al Quran dan Hadits sudah menjelaskan tentang taqdir, jika “iya” ambillah dan jangan diperdebatkan, jangan dibuat berselisih. Urusan(apakah tetap, bisa berubah, dsbnya) taqdir itu adalah urusan Allah SWT. Yang dituntut dari kita adalah mengusahakan sesuatu dengan baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya. Jika menjadi pekerja, bekerjalah dengen tekun, cerdas, jujur dan tidak korup, dsbnya, boleh jadi melalui usaha(baca: taqdir tsb)Allah menakdirkan kita menjadi orang kaya. Kalaulah sudah menjadi pekerja yang tekun, cerdas, tidak korup dsbnya..tetapi ternyata kita tidak(baca: belum) kaya-kaya, mungkin Allah menggantinya dengan nikmat yang lain, dengan taqdir-taqdir lain(istri yang sholehah, anak2 yang sholeh2ah, keluarga yang harmonis, mau naek mobil ada yang nawarin, mau jalan2 ada yang bayarin, mau sekolah ada yang ngebiayain..:D) yang jauh lebih baik dari taqdir menjadi “orang kaya”. Karena orang yang beriman, beramal shaleh, dekat dengan pertolongan Allah, insyaAllah. wallahu’alam

    Tapi tetep..kalo menjemput jodoh, wis tho..jangan pacaran..ups 🙂

    wassalamu’alaykum warahmatullah

    @
    Wass, yo… aku neng karep ikut wae… tinggal memilih ukuran-ukuran yang telah diberikan dan disediakan… 😀

    Suka

  27. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Apakah takdir sudah ditentukan?. Sudah. Apakah takdir bisa berubah (bukan diubah)?. Bisa!. Kok?.
    Begini. Kelihatannya saya sekarang hidup dalam kemiskinan. Apakah itu takdir saya?. Bukan. Saya harus berusaha supaya perjalanan dan keadaan hidup saya berubah. Dengan apa?. Dengan ilmu dan do’a.
    Bukankah berarti anda berusaha merobah takdir. Mungkin. Karena berusaha berubah adalah merupakan takdir juga. Jadi takdir Allah bisa berubah dengan takdir Allah yang lain. Takdir miskin bisa berubah dengan takdir berusaha.
    Tapikan saya sudah berusaha. Tapi kok nggak ada hasilnya. Anda telah putus asa. Bukankah anda belum sampai kepenghujung jalan?. Bukankah anda belum sampai kepintu kubur?. Kenapa harus putus asa.
    Bukankah banyak orang yang “kelihatannya’ ditakdirkan miskin. Nggak bakalan dapat naik haji. Tetapi dengan usahanya, yang merupakan takdir Allah juga, terbuka jalan kesana. Berapa banyak orang yang “ditakdirkan” kaya raya, tetapi dipenghujung hidupnya menjadi miskin dan merana, karena takdir Allah yang lain?.
    Jadi, takdir akan jatuh atas kehendak kita sendiri. Allah hanya mengabulkan saja. Tidak menutup kemungkinan takdir kita didunia adalah cerminan takdir kita diakhirat.
    Barulah boleh kita mengatakan seseorang ditakdirkan begini dan begitu, setelah perjalanan hidupnya sampi kepenhujung jalan.
    Bukankah Allah telah mengatakan : “Allah tidak akan merubah keadaan seseorang/kaum selama orang/kaum itu tidak mau merubah keadaannya sendiri”. Takdir Allah dapat berubah dengan takdir Allah yang lain. Yang penting jangan putus asa. Keburukan/kerugian yang menimpa kita selama didunia mungkin merupakan awal dari takdir kita untuk mendapat kebaikan/keuntungan diakhirat. Sementara kebaikan/keberuntungan yang kita peroleh selama perjalanan hidup kita didunia mungkin saja merupakan awal takdir kita untuk merugi diakhirat. tergantung dari kita menyikapi takdir itu sendiri. Wallahuaalam.
    Wassalam,

    @
    Wass. Mas Abu. Terimakasih untuk uraiannya, senang membacanya. Semoga rahmat dan limpahan rezki untuk Mas Abu. Allah menyempitkan dan melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendakiNya. Allah jua yang menyebarkan rahmatNya di seantero langit dan bumi dan setiap diri diminta berusaha sesuai dengan kesanggupannya. Takdir memang jangan dipahami hanya dari sisi ukuran manusia, juga dalam keseluruhan isinya dan pilihan-pilihan takdir yang diberikan kepada kita dengan segala ukuran-ukuran yang telah disediakan. Menyikapi takdir menjadi rasa syukur manusia terhadap penciptaNya….
    Wass, agor.

    Suka

  28. nurisah said

    Takdir berasal dari kata QADAR, yaitu KETENTUAN, RANCANGAN. Jadi saya sangat setuju dengan tulisan agorsiloku bahwa Pertanyaan Bisakah Merubah Takdir Adalah Pertanyaan Yang Lucu. Karena semuanya adalah rancangan alam semesta dari Allah.

    @:D

    Suka

  29. truthseeker1964 said

    Mau ikutan puyeng ahh..:)

    Takdir adalah topik yg tak pernah selesai dan tdk pernah sepi dr diskusi dan pencarian.
    Saran saya jgn dl kita bicara apakah takdir bs diubah atau tdk, mari kt bicara (samakan persepsi) ttg apa itu takdir?. Krn sngt jelas dr semua yg komentar (termsk) penulis punya tafsir sendiri2 ttg takdir. Sy ingin menawarkan tafsir sy ttg (hakikat) takdir:

    Sebelumnya sy ingin mengartikan kata takdir sbg: Ketetapan/ketentuan (hukum2), takaran/ukuran.
    Dalam bentuk apa sajakah takdir/ketetapan Allah tsb?:
    1. Dalam bentuk: Hukum2, sunatullah (hukum gravitasi, sebab-akibat, semua yg berjiwa pasti mati, dan semua hukum yg kita kenal dlm science).
    2. Dalam bentuk: takaran/ukuran (misal: kondisi fisik laki berbeda dg perempuan, kulit org africa lebih gelap dr yg lain dll.
    3. Ini adalah point yg krusial dmn tdk semua org memahami dan mengakuinya, yaitu bhw Allah mentakdirkan/menetapkan bhw manusia dg kekuasaan Allah diberikan “kehendak bebas” yg terbatas (dibatasi oleh hukum2/sunatullah).

    Kita lbh mdh memengerti jika dilakukan dg contoh:
    Seseorg memutuskan utk naik ke atas pohon yg tinggi (kehendak bebas mengijinkan dia memutuskan/memilih utk naik pohon tsb), kmd dia jatuh. Dia jatuh krn takdir Allah dg hukum gravitasi, hukum friksi bhw pohon adalah suatu ketinggian, dahan yg licin friksinya rendah, kondisi pikiran yg sdg stress membuat ceroboh, keahlian memanjat pohon yg kurang, itu semua adalah hukum yg membuat potensi org tsb utk jatuh, itulah takdir Allah. Sedangkan dia memilih utk memanjat pohon adalah pilihan dia (Allah menentukan org tsb bisa memilih utk naik atau tdk). kemuadian pertanyaan besarnya adalah bukankah dia sdh ditakdirkan utk jatuh!, bukankah Allah sdh mencatat itu dlm Kitab-Nya!.
    Sebelum sy menjawab itu, sy terlebih dahulu ingin meyakinkan kt semua bhw Allah tdk terikat oleh waktu sbgmn manusia (walaupun tdk mudah membayangkan bgm sih kondisi tdk terikat oleh waktu itu). Jd Allah tdk terikat oleh kemarin, skrg ataupun besok. Bagi Allah semuanya sdh diketahui (Allah Maha Tahu). Jadi dr situ, krn Maha Tahu Allah maka Allah telah mencatat (bukan menentukan) semua2 yg bhkn belum terjadi dg segala bentuk perubahan2nya dan detail2nya. Allah sdh tahu bhw dia akan jatuh dr pohon, bukan Allah menentukan dia akan jatuh. Ada analogi sederhana utk membantu memahami ini. Seorg guru yg sangat mengenal kemampuan murid2nya mencatat dlm bukunya bhw si “A” akan tdk naik kelas. Dan ternyata si “A” tdk naik kelas. Kita tdk akan mengatakan bhw si “A” tdk naik kelas krn sdh ditentukan oleh si guru!. Nahh, tahunya si guru kt sebut sbg “prediksi yg akurat”. Namun bagi Allah yg Maha Tahu semuanya bukan lg prediksi tp kepastian!.

    Skrg kita masuk kpd pertanyaan “Apakah takdir bisa diubah?”. Namun sblm itu sy ingin mengenalkan satu terminologi yg msh rancu bagi sbagian org, yaitu kata “NASIB”. Nasib bukanlah takdir, nasib jelas2 dpt diubah. Nasib adalah sesuatu yg sdg melekat pd seseorg namun dpt diubah, misal: nasib sy (terlahir) miskin dg berusaha (krn adanya kehendak bebas) kt bs tetap miskin ataupun berubah menjadi kaya.
    Pertanyaan besar td akan saya jawab “TAKDIR TIDAK DAPAT DIUBAH”.

    (bersambung)

    @
    Setelah dibaca ketiga kalinya, saya baru berani berkomentar… :
    Rasanya seeh tidak ada yang berbeda sampai kalimat terakhir dari Mas. Malah lebih mempertegas lagi. Memang itu tujuan postingan ini, mengajak berpikir dan merenungkan sambil belajar dari seluruh rekan yang bersedia meluangkan waktunya. Kalaupun ada pengecualian, saya hanya berusaha di blog ini memahami ayat-ayat Allah dan bukan untuk membuat term sendiri. Dengan kata lain, kalau pun ada term yang dipahami sebagai tafsir sendiri adalah jelas kekeliruan agor dalam memahami ayat Allah dan saudara-saudaraku di alam maya membantu meluruskannya. Tidak ada maksud sama sekali untuk membuat rujukan/term sendiri dalam memahami takdir.
    Terimakasih sudi berkunjung dan memberikan catatan yang indah….

    😀

    Suka

  30. truthseeker1964 said

    Sambungannya:

    Dengan kita memaknai takdir dg cara pandang ini maka tentunya kt tdk perlu “repot2” memikirkan bgm hukum gravitasi itu dihilangkan..:). Yang lbh banyak kita hrs lakukan adalah merubah nasib kita (jika kt anggap nasib kita tdk/kurang baik).
    Dikarenakan catatan Allah adalah penggabungan takdir dan keputusan manusia dlm kehendak bebasnya, maka sangat salah jika kita berfikiran bhw krn sdh dicatat maka kt tdk perlu melakukan apa2.
    Kemudian dimanakah peran do’a dan hal2 yg bersifat spiritual?. Do’a dll yg berupa spiritual pun adalah takdir (hukum2) Allah. Allah mentakdirkan/menetapkan bhw do’a mempunyai kekuatan dlm merubah seseorg (apakah cara kerja do’a dlm merubah manusia itu bisa dijelaskan oleh science atau tdklah menjadi masalah).
    Pada saat kita bicara takdir kt mengasumsikan bhw kt bicara dg mrk2 yg mengimani Tuhan itu ada. Konsekuensi dr mengimani Tuhan ada, adalah kita jg harus mengimani hal2 yg ghaib/non-materi/spiritual. Kita jg hrs mengimani bhw diri kita terdiri dr zahir maupun bathin/spirit. konsekuensi selanjutnya adlah bhw bathin kita dipengaruhi oleh hal2 yg jg non-materi (do’a, perkataan2 yg baik, dll).
    Kita tdk akan berpanjang lebar di cara kerja do’a dlm merubah nasib seseorg. Namun kt akan lbh menekan bgm peran do’a dlm nasib (bukan takdir) manusia. Pd saat kt mengakui bhw ada hal2 yg non-materi di sktr kita mk kt jg hrs menerima bhw do’a pun merupakan suatu usaha manusia dlm merubah nasib. Walaupun tdk segamblang sebagaimana usaha yg berbentuk materi. Utk mendapatkan do’a yg terkabulkan ternyata ada banyak prasyarat, misalnya syarat bhw org tsb meyakini betul apa yg dia do’akan akan terkabul (artinya dia hrs mempunyai tauhid/pengenalan kpd Tuhan-Nya), org tsb hrs mengetahui cara berdo’a yg benar, org tsb merasa dekat dg Allah, org tsb hrs mempersiapkan dirinya agar siap pd saat do’anya terkabul. Shg apa yg terjadi? yg terjadi adalah secara psikis org tsb sdh membuat dirinya siap utk berubah.
    Saya akan coba kasi cth do’a yg tdk tepat:
    Misalkan ada pertandingan lari kmd kt berdo’a utk menjd juara I; ini adalah do’a yg tdk tepat krn pd saat yg bersamaan saingan2 yg lain pun bs melakukan do’a yg sama.
    Silakan dipikirkan sendiri bgm do’a yg tepat..:).
    Maaf jika tdk dilanjutkan mslh cara kerja do’a, krn begitu complicatednya dampak do’a kpd manusia (ingat bhw dlm mengabulkan do’a pun Allah tetap mengabulkan do’a tsb dg mengikuti hukum2 yg telah Allah buat. Shg jika kt minta rezeki dan dikabulkan, mk bukan tiba2 lemari kita penuh dg uang, tp pasti ada proses disana, yg bhkn terkadang proses ini tdk disadari manusia dan diakui sbg hasil usaha/kerja keras kita).

    @
    Dengan begitu, nasib dipahami sebagai jalan pilihan-pilihan dari sejumlah takdir yang tersedia. Term nasib sendiri agor tidak begitu paham, apakah berasal dari nasab atau nisab. Hanya dalam term masyarakat nasib seolah/atau terkadang terpahami sebagai ketentuan Allah, sehingga dipahami menjadi sebuah pemahaman fatalis yang meniadakan unsur usaha. Ungkapan yang paling sering muncul adalah :”Memang sudah begitu nasibnya”.
    Kemudian (dan menurut saya seeh), pernyataan nasib ini kerap diperkelirukan dalam proses pasrah pada nasib dalam konteks tidak mau berusaha. Namun, spirit/semangat manusia tentunya tidak boleh berada pada kungkungan ini.
    Terimakasih untuk uraiannya. Saya suka ini… 😀

    Suka

  31. haniifa said

    @truthseeker1964
    Memang saya jadi lebih punyenggg neeeh…. 8)
    Apa yang dimaksud “misal: nasib sy (terlahir) miskin..” adalah suatu “takdir” dilahirkan pada orang tua yang miskin, tapi dengan usahanya merubah “nasib” hingga bisa menjadi kaya…

    Suka

  32. truthseeker1964 said

    @haniifa

    Apa yang dimaksud “misal: nasib sy (terlahir) miskin..” adalah suatu “takdir” dilahirkan pada orang tua yang miskin, tapi dengan usahanya merubah “nasib” hingga bisa menjadi kaya…

    Betul sekali Haniifa, anda teliti sekali. Kalimat saya mmg kurang tepat (dpt bermakna ganda). Terima kasih atas kehati2annya dan pemberitahuannya.
    Di kalimat yg anda kutip mmg disitu ada TAKDIR dan ada NASIB. Takdirnya adalah dia terlahir oleh org tua yg miskin dan awal hidupnya mmg miskin. Sebetulnya ygmn yg bagian “nasib” yg ingin saya jelaskan, yaitu nasibnya “miskin” itulah yg nasib krn miskinnya dia msh berubah, sdg terlahirnya, siapa ibu-bapaknya adalah sesuatu yg tdk bs diubah lagi shg dikatakan sbg takdir.

    Sekali lagi terima kasih. Semoga mengobati sedikit (puyengnya).

    Suka

  33. haniifa said

    @truthseeker1964
    Kembali kasih mas,setelah membaca penjelasan mas truthseeker1964 malah saya lebih jelas antara makna “takdir” dan “nasib”… 😀

    Suka

  34. Saya datang ke situs ini pun adalah takdir dari Allah. Saya tidak menjadi pegawai negeri atau pengusaha sukses seperti keinginan orang tua, itu pun adalah takdir.

    Buat saya, saya tidak ingin mempermasalahkan semua yang sudah saya alami karena semuanya sudah ditentukan oleh Allah dan terjadi atas ijin Allah, baik yang sudah-sudah maupun yang akan datang. Takutnya kalau saya mempermasalahkan, nanti saya malah berandai-andai, menyalahkan Allah dan lain sebagainya yang semuanya itu bisa berakibat sangat fatal. Padahal itu semua awalnya hanyalah permainan akal.

    Yang penting, saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya dapatkan dan apa yang saya punyai sekarang, dan berharap agar Allah memberikan yang terbaik untuk saya nantinya.

    Allah Ya Rahmaan….
    Allah Ya Rahiim….

    @
    😀
    Kata terakhir dalam banyak ayat Allah adalah agar kita bersyukur…
    Sedangkan soal tidak ingin mempermasalahkan tentu berbeda dengan tidak ingin memahami… 😀

    Suka

  35. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Berbicara tentang “Takdir” adalah berbicara tentang “sesuatu” yang, sebenarnya, adalah urusan Allah atau hak preogratif Allah. Hak mutlak Allah, yang kalau tidak hati-hati mencermatinya akan terlihat seolah-olah berlawanan dengan hak kita sebagai manusia yang dianugerahi Allah “hak bebas memilih” dan “hak beas berkehendak”.
    Menurut saya, “takdir” adalah suatu “ketentuan”. Ketentuan yang masih “bisa berubah” dan ketentuan yang “tidak bisa diubah”.
    Contohnya, terlahir dari orang tua miskin. “Terlahir” ini adalah ketentuan yang mu’tamat dan sudah merupakan “ketentuan” yang sudah “pasti” dan “tidak bisa berubah” lagi. “Orang tua miskin” masih bisa berubah. Tergantung dari kehendak bebas dari orang tua tersebut. Apakah mau menggunakan “takdir” Allah yang lain (takdir berusaha) atau tidak. Sedangkan si Anak yang dilahirkan, sejauh akalnya belum bisa dan mampu untuk menggunakan perangkat yang tersedia (otak dan sebagainya)maka tetaplah dia dalam lingkupan “takdir” tersebut. Terlahir dari “orang tua miskin” dan “berada” dalam kemiskinan. Seandainya, dengan usaha yang gigih merubah “takdir” atau kadang-kadang kita sebut dengan “nasib” (antara takdir dan nasib ini, kadang-kadang terjadi kerancuan pemahaman juga)menggunakan “takdir” Allah yang lain, si “orang tua miskin” tadi berhasil menjadi kaya, maka berobahlah sebutan dari terlahir dari “orang tua miskin” menjadi “orang tua kaya”. “Takdir” yang sudah pasti tidak akan berubah yaitu “lahir”. Statusnya saja yang akan berobah, dari “orang tua miskin” menjadi “orang tua kaya”. Apabila si Anak tadi sudah dewasa dan mampu akalnya menggunakan perangkat yang dikarunia Allah, maka dapatlah dia menggunakan hak bebas memiliki dan hak bebas berkehendak yang dianugerahkan Allah kepadanya. Keluarga ini mempunyai dua hak kebebasan memilih dan dua hak kebebasan berkehendak, Hak milik si orang tua dan hak milik si anak. Terserah mereka dan juga kita mau bagaimana sesudah “takdir/ketentuan” yang mu’tamat tersebut.
    Wassalam,

    @
    Mas Abu, Was. ww. Pembahasan ini menarik lho jika kita elaborasi lebih mendalam. Ini seyogyanya dipandang dalam konteks luas dalam keadilan yang mahakuasa. Seseorang yang dikadarkan pada potensi miskin (harta, rupa, kemampuan akal, atau fisik) adalah bagian dari keseluruhan pemahaman manusia untuk memahami lebih dan kurang dari standar ciptaan Allah. Kita mengenal miskin karena kita mengenal pemahaman kaya. Yang dilahirkan buta, adalah ditakdirkan buta, adalah konsekuensi logis dari hukum-hukum yang Allah tetapkan mengenai potensi manusia. Yang dilahirkan “lebih beruntung” sehat dan kaya, adalah potensi karunia Allah pada sebagian dari kehidupan “cobaan” di dunia. Dalam konsep ini, kita tentu memahami konsep takdir sebagai agregat total dari keadilan Allah. Manusia di permukaan bumi adalah transisi perjalanan menuju keniscayaan berikutnya.
    Kalau kita elaborasi lebih jauh – takdir – sunnatullah, kebebasan dan kehendak serta kebergantungan, keadilan, ujian cobaan berada pada agregat dasar kehidupan. Kita memang tidak (boleh) memilah dalam satu bagian konsep tentang patern kehidupan manusia.
    Wah, menjadi melebar ya sedang yang dipostingkan sedikit-sedikit… 😀

    Suka

  36. truthseeker said

    @Agor

    Kalaupun ada pengecualian, saya hanya berusaha di blog ini memahami ayat-ayat Allah dan bukan untuk membuat term sendiri. Dengan kata lain, kalau pun ada term yang dipahami sebagai tafsir sendiri adalah jelas kekeliruan agor dalam memahami ayat Allah dan saudara-saudaraku di alam maya membantu meluruskannya. Tidak ada maksud sama sekali untuk membuat rujukan/term sendiri dalam memahami takdir.

    Mas Agor, ada satu hal yg harus selesai dahulu setiap kt melakukan analisa/diskusi atas satu masalah, yaitu bhw kt menggunakan istilah2/term2 secara tepat. Nahh term2 ini kan hrs disetujui dahulu, terserah siapa yg akan memberi kt info mengenai arti dr term2 tsb. Kalau belum apa2 mas Agor sdh mewanti2 (melarang) membuat term sendiri, mk ini akan mematikan diskusi. Mestinya mas Agor dg tegas sebutkan ygmn yg merupakan term sendiri? Takdir? Nasib? Keadaan?. Tentunya itu bkn term2 baru, namun jk yg dimaksudkan adalah pengertian dr term2 tsb..hehe..kt bs lihat bhw utk kata takdir saja ada bbrp pengertian (yg jika salah) bs membuat kt tdk kemana2. Dari perenungan sy atas kenapa manusia/kita kesulitan dlm menafsirkan/memengerti ttg takdir adalah dikarenakan salah paham kt atas kata takdir itu sendiri. Kita sering menggunakan kata takdir utk semua hal yg berkaitan dg keadaan kita, baik sebelum, sedang maupun setelah selesainya keadaan tsb. Misalnya mas Agor bs lihat mas Abu menggunakan kata takdir atas kemiskinan yg menimpa seseorg, sdgkan saya akan menggunakan kata “nasib/keadaan” (sesuatu yg dinisbahkan). krn mas Abu menganggap kemiskinan adalah takdir maka menurut mas Abu “TAKDIR (kemiskinan) DPT DIUBAH”. Sedangkan bagi saya takdir selalu berarti apa2 yg diluar kemampuan kita utk mengusahakannya. Jadi saya mencari/menggunakan kata lain utk sesuatu yg melekat pd diri kita tp bisa diubah sbg “NASIB/KEADAAN”. Kesamaan sy dg mas Abu adalah bhw KEMISKINAN DPT DIUBAH, perbedaannya adalah bagi saya “KEMISKINAN BKNlah TAKDIR”.

    @ Mas Truth, trims kembali atas catatannya. Kalau berkenan, saya membuat beberapa postingan mengenai takdir, juga nasib dalam beberapa postingan lama di blog ini,;
    Memilah dan Memilih Takdir, Yuk Kita Ubah Takdir, Takdir-Qadla-Qadar Yang Penuh Tanda Tanya, Adakah manusia Ditakdirkan Masuk Neraka, Mampukah Manusia Mengubah Takdir, dan tentu saja juga Takdir dan Kehendak Bebas. Semua term saya memang usahakan sebagai bagian dari memahami ayat-ayat Allah.
    Namun, saya tidak membatasi orang lain membuat term sendiri. Saya berusaha menegasi, bahwa pengertian yang saya ambil adalah pemahaman saya pada AQ, kalau itu keliru, maka kelirulah saya dalam memahami AQ dan alhamdulillah ada yang mengingatkan.
    Selebihnya oke-oke saja kok. Semua kan mengarah pada usaha untuk memahami dari satu khasanah ilmu yang luasnya tak terjangkau oleh akal orang seperti saya ini.

    Kebetulan, memang saya tidak membahas mengenai “Takdir Kemiskinan dapat diubah”. Hal seperti ini bisa dipahami sebagai permainan kata bisa juga dipahami berbeda. Saya melihat miskin sebagai miskin. Itulah standar miskin. Tidak ada perubahan pada miskin, tapi pelaku miskin dapat menjadi lebih kaya atau lebih miskin ketika bertemu yang lebih miskin lagi atau lebih kaya lagi. Miskin itu sendiri suatu kondisi. Inilah cara pandang.
    Baik Mas Abu, maupun Mas Truth, dalam memahami takdir, kalau menurut saya sih… melengkapi apa yang telah saya pahami. Saya bersyukur malah dengan adanya perbedaan pandangan itu karena meningkatkan pemahaman saya mengenai takdir. Semoga pembaca lain pun dapat merasakan hal yang sama. 😀

    Suka

  37. truthseeker said

    Seseorang yang dikadarkan pada potensi miskin (harta, rupa, kemampuan akal, atau fisik)

    Lihat mas Agor, bagi saya mas Agor pun terjebak dlm kesulitan memaknai kata takdir. Bagi sy kata:”DIKADARKAN PD POTENSI MISKIN” adalah kalimat yg rancu. POTENSI MISKIN adalah “NASIB/KEADAAN”.
    Oyaa..sy bs menangkap pesan mas Agor, bhw kt NASIB msh blm jelas (kl bs mas Agor bantu jelaskan dr akar katanya, krn di AQ ada kt nasib dr kt nushubi (Al-Maidah:3), anshabu (Al-Maidah:90).

    Dengan begitu, nasib dipahami sebagai jalan pilihan-pilihan dari sejumlah takdir yang tersedia. Term nasib sendiri agor tidak begitu paham, apakah berasal dari nasab atau nisab. Hanya dalam term masyarakat nasib seolah/atau terkadang terpahami sebagai ketentuan Allah, sehingga dipahami menjadi sebuah pemahaman fatalis yang meniadakan unsur usaha. Ungkapan yang paling sering muncul adalah :”Memang sudah begitu nasibnya”.
    Kemudian (dan menurut saya seeh), pernyataan nasib ini kerap diperkelirukan dalam proses pasrah pada nasib dalam konteks tidak mau berusaha. Namun, spirit/semangat manusia tentunya tidak boleh berada pada kungkungan ini.

    Apa yg mas Agor jelaskan semua ini ttg “NASIB” yg sy mengerti adalah totally tidak spt itu. Nasib adalah sesuatu yg dinisbahkan (Allah) shg menjadi suatu keadaan (temporer) yg bisa diubah dg usaha.

    Jika masyarakat awam salah/terjebak dlm makna kata nasib, ya mmg spt itulah realitanya, shg itu jg sebabnya knp kt skr sibuk berdiskusi ttgnya.

    Terimakasih sudi berkunjung dan memberikan catatan yang indah….

    Terima kasih telah memberikan ruang utk mencari kebenaran.. 😀

    @
    Trims Mas Seeker the Truth, saya senang lho dengan ulasan Mas. Memposisikan secara tajam. Hampir semua komentar di sini begitu tajamnya dan kerap saya jadi malu kok nekad-nekad bertulis ria 😀
    Mengenai masalah nasib, memang saya singgung di postingan yang lain perihal nasib dalam undian. Tak terlalu jelas memang, namun kurang lebih pada pemaknaan yang sama.

    Dikadarkan pada “potensi miskin”/kekurangan dalam pengertian standar bahwa si A bermata buta, kurang harta, sakit, lumpuh, dan lain sebagainya merupakan suatu kondisi ukuran yang diberikan Allah kepada manusia sesuai dengan aturan hukumNya. Tidak ada yang bisa mengubah potensi miskin ini menjadi potensi kaya. Lho kok?. Iya, itulah sebuah pengertian standar tentang suatu kondisi subjek yang miskin. Namun subjek bisa berpindah ke takdir lebih makmur dan kaya (dengan rahmatNya). Jadi ketika saya menyatakan seseorang berada pada sebuah potensi miskin maka potensi itu ada. Apakah dia akan menjadi seorang kaya karena berusaha dan bekerja sekeras-kerasnya. Selama di dunia ini, jelas jawabnya belum tentu dan sangat boleh jadi pula dia tidak bisa keluar dari kemiskinan yang membelitnya. Definisi seperti ini akan mudah dicerna kalau kita mempelajari kemiskinan absolut dari sebuah kondisi. Oh ya, saya memahami pengertian ini dari Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga/Todaro dan Tirai Kemiskinan/M. Ulhaq. Mengesankan. Namun, dalam kaitan dengan tema blog ini, yang dapat saya pahami kemiskinan juga adalah rangkaian dari keadaan yang Allah tentukan bagi manusia. Untuk keluar dari takdir ini dan pindah ke takdir yang lain (nasib) maka ada sejumlah syarat tentunya.
    Kalaupun seorang pindah ke takdirnya. Kondisi miskin itu sendiri tetap ada, hanya tidak menempel pada sang subjek yang berpindah pilihan takdirnya.
    Karena saya memahami dari cara ini, maka saya tidak merasa begitu rancu…
    Namun, oke jugalah kalau itu dipahami sebagai suatu keadaan. Memang pada dasarnya banyak hal dari pengertian manusia adalah menyifati. Kata keadaan adalah penyifatan terhadap suatu objek yang sedang ditelaah.
    Mengenai pandangan Mas bahwa :”Nasib adalah adalah suatu yang dinisbahkan (Allah) sehingga menjadi suatu keadaan (temporer)…”. Memang ada sedikit perbedaan pengertian, saya lebih melihat nasib sebagai pilihan manusia dalam menjalani takdirnya, termasuk memilih mengundi nasib dengan lemparan anak panah…
    but any way… terimakasih untuk catatannya. Di sini saya belajar kembali memahami cara pandang yang boleh jadi berujung sama, namun berbeda cara menyampaikannya….
    Salam.

    Suka

  38. haniifa said

    @mas truthseeker
    Nasib adalah sesuatu yg dinisbahkan (Allah) shg menjadi suatu keadaan (temporer) yg bisa diubah dg usaha.
    Saya sependapat dengan mas truthseeker, mengingat surah At Takaatsur :
    1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
    2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.

    Dalam hal ini jika definisi “Nasib” yang dimaksud adalah rangkaian/berbagai “Event” yang menimpa sampai titik saat ini, atau temporer akan berakhir seperti yang tersirat pada [QS 102:2]

    @mas Agor
    Nasib sebagai pilihan manusia dalam menjalani takdirnya, termasuk memilih mengundi nasib dengan lemparan anak panah…
    Saya sependapat dengan mas Agor, mengingat surah Asy Syams 8:
    maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
    Dalam hal ini jika definisi “Nasib” yang dimaksud adalah pilihan hanya momen satu “Event” saja.

    @
    Rasanya sudah pas ya Mas Haniifa… 😀

    Suka

  39. truthseeker said

    Memang ada sedikit perbedaan pengertian, saya lebih melihat nasib sebagai pilihan manusia dalam menjalani takdirnya, termasuk memilih mengundi nasib dengan lemparan anak panah…

    Hanya ini yg saya msh bisa comment (krn spt yg mas agor bilang mmg hanya beda bahasa saja). Dalam definisi nasib di semua kalimat mas Agor saya tdk merasa ada perbedaan dg saya, namun pd saat mas Agor msk pd kalimat yg saya quote diatas koq kmd jadi terasa berbeda yaa…
    Saya dan tulisan mas Agor sebelumnya menyiratkan bhw nasib adalah sesuatu yg dimiliki (potensi) pd seseorg yg bisa diusahakan utk diubah (terlahir miskin, lahir dg agama tertentu dll), dr cth tsb jelas2 (bagi saya lhoo..) itu bukanlah pilihan shg, selalu pd saat kt bicara nasib mk posisinya adalah bukan kita yg memilih. Seabagaimana salah kaprahnya kita menyalahkan takdir dan nasib atas pilihan2 dan usaha2 kita.
    Cth:
    Dialog antara bapak dan ibu setelah anaknya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi:
    case 1 (lulus): Mama, hasil kerja keras kita akhirnya membuahkan hasil.
    Case 2 (tidak lulus): Mama tdk usah sedih ini sudah takdir Allah.

    NASIB: Mengubah Nasib
    TAKDIR: Memilih Takdir

    @
    Konsepsi manusia menghadapi/menyikapi takdir dijelaskan oleh AQ dalam berbagai versi yang menjelaskan bagaimana “pilihan-pilihan” manusia menghadapi takdir.
    Putra Nabi Adam menyatakan dalam sikap yang penuh kepasrahan :
    QS 5. Al Maa’idah 28. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

    Kepasrahan terhadap derita dipahami dan dipasrahi sempurna oleh Nabi ayub a.s.

    Penuh dengan tanda tanya dan pertanyaan, ini ditunjukkan sikap Nabi Mussa a.s. Termasuk pertemuannya dengan Nabi Khidir. Akal sehat Nabi Musa terus mempertanyakan tentang pilihan-pilihan yang terjadi.

    Menemukan dalam proses pencarian, ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan kemudian disertai kepasrahannya melakukan pengorbanan yang menjadi monumen kepasrahan ketika Ismail diminta Allah untuk disembelih.

    Dipenuhi godaan ditunjukkan kepada Nabi Yusuf a.s. dan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya dalam bentuk memahami tabir mimpi.

    Dan selalu berujung pada penyikapan pemahaman, pasrah dan rasa syukur kepada penciptaNya.

    Pada suri tauladan Nabi Muhammad… sepertinya semuanya terangkum…

    Suka

  40. haniifa said

    @mas truthseeker
    Ini misalnya yach !
    Kalau ujiannya di ulang-ulang (looping) dua atau tiga kali ??
    Tentu case 1 dan case 2 ada pengulangan khan… !!

    Setelah pengulangan ke tiga.
    Mama dan Papa, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, harus bagaimana sekarang ??

    Sebagaimana sifat kasih sayang orang tua terhadap anak.
    Kami ikhlas nak, mudah-mudahan Allah ta’ala memberi jalan yang lebih baik, dan kami mendukung apapun pilihanmu.

    @
    Clear…

    Suka

  41. […] adalah suatu “touchstone” keiklasan hati dan akal fikiran, atau boleh juga diartikan sebagai batu ujian “Ketaqwaan”. “Touchstone” bisakah diartikan Batu Hajar Aswad […]

    Suka

  42. truthseeker said

    @hanifa

    Setelah pengulangan ke tiga.
    Mama dan Papa, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, harus bagaimana sekarang ??

    Apa mksdnya harus bagaimana sekarang??
    Apakah mksdnya sudah takdir? nasib? Tetap saja disalahkan kpd takdir, bukankah begitu. Dan bgm jika lulus? karena hasil kerja keras?. Ini cth yg pada umumnya bkn keniscayaan, hanya sbg ilustrasi bgm masyarakat/manusia mengkategorikan takdir dan usaha.

    Sebagaimana sifat kasih sayang orang tua terhadap anak.
    Kami ikhlas nak, mudah-mudahan Allah ta’ala memberi jalan yang lebih baik, dan kami mendukung apapun pilihanmu.

    Ini adalah ilustrasi lain. Tp sy tdk mengerti knp oleh mas Agor dikomentari “clear”??

    @
    Clear yang saya maksudkan adalah setelah looping ke 3, orang tua menyadari memang sampai di situ ukuran/kadar si anak (kemampuan, kualitas dan kecerdasannya), sehingga dengan bijak orang tua memahami jika ada pilihan lain dari si anak yang telah berusaha maksimum (anggap saja benar maksimum).
    Kita sesungguhnya tidak pernah tahu, apa yang Allah persiapkan untuk kita dalam menjalani kehidupan ini. Apa yang kita sukai dan pelajari di waktu lampau, kemudian apa yang kita jalani saat ini bisa sama atau berbeda dan kita juga tidak mengerti apa yang akan terjadi kemudian.

    Suka

  43. truthseeker said

    @Agor
    Tolong mas Agor lbh jelaskan relasinya dg tulisan sy ttg komentar mas Agor dg cth2 tsb.
    Nasib sebagai pilihan manusia dlm menjalani takdirnya
    Terus terang kalimat ini terasa absurd bagi sy berhari2 sy tdk bs mengerti. Krn bagi sy “pilihan manusia dlm menjalani takdirnya” adalah KEPUTUSAN bukannya NASIB.
    Bukanlah NASIB nabi Ismail tdk jadi disembelih, namun TAKDIR nabi Ismail. Dlm penggunaan kata NASIB semestinya adalah:
    Sudah NASIB nabi Ismail akan disembelih. Dan TAKDIR nya tdk jadi disembelih. Krn Allah menisbahkan (menasibkan) kondisi disembelih pd nabi Ismail.

    @
    Sederhananya, saya memahami takdir sebagai ketentuan Allah yang tidak mengalami perubahan, kecuali Allah menghendaki perubahan atas takdir. Dan manusia sama sekali tidak akan dapat melihat/mengamati perubahan dari takdir yang terjadi. Pemahaman ini saya ambil dari QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
    Sedangkan nasib dalam pemahaman saya adalah satu keadaan dari suatu takdir yang terjadi yang kita alami atau jalani atau kita amati.
    Jika dinisbahkan pada manusia, maka takdir yang saya pahami adalah ketentuan Allah pada manusia yang menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan kemampuan, potensi, daya lingkungan dan dirinya sendiri serta rezki yang diterima dari Allah SWT. Jika dinisbahkan pada alam semesta, maka hukum-hukum fisika adalah takdir Allah. Takdir ini tidak mengalami perubahan dan manusia tidak dikarunia kemampuan untuk mengubah takdir, seperti pada ayat tersebut.
    Kalau dalam menjalani hidupnya dia punya, misalnya 10 pilihan maka setiap pilihan adalah takdir baginya. Kalau itu benda seperti air, maka air memiliki masa dan bersifat cair, lalu pada temperatur sekian-sekian, tegangan permukaan sekian-sekian. Ini adalah takdir. Tidak berubah.
    Nasib (sekali lagi, yang saya pahami) adalah kalau dari 10 pilihan, adalah satu pilihan yang kemudian dijalani. Mengundi nasib, adalah mengundi pilihan-pilihan takdir.

    Jadi kalau cara pandang ini saya kaitkan dengan kurban Nabi Ismail yang “akan” disembelih ayahnya, maka jika disembelih itu takdir, tidak disembelih juga takdir. Resultante takdir yang diamati adalah nasibnya (dalam hal ini tidak disembelih).

    Catatan/komentar dari Mas Herianto menurut saya sangat tepat dan komprehensif.

    Seperti Mas bilang juga lho : Perjalanan manusia dalam menjalani takdirnya adalah keputusan. Ini menurut saya benar (Allah mengilhamkan jalan ketakwaan dan kefasikan) artinya setiap satu jalan ditempuh, hakikatnya adalah sebuah keputusan. Keputusan yang telah diambil, menghasilkan manusia dalam satu keadaan tertentu. Keadaan tertentu itulah yang dipahami agor sebagai nasib.
    Keadaan itu bisa baik, bisa buruk, tergantung pilihan takdir yang diambil (keputusan dan tindakan yang diambil).

    Jadi singkatnya, saya tidak berasumsi bahwa nasib adalah sebuah keadaan yang sudah ditentukan dan tidak ada perubahan apapun. Nasib hanyalah potret dari perjalanan (pilihan) dari sebuah takdir.

    Kalaupun dalam perbandingan, maka nasib adalah dua posisi takdir pada waktu yang berbeda.

    Saya kira, penjelasan ini ada pada garis pemahaman yang sama dengan Mas Truthseeker, memang ada sedikit perbedaan, tapi tidak prinsipil… 😀

    Suka

  44. haniifa said

    @mas Truthseeker
    Sepertinya penjelasan mas Agor lebih dari cukup ini menurut saya lho…
    Jikalau saya jelaskan yang sudah jelas takutnya malah menjadi Miss FalseSeeker ..)

    Suka

  45. truthseeker said

    @haniifa
    Dengan terpaksa saya merasa cukup.. 😀

    @
    Cukup itulah yang paling sulit dicapai oleh manusia, kita selalu diingatkan agar jangan lupa bersyukur. Bersyukur menjadi kunci dari cukup… (he…he…he… nggak nyambung).

    Namun, kalau jawaban agor juga belum memuaskan… percayalah… kita sama… kita akan berulang-ulang memikirkan kembali. Agor juga merasa tidak tepat dalam menjawab. Namun, itulah yang bisa. Dipaksa lebih… malah nyerah deh… 😀

    Suka

  46. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Sudah nasibnya kita ditakdirkan membahas “Nasib”.
    Sudah takdirnya kita bernasib membahas “Takdir”.
    Benar nggak ya?. Apakah kata-kata ini hanya penjungkir balikan ma’na?.

    Wassalam,

    @
    Wass.ww.
    ha..ha..ha… Kalau Mas Abu sudah sampaikan begini, menurut saya yang benar pernyataan pertama.
    Sedang kedua pernyataan ini; dua-duanya ada di wilayah “takdir”.
    😀

    Suka

  47. truthseeker said

    Sudah nasib (potensi) kita ditakdirkan (memilih) membahas “Nasib”.

    Sudah takdir (pilihan) kita bernasib (memiliki potensi) membahas “Takdir”.

    :mrgreen:

    @
    😀

    Suka

  48. aburahat said

    Luar biasa pembahasan mengenai takdir dan nasib. Saya ingin tambahkan disini secara singkat:
    NASIB merupakan proses perjalanan hidupkan kita dan bisa berubah krn kita mempunyai hak memilih.
    TAKDIR adalah ketetapan Allah yg tdk bisa dirubah krn takdir adalah hasil pilihan kita terakhir yg akibatnya kita terima.
    Oleh krn itu Imam Ali KW menyatakan:”Takdir adalah seperti malam yg sangat gelap dan jgn coba dimasuki atau seperti Lautan yg dalam jgn coba diselami. Yg menjadi masalah sekarang mengapa ada kata Takdir/Qadar. Ini adalah suatu peringatan Allah pd kita utk tdk berputus asa dlm hidup kita apabila mengalami kegagalan. Krn semua kita kembalikan pd Allah. Jd kata TAWAKAL dan TAKDIR adalah dua kata yg sangat erat hubungan dlm ibadah kita utk menjadi orang bertakwa. Orang yg tdk mengenal takdir maka ia gampang berputus asa.

    @
    Hanya sebuah catatan dari usaha memahami kalam Ilahi saja, termasuk masalah takdir dan nasib yang di dalamnya sering menjadi bahan diskusi, wacana atau bahkan sampai pembentukan sikap.
    Dalam hal ketetapan Allah yang berkenaan dengan takdir, seperti
    QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
    Ayat ini secara jelas menyampaikan bahwa kita sama sekali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. Arti yang saya pahami bahwa kita tidak dibekali kemampuan untuk melihat perubahan sunnatullah. Dapatlah dipahami ketika Nabi Ibrahim dibakar, maka kita hanya mengetahui (as a result), tapi tidak memahami prosesnya. Nabi Isa menghidupkan orang mati, dan kita melihat takdir kehidupan dibalik (dari mati menjadi hidup), dan kita tidak melihat perubahan itu bagaimana terjadinya. Demikian juga ketika burung yang dipotong-potong semasa Nabi Musa yang kemudian hidup terbang kembali… kita tidak diijinkan mengetahui perubahan takdir yang terjadi. Takdir yang kita pahami tetap pada kisaran hukum-hukum yang telah ditetapkan yang dikenali sebagai ilmu pengetahuan.

    Selebihnya, sependapat.. tawakal adalah bagian yang diharapkan menjadi bagian dari keinginan agor juga….

    Suka

  49. haniifa said

    @mas Aburahat
    Betul mas, semua yang dipaparkan diatas. 😉
    Persis sama dengan imam masjid di RW saya, waktu khotbah Jum’at sebagai khotib dan menjadi imam pada saat Shalat Jum’at berjamaah.

    Suka

  50. yudhisidji said

    saya pernah mendapat pengertian tentang banyaknya kalimat “dan Aku (Allah) tidak mendholimi kamu (manusia)” dalam kitab kita. uraian singkatnya adalah bahwa kita diciptakan di planet ini sudah dilengkapi (oleh allah) dengan segala perangkat penunjang yg bisa diakses semua sbg fasilitas utk menuju jenjang manusia sempurna. sekali lagi Dia tidak mendholimi kita dengan menciptakan kita tentunya tanpa perangkat pendukung yang komplit-plit untuk “menciptakan takdir” kita sendiri.

    @
    Manusialah yang bersedia (merasa sanggup) menerima amanat Allah untuk menjadi “partner” di alam semesta ini. Tawaran yang diterima itu ditolak mahluk lain karena takut menghianati amanat Allah. Jadi on base, manusia “telah” menzalimi dirinya sendiri. Berikutnya, Allah juga telah mengingatkan manusia di masa sebelumnya tentang keberadaanNya. Ketika dunia, manusia dibekali dan diperlengkapi berbagai persiapan untuk mencapai syarat kembali. Jadi, saya juga sependapat, manusia disiapkan untuk “menciptakan takdir” kita sendiri. Namun, tentu saja pengertian takdir manusia ini sedikit berbeda dengan takdir dalam pengertian AQ. Saya lebih merasa pas menyebutkan “menciptakan tujuan hidup” bukan dengan kata takdir.
    😀

    Suka

  51. aburahat said

    @Mas Agor saya kurang sependapat dg mas Agor mengenai TAKDIR. Mas Agor mengidentitaskan SUNNATULLAH dg TAKDIR berdasarkan QS.48 : 23. Menurut saya :
    SUNNATULLAH : Adalah ketetapan yg tdk pernah berubah dr mula sampai akhir dan kita MENGETAHUI apa ITU yg telah Allah tetapkan sedangkan :
    TAKDIR adalah ketetapan Allah MENDAHULUI END RESULT KEJADIAN pada kita YG TDK BERUBAH Firman Allah dlm S.Yusuf ayat68 berbunyi ” DAN TATKALA MEREKA MASUK MENURUT YG DIPERINTAHKAN AYAH MEREKA, MAKA TDKLAH MEREKA TERLEPAS DARI TAKDIR ALLAH…….
    Jd menurut saya ada perbedaan antara SUNNATLAH dan TAKDIR

    Suka

  52. haniifa said

    Waah… saya agak binguungg lagi neeeh 😀
    Ketetapan := bentuk lampau
    Mendahului := bentuk akan datang
    Hasil akhir := bentuk lampau dan sudah dilalui

    Suka

  53. aburahat said

    @Hanifa
    Saya tdk mau membingungkan orang lho jd saya coba jelaskan agar mas td bingung:
    TAKDIR adalah ketetapan Allah = bentuk lampau (krn sdh ada )
    TAKDIR Bagi makhluk sedang menjalani untuk menuju ke TAKDIR yg
    Allah tentukan tapi kita yg menjalani tdk tau utk me-
    nuju ke TAKDIR yg Allah sdh tetapkan td = TAKDIR masa
    akan datang
    TAKDIR Pada waktu dlm perjalanan td dan mengalami kejadian tsb.
    mk kita tdk bs lagi kembali krn sdh terjadi inilah kata TAKDIR hasil akhir. Cth: Waktu kematian kita Allah sdh tentukan=
    masa lampau. Bagi kita mati masa yg akan datang. Apabila
    kita meninggal maka mati yg kita alami=masa lampau

    Suka

  54. haniifa said

    @mas Aburahat
    Trim’s mas, lebih menjelaskan.
    Yang saya fahami dari penjelasan mas Agor mengenai (QS 48:23) juga demikian bahwa Allah telah menentukan/menetapkan kemenangan yang besar bagi Rasulullah (khususnya) dan kaum muslimin (umumnya) dalam setiap sesi kehidupan.
    Seperti penggambaran yang sangat jelas pada Al Qur’an surah ke-48
    Al Fath, baik pada judul surah dan terutama pada ayat 1 s/d 5.
    Konteks dari Al Fath secara keseluruhan merupakan penggambaran “takdir” yang mas jelaskan sekaligus juga merupakan Sunatullah yang mas Agor jelaskan.

    Saya jadi teringat do’a yang tersirat pada (QS 2:286) :
    ______________________________________________________
    Yaa Rabbana, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Yaa Rabbana, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Yaa Rabbana, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir

    Pesan yang ingin saya sampaikan adalah:
    orang-orang yang sebelum kami := Para Nabi & Rasul berikut para sahabat-sahabatnya.
    tolonglah kami terhadap kaum yang kafir := kaum kafir adalah sebangsa jin yang membisiki diri sendiri (setidaknya memimpin dirinya sendiri) juga terhadap manusia-munusia yang terbuai oleh bujuk rayu syaithan.

    Ini menurut saya lho… 😉 sepertinya tidak ada bedanya pemahaman mas Aburahat dengan mas Agor, hanya dalam perspektif makro dan mikro.

    Suka

  55. aburahat said

    @Hanifah
    Saya bukan ingin perpanjang diskusi kita. Memang klu kita lihat dr SUDUT KETETAPAN benar apa yg mas Hanifah katakan ykni perbedaannya hanya terletak pd perspektif Macro dan Micro. Tapi klu kepada proses maka jauh berbeda. Penjelasannya: Sunnatullah adalah hasil semua ketetapan Allah (walaupuun tdk semua ketetapan Allah adalah Sunnatullah atau dg kata lain semua Sunnatulah pasti ketetapan Allah. Tapi ketetapan Allah tdk pasti menjadi Sunnatullah). Cth Sblm ada matahai , Siang dan Malam dll. Kita tdk bs sdh ada Sunnatullah. Yg mana Sunnatullah? . Tetapi setelah ditetapkan (TAKDR)ada matahari , siang/malam baru kita katakan ada Sunnatullah. Bgm mas Hanifah? Kitakan berdiskusi mencari kebenaran. Dan saya bukan ngoto2tan lho

    Suka

  56. yudhisidji said

    @aburahat……..
    mohon lebih digamblangkan ttg contoh bahwa soal waktu kematian sudah ditentukan Allah. Kita tahu bahwa ada orang dgn umur pendek ada juga yg berumur panjang. Orang orang tertentu yang mampu menjaga kesehatan dengan baik misal seperti di jepang atau di china, banyak diantara mereka mampu bertahan hidup lebih panjang dibanding orang yg mengabaikan masalah kesehatan. Saya pernah mendengar bahwa merokok berarti mengurangi jatah hidup kita di dunia. Bukankah ini “boleh” saya ambil sebagai pengertian bahwa Dia sudah membuat program di alam semesta ini secara logis sebagai dasar sebuah akibat dari suatu sebab.

    Suka

  57. yudhisidji said

    sebelum ada matahari, siang dan malam belum ada sunatullah…. alam semesta ini dulunya berasal dari yang padu, kemudian dipisah-pisahkan……. sunatullahnya pada saat yang padu itu dipisah atau setelah dipisah-pisah ? mohon penjelasan.
    terima kasih

    Suka

  58. aburahat said

    @Yudhisidji
    Ada dua hal yg anda minta penjelasan dan mudah2an anda puas (walaupun tdk 100% krn ketebatasan manusia) tp saya berusaha semaksimal mungkin.
    PERTAMA :Supaya tulisan tdk terlalu panjang maka saya hanya sbt Surah berapa dan ayat berapa ditambah penjelasan sedikit selebih saya hrp anda buka Alqur’an :
    a.S. As Zumar ayat 30 Sesungguhnya kamu akan mati……
    b.S. Al Imran 154. Kamu ditakdirkan mati terbunuh.
    c. Al Imran 145. Waktu kematian telah ditentukan
    d.S. Yunus 10, S.Al An’aam 2, S. Al Hijr 99, S. Thaha 129
    e. S.Fathir 45 Penangguhan kematian.
    f. S. Al Muk’min 67. Ada yg mati muda dan ada tg tua.
    Semua menunjukan waktu mati telah ditentukan. Hanya kita tdk tau kapan kita mati pd umur 10 th, 20thn, 60thn atau 100 thn. Klu ada yg mengatakan: KLU SAYA ATUR POLA HIDUP SAYA UMUR SAYA BERTAMBAH PANJANG. Apakah Allah telah beritahukan bahwa dia akan mati pd waktu umur 60 thn? Lalu dg merobah pola hidup bertambah menjadi 70 thn.? Kan tdk. Jd perobahan pola hidup dan tdk merokok dlsb hanya merupakan perbaikan kesehatan dan bukan memperpanjang umur.Logicnya klu kita mau merobah sesuatu maka kita hrs tau dulu apa itu sesuatu YG KITA MAU RUBAH. thx mudah2an bisa diterima.
    KEDUA:
    Sesuatu yg msh mengalami perobahan bukan SUNNATULLAH. Yg waktu berpadu bkn Sunnatuullah krn dr berpadu itu dia DITAKDIRKAN menjadi Alam Semesta yg kita lihat sekarang dan bergerak dlm ketentuan Allah dan tdk mengalami perubahan sehingga Kiamat. akibat ketetatapan ini yg kita sbt SUNNATULLAH

    Suka

  59. yudhisidji said

    @ aburahat…
    terima kasih banyak sudi repot menjelaskan apapunyang menjadi ganjalan saya. sesungguhnya saya teramat gembira bila bertemu dengan siapa saja atau dimana saja dengan orang2 yang siang malam selalu membahas yg terutama berlandas ketentuan hukum Allah. Alhamdulillah.

    Namun seperti @aburahat sampaikan terkadang dari penjelasan itu (mungkin krn awamnya saya) kurang bisa begitu langsung paham. seperti masalah mati tadi, setelah saya berusaha membuka ayat2 yg anda tulis diatas sangat nyatalah bahwa ayat2 tsb menggambarkan situasi umum atau kondisi yg bakal terjadisbg “semacam pilihan”, namun sekali lagi tidak ada isyarat bahwa allah menentukan kapan seseorang mati.

    apabila keberadaan matahari mewujudkan siang dan malam menjadikan itu sunatullah karena dengan alasan “sudah tidak adanya perubahan sebagaimana halnya kondisi yg padu belum sunatullah karena masih harus dipisah. Bukankah dimensi hukum Allah meliputi kondisi pada saat dihancurkannya semesta ini?? kondisi terakhir setelah semesta ini dihancurkan (saah) yaitu diberdirikan (akhirat). apakah maksud @ aburahat akhirat itulah takdirnya ??

    Suka

  60. aburahat said

    @ MasYudhisidji
    Yg pertama Allah tdk tentukan kapan kita mati. Itu memang pasti. Klu kita kapan kita mati yah kita siap2 aja kira 1 thn kita mati ya menjelang mati kita bertobat dan beribadah. Jd tdk mungkin mas itu RAHASIA Allah. Yg kita bahwa kita pasti mati. Kapan hanya Allah yg. tau. Jadi kita sdg menuju TAKDIR yg kapan nanti kita alami. Besok , seminggu 10 tn lagi waktunya kita td tau.
    Kedua . Bukan AKHIRAT itu TAKDIR tp KIAMAT itu takdir. Dan HARI AKHIR itu TAKDIR. Krn ada hari akhir maka hrs ada tempat utk makhluk Surga atau Neraka (klu ini yg mas maksud dgn AKHIRAT )

    Suka

  61. haniifa said

    @mas Aburahat
    Saya sependapat dengan @mas Yudhisidji ”
    sebelum ada matahari, siang dan malam belum ada sunatullah…(Haniifa: Peredaran matahari). alam semesta ini dulunya berasal dari yang padu, kemudian dipisah-pisahkan……. sunatullahnya (Haniifa: Nilai Awal) pada saat yang padu itu dipisah atau setelah dipisah-pisah ?

    Juga saya sependapat dengan mas, yaitu :
    Kitakan berdiskusi mencari kebenaran. Dan saya bukan ngoto2tan lho

    Nah… dalam hal ini, sepertinya kita semua sama yaitu mencari pemahaman sesuatu yang mungkin (bisa katakan tidak) mengerti seutuhnya.
    Sehingga saya mencoba menulis ini.

    Berapa seeh Allah memberikan nilai awal kehidupan dunia ?

    Esensinya adalah….
    Firman Allah Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir :
    Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS 36:82)

    “Jadilah!” := Nilai Awal + Akal dan pemikiran Manusia + Nilai Akhir

    Begitu juga nilai-nilai pemahaman manusia terhadap “Sunnatullah”, “Takdir”, “Kiamat”, “Berbagai disiplin ilmu pengetahuan”,…. dsb.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  62. haniifa said

    @mas Aburahat & @mas Yudhisidji
    Jujur neeh…. 😀
    Saya berbeda dengan istri… tingkat pemahaman, masalah ekonomi, latar belakang pendidikan, jenis kelamin … dsb.
    Insya Allah, yang membuat sampai saat ini saya masih bisa harmonis berumah tangga adalah bukan mencari perbedaan yang nyata… akan tetapi perspektif problematika dihadapi dengan kebersamaan (baca: mencari solusi bersama, karena memang harus dihadapi sama-sama)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  63. yudhisidji said

    “Jadilah!” := Nilai Awal + Akal dan pemikiran Manusia + Nilai Akhir

    @hanifa…. ini suatu hal baru yang sangat luar biasa. sebagai catatan tambahan bila Allah berkata “jadilah”…. ternyat Dia tetap menyertakan hukum sebab akibat yang tentunya dalam frame yang bisa dipahami manusia. sebagai contohnya saat Dia ber “jadilah” atas isa as ternyata tetap saja isa as dihamilkan kurang lebih 9 bulan, sedangkan fakta maryam tdk bersuami bisa dijelaskan melalui teori parthenogens atau hermaprodhit dalam hewan. begitu pula “jadilah” pada alam semesta ini setelah dijelaskan pada ayat2 lain ternyata selama bermasa-masa. SEbuah pemikiran bagi kita bahwa “jadilah” tidak sama dengan sim salabim
    wassalam, yudhisidji

    Suka

  64. haniifa said

    Sekali lagi mohon maaf:
    Ketika alam semesta ini bersatu padu := Sunnatullah.
    Ketika kita saat spermatozoa := Sunnatullah
    Ketika spermatozoa bertemu ovarium := Sunnatullah
    Ketika perubahan dari anak kecil menuju aqli baligh := Sunnatullah
    Ketika perubahan cara pandang/ berfikir/ kebijaksanaan / toleransi := Sunnatullah.

    Suka

  65. truthseeker said

    @yudhisidji Berkata:
    Juni 2, 2008 pada 10:07 am

    SETUJU..!!!

    Suka

  66. truthseeker said

    @yudhisidji Berkata:
    Juni 2, 2008 pada 10:34 am

    BERRATTT…!!!… :mrgreen:

    Suka

  67. aburahat said

    Tolong teman2 dlm KUN Nya Allah jgn berpikir dg pola pikir kita. Dlm KUN Nya Allah sdh ada segala sesuatu (berencana) yg kita alami sekarang. Jd KUN Nya Allah lalu FAYAKUN itu rencana dr Awal sampai Akhir

    Suka

  68. truthseeker said

    @yudhisidji

    Selamat kenal mas yudhsidji. Salut atas analisa2 kritisnya.
    Kalau boleh saya nimbrung diantara diskusi mas ydhi dg P’ Abu Rahat.
    1. Maut & Umur:
    Saya sendiri mempunyai konsep yg sedikit berbeda ttg masalah maut dan umur. Maut/mati dan Umur adalah 2 hal yg berbeda. Kita tdk akan kesulitan menemukan dalil di Al Qur’an bhw semuamakhluk akan mati/musnah. Dari sini saya berpendapat bhw maut/mati adalah takdir. Namun umur adalah hasil usaha manusia dg dibatasi oleh sunatullah.
    Tentunya Allah yg maha Tahu telah mengetahui (dan mencatat) seluruh perjalanan alam semesta ini. Dari sifat Maha Tahu Allah mencatat/menetapkan umur manusia. Namun manusia diijinkan berikhtiar utk menjadi umur panjang atau pendek.
    Kesulitan pemahaman akan terjadi pd saat kt menyalahartikan catatan Allah di Lauful Mahfudz sbg ketetapan Allah secara paksa.
    Sehingga kita akan menemukan kontradiksi2. Jadi dg kata lain kt bs katakan bhw catatan tsb adalah jg catatan dr perjalanan ikhtiar manusia.

    2. Sunatullah sebelum penciptaan langit & bumi:
    Saya akan coba berkomentar, namun sy sendiri blm mempunyai konsep yg tuntas ttg hal ini, namun sy cb berkomentar atas apa2 yg telah teman2 sampaikan utk mencoba mengkritisi shg teman2 bs meneruskan utk kt semua dapatkan konsep yg tuntas.
    Pertama2 saya ingin mengingatkan bhw jgn kt terjebak bhw sunatullah itu adalah sekedar siang malam, krn telah adanya langit dan bumi (matahari, bumi dll). Sunatullah ada banyak sekali, dan sunatullah yg tdk ada sebelum yg pasu tsb dipisahkan.
    Namun komentar sy ini jg bukan berarti bhw pasti ada sunatullah sebelum penciptaan.
    Tapi jk kt bahas dr sisi filosofis, mk akan sampai kita pd pemahaman bhw sunatullah tdk ada sebelum penciptaan, krn belum ada makhluk yg menjalani sunatullah tsb. bagaimana ada gravitasi jika tdk ada lebih dr satu materi? Jadi kt kayaknya hrs terlebih dahulu mendudukan dg benar apa arti kata ada.. :mrgreen:
    Apakah kt bs katakan gravitasi itu ada jk tdk ada materi yg ditarik?, apakah bs kt katakan takdir maut/mati itu ada jika blm ada makhluk yg hidup?

    Suka

  69. truthseeker said

    @yudhisidji Berkata:
    Juni 2, 2008 pada 2:03 pm

    SETUJU..!!!!

    Suka

  70. haniifa said

    Teori parthenogens atau hermaprodhit

    Pengkodean:
    Manusia Laki-laki := x x
    Manusai Wanita := x’ y

    Result:
    1. Anak laki-laki := x x’—(x’ dari ibu)
    2. Anak laki-laki := x’x —(x’ dari ibu)
    3. Anak perempuan := x y —(x dari ayah)

    Firman Allah dalam surah An Nisaa :
    llah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan ;…” (QS 4:11)

    Wanita : Laki-laki := 2 : 1 — Cocok 😀

    Nah… Pengkodean hermaprodhit
    1. Tidak berjenis kelamin := x x x’y
    atau…
    2. Tidak berjenis kelamin := x x’y
    atau…
    3. Tidak berjenis kelamin := x x y
    Anak saya pernah beli anak ayam petelur, dan pada saat menjadi ayam dewasa…. 😀 Ayam tersebut menghasilkan “Telur”, Alhamdulillah… saya goreng buat sarapan. 😀

    Sungguha luar biasa jika para ilmuan memaksakan diri pengkodean manusia menjadi x x y … 8) 8)
    Selain menghina Nabi Isa a.s, juga menghina para ilmuan biolog.

    Soal Nabi Isa a.s anak Maryam, itu sudah Sunnatulllah… dan manusia tidak akan pernah bisa mengubahnya atau meniruNya.
    Subhanallah…

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  71. yudhisidji said

    terima kasih @ haniifa sudah memberi warning sedemikian keras kepada saya. namun demi Dia yang saya pasrah atas apa yang sudah Dia tentukan untuk sekuatnya saya ikuti. sedikitpun tidak mungkin saya menghina nabi besar isa putra maryam.berpikirpun tidak.memang perlu pencermatan dan kearifan dalam diskusi untuk mencapai sesuatu yang haq/logis, dan saya memahaminya dengan sedikit logika saya yang pas-pasan.
    seperti halnya dalam penterjemahan 7/189-190, di sana mas depag memberi kurung adam sbg manusia pertama yang kemudian kafir/menyekutukan Dia dengan yg lain. apa adam pernah kafir? atau terjemahan itu ada yg salah atau apa.
    termasuk analisa ttg isa tentunya. sekali lagi tidak mungkin saya bermaksud menghina, tapi bila itu membuat tidak enak saudara2 lain saya mohon maaf…..
    @truthseeker terima kasih dan salam kenal juga

    Suka

  72. aburahat said

    @YUdhissdji
    Saya rasa dlm hal berdiskusi kita tdk mempunyai Heartfeeling tdk ada rasa tersinggung jd tdk perlu anda minta maaf kita saling mengerti bahwa dlm diskusi sering ada emosi. Tp kemudian sadar

    Suka

  73. haniifa said

    Sulit saya mengatakan… kekaguman dan kebanggan dapat berdiskusi dengan terbuka, salam hormat secara pribadi kepada:
    @mas Yudhisidji
    @mas Truthseeker
    @mas Aburahat
    @mas Abudaniel

    dan tidak lupa…
    @mas Agorsiloku berikut rekan-rekan diskusi…

    Semoga Allah,selalu melimpahkan rahmat dan curahan kasih sayangNya, Amin.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  74. truthseeker said

    @haniifa Berkata:
    Juni 2, 2008 pada 1:59 pm

    Saya berbeda dengan istri… tingkat pemahaman, masalah ekonomi, latar belakang pendidikan, jenis kelamin … dsb.

    Terima kasih infonya, skr saya sdh tahu kalau anda bukan mba Haniifa melainkan mas Haniifa… :mrgreen:

    Suka

  75. haniifa said

    @mas Truthseeker
    Ha.ha.ha.
    Seandainya… Haniifa,MBA
    Sayangnya mimpi… 😀

    Suka

  76. aburahat said

    @Hanifa
    Sama2 kita smua gembira dn berkenalan dan berdiskusi. usul mas supaya lain orang baru jgn kecele saya sendiri hampir ditambah Abu didepan

    Suka

  77. hahaha.com said

    seorang guru bertanya kpd muridnya pd saat pelajaran sejarah…

    Guru: “andi! coba kmu jelaskan knp pangeran diponogoro bisa trtangkap oleh Belanda?”

    Murid: ” Gampang pak! Jawabannya krn…krn..SDH TAKDIR PAK!”

    ‘lah klu bgtu indonesia dijajah 350 tahun jg…SDH TAKDIR.

    seorang profesor brtanya kpd seorang mahasiswa…

    Profesor:”Apa kmu tau knp di indonesia bnyk koruptor?”

    Mahasiswa:”Karena banya pejabat yg menganggap dirinya sdh ditakdirkan menjadi koruptor”

    ‘lah kapan insyafnyaaa…..

    @
    ha…ha…ha… kapan insyafnya… 😀
    Masih menunggu takdir atau lapor ke KPK….

    Suka

  78. wahyu said

    makasih semuanya

    begini kesimpulan saya
    takdir adalah hukum Allah yang berdasar pada sebab akibat dari perbuatan manusia. bener nggak sih?

    kalo memang takdir tidak bisa berubah misal kita ditakdirkan masuk neraka (walupun tidak tahu takdir kita akan kemana nantinya) apakah usaha kita didunia untuk bisa masuk surga menjadi sia-sia?

    Tentu hukum Allah tidak seperti itu.

    @
    Takdir adalah hukum Allah. Itu yang baru saya pahami. Sedang sebab akibat dari perbuatan manusia adalah pekerjaan manusia yang memanfaatkan hukum-hukum Allah atau sunnatullah ini. Dengan pemahaman ini, maka jika “saya dengan tangan saya melemparkan bola ke atas”, maka sunnatullah bola akan bergerak ke atas ketika percepatan ke atas lebih besar dari gaya tarik bumi, kemudian jatuh ke bawah karena ditarik gaya tarik bumi. Itu sunnatullah. Kalau kemudian bola yang jatuh ke kepala saya maka sunnatullah pula bahwa saya menjadi klenger karena bola itu. Kalau saya menghindari bola jatuh ke kepala saya dan saya bergeser lalu menangkap dengan tangan saya, maka sunnatullah pula tangan saya bisa bergerak untuk menangkap bola yang ditarik oleh gaya tarik bumi itu. Esensi seluruh kegiatan manusia melempar bola dan menangkap bola kembali — dalam konteks ini — adalah pelaksanaan dari kehendak mutlak Allah.

    Manusia tidak bisa mengubah sunnatullah ini dan manusia tidak memiliki karunia apapun untuk mengubah sunnatullah itu. Namun, manusia dikarunia pilihan untuk melemparkan bola itu ke atas, menangkapnya, atau tidak melemparkan bola itu atau bahkan menjual bola itu ke orang lain. Semua kejadian pada bola itu menjadi mungkin dan satu kejadian menjadi terjadi ketika sebuah perbuatan dilakukan dalam sunnatullah tersebut.

    Berangkat dari sini, maka bola ditangkap atau menimpa kepala atau dijual adalah pilihan-pilihan yang dijalani oleh manusia tersebut. Dalam pemahaman saya, takdir itu seperti ini. Jadi takdir masuk neraka atau surga bukanlah takdir final, tapi takdir pilihan dari output setiap tindakan dalam kerangka sunnatullah.

    Allah tentu saja dengan posisi Maha Mengetahui tentu mengetahui bahwa pilihan manusia itu adalah menangkap bola !.

    Suka

  79. Anonim said

    di hindu takdir karma yg berasal dari hasil perbuatan kita kehidupan yg lalu
    “Agung” bali

    @
    saya lupa lagi, bagaimana konsepsi agama Hindu tentang takdir. Perbuatan masa lalu yang mana, dari generasi mana, bagaimana logika jika terjadi untuk seluruh kejadian manusia, bagaimana resultante penjumlahannya dari lahir – hidup – mati berkali… kali….
    Apakah sama konsepsi ini antara Hindu di India dengan Bali atau dengan di Gn Bromo misalnya..
    Banyak hal memang tidak agor pahami juga…

    Suka

  80. Anonim said

    segala yang kita alami sekarang itu seperti raport dan nilai nilainya dari kehidupan dan kelahiran masa lalu yang berulang ulang di agama hindu dan budha ini disebut dengan ” KARMA ”
    kalo kita berbuat baik sekarang maka nilainya atau point nya yang mendapatkan pada kelahiran kita berikutnya

    @
    Hidup saat ini adalah seperti rapor dan nilai-nilai kehidupan dan kelahiran masa lalu yang berulang-ulang, tapi karena manusia hidup datang dari dua raport berbeda (ibu dan bapak) maka kehadiran kita di dunia adalah gabungan dua raport sebelumnya. Begitu juga dengan turunan-turunan selanjutnya akan dipenuhi oleh kombinasi dari nilai-nilai raport sebelumnya…..

    Suka

  81. meelala said

    sampai detik ini sudah banyak yang saya baca tapi saya tetap belum puas dengan penjelasan yang disampaikan tentang takdir menurut kesimpulan saya seolah olah manusia itu hanya sebagai wayang yang dimainkan oleh allah karena segala sudah ditentukan allah kita masuk neraka atau surga, karena bila terjadi sesuatu yang menimpa manusia seakan itu kehendak allah memang sudah ditentukan demikian, saya tidak setuju dengan pola pikir seperti ini.manusia diberi hak oleh allah untuk memilih jalan yang baik dan benar atau memilih jalan yang jelek, yang akhirnya kita sendiri yang akan menentukan ke surga atau ke neraka..Saat ini yang masih menjadi pemikiran saya tentang umur manusia, apakah benar sudah ditetapkan oleh allah? kita ini dikasih sekian umurnya?, mau menjaga kesehatan atau tidak, bagaimana saya mohon tanggapannya.

    @
    Memang betul, manusia diciptakan seperti kendaraan mobil juga. Ada batas kecepatannya, ada volume mesinnya, ada batas kekuatannya yang ditetapkan oleh pabrik pembuatnya. Tentu saja manusia lebih kompleks dan rumit. Namun, seperti mobil, potensinya terukur dan jelas. Kalau dipelihara dengan baik maka nilai depresiasinya sama tapi biarpun nilai bukunya sudah nol, tapi tetap bisa dipakai dengan baik. Kesehatan yang terjaga, kehati-hatian adalah pilihan yang membuat umur mobil (manusia) menjadi lebih panjang dari rata-rata. Ini pemahaman saya.
    Di lain sisi, setiap langkah kehidupan ada dalam lingkup kehendakNya yang begitu luas dan kita tidak mampu mengukurnya. Sebagian dari padanya adalah hal ghaib buat kita. Apa yang terjadi besok adalah penjumlahan resultante dari seluruh unsur-unsur kehidupan. Ada milyaran kehendak dari setiap titik kehidupan, kita tidak bisa merumuskannnya.
    Kejadian dalam konteks kehendak Allah seperti ditegasi, diilhamkan jalan kebaikan dan jalan keburukan. Diberikan kesempatan memilih (menggunakan potensi yang diberikan) untuk menjalani kehidupannya di dunia.
    Konteks takdir dalam konsepsi Islam, tentu tidak bisa dibatasi hanya pada ukuran-ukuran dunia. Namun fenomena lengkap sampai ke alam akhirat dimana dunia menjadi salah satu bagian dari stasiun perjalanan….

    Suka

  82. aburahat said

    @meelala

    Selamat kenal. Saya coba menanggapi pertanyaan saudara dengan Firman Allah berikut:

    1. Dalam Surah Al-Faatir:11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.

    2. Dalam Surah Al-An’aam: 60. Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.

    Menurut ayat tersebut diatas saya tafsirkan bahwa umur kita telah Allah tetapkan. Tapi kita tidak tahu berapa panjang umur kita. Wasalam

    Suka

  83. faisal dan nirwan said

    assalamualaikum, keselamatan kesejahteraan bagimu dan rahmat Allah dan berkah-Nya,,,
    kami tidak mau berpendapat,,,khususnya masalah takdir dan nasib
    dalam Al-Qur’an daN As-Sunnah:
    1) Firman Allah tentang pribadi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
    ”Padahal Allahlah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat.”(Ash-Shaffat: 96)
    dalam ayat di atas: segala sesuatu apa yang kita perbuat telah diciptakan oleh Allah, jika Allah telah menciptakan perbuatan kita dalam Lauh Mahfuzh, kapan Allah menciptakan perbuatan manusia?
    2) Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhuma berkata,
    ”Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah telah menulis ketentuan seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selang waktu lima puluh ribu tahun.” (HR. Muslim)

    jadi jika kita sudah ditakdirkan segala sesuatunya, sudah ditakdirkan masuk syurga atau masuk neraka,sebelum kita melakukan amal, maka apa yang harus kita lakukan?

    jawab:
    kita hanya bisa berserah diri akan ketetapan Allah, tapi jangan berputus asa atau mengatakan : “percuma kita beribadah jika kita sudah ditakdirkan masuk neraka! “,
    maka wahai para sahabat BERAMALLAH mudah-mudahan kita termasuk yang ditakdirkan menjadi orang shaleh, berserah diri, dan diwafatkan dalam keadaan ISLAM, AMIIIN…..karena dalam hadist :
    Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dan lafazh dari riwayat Imam al-Bukhari dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya Nabi bersabda.
    ”Setiap orang dari kalian telah ditentukan tempatnya di Surga atau di Neraka. Seseorang bertanya, ‘Kenapa kita tidak pasrah saja, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Jangan, akan tetapi berbuatlah karena masing-masing akan dimudahkan”. Kemudian beliau membaca ayat, ‘Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa.” (AI-Lail: 5)
    wassalam wahai sahabat jangan lah kita termasuk yang mendapatkan fitnah sang DAJJAL kita tunggu kedatangan Al- Mahdi!!

    @
    Perdebatan dan aliran mengenai pemahaman takdir dari ayat yang disebutkan telah dijalani sejarah Islam dari masa ke masa dan menimbulkan aliran-aliran yang memiliki paham yang tidak jarang saling bertabrakan antara pendekatan kemutlakan dan pengembangan potensi kemanusiaan. Beragam aliran dengan dasar-dasar filsafat keislaman maupun dari sumber lain yang berinteraksi telah begitu banyak dibahas oleh para ulama dan pemikir agama. Adakah manusia memiliki kebebasan memilih atau tidak punya pilihan. Bagaimanakah kita memahami “segala sesuatu apa yang kita perbuat telah diciptakan Allah”. Demikian juga dengan hadis yang disitir tentang ketentuan seluruh mahluk telah ditetapkan…. Demikian juga dengan ajakan kebaikan, sudah ditetapkan. Apakah keburukan juga ditetapka?, apakah neraka dan surga dimasuki juga sudah ditetapkan?. Pertanyaan lebih penting lagi : Apa yang dimaksud dengan ditetapkan?.
    Wassalam.

    Suka

    • faizal said

      sudah wahai kawanku,,sudah,,,sudah di tetapkan. yang paling sadar sudah ditetapkan celaka ialah “iblis!” iblis sudah ditetapkan menjadi mahluk yang mendurhakai Allah,,dan ditakdirkan membenci manusia, dan ditakdirkan masuk neraka! iblis sudah menyadari hal itu,,,

      ditetapkan itu maksudnya ditakdirkan,,,.

      maka Tuhan mana yang bisa mengubah ketetapan Allah.

      Suka

  84. faisal dan nirwan said

    asslmlkum wr wb
    oiya buat meelala :

    memang seperti itulah kehendak Allah, kita tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi orang-orang yang berserah diri pada ketetapan Allah lah yang selamat Akhirat…

    Allah itu maha kaya, betapa banyak kaum Nuh.as yang telah dibinasakan oleh Allah, kaum Aad, kaum Tsamud, Kaum Luth, Kaum Madyan, fir’aun, semuanya itu ditakdirkan diazab di dunia dan ditakdirkan menjadi penghuni neraka di Akhirat…betapa banyaknya manusia yang dibinasakan seprti kaum-kaum yang di atas, dan Allah tidak rugi membinasakan mereka, Allah maha kaya, Allah bisa menciptakan mahluk yang lebih baik dari mereka, dan kita tidak bisa menuntut hak/protes apapun kepada Allah, seperti menuntut kepada atasan kita.

    pertanyaan: mengapa Allah menciptakan neraka dan syurga?
    jawab: yaitu supaya ada penghuninya, dari golongan manusia dan jin.
    maka haruslah ada manusia yang ditakdirkan masuk neraka! maupun sebaliknya,pahamilah ini!

    pertanyaan :Apakah kita termasuk yang ditakdirkan masuk neraka?
    jawab : itu sangat mungkin terjadi, tetapi Allah lah yang mengetahui hal yang Ghaib.
    Allah tidak rugi jika Allah mengazab kita yang hanyalah ciptaan-Nya,

    maka beriman lah, brtakwalah,berserah dirilah,mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang beruntung, atau ditakdirkan masuk syurga, Amiin….

    Suka

  85. faisal dan nirwan said

    asslm wrwb

    pertanyaan: mengapa yang menjadi penghuni neraka adalah golongan manusia dan jin?
    pertanyaan: mengapa Allah tidak menciptakan manusia dan jin untuk menjadi penghuni syurga saja?
    jawab:
    * karena Allah ingin “disyukuri” oleh mahluknya, itulah SIFAT ALLAH
    * karena jika semua manusia masuk syurga niscaya tidak ada yang bersyukur kepada Allah
    * karena inilah ketetapan Allah dan Tuhan mana yang bisa mengubah ketetapan Allah ( Lauh Mahfuzh )
    * ingatlah kisah ketika Allah mengusapkan ke sulbi-sulbi Adam as,keluar ruh hitam dan ruh(anak cucu Adam as calon bakal penghuni neraka) dan ruh putih (sebaliknya), lalu Adam berkata: tidak adil jika ada anak cucuku masuk neraka padahal mereka belum beramal. lalu Allah menjawab : karena Aku ingin “disyukuri”.

    maka BERSYUKURLAH kita ditakdirkan mempunyai ilmu ini yang sudah ditulis dalam Lauh Mahfuzh, sehingga kita mempunyai tujuan hidup yang sebenarnya di dunia ini, yaitu tujuannya orang pertama kali di dunia Adam as, yakni ingin kembali lagi syurga! dan jangan tertipu lagi oleh iblis lagi di kehidupan di dunia ini.. Amiin

    @Wass.wr.wb.
    Pertanyaan dan jawaban ini cukup menggelitik lho Mas. Jawaban yang menarik. Kalau boleh, ijinkan agor memberikan sedikit catatan. Khususnya mengenai konsepsi Syukur. Blog Beranda suluk menjelaskan di sini.

    Bersyukur merupakan konsepsi sikap dan perilaku. Konsepsi perilaku baik adalah syukur dan konsepsi perilaku lawannya adalah kufur. Konsepsi syukur adalah bertambahnya nik’mat dan kufur adalah azab. Azab datang saat di dunia atau kelak (setelah mati) sebagai konsepsi perjalanan manusia yang akhirnya kembali kepada Penciptanya.
    Bersyukur adalah pilihan, bukan karena Allah ingin disyukuri. Allah tidak membutuhkan dan “ingin” disyukuri, karena jika konsepsi ini kita terima, berarti Allah adalah subjek yang membutuhkan dari yang diciptakanNya. Ini menyalahi kodrat kemahaan dari Sang Pencipta. Kita berdoa untuk diri kita atau orang lain, beribadah kepadaNya adalah bagian dari usaha kita membangun jati diri untuk melangkah menuju kepadaNya dalam segala ridhaNya.
    Jadi perintah Allah agar bersyukurlah kepada nikmat yang diberikanNya kepada manusia adalah konsepsi untuk memanfaatkan dalam sikap dan tindakan yang manfaatnya serta konsekuensinya akan diterima manusia.
    Contoh lebih sederhana : kita memiliki dua orang anak, masing-masing kita berikan uang 100 ribu. Anak yang bersyukur akan memanfaatkan uang itu dengan berguna dan karenanya membuka peluang multi efek untuk membuat uang 100 ribu itu menjadi lebih banyak lagi. Tetapi anak yang satu lagi memanfaatkannya untuk berfoya-foya dan seketika habis. Pemanfaatan ini menimbulkan akibat teguran dan kegagalan anak itu memanfaatkan pemberian secara baik yang akhirnya merugikan anak itu sendiri.
    Wassalam.

    Suka

    • faizal said

      hay agor keselamatan dan kesejahteraan untukmu,,^_^,,
      maaf baru bls,,
      sifat Allah itu banyak wahai kawanku,,,cnth: ingin disyukuri, ingin disembah,,ingin adil dll…berimanlah pada sifat-sifat Allah!
      maka Allah sering berkata : sembahlah Aku,,,Bersyukurlah padaku,,
      dan Allah tidak pernah berkata:
      “Aku tidak suka berlaku adil”. mengapa seperti itu? karena itulah sifat Allah.

      jika tentang cntoh anak 1 rupiah ^_^,,
      berarti anak yang memanfatkan dan tidak memanfaatkan uang tadi sifat anak tersebut sudah ditakdirkan seperti itu! oleh Allah,,,!
      bisa saja jika Allah menghendaki, semua anak tersebut memanfaatkan uang tersebut,atau pun sebaliknya Allah menghendaki anak tersebut tidak memanfaatkan uang tsb.
      walahualam

      nah jadi bersyukurlah jika kita ditakdirkan oleh Allah menjadi anak yang bersyukur tsb. ditakdirkan mempunyai sifat seperti anak yang bersyukur tersebut.
      maka berserah dirilah atas ketetapanNya, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, barang siapa berputus asa maka dia adalah orang kafir.wasalm

      Suka

  86. Anonim said

    Bagaimana kalau seorang isteri mencintai orang lain setengah mati meskipun tidak sampai harus berbuat “maksiat” dan ingin kawin dengannya yang beralasan bahwasanya sewaktu jatuh cintapun itu merupakan takdirnya..? Sebagai catatan si isteri ini sadar betul bahwasanya ada usaha untuk merayunya dan dia menikmatinya meskipun sadar itu keliru? Yang dia yakini adalah bahwasanya Allah telah memilihnya untuk menjalani uji cobanya dengan mencintai orang lain tersebut sampai harus berbohong kepada keluarganya dan berani bercerai dengan suaminya hanya untuk menutupi identitas lelaki yang dicintainya. Oh iya, salah satu alasan kenapa si isteri tidak ingin kawin dengan lelaki ini adalah (1) beda usia sekitar 20 tahun dan (2) si lelaki ini belum mapan untuk menghidupi satu keluarga. Terimakasih atas jawabannya ke email saya tersebut…

    @
    Saya mohon maaf, tidak dapat dan tidak tahu harus menjawab bagaimana untuk hal-hal seperti ini. Saya bukan ahlinya. Banyak hal yang saya sendiri tidak mengerti. Namun, saya percaya bahwa takdir tidak berada dalam konsepsi berpikir ini. Takdir yang saya pahami bukanlah ketentuan pada satu pilihan, tapi pada ragam pilihan kehidupan. Apalagi yang tumbuh di sekitar cinta… yang pemahaman agor sendiri masih sangat minimal.
    Namun, saya lebih suka berpikir konsekuensi dari peristiwa. Misal, isteri berbohong (tidak menjelaskan) identitas atau menjelaskan akan berakibat apa?, mana yang lebih baik konsekuensinya?. Bagaimana kita menanggapi sebuah kejadian dan bagaimana langkah-langkah yang kemudian diperkirakan akan terjadi. Apakah tahu itu lebih penting dari pada tidak tahu. Namun, selebihnya, saya memang tidak memiliki pemahaman yang baik di wilayah ini… mohon maaf.

    Suka

  87. […] pilihan hidup itu adalah sebuah garis takdir, buat saya justru apa yang kita pilih justru itulah takdir sekalian […]

    Suka

  88. […] pilihan hidup itu adalah sebuah garis takdir, buat saya justru apa yang kita pilih justru itulah takdir sekalian […]

    Suka

  89. agung nugroho said

    pertama untuk tau yang mana sh takdir qt,gampang:

    kita harus tau siapa sih kita itu, kayak gimana sifat kita, trus dengan segala sifat yg kita miliki apa aja yg akan terjadi jika kita berinteraksi dengan sifat2 makhluk Allah lainnya

    semua itu ibarat air,qt tau air itu merupakan benda cair, sifatnya basah, memadamkan api, jika di panaskan menguap, jika didinginkan membeku,

    permasalahannya kenapa qt gk bisa tau takdir qt, masih sedikit dari sifat yg kita miliki itu yg kita ketahui/ kita sadari,belum lagi qt masih sedikit juga pengetahuan qt mengenai sifat2 makhluk-Nya, nah tepat sekali qt memiliki keterbatasan untuk mengetahui sifat qt dengan lingkungan qt(tingkat keakuratan qt mengenal diri sendiri,makhluk-Nya,dan Diri-Nya terbatas)

    sekiranya kita tau bahwa air itu jika di panaskan akan menguap menjadi asap, nah itulah takdir

    kita mau memanaskan air tapi kita gk tau di tempatkan dimana air itu,trus bagaimana caranya?apakah pakai api apa sinar matahari, hasil dari setiap cara yg di gunakan akan berbeda, yg kita tau ,kita cuma mau memanaskan air,

    terbatas banget kan pengetahuan kita, jd kita gak tau apakah semua air itu akan menjadi asap / sebagian

    seperti itulah kita, qt gk bisa tau seperti apa takdi kita kecuali qt memiliki pengetahuan yg cukup

    untuk mampu mengubah takdir,qt harus tau dulu seperti apa takdir qt?

    takdir qt aja gk tau , gimana bisa qt ngubahnya?

    okelah, anggaplah qt tau takdir qt,misalkan hr ini gw klo makan nasi pasti mati,berarti satu satunya jalan supaya gk mati, hari ini gw gak boleh makan nasi

    alhasil qt menganggap qt berhasil mengbah takdir qt

    padahal apa yg qt ubah itu merupakan takdir yg sesungguhnya, jadi takdir qt yaitu mengubah dari tadinya mau mati jadi gak jadi mati,

    sebenarnya anggapan bahwa qt mengetahui takdir itu salah karena seperti yg saya katakan tadi pengenalan sifat makhluk2-Nya dan Diri-Nya terbatas, padahal qt adalah makhluknya

    qt tau hr ini makan nasi pasti mati,tp qt jg harus tau klo qt tau kondisi tersebut ,qt sebagai pemilik sifat,yaitu sifat ingin mengubah keadaan adalah merupakan takdir juga

    jadi berubahnya kondisi dari mau mati tapi gk jadi itulah takdi sesungguhnya, jd gk bisa qt bilang qt berhasil mengubah takdir, karena ada tkdir yg qt lupakan yaitu hasrat qt untuk tetap hidup adalah merupakan takdinya juga

    moon maaf klo ribet bahasanya

    @
    Terimakasih catatannya Mas Agung… rasanya penjelasannya sama dengan juga dengan pemahaman agor… Terimakasih juga sudi berkunjung ke blog agor ini… 😀

    Suka

  90. […] Sumber: https://agorsiloku.wordpress.com/2008/03/16/mampukah-manusia-mengubah-takdir/ […]

    Suka

  91. Irawan Danuningrat said

    Menurut hemat saya, takdir adalah segala KEJADIAN yg telah terskenario untuk dijalani sebagai rangkaian kehidupan kita,di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang.

    Dianalogikan dengan kisah/babad Bharatayuda, semua kejadian yg tertuang dan dialami oleh seluruh pelakonnya, keluarga Kurawa dan Pandawa, semuanya telah diskenariokan sejak awal oleh Mpu Wyasa.

    Semua pembaca “babad bharatayuda” pasti mengetahui bahwa semua tokoh dalam ceritera tersebut menjalani semua episode yg dibuat Mpu Wyasa sesuai peran masing-masing, tanpa mengetahui bagaimana skenario yg ada dalam buku skenario Mpu Wyasa (“lohmahfudz”). Meskipun demikian, kita bisa membaca bahwa dalam babad tsb terdapat episode yg menyiratkan adanya “pembocoran” TAKDIR warga Kurawa buatan Mpu Wyasa tsb. Bocoran “takdir” tsb a.l. muncul dlm episode kelahiran Gatutkaca yg ketika dipotong ari-arinya warangka [sarung] panah Kunta milik Adipati Karna masuk dan menghilang dalam perut Gatutkaca. Melalui tokoh Kresna Mpu Wyasa (sang pembuat skenario) “membocorkan skenario masa depan” kepada seluruh putra Pandawa, juga kepada seluruh pembaca, bhw Gatutkacalah yg bakal menjadi penyelamat Pandawa dalam perang Bharatayuda yg kelak pasti terjadi, dari gempuran panah Kunta Adipati Karna. Dengan mengetahui hal tsb, keluarga Pandawa selain menggembleng & melatih Gatutkaca dengan berbagai ilmu kedigjayaan, mereka juga begitu concern atas keselamatan Gatutkaca agar ksatria ini tetap eksis hingga terjadinya perang Bharatayuda (mungkin sekalian berharap pula mudah-mudahan Gatutkaca mampu tetap hidup menghadapi terjangan panah Kunta tsb).

    Bocoran “takdir” lainnya terhadap para pembaca dan tokoh pelaku Bharatayuda a.l. tentang kehidupan Durna (kelak binasa terkena panah titisan Erawan yg mati terpanah Durna), kehidupan Prabu Destarata dll.

    Meskipun telah mengetahui “takdir”nya dan tak sedikit ikhtiar yg ditempuh oleh masing-masing tokoh guna mengubah skenario tsb, namun Mpu Wyasa seolah tak bergeming melihat semua ikhtiar tsb dan dia tetap mewujudkan “takdir” yg telah dibuatnya terhadap masing-masing pemeran. Begitu bukan? wah… “kalau begitu apa gunanya ikhtiar?”.

    Menurut hemat saya, semua ikhtiar yg dibuat tsb terbukti sangat besar pengaruhnya. Bayangkan jika jika Gatutkaca tidak digembleng fisik dan mentalnya agar menjadi ksatria digjaya, meskipun karena takdirnya dia pasti tetap eksis hingga datangnya perang Bharatayuda(karena momentum kematiannya ditetapkan terjadi pd perang tsb), kemungkinan besar kondisi dan eksistensi ybs berbeda. Tanpa ikhtiar tsb bisa jadi Gatutkaca hidup merana menderita cacat, misalnya akibat kalah duel melawan Aswatama, atau gila gara-gara stress mengetahui bahwa kelak ia pasti tewas dalam perang, sehingga ketika takdir itu terjadi, kematiannya tidak membawa makna, bahkan ia mati sia-sia sebagai tumbal sebuah perang saudara.

    Ikhtiar yg dilakukan Gatotkaca dan keluarga Pandawa terbukti menjadikan Gatotkaca hidup penuh makna, menjadi sinatria pinilih, gagah, dicintai, terpuji dan gugur sebagai pahlawan yg dimuliakan berbagai pihak, termasuk oleh Mpu Wyasa yang membuat skenario (takdir), sehingga konon beliau memberi Gatutkaca tempat mulia di swargaloka.

    So, tampaknya semua pelaku mustahil mengubah kejadian yg telah diskenariokan (ditakdirkan) Sang Maha Pencipta TANPA CAMPURTANGAN -NYA. Namun demikian Allah swt menganugrahkan potensi, kebebasan dan berbagai peluang untuk MENGUBAH VALUE dari skenario yg mesti dijalani para pelaku dlm hidupnya.

    Di sisi lain, manakala Allah ridla dan berkehendak, apa susahnya mengubah takdir (skenario) yg telah dibuat-Nya sendiri??

    Maka dari itu saya merasa gak terlalu dan gak perlu bingung memikirkan takdir dan peluang untuk mengubah takdir, yg penting kita terus berikhtiar menggapai hidup terbaik dengan perbuatan nyata yang tidak menyalahi larangan-Nya, dibarengi doa memohon Allah berkenan menganugrahkan yang terbaik menurut-Nya bagi kita. Amin

    @
    Terimakasih catatannya… kalau tidak keberatan ada beberapa catatan yang ingin mungkin perlu saya renungkan kembali, khususnya dari poin yang Mas sampaikan :
    Menurut hemat saya, takdir adalah segala KEJADIAN yg telah terskenario untuk dijalani sebagai rangkaian kehidupan kita,di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang.
    Dalam sejarah aliran, berbagai-bagai aliran muncul baik yang melahirkan sikap fatalis maupun yang optimis terhadap “campur tanganNya”, termasuk mendefinisikan bagaimana masa depan terjadi.
    Kalau masa depan juga adalah sesuatu yang “pasti”, definitif, dan telah dalam skenario.. maka menjadi dan perlu lebih dielaborasi bahwa segala potensi dan kebebasan dimiliki untuk memenuhi skenario itu. Lalu dimana peranan do’a dan perubahan. Namun, perubahan apapun, tidak mengubah takdir…. Karena memang Allah telah mendefinisikan bahwa takdir tidak bisa diubah…..
    Salam, agor

    Suka

    • Irawan Danuningrat said

      Kang Agor yth,
      Kalaupun dikatakan skenario kejadian “yang akan datang”, bukankah tidak mesti berarti sbg menskenariokan “seluruh rangkaian kejadian yang akan datang”? Bukankah “kedatangan” (eksistensi) Nabi Muhammad sudah ditakdirkan bahkan diinformasikan Allah dalam kita-kitab-Nya jauh sebelum beliau lahir?
      Bukankah hari Qiamat juga sudah ditakdirkan Allah dan pasti terjadi meski kepastian waktunya dirahasiakan?

      Menurut hemat saya, Doa, adalah sebuah peluang, mekanisme sekaligus privilege bagi manusia untuk mendapat keridlaan Allah hingga Dia berkenan mengubah “takdir” yg telah ditetapkan-Nya bagi kita.

      Wassalam,

      Irawan

      Suka

  92. Irawan Danuningrat said

    Den Agor, ada ralat dikit plus tambahan nih….

    Punten nih, yg konon menitis ke Srikandi itu EKALAYA, bukan Erawan sbgmn dlm tulisan saya diatas… sorry yeee

    Tambahan.

    Jika kita ingin MENGUBAH sesuatu, kita MUTLAK HARUS TAHU wujud/muatan/isi dari yg ingin kita ubah tsb. Berdasar pd pengetahuan ttg wujud/muatan/isi sebelumnya, baru seseorang bisa mengatakan “mampu” atau “tidak mampu” mengubah sesuatu tadi.

    Berbicara tentang takdir, saya kira tak seorangpun tahu takdir yg ditetapkan Tuhan untuk masing-masing. Tanpa mengetahui skenario takdir tsb, sungguh tak masuk akal jika ada orang berkata “saya telah mengubah takdir saya”!, padahal yg saat itu dia jalani barangkali emang takdirnya begitu…., dia aja ga tau kaleee…

    “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan (semua mahluk) dan menyempurnakannya, yang memberi takdir kemudian mengarahkan(nya)” (QS Al-A’la [87]: 1-3).
    “Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah jua” (QS Al-Insan [76]: 30).

    Dari analogi cerita Gatutkaca dlm postingan saya sebelumnya, kalaupun Tuhan memberitahu si pelaku tentang takdirnya, mustahil ybs mampu mengubah takdir itu tanpa perkenan-Nya, karena takdir adalah hak prerogatif Tuhan YMK. Manusia hanya diberi kemampuan untuk berikhtiar dan berdoa memohon ridla Tuhan dgn harapan sekiranya Dia tlh menetapkan takdir yg buruk buat kita, mudah-mudahan Dia berkenan untuk mengubahnya dengan takdir lain yang lebih baik.

    Disamping itu, ukuran baik dan buruk juga adalah sangat relatif. Jangankan antara mahluk dan Khaliknya, ukuran baik-buruk antar sesama mahlukpun berbeda-beda.

    Maka, sesungguhnya kita ga perlu pusing-pusing mikirin apa atau bagaimana takdir kita, cukup dengan meyakini bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah Yang Maha Rahman-Rahim dan Allah mengukur nilai manusia berdasarkan ibadah dan amal salehnya. Sehingga jika ingin menikmati kehidupan yg baik di dunia dan di akhirat, cukup dengan taat beribadah, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, beramal saleh dan bermohon kepada-Nya khan…?

    @
    Memang cara praktis adalah ga perlu pusing-pusing memikirkan apa dan bagaimana takdir kita. Ilmuwan lebih banyak melihat dan mempelajari takdir sebagai bagian dari keilmuan. Kita mungkin tidak pusing-pusing, namun memahami apa yang dijelaskan tentang takdir adalah juga bagian dari proses mengenal hukum-hukum yang diciptakanNya.
    😀

    Suka

  93. rubondr said

    Kalau analogi Mr. Charles Darwin, bagaimana ?

    Analogi @Mas The70No lebih baik dari Mpu Wyasa, karena beliau lebih manusiawi… ketimbanga wayangwi.

    @
    Darwin kan juga tidak pernah bilang manusia turunan dari kera…

    Suka

  94. rubondr said

    Analogi versi laen…Komentar No 7

    Suka

  95. Anonim said

    konsep takdir dalam peningkatan mutu sdm gmna?

    Suka

  96. pitri said

    memang rumit……..

    Suka

  97. Ass wr wb,Takdir dapat kita lihat kalau sudah terjadi,dari tiga aliran tersebut mungkin hadir aliran keempat,kombinasi dari ketiga aliran tersebut,yang mengutamakan keyakinan dari apa yang kita percayai dimana takdir sudah ditetapkan,perjalanyapun kita manusia tidak akan tau,sekeras apapun usaha dan setidak usahapun kita,ketetapan Allah akan kita ketahui kalau semua itu sudah terjadi,hal ini perlu saya sampaikan dimana titik akhirnya adalah manusia dapt menemui iklas dan pasrah untuk terus menjalani hidup dan merasa enjoy di kehidupan dunia.Intinya tingkat keimanan kita mendekatkan kita ke arah takwa yang hakiki.wr wb

    Suka

  98. faizal said

    agama islam mengenalkan takdir,,, kisah masa lalu adalah takdir,,,, maka apakah kisah masa depan juga sudah di takdirkan?
    tentu sudah,,bisa kah kita mengubah takdir? emm tidak bisa! jadi segala sesuatu sudah di tuliskan dalam kitab Lauhul Mahfuzh,,bahkan aku menulis inipun sudah di takdirkan,,itulah agama Allah,,,maka kita mengingat Allah pun sudah di takdirkan,,beruntung lah jika kita ditakdirkan selalu ingat kepadaNya, pada ketetapanNya,, orang yg brserah dirilah yg selamat dari azab Allah,,
    mudah2an semuanya mengerti apa yang ak sampaikan,,,amin,,,

    Suka

  99. andy said

    Aslkm.wr.wb

    Setahu saya takdir adalah berasal dari kata qadara, yang berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran. Beriman kepada takdir Allah akan melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab apa yang menimpa setelah segala usaha dilakukan merupakan takdir Allah, dan Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Berarti takdir bisa dirobah melalui proses usaha, do’a, sodaqoh, tawassul, syukur kpd Allah swt dlsb.

    Wslkm.wr.wb

    Suka

  100. Dono said

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak Agor,
    Pernah datang seorang lelaki kepada saya, kakinya luka sehingga menjadi borok.
    Bertahun-tahun dan berkali-kali ke dokter tetapi juga tidak sembuh, sudah dicek darah dan lain-lain tetapi tidak dijumpai penyakitnya.
    Beliau datang kepada saya dan menceritakan masalahnya.
    Pertanyaan saya padanya adalah kepada siapakah anda memohon pertolongan,pengampunan dan penyembuhan? jawabnya kepada Allah S.W.T.
    jawab saya insyaAllah saat ini Allah akan menolong anda.
    Jika ini adalah dari Allah, hanya Allah yg menyembuhkannya, jika ini datangnya bukan dari Allah, hanya Allah juga yg menyembuhkannya.
    Saya baca beberapa surah,tiba-tiba keluar makhluk halus dari tubuhnya,saya beri salam 3 kali tetapi tidak dibalas,saya tau dia kafir.dia bilang kenapa kamu panggil saya keluar, saya jawab mengapa anda mengganggu hamba Allah.Saya dikirim dan sudah bertahun-tahun ditubuhnya,lantas saya bilang bahwa perbuatanya adalah tidak disukai oleh Allah dan saya bacakan lagi beberapa firman-firman Allah dan saya ajak dia masuk islam, dia menjawab dengan nada yg cemas dan takut,apakah Allah mau memaafkan aku karena aku banyak buat dosa.jawabku Allah maha pengasih dan penyayang dan lagi pula maha pengampun.Akhirnya saya bacakan surah ar-rahman dia menangis dan tunduk
    dan dia bilang aku mau masuk islam dan saya jawab ini sebenarnya adalah hidayah dari Allah anda masuk islam.
    Jadi menurut hemat saya ditengah2 takdir dan penyembuhan(pertolongan) adalah usaha dan dalam usaha musti ada keyakinan.

    Semoga bermanfaat.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
    Dono.

    Suka

    • haniifa said

      @Dono
      Syiar islam nggak usah pake cerita takhayul… dunk, jaman udah komputer kok bigitu seehh 😀

      Suka

    • Cekixkix said

      @Om Dono
      Yang kafir itu setan dan setan dari golongan jin.
      artinya tidak semua jin itu kafir…

      Oh…ya makhluk nya sehalus apa Om ?! Cekixkixkix…kix..kix..kix

      Suka

      • Dono said

        Ass.wr.wb,sdr ceki….
        syeitan tidak bisa dikatakan kafir tetapi laknatullah yaitu yg dilaknat Allah sedangkan kaum jin dan manusia ada yg beriman dan ada juga yg kafir.
        Dua golongan ini diperintahkan oleh Allah agar menyembah Allah saja seperti firman Allah pada surah Az-zariyat ayat 56.

        Wassalam,

        Suka

      • Cekixkix said

        @Om Dono
        Katanyah setan turunan iblis dan iblis kan kafir… Cekixkix…kix..kix…

        Suka

      • haniifa said

        @Oom Cekixkix
        Kata siapa Oom ?!

        Suka

      • Cekixkix said

        @Om Haniifa
        Yang dilaknat pasti termasuk golongan kafir, tapi kafir belum tentu dilaknat, kan masih bisa diharapkan jadi tidak kafir…. Cekixkix…kix..kix

        Suka

      • haniifa said

        @Oom Cekixkix
        hahaha…
        Jadi syaitan itu pasti kafir, oleh karena itu bagi jin dan manusia jika mengikuti/berteman dengan syaitan maka bisa jadi kafir, bigitu maksudte… 😀

        Coba buka Al Qur’an surah An Naas (QS 114:4):
        dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

        Suka

  101. mantap sekali pengalaman pak dono…
    hmmm…tuch jin kliatan nggak pak dono?

    Suka

    • Dono said

      Assalamualaikum wr.wb pak Ayruel chana,
      jinnya seorang wanita dan tidak mempunyai nama sehingga saya yg memberikan dia nama yg baik yaitu fathima dan dia sangat gembira.
      Pak Ayruel Chana, saya insyaAllah sering memasukkan kaum jin dan manusia ke dalam islam oleh hidayah Allah.

      Wassalam,
      Dono.

      Suka

      • Cekixkix said

        @Om Dono
        Om Ustadz jin yah… Cekixkix…kix..kix..

        Suka

      • @dono
        assalamu alaikum

        Kayak amalan Hizb gituh…???

        Atau dgn tekhnik apa ntuk meliat jin…mengamalkan surat Aljiin kah?

        wassalam

        Suka

      • Dono said

        Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak Ayruel chana,
        Pertanyaan bapak mengenai Amalan apa atau tehnik apa yg saya gunakan untuk melihat jin, terus terang saja saya tidak mengamalkan apa-apa hanya Alquran dan sunnah rasul saja.
        Zaman sekarang banyak manusia yg mencari ilmu-ilmu untuk bertemu dengan jin,khodam atau malaikat sekalipun padahal Allah tidak akan membuka hijab seseorang itu sehingga dia benar-benar beriman.
        Sesungguhnya Alquran itu adalah obat dan penawar bagi kita sedangkan menghidupkan orang matipun ada pada Alquran,tahu kah bapak bahwa Alquran itu adalah hidup? siapakah yg menjaga Alquran tersebut? kenapa setiap memegang Alquran kita mengatakan Assalamualaikum kemudian bismillahirohmanhirohmin lantas membukanya?
        Saya hanya bisa memberikan contoh bagaimana saya bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka, seumpamanya :
        -Cara penyembuhan yg biasa saya dan assistent saya lakukan.(kami tidak butuh dana apapun juga karena kami juga bekerja).
        -Kalau saya menyebrang lautan dari tempat ke suatu tempat selalu ada yg menyapa saya, Assalamualikum pak dono,wallaikum salam balasku dan saya lihat dia berbentuk ikan.
        -kalau saya menyebrang danau,datang juga hamba Allah menyapa assalamualaikum,saya lihat dia berbentuk ular dan ikan.
        -kalau saya terbang dengan pesawat udara dan berada di udara,disapai juga dengan hamba Allah yg berbentuk awan.
        -kalau saya melihat pelangi,menyapa juga hamba Allah kepada saya,katanya” pak dono lihatlah” begitu indahnya saya diciptakan oleh Allah.
        Kalau saya melihat petir memancar,juga menyapa saya dan kadangkala memberi nasehat,pak dono bacalah firman Allah :wa may yattaqillaha yaj,al lahu makhraja wa yarzuqu min haisu la yahtasibu wa may yatawakkal alallahi fahuwa hasbuhu innallaha balighu amrih qad ja alallahu likulli syain qadra.

        Kalau ada pertaanyaa lagi dari pak Ayruel chana,dengan ikhlas saya menjawabnya.

        Semoga bermanfaat,
        Wassalamualaikum wr.wb,
        Dono.

        Suka

      • Assalamu alaikum
        @dono

        Alhamdulillah …
        saya Insya ALLAH mengerti apa yang pak dono maksud…
        Satu pertanyaan lagi :
        Sapaan mereka berlafadz seperti manusia kah?
        (Maksudnya berbunyi seperti bunyi manusia normal berbicara?)

        Atas jawabannya .jazakallah khoirol jaza’
        sukron…. wassalam…

        Suka

      • Dono said

        Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pak Ayruel chana,
        Sebelum saya menjawab pertanyaan pak Ayruel chana, saya tunjukkan dahulu firman Allah pada surah al araf ayat 179 yg berbunyi
        “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah.mereka itu seperti binatang ternak,bahkan mereka lebih sesat lagi.mereka itulah orang-orang yang lalai”
        Jawaban saya terhadap pertanyaan bapak sbb :
        Mereka yg muslim/muslimah menyapa dengan lemah lembut.
        Tetapi mereka yg saya ajak bicara pada saat pengobatan agak kasar dengan suara yg lantang tetapi insyaAllah setelah masuk islam atas hidayah Allah, mereka berbicara dengan nada yg lembut ada pula yg menangis kadang-kadang saya juga turut juga menangis tetapi tidak mengapa itu menunjukkan bawa ayat-ayat Allah amat keras.
        Pernah seorang wanita mendekati saya pada saat pertemuan yg berjumlah kira-kira 20 orang, dia bilang” pak dono,saya sering merasa mual dan pingin muntah tetapi tidak mau muntah dan saya jarang tidur”.Lantas saya kasi dia air putih dan suruh dia minum,apa yg terjadi ? tiba-tiba dalam 5 detik kemudian dia berubah total seperti monyet dan berkelakuan seperti monyet.dan mencakar-cakar orang-orang yg ada disitu.
        Saya bacakan beberapa firman-firman Allah,dia perlahan-lahan mundur kebelakang akhirnya berada disudut mendengarkan dengan teliti dengan wajah yg sangat takut dan akhirnya menangis dengan kepala sujud ke lantai dan akhirnya wanita tersebut sadar kembali.
        Saya tanya dia mengapa kok bisa begini,dia jawab saya “Pak dono,saya punya anak dua orang tetapi kami belum nikah”.
        Jawabku nikahlah karena itu adalah sunnah rasul.
        Pada yg hadir disitu saya katakan bahwa ini adalah suatu pelajaran.

        Jikalau pak Ayruel chana ada pertanyaan lagi,saya insyaAllah sudi menjawabnya.

        Semoga bermanfaat,
        Dono.

        Suka

      • Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokaatuh…

        Alhamdulillah…
        Insya ALLAH Fahimna….
        Saya ingin sekali menambah pengetahuan saya yang dangkal ini sama pak dono…
        Bolehkah Saya diskusi serta nambah ilmu sama pak dono lewat Yahoo messenger?
        Yahoo id saya : ayruel_chana@yahoo.com

        Wassalam

        Suka

      • Dono. said

        Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,pak ayruel chana,
        Saya tidak keberatan,asalkan bapak memang benar ikhlas dan sungguh-sungguh.
        Salam sejahtera,

        Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
        Dono.

        ID-saya sudah saya balas.

        Suka

  102. El Zach said

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Sering kali manusia mempertanyakan apa yang pada akhirnya mempersulit dirinya sendiri, he..he..
    Apa yang sudah terjadi tak mungkin diedit lagi, kita hanya diberi kesempatan merencanakan dan melakukan yang terbaik di waktu kemudian.

    ***
    [13.11] … Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…
    ***

    Ayat diatas menunjukkan kemungkinan-kemungkinan perubahan dari suatu ketentuan-Nya yang sudah tertulis, dan bahkan kemungkinan-kemungkinan ini sudah menjadi ketentuannya.
    Ada hal-hal yang sudah ditentukan, dan tidak akan berubah kecuali jika Allah menghendaki, seperti yg di katakan di pembahasan awal, misalnya hukum alam fisika kimia, bahwa api itu panas, bahwa es itu dingin, air itu cair dsb.
    Dalam hidup ini dan dengan adanya hidup ini kita diberi pilihan untuk memilih, jalan yang lurus atau jalan yang bathil, masing-masing dari pilihan itu sudah ditentukan/ ditulis akibat dari pilihan itu;
    dan dengan diturunkannya Nabi dan Rasul, diperintahkanlah para utusan yang mulia itu untuk memberi peringatan “ketentuan” itu, sehingga jika seseorang masuk Neraka atau Syurga itu semata karena kembali atas pilihan manusia sendiri;

    ‘hal itulah pengertian takdir yang terpenting’

    jika masuk Neraka jangan menyalahkan-Nya, tetapi jika kelak masuk Syurga, maka itu semata karena Rahmat-Nya atas ketentuan-Nya dari efek kita memilih jalan yang lurus.

    Selama kita masih diberi nafas, maka kesempatan untuk memilih masa depan kita sendiri di akhirat terbuka lebar.
    Kita memilih yang mana?

    Wassalamualaikum wr wb.

    Suka

  103. browzevsky said

    yeah… god’s kidding rite…?

    Suka

  104. Anonim said

    TAKDIR itu sebuah karunia ALLAH swt,Allah swt mencptkan takdr mempunyai maksud tertentu……hanya hambanya yg kuat dan rinda lah yg bs mnjlni takdirnya…………………………………………..

    Suka

  105. Pada dasarnya kita tidak tahu takdir apa yang akan menimpa kita. Hanya Allah yang tahu dan itu tertulis dalam Lauhul Mahfudz.

    Meski demikian, manusia wajib untuk berusaha/ikhtiar dan berdoa agar diberi kebaikan di dunia dan di akhirat.

    Dalam satu hadits disebut bahwa Doa yang tulus dan diijabah oleh Allah SWT dapat mengubah satu takdir ke takdir lain yang lebih baik.

    http://media-islam.or.id/2009/04/22/beriman-kepada-takdir-allah-yang-baik-dan-buruk

    Suka

  106. Rukun iman ke- 6 adalah iman thdp qodza dan qodar Allah. Sudah sangat jelas TAKDIR TIDAK DAPAT DIUBAH, dasar nya Q.S. attaghobun surat ke-64 ayat 11 dan TAQDIR DAPAT DIUBAH oleh manusia SENDIRI dasarnya Q.S. ARR’DU .(saya sejak di pondok pesantren dari kelas 4 madrasah ibtidaiyah sudah sering “musyawarah” tentang itu sampai di bangku kelas 3 STM masih asyik bahas tentang ini , bahkan sekarang di pengajian-pengajian, ehhhhhhhh ini ada lagi… tapi seru INSY ALLAH ilmu agama kita bertambah . amin) wallahu a’lam.

    Suka

  107. Bois said

    Memahami Hakikat Penciptaan Melalui Matrix Takdir Dalam Lauhul Mahfuzh Ditulis Oleh: BOIS, penulis cupu yang masih harus banyak belajar. Assalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim) AL FAATIHAH (PEMBUKAAN) 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. Yang menguasai di Hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, 7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Al A´laa (YANG PALING TINGGI) Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 1. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, 2. yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), 3. dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, 4. dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, 5. lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. 6. Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, 7. kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. 8. dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah, 9. oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, 10. orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, 11. dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. 12. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). 13. Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. 14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), 15. dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. 16. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. 17. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. 18. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, 19. (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa Al Baqarah 269. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. =================================================== Listing Program Lauhul Fahfuzh =================================================== Subhanallah… Ternyata sistem komputerisasi yang kita kenal sekarang adalah bagian dari skenario Allah guna memberi pemahaman kepada manusia mengenai kitab Lauhul Mahfuzh, dan dengan adanya sistem komputerisasi yang diilhami kepada manusia itu pula, akhirnya manusia bisa memahami berbagai takdir yang mana memang sudah ditetapkan di dalam kitab Lauhul Mahfuzh. Karena itulah, saya menggunakan istilah Listing Program Lauhul Mahfuzh sebagai perumpamaan yang semoga bisa memudahkan manusia dalam mencerna perihal takdir dengan baik. Walaupun sesungguhnya saya sendiri tidak tahu pasti bagaimana dan seperti apa Lauhul Mahfuz itu sebenarnya, apakah memang bentuk seperti listing pemprograman komputer yang kita kenal sekarang atau tidak. Sebab, listing program yang kita kenal sekarang adalah ciptaan Allah juga, yang mana telah diilhamkan kepada manusia demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Wallahu’alam… An Naml 75. Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). Al Hadiid 22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Al An’aam 38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. [472].sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul Mahfuzh dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul Mahfuzh. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. Al An’aam 59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)” Demikianlah kitab Lauhul Mahfuzh itu, tampak mirip sekali dengan Listing program (daftar pengkodean) yang ada pada sistem komputer yang kita kenal sekarang, walaupun Lauhul Mahfuzh itu jelas sangat jauh, jauh, jauh lebih kompleks. Dan untuk mempermudah pemahaman kita, marilah kita bandingkan Listing Program Lauhul Mahfuzh itu dengan Listing Program Game Online yang kita kenal selama ini, yang mana setiap objek yang ada di dalam Game Online jelas sudah ditentukan oleh programmernya. Dari keadaannya dunianya, waktunya, skenarionya, berbagai karakternya, hingga sampai ke berbagai perlengkapan karakternya. Dan programmer itulah yang mengendalikan sepenuhnya mengenai apa yang ada di dunia game, apakah ia akan menambahkan karakter baru, membuat dunia baru, atau membuat skenario baru. Sesungguhnya, banyak sekali yang bisa dilakukan oleh seorang programmer guna bisa membuat dunia game seperti yang diinginkannya (programmer yang saya maksud di sini adalah manusia yang membuat program permainan Game Online secara independent). Karena itulah, sebagai penguasa di dunia game, tidak mustahil seorang programmer bisa mengetahui apa yang sudah terjadi. Sebab, semua yang telah terjadi di dunia game akan selalu tersimpan di dalam data basenya. Selain itu, dia juga bisa mengetahui apa akan terjadi kemudian. Sebab, dialah yang membuat data base skenarionya. Namun sayangnya, seorang programmer tidak mungkin bisa mengetahui isi hati seorang gamer (manusia yang memainkan program game buatannya). Sebab, memang bukan programmer yang menciptakan manusia, sehingga mustahil baginya untuk bisa mengetahui isi hati manusia. Itulah hal mendasar yang membedakan antara Dunia Game Online buatan programmer, dan Dunia Kita ciptaan Allah. Karena itulah kita tak usah heran, kalau Allah itu adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segalanya, termasuk isi hati setiap manusia. Sebab, Allah-lah yang telah memprogram dunia kita beserta isinya, termasuk kita, dan semuanya itu telah ditulis-Nya di dalam sebuah kitab yang bernama Lauhul Mahfuzh. Para gamer yang bermain Game Online pun mirip sekali dengan wujud gaib kita yang bernama Roh. Di dalam dunia game, gamer hanya bisa berkuasa sebatas mengendalikan karakter miliknya guna menaikan level karakter yang dimainkannya, yaitu dengan cara mengemban misi pada setiap skenario yang sudah ditetapkan oleh sang programmer. Begitupun dengan diri kita di dunia yang fana ini, yang mana telah ditugaskan untuk menjadi khalifah guna menaikkan level kemuliaan kita, yaitu dengan cara bertakwa kepada Allah. Al Anfaal 17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jelas sekali diterangkan dalam ayat tersebut, kalau manusia memang tak berkuasa apa-apa. Sebab, segala aktifitas manusia memang sudah terprogram, termasuk aktifitas yang ada pada ayat itu, yaitu membunuh dan melempar, yang mana keduanya adalah bagian dari ciptaan Allah. Karenanyalah memang sudah sepantasnya Allah berbicara begitu, dengan maksud agar manusia jangan menyombongkan diri terhadap “kemampuan fisik yang dimilikinya”, karena sesungguhnya kemampuan itu semata-mata karena Allah yang menggerakkannya. Untuk lebih jelasnya, silakan anda perhatikan karakter yang ada di Dunia Game Online. Apakah karakter itu bisa bergerak karena digerakkan oleh seorang gamer? Mungkin bagi orang awam yang tidak mengerti akan menjawabnya iya, namun bagi mereka yang memahami dunia pemprograman tentu saja akan menjawab bukan. Sebab, pada kakekatnya bergeraknya karakter itu disebabkan adanya program pergerakan interaktif yang dibuat oleh si programmer. Jika programmer tidak membuat program pergerakan interaktif itu, mustahil gamer bisa menggerakkan karakternya. Karena itulah, di dalam dunia kita ini, kita sama-sekali tak berkuasa untuk menggerakkan seluruh anggota badan kita. Jangankan untuk menggerakkan seluruhnya, membuka kelopak mata saja pada hakekatnya kita tidak akan sanggup. Sesungguhnya kekuasaan yang Allah berikan kepada manusia hanyalah sebatas mengendalikan perangkat akal, yaitu manusia diberi hak istimewa untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan oleh sebab itu pula, hakikat kehidupan di dunia ini hanyalah memilih takdir, yang mana telah ditetapkan oleh Allah sebelum manusia diciptakan. Jadi jelas sudah, apapun pilihan manusia merupakan takdir yang memang harus dijalaninya. Manusia tidak mungkin bisa mengelak dari takdir, dan jika manusia melewati takdir yang buruk itu adalah karena pilihannya sendiri. Sebab, dari awal Allah memang telah menyediakan berbagai pilihan yang bebas untuk dipilih oleh manusia, baik itu takdir yang baik maupun yang buruk. Selama di dunia, manusia tidak mungkin bisa mengelak dari takdir, dan jika manusia melewati takdir yang buruk itu adalah karena pilihannya sendiri. Sebab, dari awal Allah memang telah menyediakan berbagai pilihan yang bebas untuk dipilih oleh manusia, baik itu takdir yang baik maupun yang buruk. Dan selama di dunia, manusia hanya bisa meminta petunjuk-Nya agar bisa memilih takdir yang baik, yaitu takdir yang akan membawanya kepada kebahagiaan. Jika tidak, dia hanya mengandalkan keberuntungan. Beruntung jika dia benar dalam memilih. Namun jika tidak, tentu dia akan menderita. Karena itulah, manusia wajib memilih berdasarkan petunjuk Allah, yaitu Al-Quran dan Hadits Rasul. Jika dia mau melakukannya, maka nilainya adalah ibadah. Namun jika tidak, maka nilainya adalah durkaha. Buah dari ibadah adalah pahala, dan buah dari durkaha adalah dosa, lalu hasil timbangan dari keduanya itulah yang akan menentukan takdir manusia masuk surga atau neraka. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya manusia dan jin itu telah dipersilakan untuk memilih berbagai takdir yang sudah tersedia dan tertulis jelas pada kitab Lauhul Mahfuzh. Bukankah kitab itu adalah ‘Listing Program’ mengenai kehidupan manusia di alam semesta, dan juga keadaan alam semesta itu sendiri? Sebab, dari awal penciptaan hingga kematiannya, segala tingkah laku dan perbuatan manusia memang sudah ditentukan di dalam kitab tersebut, baik itu segala yang baik maupun segala yang buruk. Begitu pun dengan keadaan alam semesta ini, yang dari awal penciptaannya adalah bermula dari sebuah ledakan dahsyat (Big Bang) hingga akhirnya menjadi alam semesta yang sempurna dan terus mengikuti Hukum Sunatullah (Hukum ketentuan Allah) yang semuanya sudah ditentukan pada kitab Lauhul Mahfuzh. Bahkan dari partikel debu hingga keadaan Jagad Raya seluruhnya, semua sudah ditentukan. Juga dari sebuah huruf hingga ensiklopedia, semuanya juga sudah ditentukan. Subhanallah… Sebuah daun kering yang gugur tampak terbang melayang dengan berliuk-liuk, kemudian jatuh di atas aliran sungai, lalu hanyut bersama aliran air yang terus mengalir, hingga akhirnya tenggelam di dasar sungai, kemudian membusuk dan terurai. Sungguh semua peristiwa itu—dari mulai gugurnya daun hingga sampai mengurainya sudah tertulis jelas di kitab Lauhul Mahfuzh. Karena itulah, agar manusia bisa memilih dengan baik, lantas Allah pun membekali manusia dengan akal dan hati nurani yang berguna melindungi manusia dari pilihan yang salah. Karena keduanya masih belum cukup, lantas Allah juga menurunkan Nabi dan Rasul yang membawa petunjuk agar diikuti oleh umat manusia. Hingga akhirnya petunjuk itu menjadi kitab-kitab suci yang kita kenal sekarang, yaitu Zabur, Taurat, Injil, dan yang telah disempurnakan yaitu Al-Quran, yang diturunkan sebagai Mukjizat untuk Rasul yang paling dicintai-Nya yaitu Muhammad S.A.W. Al Baqarah 151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Ketahuilah, sesungguhnya Al-Quran itu pun sebenarnya ada di dalam kitab Lauhul Mahfuzh. Dan Allah menjamin, tidak ada seorang pun yang bisa merubah Al-Quran lantaran tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh Lauhul Mahfuzh itu, kecuali orang-orang yang disucikan. Karena itulah, Al-Quran di dunia ini pun akan terus terpelihara karena perkara pemeliharan Al-Quran jelas sudah ditetapkan pada Lauhul Mahfuzh. Intinya adalah AL-Quran memang sudah ditakdirkan untuk tetap terpelihara, tidak seperti kitab-kitab lainnya yang telah ditakdirkan untuk tak terpelihara, alias sudah ditakdirkan untuk bisa diubah oleh manusia. Al Waaqi’ah 77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, Al Waaqi’ah 78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Al Waaqi’ah 79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Sebetulnya Al-Quran itu bukanlah petunjuk yang ditujukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk bangsa jin yang hidup di alam gaib agar tak mengulangi kesalahan para leluhurnya. Al jinn1. Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, Bukhari Muslim 251. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah s.a.w belum pernah membaca al-Quran dan mengajar agama kepada jin dan belum pernah pula melihat mereka. Kisahnya, baginda berangkat bersama dengan rombongan para Sahabat menuju ke pasar Ukaz Pada ketika itu, tipu muslihat antara syaitan dan berita dari langit dihalangi dan mereka dilempari dengan panah api. Maka mereka pun kembali kepada kaum mereka, lalu berkata: Antara kami dan berita dari langit ditipu daya dan kami dilempari dengan panah api. Kaum mereka berpendapat: Keadaan itu adalah karena ada sesuatu yang luar biasa berlaku. Pergilah ke bumi di sebelah timur dan barat. Telitilah apa yang menghalangi antara kita dan berita dari langit. Mereka pun pergi ke bumi di sebelah timur dan barat. Sekumpulan jin dari mereka menuju ke arah Tihamah yaitu mengikuti Nabi s.a.w. Baginda berada di bawah pokok tamar dalam perjalanan ke pasar Ukaz. Pada saat itu, baginda sedang sembahyang Subuh bersama para Sahabat. Ketika mereka mendengar al-Quran, mereka memerhatikannya, lalu berkata: Inilah yang menghalangi antara kita dengan berita dari langit. Maka mereka pun kembali kepada kaum mereka lalu berkata: Wahai kaumku. Sesungguhnya aku telah mendengar bacaan yang mengkagumkan, yang boleh menunjukkan kita kepada kebenaran, maka aku beriman kepadanya dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapa pun. Maka Allah s.w.t menurunkan kepada nabi-Nya Muhammad s.a.w ayat Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah mendengar bacaan al-Quran Ketahuilah, sebelum manusia, Allah telah mempercayakan kalau dunia yang diciptakan-Nya agar ditempati dan dirawat baik-baik oleh bangsa jin, yaitu untuk menguji akal mereka. Namun ternyata bangsa jin justru merusaknya, dan itu karena mereka tak mau menggunakan akalnya disetiap mengambil keputusan, yaitu tidak sesuai dengan kemauan Allah. Karena itulah lantas Allah menciptakan manusia untuk menggantikan peran jin di dunia, yaitu dengan menciptakan Adam dan Hawa yang dengan perantara Iblis akhirnya harus tinggal di dunia, namun pada dimensi yang berbeda. Begitulah cara Allah bekerja, yaitu dengan menciptakan berbagai takdir yang harus dipilih oleh makhluk ciptaan-Nya. Perlu diketahui pula, bahwa sewaktu di alam roh, setiap jiwa sudah menandatangani kontrak perjanjiannya dengan Allah, yaitu manusia bersedia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini—yaitu menjadi seorang pemimpin yang bisa membuat kehidupan di dunia menjadi seperti keinginan Allah, dengan maksud menguji akal manusia. Jika setiap jiwa tidak melanggar perjanjian itu, maka ia akan dihadiahkan Surga. Namun jika melanggar, jelas akan mendapat sangsinya, yaitu Neraka. Itulah salah satu hakikat tujuan diciptakannya manusia, yaitu menjadi khalifah yang bertakwa kepada Allah—Tuhan Semesta Alam, yang mana manusia dituntut untuk senantiasa beribadah hanya kepada-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, dengan tujuan untuk menguji akalnya. Hakikat lain diciptakannya manusia adalah agar manusia bisa mengenal-Nya dan juga bisa memahami kenapa Allah menciptakan semua yang ada di alam ini, baik yang nyata maupun yang gaib. Allah menyukai manusia yang bisa mengenal-Nya dan juga bisa memahami tujuan penciptaannya, sehingga manusia menjadi tersadar dan akhirnya mau berbuat baik semata-mata karena-Nya. Al Baqarah 195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Kembali ke masalah takdir. Pada awalnya, takdir manusia sudah di tentukan sama. Namun akan menjadi berbeda setelah dia mulai memilih. Manusia hidup kaya bisa bahagia dan juga bisa menderita, manusia hidup sederhana bisa bahagia dan juga bisa menderita, manusia hidup miskin bisa bahagia dan juga bisa menderita. Semuanya tergantung kepada pamahaman manusia itu sendiri tentang agama dan juga nilai ketakwaannya kepada Allah. Itulah yang akan menentukannya hidup manusia bahagia atau menderita. Sebab dengan adanya pemahaman agama yang baik dan juga nilai ketakwaan yang baik, maka manusia bisa mengambil keputusan dengan cara yang baik dan benar pula. Pemahaman agama yang baik berguna untuk bahan pertimbangan akal (pengambil keputusan), sedangkan takwa berguna untuk membersihkan nurani (cahaya mata hati) yang mana akan melindungi akal dari pengaruh ego (keinginan pribadi manusia). Takwa itu adalah mau mengamalkan semua perbuatan baik (Perintah Allah) dan mau menjauhi semua perbuatan buruk (Larangan Allah). Akal manusia membutuhkan yang namanya petunjuk (hidayah), dan petunjuk yang lurus itu adalah Al-Quran dan Hadits, yang mana telah Allah karuniakan kepada para hamba-Nya. Pada mulanya akal bertanya, manakah yang terbaik dari ketiga pilihan ini, hidup kaya, sederhana, atau miskin. Lantas akal segera menimbangnya. “Hmm… yang mana ya?” tanya akal bingung. Saat itulah ego bermain, ia menganjurkan akal untuk memilih berdasarkan kesenangan dunia. Mengetahui itu, Nurani pun tidak tinggal diam, ia menyarankan untuk memilih berdasarkan pertimbangan akhirat. Saat itu Ego dan Nurani bertarung membenarkan pendapatnya masing-masing. Dari pertarungan pendapat antara Ego dan Nurani itulah, akhirnya akal kembali melakukan penimbangan. Dan disaat itu pula dibutuhkan petunjuk yang berdasarkan kepada Al-Quran dan Hadits. Jika saat itu nilai ketakwaan manusia masih kurang, maka akal akan lebih condong menuruti ego. Dan jika saat itu nilai ketakwaan manusia baik, maka akal akan lebih condong menuruti nurani. Jika manusia menuruti ego risikonya lebih besar ketimbang menuruti nurani. Sebab jika menuruti ego karena bisikan syetan tentu ia akan celaka, namun jika menuruti ego dan masih dilindungi oleh Allah tentu ia masih bisa selamat. Karenanyalah, lebih aman adalah dengan mengikuti nurani. Namun sayangnya, kemampuan nurani dalam upaya memberi petunjuk tergantung kepada kebersihannya. Ia bisa diibaratkan dengan gelas bening yang berisi air jernih yang secara otomatis bisa menjadi kotor. Jernih dan kotornya air dalam gelas tergantung tingkat ketakwaaan seseorang. Semakin tinggi nilai ketakwaan manusia, maka akan semakin jernih air dalam gelas. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah nilai ketakwaan manusia, maka akan semakin kotor air dalam gelas. Jika air dalam gelas sangat jernih, maka setitik pasir pun akan mudah terlihat. Namun jika air dalam gelas kotor, maka segenggam batu pun tak mungkin terlihat. Hal ini berlaku untuk semua manusia, baik muslim maupun non muslim. Karenanyalah, seorang non muslim yang nuraninya bersih sudah barang tentu akan memilih Islam sebagai agamanya. Namun kejernihan nurani non muslim yang baik, masih kalah jauh dengan kejernihan nurani seorang muslim yang baik. Bukhari Muslim 86. Diriwayatkan daripada Huzaifah r.a katanya: Saidina Umar r.a pernah bertanya aku ketika aku bersamanya. Katanya: Siapakah di antara kamu yang pernah mendengar Rasulullah s.a.w meriwayatkan tentang fitnah? Para Sahabat menjawab: Kami pernah mendengarnya. Saidina Umar bertanya: Apakah kamu bermaksud fitnah seorang lelaki bersama keluarga dan tetangganya? Mereka menjawab: Ya, benar. Saidina Umar berkata: Fitnah tersebut dapat dihapuskan oleh sholat, puasa dan zakat. Tetapi, siapakah di antara kamu yang pernah mendengar Nabi s.a.w bersabda tentang fitnah yang bergelombang sebagaimana lautan bergelombang? Huzaifah berkata: Para Sahabat terdiam. Kemudian Hudzaifah berkata: Aku, wahai Umar! Saidina Umar berkata: Engkau. Lantas Saidina Umar memuji dengan berkata ayahmu adalah milik Allah. Huzaifah berkata: Aku dengar Rasulullah s.a.w bersabda: Fitnah akan melekat di hati manusia bagaikan tikar yang dianyam secara tegak-menegak antara satu sama lain. Mana-mana hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana-mana hati yang tidak dihinggapinya, akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: Sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Manakala sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran, segala-galanya adalah mengikut keinginan. Bukhari Muslim 99. Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah didatangi oleh Jibril a.s ketika baginda sedang bermain dengan kanak-kanak. Lalu Jibril a.s memegang dan merebahkan baginda, kemudian Jibril a.s membelah dada serta mengeluarkan hati baginda. Dari hati tersebut dikeluarkan segumpal darah, lalu Jibril a.s berkata: Ini adalah bahagian syaitan yang terdapat dalam dirimu. Setelah itu Jibril membasuh hati tersebut dengan menggunakan air Zamzam di dalam sebuah bekas yang diperbuat dari emas, kemudian meletakkanya kembali ke dalam dada baginda serta menjahitnya sebagaimana asal. Dua orang kanak-kanak segera menemui ibunya yaitu ibu susuan Rasulullah s.a.w dan mereka berkata: Muhammad telah dibunuh. Seterusnya mereka mengusung baginda, ketika itu rupa baginda telah berubah. Anas berkata: Aku benar-benar pernah melihat kesan jahitan tersebut di dada baginda Karenanyalah, seorang muslim yang nuraninya bersih, ia akan mudah untuk membedakan mana perbuatan baik dan mana yang buruk, mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, mana yang jujur dan mana yang bohong, mana yang jahat dan mana yang baik. Begitu pun sebaliknya, jika nurani kotor maka dia akan sulit untuk bisa membedakan. Jika sudah begitu, nurani tidak bisa diandalkan untuk memberitahukan akalnya. Hanya kasih sayang Allah saja yang bisa menyelamatkan manusia dari nurani yang kotor, yaitu Allah menundukkan ego dan memberi kesempatan pada nurani agar mau menasihati akal guna mencari hidayah-Nya. Nah… begitulah proses akal manusia menentukan pilihan. Jika manusia tidak mau menggunakan akalnya dengan baik dan benar jelas ia akan tersesat. Karenanyalah, jika manusia yakin kalau ia bisa menjadi kaya tanpa menghalalkan berbagai cara dan dengan tujuan yang mulia untuk membantu sesama, maka ia boleh menjadi kaya. Namun jika sebaliknya, maka kaya bukanlah sebuah pilihan yang baik. Begitupun dengan pilihan miskin, jika ia miskin dan menyusahkan orang lain maka pilihan miskin pun bukanlah yang terbaik. Dan sebaik-baiknya pilihan adalah hidup sederhana, sebab Rasullullah pun memang menganjurkan demikian. Sebaik-baiknya pilihan adalah yang pertengahan. Ketahuilah, jika suatu saat ia sudah siap menjadi orang kaya, maka ia akan menjadi orang kaya yang bertakwa dan sangat dermawan. Kenapa bisa begitu? Sebab biarpun dia memiliki harta yang berlimpah ruah, ia tetap akan memilih untuk hidup sederhana dan bersahaja. Dan secara otomatis harta yang berlebihan itu tentu akan ia hambur-hamburkan untuk tujuan yang mulia. Begitupun jika suatu saat dia sudah siap untuk menjadi orang miskin, maka ia akan menjadi orang miskin yang zuhud, yang senantiasa bertakwa kepada Allah dan tidak pernah menyusahkan orang lain. Jadi, menjadi orang kaya, sederhana, atau miskin itu adalah pilihan takdir. Dan itu artinya, kita sendiri yang menentukan kita mau kaya, sederhana, atau miskin. Sebab, Allah menghargai setiap usaha yang manusia lakukan. Karena itulah sistem takdir yang sudah Allah tetapkan adalah, setiap manusia yang mau berusaha memilih takdir dengan baik, maka akan mendapat hasil yang baik pula. Tapi jangan lupa, bahwa pilihan seseorang juga dipengaruhi oleh pilihan orang lain. Contohnya adalah kesalahan seorang presiden dalam mengambil keputusan, bisa mempengaruhi hasil pilihan yang dilakukan oleh rakyatnya, yaitu hal yang sebetulnya mudah bisa menjadi sulit, dan karena kesulitan itulah sehingga membuat orang tidak sabar dan akhirnya terpaksa menghalalkan berbagai cara atau menjadi putus asa. Oleh sebab itu, tanggung jawab presiden sangatlah besar. Jika ia salah dalam mengambil keputusan, maka kelak ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Sesungguhnya sangatlah tidak enak menjadi seorang presiden, sebab jika ia sampai salah mengambil keputusan maka ia harus ikut menanggung dosa setiap rakyat yang telah melakukan dosa akibat dari kebijakannya. Andai saja banyak orang yang sudah betul-betul menyadari hal itu, maka ia tidak akan terobsesi menjadi presiden. Apalagi jika harus mengeluarkan banyak uang dan menghalalkan berbagai cara, tentu dia tidak akan mau. Dia hanya mau menjadi presiden, jika ia didesak oleh rakyat yang memang sangat menginginkan kepemimpinannya. Jika saat itu ia memang mampu, namun menolak keinginan rakyat adalah pilihan yang salah, sebab bisa mematikan harapan banyak orang. Dan pemimpin yang seperti ini, Insya Allah… akan mendapat petunjuk Allah pada setiap keputusan yang diambilnya, dan setiap keputusan yang diambil atas petunjuk Allah tentu tidak akan keliru. Apapun yang terjadi tentu tidak akan diminta pertanggungjawaban, sekalipun keputusan itu bisa saja salah dimata manusia, namun tidak salah dimata Allah. Dan pemimpin yang demikian, tentunya akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda. Contohnya jika ada seorang pemimpin yang berani mewajibkan hijab misalnya, tentu dia akan mendapat pahala yang banyak karena sudah membantu banyak orang untuk tidak melakukan dosa lantaran tak mampu menjaga pandangan. Sebuah contoh lagi mengenai pilihan, yaitu seandainya dihadapan anda ada dua buah jembatan gantung yang melintasi jurang, yang satu masih baru dan tampak kokoh, sedangkan yang satunya lagi sudah lama dan tampak lapuk. Nah, dari kedua jembatan itu manakah yang anda pilih untuk disebrangi. Mungkin anda mengira kalau jembatan baru yang masih tampak kokoh itulah pilihan yang terbaik. Jika anda mengira demikian, maka pilihan anda adalah kurang tepat. Sebab apa yang tampak baik lewat pandangan manusia, belum tentu baik di mata Allah. Coba anda pikirkan, bagaimana jika jembatan yang menurut pengelihatan anda kokoh ternyata menyimpan sebuah kelemahan, ada pengikat tali yang kendor, atau dibuat dengan bahan berkualitas rendah misalnya, sehingga saat jembatan itu dilewati, bisa saja tali jembatan itu terlepas dan akhirnya membuat anda celaka. Dan siapa yang mengira kalau jembatan yang tampak sudah lapuk ternyata justru masih kuat lantaran dibuat dengan bahan yang berkualitas tinggi. Karena itu, janganlah menilai sesuatu dengan mengandalkan perangkat indra manusia saja, namun yang terbaik adalah juga dengan berdoa, memohon petunjuk Allah agar bisa memilih dengan baik. Sesungguhnya sikap kehati-hatian itu tidaklah menjamin manusia akan selamat, namun petunjuk dan pertolongan Allah-lah yang bisa membuatnya selamat. Begitulah takdir. Sebenarnya semua pilihan sama saja. Kaya, sederhana, maupun miskin jelas mempunyai berpotensi sama, yaitu sama-sama bisa membuat bahagia maupun menderita. Sesuatu yang tampak baik maupun buruk, juga berpotensi sama, yaitu sama-sama bisa menjadi manfaat maupun mudharat. Lantas kenapa semua itu bisa menjadi begitu sulit dan membuat kepala jadi pusing tujuh keliling. Sebab, manusia terkadang memang lebih condong kepada ego dan lebih suka menyombongkan diri. Karena itu, sebaiknya berhati-hatilah dalam memilih! Dan sebaik-sebaiknya pilihan adalah yang berdasarkan petunjuk dari Allah, yaitu Al-Quran dan Hadits. Selain itu, tak lupa untuk selalu bertakwa kepada Allah agar nurani senantiasa bersih sehingga ia mampu menjadi penasihat akal yang bisa diandalkan. Terakhir, tak lupa untuk selalu berdoa memohon petunjuk dan keselamatan hanya kepada Allah, kemudian bertawakal hanya kepada-Nya. =================================================== Pengertian Lebih Jauh Tentang Takdir =================================================== Pada zaman sekarang memang masih banyak orang yang masih belum memahami perihal takdir dengan benar, sehingga membuatnya keliru dalam menyikapi kehidupan. Di antaranya, ada segolongan orang yang percaya kalau takdir itu tidak bisa diubah, dan ada golongan lainnya yang percaya kalau takdir itu bisa diubah. Padahal yang benar itu adalah, takdir merupakan ketentuan Allah yang tidak bisa diubah oleh manusia, namun bisa dipilih dengan sehendak hati. Sesungguhnya yang dapat diubah oleh manusia itu hanyalah nasib (berbagai pilihan takdir), yaitu dengan cara memilihnya sesuka hati. Misalkan ada seorang pejabat yang ingin korupsi, lalu karena dia mendengarkan hati nuraninya, lantas niat buruk itu pun dibatalkan. Pada saat itu sesungguhnya dia telah memilih takdirnya sendiri, andai saat itu ia korupsi tentu nasibnya akan sial, ia akan berdosa dan masuk penjara pula. Namun karena dia mendengarkan hati nuraninya, nasibnya pun menjadi baik, dia tidak berdosa, dan tidak masuk penjara pula. Dan kedua takdir itu, baik itu “yang berdosa dan masuk penjara”, atau “yang tidak berdosa dan tidak masuk penjara” jelas telah ditetapkan oleh Allah di dalam Lauhul Mahfuzh. QS-Qaaf 29. Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. Maksud ayat diatas dalam konteks orang yang salah memilih takdir bisa menyebabkannya masuk neraka, dan itu semata-mata karena kesalahannya sendiri yang tidak mau berusaha memilih takdir dengan benar. Karenanyalah tidak ada alasan untuk bisa lolos dari takdir masuk neraka karena sejak semula Allah sudah memberi peringatan dan ancaman. Jika orang memang telah memilih untuk masuk neraka, maka terimalah neraka itu. Sebab, keputusan di sisi-Nya memang telah terprogram seperti itu dan Allah berfirman demikian untuk menyatakan bahwa Allah tetap konsisten terhadap sistem takdir yang telah diprogram-Nya. Program berbagai pilihan takdir ke Surga / Manusia Nasib Roh / Program berbagai pilihan Takdir ke Neraka Dan hal di atas tidak bertentangan dengan perkara syafaat Rasulullah, sebab syafaat itu adalah bagian dari sistem pilihan takdir, yang mana diberikan kepada manusia yang sudah memilih takdir untuk memuliakan Rasulullah dengan cara bersalawat dan meneladaninya. Contohnya, seorang yang selama hidupnya selalu bersalawat dan meneladani Rasulullah, namun karena kekhilafan yang tak disadarinya membuatnya masuk neraka. Misalkan ada seorang presiden yang selalu bersalawat dan meneladani Rasulullah, namun pada suatu ketika dia sempat lalai mengambil keputusan yang dianggapnya ringan tanpa memohon petunjuk Allah lebih dulu, sayangnya sebelum dia sempat menyadari kekeliruannya ternyata ajal sudah menjemput, padahal keputusan yang telah diambilnya itu mulai menyebabkan kerusakan di sana-sini. Orang seperti inilah yang bisa disyafaati oleh Rasulullah sehingga masuk surga, padahal seharusnya dia itu masuk neraka akibat dari kesalahannya memilih takdir. Begitupun dengan para sahabat Rasulullah yang saling berselisih lantaran kesalahpahaman mereka, sehingga mereka salah dalam memilih takdir, dan akibatnya menyebabkan terjadinya kelunturan ajaran agama Islam sejati. Intinya adalah syafaat hanya diberikan kepada mereka yang sudah level tinggi, namun kalah dalam permainan. Dan tinggi rendahnya level bukanlah berdasarkan usia atau kedudukan sosial, namun berdasarkan nilai ketakwaannya kepada Allah. Karenanya tidak mustahil jika seorang pelajar miskin yang putus sekolah dan status sosialnya pun hanya sebagai pedagang asongan, namun dikarenakan dia pandai dalam memilih takdir bisa menjadikan levelnya lebih tinggi ketimbang seorang presiden yang tak mau memilih takdir dengan benar. Pada dasarnya takdir terbagi dua, yaitu takdir baik dan buruk yang sudah tertulis di kitab Lauhul Mahfuzh. Takdir yang baik adalah segala hal yang pasti akan dipilih atau tidak akan dipilih oleh manusia, dan jika manusia memilihnya maka dampaknya adalah kebaikan untuk dirinya sendiri. Begitu pun sebaliknya. Takdir Baik / Manusia Nasib Manusia / Takdir Buruk QS-Adz Dzaariyaat 22. Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu[1418] dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu[1419]. [1418]. Maksudnya: hujan yang dapat menyuburkan tanaman. [1419]. Yang dimaksud dengan apa yang dijanjikan kepadamu ialah takdir Allah terhadap tiap-tiap manusia yang telah ditulis di Lauhul mahfudz. QS-Yusuf 67. Dan Ya’qub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri.” QS-Yusuf 68. Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya’qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Karena itulah, manusia tidak mungkin bisa menyalahkan Allah jika ia ditimpa kecelakaan karena sebab takdir yang buruk, sebab sesungguhnya manusia itu bisa selamat dari takdir yang buruk jika ia mau berusaha, yaitu dengan cara menuntut ilmu, berdoa—memohon petunjuk dan perlindungan Allah dan berserah diri hanya kepada-Nya. QS-Al Ahzab 17. Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. QS-Ar Ra’d 39. Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). Maksud ayat di atas, Allah hanya akan menghapus pilihan takdir yang belum terjadi, kemudian menggantinya dengan pilihan takdir yang lain. Hal itu mudah bagi Allah, sebab Allah bisa meng-update Lauhul Mahfuz kapan saja. Perkara penghapusan ini adalah bagian dari sistem takdir, yaitu bagi siapa saja yang berdoa memohon kepada Allah agar takdirnya buruknya di hapus, maka ia harus meminta kepada-Nya. Guna sistem ini adalah agar kita bisa selamat dari takdir buruk lantaran kelalaian manusia saat memilih takdir, sebab Allah mengetahui kalau menusia itu memang tempatnya salah dan lupa. Karena itulah, jelas sekali bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bisa mengelak dari takdir buruk yang telah Allah tetapkan, kecuali dia memang mau memohon perlindungan kepada-Nya agar diberikan rahmat. Bahkan Rasulullah pun senantiasa memohon perlindungan Allah terhadap takdir buruk yang juga sudah digariskan kepadanya. Jadi pada hakekatnya, Allah tidak mengubah takdir seseorang lantaran doanya, namun menjalankan takdirnya sesuai dengan pilihan takdir yang dipilihnya sendiri atau oleh orang lain, yaitu pilihan takdir untuk berdoa. Bukhari Muslim 1580. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi s.a.w selalu memohon perlindungan dari suratan takdir yang buruk, dari ditimpa kecelakaan, dari keghairahan musuh dan dari terkena bala. Bukankah Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Adil, dan karenanyalah tidak mungkin Allah membedakan takdir kepada setiap hamba-Nya. Sesungguhnya sebelum manusia diciptakan, takdir manusia sudah ditentukan sama, yaitu sama-sama mempunyai potensi yang bisa membuatnya menjadi manusia mulia atau durjana, hidup bahagia atau menderita, masuk surga atau neraka. Sesungguhnya, yang membedakan hanyalah skenario individu, persis seperti pemilihan ras pada saat memulai game online. Dan semua itu tertulis di dalam kitab Lauhul Mahfuzh, yaitu dalam bentuk Matrix Takdir yang sangat rumit. =================================================== Matrix Takdir =================================================== Apa itu Matrix Takdir? Matrix Takdir adalah diagram alur yang berpangkal pada suatu kondisi yang akan membawa kepada pilihan kondisi berikutnya. Untuk lebih jelasnya, silakan perhatikan diagram alur yang berbentuk Matrix Takdir berikut ini: Pria dan wanita bertemu -> menikah atau berzina -> hasilnya nasib anak. Anak halal -> pilihan takdir -> hasilnya mulia atau durjana. Anak haram -> pilihan takdir -> hasilnya mulia atau durjana. Pria dan wanita bertemu -> status kaya atau miskin -> hasilnya nasib anak. Anak kaya -> pilihan takdir -> hasilnya bahagia atau menderita. Anak miskin -> pilihan takdir -> hasilnya bahagia atau menderita. Pria dan wanita bertemu -> status beriman atau kafir -> hasilnya nasib anak. Anak beriman -> pilihan takdir -> hasilnya sorga atau neraka. Anak kafir -> pilihan takdir -> hasilnya sorga atau neraka. Karena itulah, walau pada mulanya takdir manusia sudah ditentukan sama, namun akan menjadi berbeda setelah adanya berbagai campur tangan manusia lain dan juga takdir yang dipilihnya sendiri. Sebagai anak halal, bukan berarti kelak dia akan menjadi manusia mulia, begitu pun sebaliknya. Menjadi anak kaya, bukan berarti hidupnya akan bahagia, begitu pun sebaliknya. Sebagai anak orang beriman, bukan berarti kelak dia akan terus beriman dan masuk surga, begitupun sebaliknya. Sesungguhnya yang menjadikan dia kelak bahagia atau menderita, masuk surga atau neraka adalah karena usahanya sendiri dalam memilih takdir (berbagai soal ujian), yaitu apakah dia memilih takdir berdasarkan petunjuk Allah atau tidak. Jika ia memilih berdasarkan petunjuk Allah tentu ia akan selamat, begitupun sebaliknya. Dan karena itulah, manusia yang masuk surga itu semata-mata karena rahmat Allah yang mana telah memberikan petunjuk jalan yang lurus kepadanya. Intinya adalah manusia dituntut untuk bisa menyikapi hidup sesuai dengan skenario individu yang dipilihnya sendiri saat masih di alam roh. Bukhari Muslim 1545. Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas’ud r.a katanya: Rasulullah s.a.w seorang yang benar serta dipercayai bersabda: Kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari berikutnya terbentuklah segumpal darah beku. Manakala sudah genap empat puluh hari ketiga bertukar pula menjadi sebongkah daging. Kemudian Allah s.w.t mengutuskan malaikat untuk meniupkan roh serta memerintahkan supaya menulis empat perkara yaitu ditentukan rezeki, tempoh kematian, amalan serta nasibnya, baik mendapat kecelakaan atau kebahagiaan. Maha suci Allah s.w.t di mana tiada Tuhan selainNya. Seandainya seseorang itu melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni Syurga sehinggalah kehidupannya hanya tinggal sehasta dari tempoh kematiannya, tetapi disebabkan ketentuan takdir niscaya dia akan bertukar dengan melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni Neraka sehinggalah dia memasukinya. Begitu juga dengan mereka yang melakukan amalan ahli Neraka, tetapi disebabkan oleh ketentuan takdir nescaya dia akan bertukar dengan melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni Syurga sehinggalah dia memasukinya. Pada riwayat hadits di atas, mengenai proses penciptaan manusia dan penulisan empat perkara itu sebetulnya juga sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh (Entry Data At Design Time kalau dalam istilah pemprograman). Dan keterangan yang ada pada Hadits tersebut adalah (Update Data At Run Time kalau dalam istilah pemprograman) dengan tujuan memperbaharui data karakter yang sudah ditetapkan pada Lauhul Mahfuzh agar mengikuti keadaan orang tuanya. Misalkan pada saat perancangan karakter si A masih dalam keadaan masih standard (Masih dalam nilai default-nya kalau dalam istilah pemprograman), kemudian diperbaharui mengikuti kondisi terbaru. Misalkan kedua orang tuanya berdoa memohon agar anaknya yang masih dalam kandungan kelak menjadi anak yang sholeh, maka pada saat itulah update data itu dilakukan. Proses di atas mirip dengan pembuatan karakter baru pada saat memulai permainan Game Online, dimana kalau pada Game Online gamer bisa menentukan sendiri akan seperti apa karakternya kelak. Misalkan pada awalnya nilai Dexterity (dex) bernilai 10, kemudian gamer bisa menaikkannya menjadi 12 misalnya. Kemudian nilai Strange (str) bernilai 10, kemudian diturunkan menjadi 8. Dan tujuan gamer mengatur demikian adalah agar karakternya mempunyai bakat memanah yang tangguh misalnya. Dan masih ada lagi nilai-nilai lain yang bisa diubah menurut selera gamer. Karena itulah, dalam kepercayaan sebagian masyarakat Islam, di saat seorang ibu mengandung, maka orang tuanya akan berusaha membentuk karakter anaknya agar menjadi anak yang sholeh dan juga meminta skenario yang tidak terlalu sulit, yaitu dengan cara berdoa memohon kepada Allah. Intinya adalah karakter baru yang akan memasuki dunia permainan secara otomatis akan Allah sesuaikan menurut pilihan skenario individu pilihan roh dan pilihan kedua orang tuanya. Jadi, pilihan orang tua untuk mendoakan anaknya yang masih dalam kandungan adalah pilihan takdir yang dapat mempengaruhi takdir si anak. Bukhari Muslim 1547 Diriwayatkan daripada Saidina Ali k.w katanya: Ketika aku mengiringi jenazah di perkuburan Baqi’ al-Gharqad (di Madinah). Lalu Rasulullah s.a.w menghampiri kami lantas baginda duduk dan kami juga duduk di sekitarnya. Baginda memegang sebatang tongkat dan menghentakkan tongkat itu ke tanah. Baginda kemudian menggariskan tanah dengan tongkat tersebut dan bersabda: Setiap orang dari kamu, setiap jiwa yang bernafas telah ditentukan oleh Allah s.w.t tempatnya di Syurga atau di Neraka. Begitu juga nasibnya telah ditentukan oleh Allah s.w.t, apakah dia mendapat kecelakaan atau kebahagiaan. Saidina Ali k.w berkata: Seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah! Kenapa kita tidak menunggu ketentuan kita terlebih dahulu kemudian barulah memulai amal ibadat? Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa saja yang termasuk dalam golongan yang mendapat kebahagiaan, sudah pasti dia mudah melakukan amalan golongan bahagia. Begitu juga siapa saja yang termasuk dalam golongan yang mendapat kecelakaan, dia juga sudah pasti mudah melakukan amalan golongan celaka. Baginda bersabda lagi: Lakukanlah amalan karena segala-galanya dipermudahkan. Golongan yang mendapat kebahagiaan akan dipermudahkan melakukan amalan golongan yang mendapat kebahagiaan. Manakala golongan celaka pula akan dipermudahkan melakukan amalan golongan celaka. Seterusnya baginda membaca ayat Yang bermaksud: Adapun orang yang memberikan apa yang ada padanya ke jalan kebaikan dan bertakwa dengan mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala larangannya serta dia mengakui dengan yakin akan perkara yang baik, maka sesungguhnya kami akan memberikan dia kemudahan untuk mendapat kesenangan Syurga. Sebaliknya orang yang bakhil daripada berbuat kebajikan dan merasakan cukup dengan kekayaannya dan kemewahannya serta dia mendustakan perkara yang baik, maka sesungguhnya kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesusahan dan kesengsaraan Bukhari Muslim 1302. Diriwayatkan daripada Abdullah bin Abbas r.a katanya: Sesungguhnya Umar bin al-Khattab pergi ke Syam. Apabila sampai ke sebuah dusun yang bernama Sarghi, beliau telah dikunjungi oleh penduduk di sekitarnya, yaitu Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan para pengikutnya. Mereka mengabarkan bahwa wabah (penyakit taun) telah berjangkit di Syam. Ibnu Abbas berkata setelah mendengar berita itu, Umar berkata: Coba panggilkan para Sahabat Muhajirin yang pertama. Aku melaksanakan perintah Umar. Umar mengajak mereka berbincang dan memberitahu kepada mereka bahwa wabah telah berjangkit di Syam. Mereka telah berbeda-beda pendapat mengenai berita tersebut. Sebagian di antara mereka berkata: Engkau pergi untuk suatu urusan yang besar, jadi kami tidak sependapat sekiranya engkau pulang. Sebagian yang lain pun berkata: Engkau diikuti oleh orang ramai dan para Sahabat Rasulullah s.a.w, jadi kami tidak setuju apabila engkau membawa mereka menuju ke wabah ini. Umar berkata: Tinggalkanlah aku! Kemudian beliau berkata lagi: Tolong panggilkan para sahabat Ansar. Aku pun memanggil mereka. Ketika mereka diminta berbincang, mereka telah berbeda-beda pendapat sebagaimana para sahabat Muhajirin. Umar berkata: Tinggalkanlah aku! Lalu beliau berkata lagi: Tolong panggilkan para pembesar Quraisy yang berhijrah sewaktu penaklukan dan sekarang mereka berada di sana. Aku memanggil mereka dan ternyata mereka telah sepakat kemudian berkata: Menurut kami, sebaik-baiknya engkau bawa saja mereka pulang dan tidak mengajak mereka memasuki kawasan wabah ini. Lalu Umar menyeru di tengah-tengah orang ramai: Aku akan memandu tungganganku untuk pulang, pulanglah bersamaku. Abu Ubaidah bin al-Jarrah bertanya: Apakah itu berarti lari dari takdir Allah? Umar menjawab: Harapnya bukan engkau yang bertanya wahai Abu Ubaidah! Memang Umar tidak suka berselisih pendapat dengan Abu Ubaidah. Ya, kita lari dari ketentuan (takdir) Allah untuk menuju kepada takdir Allah yang lain. Apakah pendapatmu seandainya engkau mempunyai seekor unta yang turun di suatu lembah yang mempunyai dua keadaan, satunya subur dan satu lagi tandus. Adakah jika engkau mengembalanya pada tempat yang subur itu bukan berarti engkau mengembalanya karena takdir Allah? Begitu pula sebaliknya, bukankah engkau mengembalanya karena takdir Allah juga? Lalu datanglah Abdul Rahman bin Auf yang baru saja tiba dari suatu keperluan. Beliau berkata: Sesungguhnya aku mempunyai pengetahuan mengenai masalah ini. Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila kamu mendengar terdapat wabah di suatu daerah, maka janganlah kamu mendatanginya. Sebaliknya, kalaulah wabah itu berjangkit di suatu daerah sedangkan kamu berada di sana maka janganlah kamu keluar melarikan diri daripadanya. Mendengar kata-kata itu Umar bin al-Khattab memuji Allah, kemudian beredar meninggalkan tempat itu Hadits di atas jelas sekali memperlihatkan perihal pilihan, bahwa manusia itu dengan segala pengetahuannya diperkenankan untuk memilih yang terbaik, dan pilihan yang terbaik itu haruslah dengan petunjuk Allah. Sebab, baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah. Karena itulah, sebagai manusia yang berakal tentu kini bisa menyimpulkan bahwa segala peristiwa yang kita alami, baik itu yang baik maupun yang buruk jelas merupakan takdir Allah. Dan semuanya itu adalah rentetan ujian yang membuat manusia betul-betul bisa lulus uji sebagai hamba Allah yang paling sempurna lagi mulia dan memang sangat pantas menyandang gelar khalifah. Sebab, sebelum manusia diciptakan jin lah yang lebih dulu diciptakan dan dipercaya menyandang gelar itu, namun ternyata tidak ada seorang jin pun yang teruji mampu menjadi khalifah. Karena itulah, akhirnya Allah menciptakan manusia untuk menggantikan peran jin sebagai khalifah. Dan karena itu pula, pada saat itu malaikat dan jin diperintah untuk bersujud kepada Adam. Namun, jin yang paling soleh dari golongannya pun akhirnya menjadi takabur, dan hal itu semakin membuktikan kalau golongan jin memang tidak pantas menyandang gelar itu. Sebab, seorang khalifah adalah pemimpin yang memimpin berdasarkan perintah Allah yang diakuinya sebagai pimpinan tertinggi. Dialah jin yang bernama Iblis, pimpinan bangsa jin yang terbukti memang tak pantas menyandang gelar khalifah. Al Hijr 26. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Al Hijr 27. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Al Hijr 28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, Al Hijr 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796]. [796]. Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan. Al Kahfi 50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam [884], maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. 884. Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Karenanyalah, manusia yang telah dipercaya sebagai khalifah tidak sepantasnya menjadikan Iblis sebagai pimpinan tertinggi, begitupun menjadikan manusia sebagai pimpinan tertinggi, yaitu dengan mengikuti segala aturan buatan manusia yang menyimpang dari aturan Allah. Sebab, manusia yang berani membuat aturan menyimpang dari aturan Allah adalah dari golongan syetan. Manusia yang lulus uji sebagai khalifah adalah manusia yang mampu memimpin berdasarkan aturan Allah, minimal dalam memimpin dirinya sendiri. Al Baqarah 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Ayat diatas menjelaskan perihal malaikat yang meragukan kalau makhluk yang dari tanah bisa menjadi khalifah. Sebab, jin saja yang terbuat dari api tidak mampu menjadi khalifah, apa lagi cuma dari tanah, dan yang pantas menjadi khalifah itu seharusnya malaikat karena mereka senantiasa bertasbih dengan memuji Allah dan mensucikan-Nya. Lantas Allah pun berfirman “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Al Baqarah 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Al Baqarah 32. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana[35].” [35]. Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim. Al Baqarah 33. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Al Baqarah 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah[36] kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [36]. Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Lantas untuk membuktikan kepada malaikat dan jin kalau manusia itu memang lebih pantas menyandang gelar itu, maka ujian pertama untuk manusia pun dimulai, yaitu Nabi Adam dan istrinya dilarang untuk mendekati sebuah pohon yang ada di surga. Al Baqarah 35. Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. [37]. Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan. Al Baqarah 36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu[38] dan dikeluarkan dari keadaan semula[39] dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” [38]. Adam dan Hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. Yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah Iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas. [39]. Maksud keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga. Al Baqarah 37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[40] dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [40]. Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat. Sesungguhnya taubat adalah pilihan takdir, dan karena Nabi Adam mau bertobat itu membuktikan bahwa akalnya masih dapat berfungsi dengan baik. Hal ini mengindikansikan bahwa manusia itu boleh saja salah, namun ia tidak boleh terlena dengan kesalahannya, melainkan harus segera bertobat dan tak mengulangi kesalahannya lagi. Menurut sebuah riwayat, sebetulnya Iblis pun bisa diampuni dosanya, asalkan ia mau bertobat kepada Allah dengan cara bersujud dimakam Nabi Adam. Namun lantaran Iblis memang dasar sombong, ia pun enggan untuk melakukannya. Al Baqarah 38. Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Al Baqarah 39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Begitulah cara Allah hendak menguji manusia, dan semua kejadian itu sudah ditetapkan sejak 40 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan, jika 40 tahun yang dimaksud itu adalah perhitungan akhirat maka akan menjadi 14400000 tahun menurut perhitungan kita, dan semua kejadian itu merupakan skenario penting yang Allah tetapkan guna memulai masa ujian manusia. Dan masa selama itu mengindikasikan adanya kehidupan mahluk lain sebelum Adam diciptakan, yaitu kehidupan Malaikat dan Jin. Bukhari Muslim 1549 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Nabi Adam berhujah dengan Nabi Musa a.s, di mana Nabi Musa berkata: Wahai Adam, kamu adalah ayahku. Kamu menghampakan aku dan kamu keluarkan aku dari Syurga. Nabi Adam menjawab: Kamu Musa. Allah s.w.t telah memilihmu dengan kalamNya. Allah s.w.t menulis untukmu dengan tanganNya (kuasa). Apakah kamu akan mencelaku terhadap sesuatu yang berlaku dengan ketetapan Allah s.w.t, di mana ianya telah ditetapkan sejak empat puluh tahun sebelum aku di ciptakan. Nabi s.a.w bersabda: Akhirnya Nabi Adam a.s tetap berhujah (mengemukakan dalil) dengan Nabi Musa a.s. Akhirnya Nabi Adam a.s tetap berhujah (mengemukakan dalil) dengan Nabi Musa a.s Al A’raaf 11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Al A’raaf 12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” Al A’raaf 13. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” Al A’raaf 14. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan.” [529]. Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya. (Atau bisa juga diartikan Iblis ingin membuktikan keyakinannya bahwa manusia itu memang tidak lebih unggul darinya, dan dia pun ingin mengujinya sendiri. ) Al A’raaf 15. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Al A’raaf 16. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Al A’raaf 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Al A’raaf 18. Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya.” Al A’raaf 19. (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” Al A’raaf 20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” Al A’raaf 21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, Al A’raaf 22. maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Al A’raaf 23. Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Al A’raaf 24. Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.” Al A’raaf 25. Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. Al A’raaf 26. Hai anak Adam[530], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa[531] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [530]. Maksudnya ialah: umat manusia [531]. Maksudnya ialah: selalu bertakwa kepada Allah. Al A’raaf 27. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. Karena itulah, pada suatu hari nanti akan ada seorang manusia biasa (bukan rasul) yang akan menjadi bukti kalau manusia itu memang pantas menyandang gelar khalifah. Dialah Al-Mahdi (pemberi petunjuk ke arah kebenaran) sang Khalifah yang akan memimpin umat manusia berdasarkan hukum Allah, seorang pemimpin yang memahami dunia ini hanyalah permainan yang sengaja diciptakan Allah guna memperlihatkan/membuktikan ilmu-Nya yang maha luas kepada kedua makhluk-Nya yang lain, yaitu malaikat dan jin. Ia (Al-Mahdi) menyadari sepenuhnya bahwa dirinya diciptakan adalah untuk menjadi bukti kalau perangkat akal manusia yang diciptakan Allah ternyata memang lebih unggul, dan karenanyalah manusia memang sudah sepantasnya dihormati oleh malaikat dan jin karena teruji mampu menjadi khalifah. Buktinya, dengan akalnyalah dia mampu menentukan pilihan untuk mengungkap siapa jati dirinya, dan juga apa yang harus dilakukannya, dan dengan akalnya pulalah dia mampu menentukan pilihan untuk mengungkap tujuan penciptaannya, yang mana semua itu adalah buah dari ketakwaannya kepada Allah, yang mana Allah akan selalu merahmati orang-orang yang selalu bertakwa kepada-Nya, yaitu dengan memberikan petunjuk jalan lurus kepadanya. Al A’raaf 156. Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” Nah, kesadaran murni inilah yang dinamakan fase Akal adalah Aql, dimana Akal (nalar/pikiran lahiriah) sudah setaraf Aql (nalar/pikiran rohaniah) dalam hal keimanan kepada Allah. Aql inilah yang dulu mengambil keputusan untuk menerima perjanjian saat di alam roh, dan Allah telah menciptakan Aql dengan sempurna, yaitu ‘data basenya’ langsung Allah yang mengisinya, sehingga Aql langsung cerdas dan dapat mengenal penciptanya, sedangkan Akal adalah ‘program Artificial Inteligent’ (kecerdasan buatan) yang sedang diuji, atau Aql yang ‘data basenya’ sengaja dikosongkan dan dibiarkan terisi dengan sendirinya. Untuk lebih mempermudah pemahaman ini, bagaimana kalau kita ibaratkan Roh yang ber-Aql adalah manusia saat memainkan game online, dan Manusia yang ber-Akal adalah karakter dalam game online. Semoga dengan begitu anda bisa memahami perbedaan ‘Akal’ dengan ‘Aql’. Al An’aam 165. Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Maa’idah 48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, [421]. Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya. SukaSuka
  108. Bois said

    Al Maa’idah 48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

    [421]. Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya.
    [422]. Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.

    Al A’raaf 172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,

    Al Hadiid 8. Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman[1457].

    [1457]. Yang dimaksud dengan perjanjianmu ialah perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa dia mengakui (naik saksi), bahwa Tuhan-nya ialah Allah, seperti tersebut dalam ayat 172 surat Al A´raaf.

    Dan jika sudah terbukti keunggulan akal manusia, yang mana telah mampu memilih sesuai dengan keinginan Allah dan juga memahami hakikat penciptaannya dengan sesadar-sadarnya (Aql sudah setaraf dengan Akal), maka akan segera berakhirlah masa ujian manusia. Karena itulah, saat kedatangan AL-Mahdi banyak orang akan mempunyai kesadaran murni sehingga mereka akan menyadari tujuan hidupnya, dan mereka akan saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Saat itulah Islam mulai bangkit, hingga akhirnya seluruh umat manusia akan merasakan suatu masa keemasan Islam yang terbaik sepanjang sejarah, dan semua itu karena umat manusia sudah berhasil menjadi khalifah baik bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dan dipenghujung masa keemasan itu, banyak orang akan kembali sesat karena suatu sebab. Pada masa itu, orang-orang mulai meragukan kalau dunia ini hanyalah permainan, sehingga mereka pun akhirnya tak mau lagi berlomba-lomba dalam kebaikan dan akibatnya kehidupan dunia akan kembali kelam. Saat itulah kiamat akan tiba sesuai dengan skenarionya, dan setelah itu saatnyalah untuk memilah mana manusia yang sukses dengan akalnya dan yang tidak, yang sukses akan masuk surga karena telah memenuhi janji untuk beriman kepada Allah dalam mengungkap ilmu-Nya, dan yang tidak jelas sangat mengecewakan dan memang sudah sepantasnya diganjar hukuman. Sesuai dengan janji Allah kepada Iblis dalam surat Al A’raaf ayat 18.

    Subhanallah… Ternyata manusia yang diciptakan dari tanah akhirnya terbukti mampu mengungguli kemampuan akal para makhluk yang terbuat dari cahaya (Malaikat) dan api (Jin). Dan semua perkara itu memang telah tergambar jelas dalam surat Al Baqarah 30-34, dan di beberapa surat lain yang serupa. Sesungguhnya Allah memang ingin membuktikan ilmu-Nya kepada Malaikat yang meragukannya, dan kepada jin yang tidak percaya. Konon ada dua malaikat yang meragukan ingin menguji akal mereka, lantas keduanya pun dilengkapi dengan ego dan nurani, dan ternyata keduanya pun gagal. Mereka tidak lulus uji untuk tidak mengajarkan sihir kepada jin dan manusia. Wallahu’alam…

    Al Baqarah 102. Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

    [77]. Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
    [78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
    [79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.

    Karena itulah, sesungguhnya kehidupan di dunia ini jelas hanya permainan. Dan permainan yang diciptakan Allah ini bukanlah untuk main-main, melainkan lebih kepada bentuk penghambaan kepada Allah dalam upaya mengungkap ilmu-Nya, dimana seharusnya manusia mau lebih serius untuk membuktikan kebenaran ilmu Allah itu. Dan karenanyalah, Allah ‘sangat senang’ jika apa yang diciptakannya itu (Akal), yang dari semula tidak tahu apa-apa bisa jadi mengenal-Nya dan menghamba pada-Nya, semata-mata karena kemauan dan hasil usahanya sendiri dalam memilih takdir. Bukankah Allah telah menciptakan Aql dengan data base yang langsung beriman dan taat kepada Allah, dan setelah di kosongkan (menjadi Akal) ternyata masih mampu untuk beriman dan taat kepada-Nya. Hebat sekali bukan? Maka dengan begitu tidak akan ada lagi keraguan akan kebenaran Allah. Ya, itulah hakikat hidup yang sebenarnya kenapa kita diciptakan, dan itu semua demi memuaskan bangsa malaikat dan bangsa jin, agar mereka benar-benar yakin kalau Allah menyuruh mereka untuk sujud kepada manusia adalah perkara yang benar. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha adil lagi Maha Bijaksana.
    Karena itulah taatlah hanya kepada Allah, dan buktikan kalau akal kita memang berfungsi dengan baik. Sesungguhnya akal kita itu adalah untuk memilah mana yang baik dan yang tidak. Memilih yang baik dan merasa senang karenanya berarti taat kepada Allah, namun jika tidak artinya durhaka kepada Allah. Karena itulah, taat merupakan takdir manusia menuju surga. Percayalah, kalau pada akhirnya semua ujian pasti akan berakhir dan Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap hamba ciptaan-Nya yang berhasil.

    Allah SWT berfirman.

    Al ‘Ankabuut 64. Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.

    Al Hadiid 20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

    Bukhari Muslim. Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda: Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang kekal sama sekali kecuali kehidupan di Akhirat. Maka ampunkanlah orang-orang Ansar dan Muhajirin.

    Jika manusia bisa memahami hal ini dengan baik, tentu dia tidak akan merasa sombong, dan tidak akan mau menyerah kalah di dalam permainan dunia ini. Bukankah tata cara memainkan permainan di dunia ini sebetulnya mudah, yaitu hanya mengenai takwa, yang misi dan semua peraturannya juga sudah jelas ada di dalam Al-Quran. Score-nya pun ada, yaitu pahala dan dosa, yang kelak akan menjadi penentu kita kalah atau menang. Kalau menang kita akan dihadiahkan surga, dan kalau kalah tentu akan dihadiahkan neraka. Walaupun di setiap permainan ada tingkat kesulitannya, namun tingkat kesulitan itu tidak akan melebihi kemampuan manusia, melainkan disesuaikan dengan tingkat kemuliaan manusia. Persis seperti tingkat kesulitan dalam game online, yang mana karakter level I jelas telah disediakan pula monster level I yang pasti bisa dibunuhnya. Dan di dalam setiap permainan, tentu dibutuhkan kejujuran, dan gamer yang jujur itulah yang pantas diberikan penghargaan. Gamer yang paling dibenci programmer adalah gamer yang tidak jujur, alias suka main curang. Kalau di dalam dunia game online dikenal dengan istilah cheater, yaitu orang yang meminta bantuan hacker untuk mengakali dunia game. Kalau di dunia kita, mereka itu adalah para tukang sihir, yaitu orang-orang yang meminta bantuan jin agar bisa memanipulasi hukum ketentuan Allah. Karena itulah Allah sangat membenci orang-orang yang mengerjakan sihir. Dan sihir itu merupakan pilihan takdir yang bisa dipilih atau tidak dipilih oleh manusia. Bukhari Muslim 55 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah telah bersabda: Jauhilah tujuh perkara yang dapat membinasakan kamu yaitu menyebabkan kamu masuk Neraka atau dilaknati oleh Allah. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah tujuh perkara itu? Rasulullah bersabda: Mensyirikkan Allah yaitu menyekutukanNya, melakukan perbuatan sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah melainkan dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan pertempuran dan memfitnah perempuan-perempuan yang baik yaitu yang boleh dikawini serta menjaga maruah dirinya, juga perempuan yang tidak memikirkan untuk melakukan perbuatan jahat serta perempuan yang beriman dengan Allah dan RasulNya dengan fitnah melakukan perbuatan zina. Lantas untuk melindungi orang beriman dari sihir, maka Allah pun mengajarkan manusia untuk melindungi dan melawan sihir dengan rukyah, dan mengaruniakan kelebihan kepada orang beriman untuk menyaingi sihir dengan karomah (untuk manusia biasa) dan Mukjizat (untuk para rasul).

    Bukhari Muslim 1283 Diriwayatkan daripada Aisyah r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah di sihir oleh seorang Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Labid bin al-A’sham sehingga Rasulullah s.a.w merasakan seolah-olah melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh baginda. Pada suatu hari atau pada suatu malam Rasulullah s.a.w berdoa dan terus berdoa, kemudiannya bersabda: Wahai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah memberiku pertunjuk mengenai apa yang aku tanyakan kepadaNya? Dua Malaikat telah datang kepadaku. Salah satu di antara keduanya duduk di samping kepalaku, kemudian yang satu lagi duduk dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada Malaikat yang berada dekat kakiku atau sebaliknya (bercakap-cakap): Apa sakit orang ini? Yang ditanya menjawab: Tersihir. Seorang lagi bertanya: Siapakah yang menyihirnya? Yang satu lagi menjawab: Labid bin al-A’sham Salah seorang bertanya: Di manakah sihir itu ditempatkan? Yang satu lagi menjawab: Pada sikat dan rambut gugur yang berada di sikat serta pundi-pundi yang diperbuat dari kurma jantan. Salah seorang bertanya: Di manakah benda itu diletakkan? Yang satu lagi menjawab: Di dalam telaga Zu Arwan. Aisyah menyambung lagi: Lalu Rasulullah s.a.w pergi ke telaga tersebut bersama beberapa orang Sahabat baginda. Kemudian baginda bersabda: Wahai Aisyah demi Allah, seakan-akan air telaga itu berwarna inai (berwarna kuning kemerah-merahan), kemudian pokok-pokok kurma yang ada di situ bagaikan kepala-kepala syaitan. Aku (Aisyah) bertanya: Ya Rasulullah, Mengapakah engkau tidak membakar saja benda itu? Rasulullah s.a.w menjawab: Tidak. Mengenai diriku, Allah telah berjanji menyembuhkanku dan aku tidak suka membuatkan orang ramai menjadi resah, kerana itulah aku menyuruh menanamnya.

    Jika dicermati, hadits diatas merupakan skenario Allah untuk mengajarkan manusia perihal rukyah, yaitu melalui Nabi Muhammad S.A.W dengan menurunkan surat AL-FALAQ.

    Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

    1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
    2. dari kejahatan makhluk-Nya,
    3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
    4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul[1609],
    5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”

    [1609]. Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut.

    Karena itulah, tidak dibenarkan jika melawan sihir dengan sihir. Maklumlah, di dunia kita ini memang banyak sekali orang yang mengaku muslim atau bahkan pada tingkat pejabat tinggi, yang ternyata masih belum mempunyai kesadaran murni, sehingga mereka masih seenaknya bermain curang dengan yang namanya sihir. Dan sayangnya, para korban juga malah menggunakan sihir untuk melawannya. Contohnya ialah orang-orang yang menggunakan benda-benda bertuah atau jimat yang fungsinya adalah memanipulasi hukum ketentuan Allah. Juga yang menggunakan susuk, pengasihan, ilmu pelet, dan lain sebagainya yang tujuannya adalah memanipulasi hukum ketentuan Allah. Dan yang paling kejam adalah dengan menggunakan santet sehingga korban bisa sampai meninggal dunia. Maka akibat dari sihir yang dilakukan oleh manusia yang bersekutu dengan jin itu adalah membuat level yang semula mudah dilalui akan menjadi lebih sulit lantaran adanya kecurangan. Namun tingkat kesulitan karena pengaruh sihir itu masih belum seberapa, sebab masih bisa dieliminasi dengan rukyah. Sesungguhnya tingkat kesulitan yang paling tinggi di dalam permainan takwa ini adalah sikap tetap “konsisten”, yang mana manusia dituntut untuk mau mengamalkan segala perbuatan baik yang telah diimaninya benar, lalu mau terus mengamalkannya hingga ajal menjemput. Sungguh hal itu bagaikan meniti langkah di atas helai rambut yang dibelah tujuh. Namun begitu, ada sebuah cara mempuni guna bisa melewatinya, yaitu dengan cara mengikuti petunjuk dari Game Master permainan ini, yaitu Baginda Muhammad Rasulullah S.A.W, yang mana beliau telah mengungkapkannya dalam bentuk perbuatan dan juga perkataan, yang mana bisa menjadi teladan untuk umat manusia. Salah satunya adalah dengan cara menegakkan syariat Islam agar orang bisa lebih mudah untuk bisa bertakwa.

    Thaahaa 113. Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.

    Al A’raaf 35. Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Al A’raaf 36. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

    Karena itulah, seharusnya apapun yang terjadi di dalam permainan takwa ini dapat dinikmati dengan tanpa beban sama sekali, kala suka ia akan bersyukur dan saat duka ia akan bersabar. Karenanyalah, untuk apa merasa sombong dengan berbagai hal yang cuma bagian dari permainan semu, dan untuk apa begitu kehilangan dan berputus asa terhadap sesuatu yang juga cuma bagian permainan semu. Seandainya manusia mau menyadari kalau semua perkara yang ada di dunia ini semu, tentulah manusia bisa menikmati permainan yang diciptakan Allah SWT ini dengan sebaik-baiknya, yaitu berusaha meraih kemenangan dengan cara bertakwa kepada Allah SWT. Karenanyalah, sebagai gamer (pemain) sejati seharusnya manusia memang berusaha untuk menang, yaitu dengan mengumpulkan point pahala sebanyak mungkin. Untuk itulah kita diharapkan bisa menjadi seorang gamer yang mampu memenangkan permainan di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Sebab, tingkatan level yang diberikan kepada kita jelas sudah terukur dan mampu kita lewati.

    Al Mu’minuun 62. Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran[1010], dan mereka tidak dianiaya. [1010]. Maksudnya: Kitab tempat malaikat-malaikat menuliskan perbuatan-perbuatan seseorang, biarpun buruk atau baik, yang akan dibacakan di hari kiamat (Lihat surat Al-Jatsiyah ayat 29). Al Jaatsiyah 29. (Allah berfirman): “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”

    Al Qamar 49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. Al Furqaan 2. yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053].

    [1053]. Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.

    Seandainya anda adalah seorang gamer yang pemula, anda bisa dengan mudah mengumpulkan point pahala sesuai dengan tingkatan level yang sesuai dengan tingkatan level anda. Misalkan saat anda mau makan atau minum, atau ketika melakukan aktifitas keseharian yang Allah ridhai dengan diawali membaca basmalah dan menyudahinya dengan hamdalah, maka anda akan mendapat point pahala. Juga ketika anda menemukan benda berbahaya di jalan, seperti duri, paku, beling, dan lain sebagainya. Karena khawatir bisa membahayakan gamer lain, lantas anda segera menyingkirkannya dengan niat mendapatkan pahala dari Allah SWT. Yaitu dengan mengucap, Bismilah… aku singkirkan benda berbahaya ini ikhlas karena Allah. Setelah benda itu kau singkirkan, lantas anda segera mengucap Alhamdulillah benda berbahaya itu berhasil kusingkirkan… maka dari usaha anda itu tentu akan mendapat point pahala. Dan jika anda mau berpartisipasi guna mengurangi dampak pemanasan global, yaitu dengan menanam sebuah pohon, baik di dalam pot maupun di pekarangan. Maka dari setiap kebaikan yang dihasilkan pohon itu tentulah untuk anda, baik itu pahala, keindahnya, maupun kemampuannya menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen. Apalagi jika anda mau mengajarkan semua hal yang baik itu kepada teman anda, tentu anda juga akan mendapat point pahala jika teman anda itu mau melakukan perbuatan yang anda ajarkan itu. Dan jika teman anda itu mengajarkannya lagi kepada temannya yang lain, dan temannya itu juga melakukan perbuatan baik itu, maka anda akan mendapatkan point pahala yang sama seperti orang itu.
    Itulah yang dinamakan investasi ilmu, layaknya matrix MLM saja. Intinya adalah, semua perbuatan baik yang dilakukan dan diniatkan semata-mata mendapat pahala dari Allah, maka ia akan mendapatkan point pahala. Baik itu perbuatan ringan hingga sampai ke perbuatan yang mengorbankan jiwa raga. Begitupun dengan perbuatan jahat, akan mendapat point dosa, apalagi jika sampai mengajarkannya kepada orang lain, maka dia sudah berinvestasi ilmu untuk meningkatkan point dosanya. Misalkan ada seorang artis yang mempertontonkan auratnya, lantas dia dicontoh oleh seorang penggemarnya. Dan setiap kali si penggemar mempertontonkan auratnya, maka si artis akan mendapatkan point dosa sama seperti yang didapatkan oleh penggemarnya. Sebab, secara tidak langsung si artis sudah mengajarkan hal itu kepada para penggemarnya. Beruntung jika si artis mau segera bertobat, sehingga investasi dosanya bisa segera terhapus. Kalau tidak, bisa-bisa point dosa akan terus mengalir tanpa dia sadari. Rugi sekali kan? Dan yang mendapat dosa bukan saja si artis, tapi juga mereka yang ikut terlibat guna menyukseskan si artis pada pagelarannya di panggung maupun di televisi.

    An Nisaa’ 85. Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang baik[325], niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa’at yang buruk[326], niscaya ia akan memikul bagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    [325]. Syafa’at yang baik ialah: setiap sya’faat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan.
    [326]. Syafa’at yang buruk ialah kebalikan syafa’at yang baik.

    Al Baqarah 110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
    Al Baqarah 261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

    [166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. (Sedangkan Ilmu adalah harta yang tak ternilai harganya).

    Bukhari Muslim 448 Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas’ud r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Tidak boleh iri hati kecuali terhadap dua perkara yaitu terhadap seseorang yang dikurniakan oleh Allah harta kekayaan tapi dia memanfaatkannya untuk urusan kebenaran (kebaikan). Juga seseorang yang diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah lalu dia memanfaatkannya (dengan kebenaran) serta mengajarkannya kepada orang lain. Karenanya itulah, hanya gamer bodoh saja yang memainkan permainan dengan tidak serius alias cuma main-main, dia tidak mau mengumpulkan point pahala tapi justru mengumpulkan point dosa yang justru bisa membuatnya kalah. Gamer sejati adalah gamer yang produktif yang tidak mau menyia-nyiakan waktunya begitu saja. Dengan penuh semangat dia akan berusaha mengumpulkan point pahala sesuai dengan tingkatan levelnya.

    Al An’aam 70. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

    [485]. Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
    [486]. Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.

    Al Baqarah 148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    Karenanyalah, gamer sejati akan berusaha untuk mengumpulkan point pahala dengan bersungguh-sungguh, baik dengan jalan ibadah ritual (menjalin hubungan dengan Allah SWT), maupun secara sosial (menjalin hubungan dengan sesama gamer). Dan hanya gamer yang bersyahadatlah yang akan mendapat point pahala, yaitu gamer yang mengakui Allah sebagai Tuhannya, dan Muhammad S.A.W sebagai rasul utusan-Nya.

    Al Furqaan 23. Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.

    [1062]. Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.

    Karena itulah, sebaiknya jangan sia-sia kan waktu anda untuk meningkatkan point pahala, Insya Allah dengan begitu anda akan menjadi seorang pemain yang memenangkan permainan yang Allah ciptakan ini.

    ===================================================
    Memahami Ajal, Usaha, Doa, Tawakal, Keajaiban, Syukur, Ujian, dan Sabar
    ===================================================

    Ketahuilah, bahwa sebelum manusia diciptakan, Allah telah menentukan waktu kematian bagi setiap hamba-Nya, dan itulah yang disebut ajal. Pada mulanya, waktu kematian manusia sudah ditentukan sama (Default Value kalau dalam istilah pemprograman), dan lamanya disesuaikan dengan zaman di mana dia hidup. Namun, waktu kematian itu bisa saja berubah, sesuai dengan takdir yang dipilih oleh manusia itu sendiri, baik itu pilihan manusia yang bersangkutan, maupun pilihan manusia lain. Misalkan manusia zaman sekarang diberi nilai awal untuk hidup selama 100 tahun, dan nilai itu akan berubah sesuai dengan takdir yang dipilihnya. Seorang yang bunuh diri misalnya, waktu kematiannya adalah akibat dari pilihan takdir yang dipilihnya sendiri. Begitu pun orang yang di bunuh, waktu kematiannya adalah akibat dari pilihan takdir yang dipilih oleh manusia lain. Selain itu, nilai 100 bisa saja berubah menjadi 110 misalnya, dan itu disebabkan pilihan manusia dalam menjaga kualitas kesehatan jasmani dan rohaninya, atau akibat dari pilihan orang lain yang mendoakan agar dia diberikan umur panjang.
    Ajal terbagi dua, yaitu ajal yang diridhai Allah dan Ajal yang tidak diridhai Allah. Ajal yang diridhai Allah adalah proses kematian yang tidak akan dimintai pertanggungjawaban, sebab proses kematian itu memang diluar kesanggupan manusia dalam menghindarinya. Sedangkan Ajal yang tidak diridhai Allah adalah proses kematian yang harus dipertanggungjawabkan, sebab proses kematiannya bukan karena manusia tak mampu menghindarinya, namun dikarenakan kemalasan manusia dalam berusaha memilih takdir yang baik. Karena itulah, ketika seseorang menyebrang jalan, tidak cukup hanya dengan tengok kiri kanan, tapi juga perlu berdoa untuk memohon keselamatan dan bertawakal (mempasrahkan diri kepada Allah terhadap apa yang akan terjadi). Dengan begitu, seadainya ada mobil yang tiba-tiba lewat dengan kecepatan tinggi dan hampir menabraknya, maka secara otomatis dia akan dilindungi dari marabahaya yang akan menimpanya dengan perantara malaikat misalnya, itulah yang dinamakan keajaiban. Sebab, malaikat itu juga bagian dari sistem takdir yang sudah ditetapkan Allah, yaitu bilamana manusia sudah berusaha, berdoa dan bertawakal kepada Allah, maka sistem keajaiban ini akan bekerja. Karena itulah, manusia yang mendapat nikmat berupa keajaiban seperti itu sudah selayaknya untuk bersyukur kepada Allah. Sebetulnya, sistem keajaiban itu terbagi dua, yaitu keajaiban nyata dan kejaiban tersamar. Keajaiban nyata adalah peristiwa yang seperti contoh diatas, sedangkan keajaiban tersamar adalah keajaiban yang tanpa kita sadari sudah menolong kita. Misalkan ada seseorang sedang menyebrang jalan, dan sesuai dengan takdir yang sudah ditetapkan Allah, saat berada di tengah jalan dia pasti akan tertabrak mobil lantaran si pengemudi lalai karena terpana melihat gadis cantik bergaun mini yang berdiri dipinggir jalan misalnya. Namun karena sebelum menyeberang dia sudah tengok kiri-kanan, kemudian juga sudah berdoa dan bertawakal, maka sistem keajaiban akan bekerja tanpa dia sadari. Misalkan, pada saat mobil itu masih dalam jarak 500 meter, entah dari mana datangnya, lantas di depan mobil itu melintas malaikat yang menyerupai orang tua misalnya, kemudian secara otomatis pengemudi mobil itu jadi terpaksa mengurangi kecepatannya lantaran takut menabrak orang tua tadi. Dan akibatnya, secara otomatis pula waktu orang tadi menyebrang dan waktu saat si pengemudi melihat wanita cantik tadi menjadi berubah, dan akhirnya orang yang menyebrang tadi pun selamat dari tertabrak. Itulah keajaiban tersamar, yang sudah seharusnya si penyeberang mesyukurinya karena kejaiban tersamar itu merupakan nikmat dari Allah, yaitu mengucapkan hamdalah setelah dia selamat sampai di seberang. Contoh keajaiban tersamar yang lain adalah, orang yang bunuh diri bisa saja tidak mati akibat dari pilihan orang lain yang mendoakan keselamatannya, begitupun orang yang di bunuh tidak akan mati akibat dari pilihannya mau berdoa dan orang lain yang mendoakan keselamatannya.
    Karena itulah, jangan pernah mengira kalau suatu bala yang menimpa manusia bukanlah akibat dari kesalahan manusia itu sendiri. Ketahuilah, jika saat menyebrang manusia tidak mau berhati-hati dan juga tidak mau berdoa dan bertawakal, maka jelas dia sudah salah memilih takdir. Sebab, sikap kehati-hatian, doa, dan tawakal adalah bagian dari pilihan takdir. Jika manusia memang sudah berusaha dengan baik dan juga sudah memohon perlindungan Allah dan bertawakal, namun ternyata ia masih juga celaka, maka itu adalah sebuah ujian tambahan untuknya (bonus scenario atau secret scenario kalau di dunia game), Bonus skenario atau secret scenario inilah yang dapat menghapuskan dosa dan meningkatkan level kemuliaan seseorang dengan lebih cepat. Namun jika ia sampai meninggal, maka itu adalah ajal yang memang sudah ditetapkan Allah atas dirinya lantaran Allah memang menghendakinya demikian. Sebab Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mungkin saja begitu menyayanginya, sehingga dia tidak perlu lagi meneruskan ujian lantaran dianggap sudah lulus uji, seperti yang dialami para pelaku jihad fisabillilah. Mereka yang benar-benar ikhlas berjihad ternyata ada yang gugur dan ada yang tidak, dan mereka yang gugur dengan ridha Allah, jelas karena Allah mencintai mereka, yaitu mengabulkan keinginan mereka yang memang ingin meninggal sebagai syuhada, dan yang tidak gugur mungkin saja karena doa keluarganya yang memang belum siap untuk ditinggal selamanya, atau ada skenario penting yang masih perlu dilakoninya. Dan pengertian jihad itu sangat luas, contohnya seorang suami yang berjuang mencari nafkah halal untuk keluarganya semata-mata karena Allah adalah termasuk jihad juga, dan Ibu yang melahirkan semata-mata karena Allah adalah termasuk jihad juga. Atau bisa juga ada rahasia lain yang sangat penting, Wallahu’alam…
    Jika ada manusia yang celaka karena sebuah ujian, kemudian ia mau bersabar terhadap ujian itu maka ia akan mendapat pahala yang besar. Berbeda dengan orang yang celaka akibat kemalasan memilih takdir yang baik, maka ia tidak akan mendapat ganjaran pahala sedikitpun, melainkan hanya berupa penderitaan yang harus ditanggungnya sendiri akibat dari kemalasannya itu. Kecuali jika ia mau segera bertobat dengan menyesali sikap malasnya itu, kemudian mau bersabar terhadap peristiwa yang sudah menimpanya, maka Allah-pun akan memberikan ganjaran pahala atas kesabarannya yang kemudian itu. Kini jelas sudah, betapa pentingnya sebuah usaha, doa, dan tawakal guna memilih takdir yang baik. Dan karena itulah, manusia yang mendapat musibah karena kemalasannya memilih takdir yang baik, tidak selayaknya mengatakan kalau itu adalah takdir Allah yang harus diterima, atau memang sudah menjadi ketentuan Allah yang tak dapat di bantah, padahal musibah itu adalah akibat dari kesalahannya sendiri yang memang belum berusaha dengan maksimal dalam memilih takdir. Ingatlah, kalau takdir itu adalah sebuah sistem pilihan yang mana manusia dituntut untuk bisa memilih sendiri dengan benar. Sebab, Allah memang sudah memberi kebebasan penuh bagi manusia untuk menentukan pilihan, dan Allah tidak akan pernah memaksa manusia yang sudah bisa berfikir dalam menentukan sebuah pilihan. Sebab, jika Allah sampai melakukan itu, maka kehidupan di dunia ini sudah tidak ada gunanya lagi. Ketahuilah, kalau campur tangan Allah dalam menentukan sebuah pilihan, hanya sebatas memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan mengenai urusan memilih tetap merupakan hak istimewa manusia yang tak mungkin Allah paksakan.

    Asy Syuura 8. Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong.

    Al Baqarah 272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

    Jadi, dengan demikian tidak ada lagi alasan bagi manusia yang malas memilih takdir yang baik untuk mengelak dari tanggung jawab dengan seenaknya mengatakan kalau apa yang sudah menimpanya adalah takdir, padahal ia sendiri belum berusaha. Contohnya seperti pengendara mobil/sepeda motor yang ngebut dan tidak mematuhi peraturan lalulintas. Juga seorang penyebrang jalan yang tidak menggunakan jembatan penyebrangan atau zebra cross yang telah disediakan, dan masih banyak lagi contoh lainnya mengenai kemalasan dalam memilih takdir yang baik, bahkan dengan entengnya mereka melakukan tindakan yang ceroboh itu. Seandainya banyak orang yang bisa memahami ini dengan baik, tentu mereka tidak akan berani melakukannya. Sebab, semua itu jelas akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pengendara yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas kemudian menyebabkan orang lain celaka maka ia telah menzolomi orang lain, dan jika seorang penyebrang jalan yang tidak menyebrang pada tempatnya jelas ia juga bisa menzolimi orang lain, misalkan ada pengendara yang membanting stir karena takut menabraknya, kemudian akibatnya pengendara itu menabrak pohon dan terluka, atau mungkin meninggal dunia, maka sudah barang tentu orang yang menyebrang itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Intinya adalah, siapa saja yang menjadi menyebab dari suatu akibat yang buruk, dan itu diakibatkan dari kemalasannya memilih takdir yang baik, maka sudah barang tentu ia akan dimintai pertanggungjawabannya.

    ===================================================
    Mari Bangkit Dengan Kesadaran Murni
    ===================================================

    Setelah kita “Memahami Hakikat Penciptaan Melalui Matrix Takdir Dalam Lauhul Mahfuzh ” dan juga mengetahui apa itu kesadaran murni, marilah kita bangkit dengan kesadaran murni, yaitu saling berlomba-lomba dalam kebaikan dengan mengharap ridha Allah semata. Ingatlah! Baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah, karena itu ikutilah petunjuk AL-Quran dan Hadits, baik dalam beribadah kepada Allah, maupun di dalam kehidupan bersosial.
    ===================================================

    Demikianlah tulisan singkat mengenai kesadaran murni, dan mengenai kebenarannya Wallahu’alam…

    Kepada siapa saja yang membaca tulisan ini, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika apa yang saya tulis ini mengandung banyak kesalahan. Sebab, saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa, dan saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan karena kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya (saya akan menerima dan tidak akan mendebat siapun, segala hal yang membingungkan silakan ditanyakan pada ahlinya). Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak.
    Akhir kata, semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat saya sendiri, dan juga buat para pembaca. Amin…

    Wassalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim)
    Peace V ^_^

    Suka

  109. Anice said

    mengubah takdir? yg pertama yakin (IMAN)

    Suka

  110. I'en Putra said

    Dikit aja…?

    Sekali takdir tetap TAKDIR…
    G’bisa diubah-ubah….

    Suka

  111. fisika said

    wah gabung nii gini kalau menurut hindu apa yang kamu peroleh hari ini merupakan hasil perbuatanmu yang terdahulu…secara sains ini merupakan aksi-reaksi alam semesta….atau dalam Hindu disebut hukum karma…ada tiga hukum karma
    sancita karma pala. semua hasil yang kalian peroleh hari ini baik itu ke adaan senang maupun susah merupkan hasil perbuatan mu di kehidupan terdahulu
    prarabda karma pala…semua hasil di hari ini merupakan hasil dari perbuatan mu di hari ini pula
    kriamana karma pala…semua hasil akan kalian peroleh pada kelahiran mendatang di karnakan perbuatanmu hari ini.

    Paham kan coba pikir makanya ada orang yang miskinn, terus, kaya miskin. susah cacat sekarang karna kehidupan dulu ia malas atau banyak berbuat salah dan dosa………dlll banyak lagi contohnya contohnya….. makanya berbuatlah baik hari ini agar kehidupan kelak bisa kau nikmati….

    Tapi harus percaya siklus reingkarnasi…..coba pikir alam saja bersiklus, siklus air, udara siklus karbon oksigen ah banyak lagi……nohh kita saja kalau banyak salah dalam ujian kadang kala dikasi pengulangan…begitu juga siklus hidup ini……………..tapi kalian dapat memotong siklus jika kalain mencapai moksa dan bersatu dengan brahman…..kekal abadi tapi bukan di surga atau di neraka

    Suka

    • agorsiloku said

      Mas Ketut, terimakasih untuk catatannya. Saya termasuk yang tidak memahami konsep Reinkarnasi yang dimunculkan dan diyakini oleh sebagian keyakinan agama. Termasuk di dalamnya mengenai dosa turunan, kehendak ruh untuk masuk ke badan fisik berikutnya dan sejumlah pemahaman lainnya. Jadi saya juga belum memahami konsepsi bagaimana Adam dan keturunannya mensplit manusia-manusia turunannya dalam reinkarnasi. Yang saya pahami dari kitab yang saya yakini adalah manusia mati masuk alam barzah (alam kubur). Sulit saya memahami bagaimana nenek moyang, nenek, ayah bunda, anak, dan sejumlah kumpulan dari kegiatan manusia bereinkarnasi.

      Suka

  112. beni ahmad said

    segala puji bagi Alloh..tidak ada sekutu bagi-Nya…semoga tulisan pa bois adalah yg paling benar dan diridhoi Alloh..karena sepertinya paling bisa dicerna dan paling lengkap untuk saya yg banyak salah..tapi merindukan kebenaran..saya pernah membaca yg semakna dgn anda di “anda bertanya islam menjawab”…oleh Prof. Dr. Mutawalli asy Sya’rawi..seorang ulama besar mesir..terima kasih anda membuatnya lebih bisa difahami lagi..semoga Alloh memberikan kebaikan yang banyak kepada anda..wassalam

    Suka

  113. RIDWAN said

    ada 2 orang yang berbeda,
    si A lahir dikeluarga yg harmonis, kaya, taat

    beragama, karena ganteng si A selalu jadi idola

    para gadis, kemana-mana selalu dihormati orang

    karena dia santun dan berasal dari keluarga

    terpandang. sehingga si A hidup dari lahir sudah

    bahagia.
    si B lahir dari keluarga berantakan, miskin dan

    cacat, mukanya buruk dan kemana-mana selalu diusir

    orang. si B juga taat beragama.

    kalau si A dari lahir hidup bahagia dan mati pasti

    sorga, sebab dari bayi dibimbing dg ajaran agama.
    kalau si B dari lahir hidup melarat dan mati masuk

    neraka,
    sebab si B sering mencuri untuk bisa makan.

    mengapa si A dan si B hidupnya sangat berbeda ????

    mungkin takdir itu bisa dibilang ADIL jika si A

    bisa dibilang hidup diatas roda, si B dibawah roda

    setelah pertengahan umur si A dibawah dan si B

    diatas.

    ADILKAH TAKDIR ITU ????

    ada orang mati-matian berusaha tapi tetap gagal,

    sedangkan ada juga orang usaha sedikit tapi

    berhasil.

    dalam mencari Tuhan, sebaiknya kita membaca semua

    konsep agama.
    saya dengan KARMA sudah menjadi kata dalam 137

    bahasa…

    Suka

    • agorsiloku said

      Pertanyaan bagian terakhir dari kisah yang dijelaskan adalah : adilkah takdir ini?.
      Pertanyaan yang kerap muncul sama : mana yang lebih banyak tersenyum, yang kaya raya atau yang miskin papa?. Yang mati kekenyangan atau yang mati kelaparan?. Yang sepanjang hidupnya menderita dan kehausan, sehingga setitik air melepaskan dahaganya atau yang minumannya tumpah ketika tak kuat lagi untuk meminum…. Yang hidupnya gemerlap dan bersedih melihat kemiskinan ataukah si miskin yang menerima uluran tangan si kaya?. Yang hidup di dunia menghabiskan dan menyia-nyiakan kesempatan hidup di akhirat ataukah yang mendapatka sedikit di dunia dan sebagian besarnya disediakan di kampung akhirat?.
      Urgensi dari takdir sebagai karya Sang Pencipta adalah percayakah yang dicipta pada keadilan sang pencipta, sehingga pertanyaan ini menjadi relevan.

      Yang terakhir, “dalam mencari Tuhan, sebaiknya kita membaca semua konsep agama.” Dalam keseluruhan tatanan, dalam keseluruhan konsep tauhid, ikhlas, dan pemahaman di seluruh bagian-bagian kehidupan. Dimana saja, dan pada diri kita sendiri…..

      Suka

  114. Huda said

    Materi yang sngat menarik….
    Klo nasib bsa diubah tergantung dri usaha mnusia yang bersangkutan….,tp klo takdir kta bsa memilih….
    Tuhan telah memberi kita sebuah peta hidup yang sangat hebat….ibarat menempuh perjalanan jauh yang mana kta dihadapkan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh. Klo kta plih jln yg ini kta akan smpai d jln yg ini n klo mmilih jln yang itu kta akan smpai d jln yg itu. Jadi, smwa itu trgantung plihan kita…..
    Mdah-mdhan pmhman saya tentang takdir tdk slah….

    Suka

  115. hazetic said

    DISKUSI YG HEBAT
    COBA DALAM SELISIH PENENTUAN PERAYAAN HARI RAYA DIADAKAN MUSYAWARAH SEPERTI INI DAHULU MUNGKIN ISLAM INDONESIA BS LEBIH KUAT…
    masalah orang dilahirkan miskin, jelek,cacat…itu justru meringankan hutang org tsb….
    karena sbg org normal hutang2 kita pada Allah sgtlah banyak…
    apalagi yg dilahirkan cantik, kaya….pasti bebanya lebih berat karena akan banyak yg menggoda….
    Allah menciptakan segala sesusatunya dengan berpasang pasangan agar semuanya berjalan seimbang….
    semua ciptaaan Allah sempurna walau dimata kita biasa biasa saja….
    ada awal ada ahir..
    ada hidup ada mati…
    ada kaya ada miskin…
    ada bagus ada jelek…
    dan terakir …apa yg akan kita pilih…SURGA ATAU NERAKA…
    SURGA DAN NERAKA diciptakan untuk keadilan….

    Suka

  116. hawin said

    “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)

    kalau memang takdir itu tidak bisa diubah, mengapa Rasul berkata : “Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali do’a” dan juga perintah Allah “ud’uny astajib lakum”
    Allah menyuruh kita semua untuk berdoa dan mengingat-Nya, dan dengan ketentuan Allah, Allah akan mengubah takdir kita.,
    Intinya kita disuruh untuk ingat pada Allah sang pembuat takdir..
    Wallohu a’lam

    Suka

  117. Pallawa said

    Takdir adalah haknya Allah, karena Dia adalah yang maha kuasa…
    Takdir adalah permintaan kita, karena kita adalah maklukNya…

    Takdir adalah kepunyaaNya, karena Dia adalah yang maha punya…
    Takdir adalah permohonan kita, karena Dia adalah tempat memohon

    Takdir adalah ketidakpastian, karena Dialah yang memastikan…
    Takdir adalah pencarian, karena kita sumbernya ketidak tahuan…

    Jikalau kita mencari di dalam ketidak pastian maka sudah seharusnya kita meminta dan memohon kepda yang punya…

    Suka

  118. Aidil said

    Ikutan ya…Pemahaman dan pengetahuan saya akan Islam masih sangat minim tapi ingin ikut sumbang saran.
    menurut saya, takdir itu seperti hukum sebab akibat. Dalam takdir seseorang ada 3 hal pokok yang berperan penting dan saling kait terkait, yakni:
    a. orang itu sendiri
    b. orang lain, baik yang berhubungan langsung dengan dia maupun tidak
    c. Pencipta keseluruhan, Allah SWT.

    Dalam hal ini, Allah memberikan kebebasan kepada setiap mahluknya untuk mengambil pilihan apa yang akan dilakukannya setiap detik. Contoh : Iblis mengambil pilihan untuk berseberangan dengan Allah karena merasa dirinya lebih hebat dari manusia padahal sudah disuruh oleh Allah untuk menghormati Adam. Nah, dari contoh tersebut maka pilihan setiap mahluk Allah itu bisa berupa apa saja, tidak ada batasan. Namun, setiap pilihan yang diambil akan berdampak kepada orang itu sendiri maupun kepada orang lain.

    Peranan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung mungkin seperti masalah krisis ekonomi yang terjadi. Krisis ekonomi yang terjadi mungkin hanya kesalahan beberapa orang dalam mengambil kebijakan perekonomian di negaranya. Tapi hal itu menyebabkan kita ikut juga merasakannya atau turut mempengaruhi jalan hidup kita sendiri. Contoh: harga-harga naik, pekerjaan menjadi lebih sulit, dsb.

    Peranan Allah dalam takdir seseorang adalah memutus hukum sebab akibat yang mungkin terjadi atas pilihan seseorang. Contohnya seperti ini: seseorang berdoa kepada Allah untuk diberikan rizki yang baik dan banyak. Kemudian Allah dengan caranya sendiri akan memberitahu bagaimana caranya untuk memperoleh rizki tersebut. Bisa dengan memasukkan ilham kedalam pikiran seseorang sehingga dia akan memilih B padahal orang tersebut sudah merencanakan A. Atau bisa melalui orang lain yang memberikannya pekerjaan, dsb.

    Ini hanya sebuah pemikiran dan hanya Allah yang tau jawaban sebenarnya..

    Suka

  119. phyta said

    bukan masalah takdir bisa dirubah apa tidak,tapi takdir tidak bisa diketahui sebelum terjadi..
    tau aja tidak,gimana mau merubah..??

    Suka

  120. Ifan said

    Opini saya,
    Takdir : sesuatu yang telah terjadi, sehingga tidak bisa dirubah…
    Yang belum terjadi, berarti bukan takdir, jadi masih ada kemungkinan untuk dirubah…

    Suka

  121. bambang said

    aswrwb saya orang awam menurut pikiran saya takdir itu urusan ALLAH manusia hanya berusaha namun jangan lupa semua yg terjadi di dunia ini tidak ujuk ujuk melain kan melalui proses alami kalau orang ditakdirkan kaya mungkin dia akan mengikuti jalan nya, dg bekerja keras atau dilahirkan dari orang kaya,demikian pula orang yg ditakdirkan miskin dia akan menuruti jalan nya sampai dia menemukan takdirnya jadi orang miskin,jadi menurut saya takdir itu memang sudah ketentuan, tapi sebenar nya kita sendiri yg membuat nya,

    Suka

  122. Cuman lewat aja said

    Ass . . .
    Tak ada satupun yg bisa mengubah TAKDIR kecuali ALLAH . .
    jika memang benar manusia bisa mengubah takdir . .

    kita dapat mengambil sebuah kesimpulan . .
    MANUSIA = ( ….. ???)

    wassalam . . 😉

    yg bisa mengubah TAKDIR kecuali ALLAH . .
    jika memang benar manusia bisa mengubah takdir . .

    kita dapat mengambil sebuah kesimpulan . .
    MANUSIA = ( ….. ???)

    wassalam . . 😉

    Suka

  123. Harus benar2 tahu dulu apa takdir itu. Takdir adalah determinan ie faktor yang sdh ada sblumnya yg tdk dpt dirubah, ditolak, dianulir, diamendir. Takdir adl sunatullah, ciptaan Allah. Takdir terbesar adalah hukum2 alam semesta ie hukum sebab-akibat aksi-reaksi yg sudah bermilliard tahun tetap tdk berubah; dan kita bagian kecil dari alam.

    Sifat, bakat dan watak kita bnyk mewarisi sifat2 org tua dan para leluhur. Ada bakat seniman, pemikir, teknisi, petualang, dsb. Ini akan besar pengaruhnya thd hidup-penghidupan kita. Faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terutama dari masa kanak-kanak, kemiskinan struktural, broken home. Celakanya ada bakat buruk yg tdk dpt ditolak seperti psikopat warisan mental disorder. Diharapkan ilmu genetika akan dpt menolong mereka di masa depan.

    Rezeki dan nasib dpt dibina dg ikhtiar ie dg sungguh-sungguh berbuat nyata dan disertai doa, yg mulanya personal intensive atau “fardlu ein”. Tetapi ikhtiar bersama atau “fardlu khifayah” akan dpt lebih efektif dan menakjubkan. Contoh negeri Jepang dg Meiji restorasi dan RRC dg sistem komunal. Ikhtiar adl menciptakan kondisi yg se-baik2-nya dengan sabar, istiqomah dan cerdas guna mencapai tujuan.

    Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang atau suatu kaum bila mereka tidak merubah diri sendiri terlebih dulu. Jadi ikhtiar dulu, hasilnya kemudian.

    Mati? Segala yg bernyawa akan mengenal mati dan yg terbentuk di alam akan lenyap. Manusia tidak akan mencapai umur 200 tahun, itu batas. Tetapi kapan, dimana dan bgmna tgantung kondisi, misal: penyakit, kecelakaan, perang. Bangsa yg sejahtera umumnya punya peluang hidup yg pnjg.

    Tetapi memang Tuhan dpt menciptakan keajaiban atau “miracle” dan itu yg disebut “iradah” atau “the act of God” yg mungkin jarang terjadi. Misal diturunkannya nab-nabi, wahyu, firasat, ilham, dsb.

    Makanya jgn buru2 memvonis dg takdir atau “nasib oh nasib”.

    Rasa-rasanya doktrin “qada dan qadar” itu perlu direvisi karena ambigu. Dan doktrin “iman kepada taqdir”, karena tidak ada ayat kuat dalam quran sbg dalil.

    Suka

    • agorsiloku said

      Terimakasih untuk catatannya yang menarik, dengan sedikit kebutuhan penjelasan mengenai “the act of God”. Kalau tidak salah memahami. Allah Sang Maha Kuasa, Maha Pencipta, Maha Suci, senantiasa dalam kesibukan (QS 55:29). Ini memahamkan bahwa “Act of God” berlangsung tidak jarang, bahkan “setiap saat”. Allah mengabulkan do’a hambaNya dalam keseluruhan peristiwa. “Nasib oh nasib”, bernada “keluhan”, disertai pemahaman ikhtiar serta disertai juga pemahaman bahwa Allah melapangkan dan menyempitkan rejeki kepada hambaNya (QS 39:52).
      Sedikit kurang memahami, doktrin qada dan qadar yang bagaimana yang ambigu, juga iman kepada takdir, tidak ada ayat yang kuat sebagai dalil. Kalau boleh dijelaskan lebih terang….Wassalam, agor

      Suka

  124. saya setuju mas.. bagus sekali penjelasannya.

    ” Sudah Takdir, Mas.. “

    Suka

  125. muhammad ridwan said

    TAKDIR = hasil (yg sudah terjadi).

    Suka

  126. salafudin said

    Merekontruksi Pemahaman Takdir

    Konstelasi Takdir

    Dikotomi pemahaman takdir telah banyak menimbulkan ~ambivalensi~ bagi pemeluknya. Konsep yang ditawarkan para ulama, para pemikir, dan para Teologist~yang sering memaknai dan menterjemahkan takdir hanya sebagai fungsi linear ; hanya sebagai sebuah fungsi garis lurus dalam sebuah bidang. Banyak menimbulkan kekecewaan. Model ini sangat sulit untuk menjelaskan keadaan di dunia nyata. Banyak sekali varian dan variable, kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa dijelaskan dengan memuaskan oleh konsep ini.

    Melintasi ruang dan waktu~menimbulkan gelombang kejut pada setiap generasi~lahirlah sebuah peradaban manusia, dengan konstelasi pemahaman takdir seperti sekarang ini. Setiap pemeluk terseok-seok, tertatih, ketika berhadapan dengan ‘sang takdir’ ‘si nasib’. Bukan sikap pasrah, lebih sering adalah sikap ‘nelongso’ dan keputus asaan. Mengapa..?

    Sebagian besar umat pemeluk Islam (mungkin agama lain), sangat meyakini bahwa takdir manusia; Setiap detail kejadian dalam hidupnya , termasuk di dalamnya,jodoh, mati, rejeki, dan lain-lain, sudah ditentukan oleh Sang pencipta. Bahkan tidak tanggung-tanggung surga-neraka pun sudah ditentukan baginya. Mereka tinggal melakoni saja dengan pasrah. Meskipun mereka berusaha, namun dalam lubuk hati mereka tersirat akan takdir, sehingga dalam berusaha-pun mereka jadi maju-mundur. Pemahaman ini secara serius membawa kemunduran bagi umat Islam dari generasi ke generasi.

    Pemahaman ayat setiap mahzab memang tidak utuh, parsial hanya merupakan bagian integral dari sebuah bangunan matrik saja. Ketidak mampuan transformasi pengetahuan~yang disebabkan oleh kompleksitasnya konsep takdir~ditengarai menjadi penyebabnya. Sangat sulit untuk membuat perumpamaan dalam konsep takdir ini~jika tidak kita analogikan dengan komputer~konsep takdir akhirnya hanya sebuah abstraksi saja.

    Skema Model takdir

    Dengan model tadi~telah di jelaskan bahwa ada dua elemen penting yang harus kita pahami.;

    Pertama ; JIWA sebagai ‘dzat’ yang bertanggung jawab atas ‘misi’ yang diberikan oleh ‘sang Creator’. ~ berasal dari dimensi di luar dimensi alam semesta ini. Sehingga ‘dzat’ ini setelah melaksanakan ‘misi’nya harus kembali keasalnya. Karena asal ‘dzat’ ini adalah dari dimensi yang‘suci’, maka ‘dzat’ ini harus kembali dalam keadaan suci pula. Masalah muncul~yaitu pada saat proses transport ke dalam ‘raga’, ‘dzat’ ini tidak mampu mengingat siapa dirinya. Ingatannya telah hilang bersama dirinya yang mewujud. Jika keterikatannya nanti pada ketubuhan dan materi lainnya~tidak mampu dilepaskannya~materi itu akan mengikat ‘kesadaran’nya~hingga dia tidak akan mampu kembali. Inilah yang dimaksud ~dimensi yang suci, yaitu dimensi di luar materi. Selesaikanlah ‘misi’ dan kembalilah sebagaimana awal ~ JIWA bersifat bebas dalam menentukan kehendaknya apakah dia mengikuti sifat-sifat raga nanti, atau dia berusaha menjaga kemurnian sifat asalnya. Makanya bagi JIWA diberikan ‘reward dan punishment’. Surga dan neraka.

    “Wahai jiwa yang tenang datanglah kehadirat Tuhanmu dengan keadaan ridho dan diridhai ” (QS 89:27-28)

    Kedua; RAGA adalah sebuah bio-mechine (robot) dibuat dan diprogram sedemikian rupa sehingga mampu beradaptasi dengan kondisi apapun. Memiliki daya tahan, daya serang, mampu memperbaiki systemnya sendiri,mampu perkembang biak , dan seabrek talenta lainnya. Support system memberikan dukungan penuh agar raga ini dapat bertahan hidup. Telah diprogram setiap raga akan mendapatkan jaminan rejekinya masing-masing. Setiap raga dibuat dan diprogram secara unik. Masing-masing raga ada yang dipersiapkan untuk jadi pemimpin, untuk jadi ilmuan, dan bermacam-macam profesi lainnya. Untuk itu setiap raga dibekali keunggulan fisik , baik otak, tubuh, system metabolisme, dan lain-lain, sesuai dengan peruntukkan akan sebagai apa raga ini nanti. Disamping itu raga juga sudah deprogram setiap detil perbuatannya, dari melangkah, berlari, meloncat, dan lain sebagainya, sebagaiamana program dalam software permaianan. Dengan memadukan berjuta-juta kemungkinan dan kejadian-kejadian yang akan muncul dalam pergerakan sang raga ini.

    Sifat alamiah dari raga adalah kecenderungannya kepada pemenuhan kebutuhan metabolisme tubuhnya; makan dan berkembang biak. Kedua sifat dasar ini membesar seiring dengan kebiasaannya. Dari kedua sifat dasar secara potensial menjadi ~evolusi sifat-sifat lainnya. Akan melahirkan keserakahan, ketamakan ; harta-tahta-wanita. Haru biru-nya dunia berawal dari kecenderungan primitip sang raga ini.

    Meskipun begitu ; dalam konsep ini raga tidaklah bertanggung jawab terhadap hasil dari ‘misi’ yang dilakukan oleh JIWA , raga hanya menjadi saksi atas perbuatan sang jiwa. Sebab pada hakekatnya pengendali raga adalah JIWA.

    “Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS;41:20)

    Ketiga : Sistem operasi dan Program, adalah sebuah system yang akan meng-operasikan raga. Dari milyaran raga yang ada dengan bilyunan kemungkinan kejadian secara detail. Raga diatur dan disetting oleh system ini, apakah raga itu miskin, kaya, cacad, pandai, senang, susah, dan lain sebagainya.

    “Sebagai sunatullah (atau peraturan Allah) yang telah berlaku sejak dahulu, sekali-kali kamu tak akan menemukan perubahan bagi sunatullah (atau hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah) itu” (QS 48:23).

    Keempat : Virus dan Hoach, dalam dunia nyata di kenal sebagai syetan dan Iblis.

    Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka. (QS 38:75-83)

    Maka dapat disimpulkan skema Visi dan Misi Jiwa adalah : Melaksanakan kehendak Allah ~senantiasa meningkatkan kesadaran terhadap ciptaan dan kekuasaan Allah~Jiwa harus dalam kesadarannya kepada sang Pencipta-nya~dan saling mengkabarkannya kepada manusia lainnya sesuai dengan kapasitas dirinya; kaya, miskin, ilmuan, presiden, dan lain-lain. Melalui pengoperasi-an raga dan mengarahkannya demi pencapaian misi itu. Dalam menjalankan misi dan visi Jiwa mendapat tantangan dari syetan dan Iblis.

    Melanjutkan pembahasan skema model takdir~; Sehingga dalam diri manusia terdapat dua entitas yang berbeda yaitu ; entitas yang berasal dari alam anti-materi dan entitas dari alam materi.

    JIWA adalah~sesuatu~dzat~dari dimensi anti materi~adalah entitas KESADARAN. Sebagai entitas ‘kesadaran’ maka dzat ini memiliki sifat yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Dzat ini dapat berada di masa lalu, berada di masa sekarang, atau di masa akan datang. Dan dzat ini tidak dibatasi ruang yang artinya; dzat ini dapat hanya seluas kotak, seluas bumi, atau seluas alam semesta ini. Disamping itu dzat ini karena tidak dibatasi ruang dapat berada dimana-mana sekehendak dirinya. Karena inilah maka sebagai manusia kadang kita dapat mengembara , berimajinasi dimasa lalu ,di masa akan datang, di belahan bumi manapun dan ataupun di alam semesta ini. Entitas inilah yang BEBAS menentukan dirinya sendiri atau FREE WILL (QODARIYAH).

    RAGA adalah~sesuatu etentitas yang sudah di program sedemikian rupa sehingga memiliki sifat-sifat materi. Sebagai materi RAGA memiliki keterbatasan ruang dan waktu. RAGA hanya mampu berada di keadaan saat ini dan JUGA membutuhkan tempat (ruang). RAGA tunduk kepada aturan-aturan program (sunatulloh) yang sudah di buat . Tunduk kepada ‘operating system’ yang dinamakan TAKDIR. Sehingga entitas ini dalam keadaan pasrah menyerah kepada kehendak sang ‘Creator’ atau keadaan ini dinamakan FATALIS (JABARIYAH)

    Penyatuan antara JIWA dan RAGA ~ adalah bertemunya kedua sifat anti materi dan materi. Bertemunya dua sifat yang saling berlawan ini dapat meniadakan sifat dari salah satunya, baik untuk sementara waktu atau selamanya. Sehingga JIWA setelah penyatuan ini dalam keadaan ZERO atau FITRAH.

    Dalam penyatuan tersebut, JIWA menempati seluruh ruang yang ada dalam raga, namun dibatasi oleh keterbatasan sifat materi raga. Sehingga JIWA hanya dapat berkomunikasi dengan alam sekitarnya dengan menggunakan fasilitas yang ada dalam raga itu sendiri. Inilah kreasi yang maha besar dari sang CREATOR. JIWA. Suatu entitas yang tak terbatas di dalam entitas yang serba terbatas. Dan entitas ini harus mampu berkreasi di dimensi materi yang serba terbatas ini.

    JIWA harus mampu mengimbangi sifat alami RAGA, yaitu kebutuhannya akan suplai makanan dan berkembang biak. Sayangnya~penyatauan dua entitas ini menimbulkan ‘resultan’ yang tak berhingga. Keinginan akan makan dan berkembang biak, yang semula hanya sebagai sifat dasar alami untuk kelangsungan hidup RAGA~ketika bertemu~ bertemu entitas tak terbatas ini (JIWA)~Keinginan akan makan dan berkembang biak ~berevolusi~ menjadi keinginan yang tak terbatas pula. Melahirkan sifat serakah, kikir, syahwat, dan lain sebagainya. Sifat-sifat inilah yang harus diminimalisir~ditekan~sehingga hanya sampai ttingkat paling dasar kebutuhan manusia (RAGA) itu sendiri.

    Saat penyatuan~JIWA nyaris ZERO~Dari waktu ke waktu~peradaban terus bergulir~dari paling sederhana hingga modern saat ini. Dalam kurun waktu itulah~JIWA mengalami penyempurnaan dan perkembangannya. Sedikit demi sedikit, dengan menggunakan fasilitas RAGA yang dimiliki~JIWA mulai mengenali dirinya.

    Demi Jiwa ,serta penyempurnaanya.maka Allah mengilhamkan kepada Jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan (QS. As Syams:7-8).

    Namun seiring dengan berjalannya waktu~kompleksitas jaman ~JIWA mengalami kesulitan mengkondisikan dirinya dengan RAGA~pengkondisian ini penting; sebab akan berpengaruh kepada wilayah kesadaran bagi JIWA~kesadaran yang dituntun (bagi JIWA) untuk dapat kembali kepada dimensinya~jika tidak JIWA akan sering kehilangan arah. Oleh karena itu sang CREATOR memberikan panduan baik langsung (Musa) maupun tidak dengan melalui utusan-utusannya. Kemudian pada saatnya~Sang ‘CREATOR memberikan BUKU MANUAL (AL QUR”AN) untuk dijadikan pedoman melalui utusan yang dicintainya MUHAMMAD.

    Implementasi Model terhadap Re-konstruksi Takdir

    Dari ulasan tersebut diatas dapat ditarik model~RAGA adalah entitas FATALIS sedangkan JIWA adalah entitas FREE WILL.

    Dengan model ini maka dapat dijelaskan methodology al qur’an dalam penyampaian petunjuknya.:

    Kepada JIWA yang FREE WILL Al qur’an berkata :

    “Katakanlah kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mau beriman maka berimanlah dan barang siapa yang mau kafir maka kafirlah”. (QS. Al-Kahfi : 29).

    “Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat”. (QS. As-Sajdah : 40).

    “Sesungganya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada dirinya” [QS Ar Ra’d (13):11].

    Kepada RAGA yang FATALIS Al qur’an berkata:

    “Dan Allohlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”. (QS. As-Shaffat : 96).

    “Bukanlah kamu yang menghendaki, tetapi Allohlah yang menghendaki”. (QS. Al-Ihsan : 30).

    “Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan dirimu kecuali telah (ditetapkan) di dalam Kitab sebelum Kami wujudkan” [QS Al Hadiid (57): 22].

    “Sesungguhnya bukan kamu yang membunuh mereka tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar (senjata kepada musuh), akan tetapi Allah-lah yang melemparnya’. [QS Al Anfal (8): 17].

    Dan masih banyak lagi contoh-contoh ayat yang masing-masing berbicara baik kepada JIWA yang FREE WILL maupun kepada RAGA yang FATALIS.

    Inilah model yang ditawarkan dalam memahami TAKDIR~dalam model ini terdapat kebebasan yang seluas-luasnya kepada JIWA untuk melakukan explorasi kepada ciptaan-ciptaan Allah, kebebasan kepada JIWA untuk memilih apakah dia akan mengenal Tuhannya atau dia tidak mau mengenal Tuhannya. Dan Kebebasan kepada JIWA~apakah dia akan berada di masa lalu apakah di masa sekarang. Kebebasan yang benar-benar MUTLAK. Namun, ingat bahwa JIWA ~ harus tetap kembali ke dimensinya. Dimensi di luar ordo dimensi alam semesta ini. ~Dimensi kesadaran diatas kesadaran. Jika JIWA masih dalam wilayah ‘kesadaran materi’ saat ‘game over’. Maka habis sudah waktu dan JIWA tidak akan mampu kembali ke dimensinya lagi. JIWA akan tersiksa, JIWA akan ter hukum, terpanggang. Kasihan. Maka JIWA masuk ke dalam dimensi ‘kesadaran’ yang lebih rendah.~dimensi alam NERAKA.

    Lain halnya RAGA~entitas ini praktis bersifat FATALIS~tunduk patuh kepada sunatulloh, hukum-hukum (program) yang dibuat oleh sang ‘Creator’. Posisi JIWA lah yang harus mengikuti keadaan RAGA.

    RAGA diciptakan~disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasinya~sesuai dengan skenario sang Crator~misal; raga dibuat untuk spesifikasi seorang Raja, maka otaknya, daya tahan tubuhnya, panca inderanya, talenta dibuat dan lain-lain, untuk kebutuhan tersebut, disamping itu juga support system akan menjaga agar RAGA ini tetap untuk peruntukannya. Maka bila JIWA yang berada di dalam RAGA ini, ikut terlena dengan semua fasilitas-kenikmatan raja~Misal FIR’AUN~ dan mengaku-aku bahwa semua itu atas usahanya. Maka celakalah JIWA ini. JIWA akan berada dalam wilayah yang mengantarkan dia ke alam ‘kesadaran rendah’. Dimensi Alam NERAKA.

    Karena sesungguhnya JIWA tidak memiliki kuasa apapun atas RAGA dan juga kuasa atas seluruh kondisi yang ada yang memungkinkan dia menjadi RAJA~. JIWA sesungguhnya hanya PENIKMAT saja~. JIWA sesungguhnya hanyalah PENYAKSI saja. Maka jika dia dalam posisi ini mau kafir, ya silahkan kafir saja, tidak akan berpengaruh kepada RAGA yang menjalankan operasi Tuhannya. ~Maka bila dikehendaki sang Creator RAGA akan menjdai RAJA ya tetap akan jadi RAJA.

    Sistem Keadilan Tuhan

    Jelaslah dalam model tersebut~; faktor yang menyebabkan seluruh rangkaian kejadian di dunia ini telah di setting oleh sang Creator. Raga masing-masing diciptakan berdasarkan spesifikasi dan kebutuhan sesuai scenario sang Creator. Ada yang jadi RAJA, pembatu, majikan, dan lain sebagainya. Mereka ada yang dibuatkan fasilitas, kaya raya, dimudahkan dan sebagainya. Ada juga yang hanya menjadi buruh , mereka miskin fasilitas, dan lain sebagainya.

    Kalau begitu dimanakah system keadilan Tuhan..?

    Kembali kita telusuri~bahwa sesungguhnya yang berada dalam posisi bebas adalah JIWA~posisi bebas ini tentunya mengandung konsekwensi~unsur REWARD AND PUNISHMENT. Apabila kondisi JIWA mampu berada dalam wilayah kesadaran tertingginya ~sehingga dia mampu kembali ke dimensinya. Maka akan mendapatkan reward yang dijanjikan. Bila tidak diapun akan mendapat punishment~hukuman neraka.

    Sehingga dalam KEADILAN TUHAN~tidaklah menjadi masalah apakah JIWA berada di RAGA yang miskin, kaya, raja, petani, atau apapun. Sebab bagi sang Creator yang penting JIWA mampu menyelesaikan misinya agar mampu kembali. Sang Creator hanya menginginkan JIWA menjadi penikmat dan penyaksi yang baik~senantiasa mengagunmi, mengakui kehebatan sang Creator. Karena sesungguhnya sang CREATOR sudah mebuat rangkaian kejadian, sobaan-cvobaan, sedemikian rupa, sangat teliti, proposional sesuai dengan spesifikasi RAGA. Maka JIWA harus percaya ini dan jangan khawatir terhadap keadilan ini.

    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan orang-orang Nashara, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan beramal shaleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Maidah: 69)

    Kemudian bagaimana KEADILAN TUHAN, bagi JIWA yang berada dalam pemahaman teologi ?. (Islam, Kristen, Yahudi, dll).?.

    Dalam konsep ini~Teologi sesungguhnya hanyalah sebuah metodologi bagi JIWA untuk kembali ke dimensi-nya. Bagi KEADILAN TUHAN, yang penting manusia dapat mencapai kesadaran tertingginya dan dapat kembali kepada asalnya~. Bagi Tuhan JIWA adalah hanya sebatas sebagai penyaksi yang mengkahbarkan akan eksistensi Keberadaan-NYA~. Maka petunjuk (Buku Manual) yang diberikanpun telah disesuaikan dengan jamannya. Pada peradaban primitive~, belum ada kompleksitas ~sehingga mudah saja bagi JIWA untuk meng-kondisikan dirinya. Maka diberikanlah Buku Panduan yang sederhana. Namun pada jaman peradaban akal dan budi , sungguh kompleksitasnya demikian luar biasa, maka diperlukanlah BUKU PANDUAN yang lebih sesuai dengan jaman itu.

    Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Qs Ali Imrân/3:164)

    “Dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan apa yang diberikan kepada Nabi­-nabi dari Tuhan mereka; tidaklah Kami membeda-bedakan di antara seorangpun dari mereka, dan kami kepadaNya, semua menyerah diri. ” (Al baqoroh 136),

    Hakekatnya~sang CREATOR menantang JIWA-JIWA ini untuk mencari metodologinya sendiri-sendiri~mereka ditantang mengunakan seluruh potensi yang ada pada dirinya~guna menemukan jalan mereka untuk kembali ke dimensi dari mana dia berasal~ untuk keperluan ini sang Creator-pun sudah memberikan Buku Manual-nya.

    Batasannya adalah~RAGA telah disetting memiliki batas waktu (game over). Kapan batas waktu yang ditentukan bagi matinya RAGA~ hanya sang CREATOR lah yang tahu. Maka JIWA-JIWA diharapkan berlomba-lomba~dan senantiasa dalam suasana kesedaran yang terus menerus~sehingga pada saat di matikan RAGA~JIWA dalam posisi wilayah kesadaran tertingginya~sehingga dia akan dia dapat kembali dengan mudah.

    “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikanya yahudi atau nasrani atau Majusi “. (H.R. Muslim).

    Sang ‘CREATOR’ , menyerahkan pilihan itu (Agama) ~dan memberikan kebebasan pilihan itu kepada JIWA. Bagi sang CREATOR sama saja, apakah JIWA itu akan di letakkan kedalam RAGA ditengah-tengah~Islam, Kristen, Yahudi, atau KAFIR sekalipun. Semua sama-sama harus mencari metodologi untuk kembali. Semua tergantung dari usaha sang JIWA itu. Tuhan menjaga kesinambungan itu, keseimbangan agar tetap dalam kondisinya~menjaga perbedaan itu,~ agar Jiwa-jiwa dapat berpikir. METODOLOGI MANA YANG DI RIDHOI NYA.

    ”….. Dan sekiranya Allah tiada menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS;Al Hajj 40)

    ==========================
    Dan ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan, untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta mnunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.”
    Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. (At Taubah – ayat 107).

    Maha besar Allah, sang CREATOR alam semesta. Amin

    Wallohu’alam bisawab

    Arif Budi Utomo

    Note : Diambil dari Dzikrullah Millis

    Suka

  127. salafudin said

    Kusambut Takdirku..

    Melanjutkan kembali tulisan saya terdahulu ~Merekontruksi Konstelasi Pemahaman Takdir~. Bagaimana model ini kemudian dapat diaplikasikan dan menjelaskan fenomena yang terjadi di dunia ini, menjadi hal yang menarik~sebagai wacana baru dalam memahami takdir dan menerima sebagaimana adanya.

    Kita sering banyak menemukan ~tampaknya seperti sebuah kontradiksi pada beberapa ayat yang dijadikan rujukan dalam memahami takdir.. Namun dengan menggunakan model ini~ nanti dapat kita lihat bahwa sesungguhnya beberapa ayat tersebut justru malah saling melengkapi dan mengkuatkan. Sebagian telah saya ulas, namun akan kita pertajam lagi dalam kajian saya kali ini. (diturunkan dalam beberapa tulisan-insyaallah)).
    Ada beberapa pemahaman penting yang ingin saya ingatkan kembali disamping juga untuk memberi pijakan bagi pembaca yang mungkin belum sempat membaca bagian awal dari tulisan ini.

    Pemahaman pertama:
    Ada dua entitas yang berada dalam tubuh manusia yaitu entitas materi dan anti materi. Entitas materi~ saya menggunkan istilah RAGA; entitas inilah yang bersifat pasrah (Fatalis), kepada aturan Tuhannya (sunatulloh). Didalam raga inilah telah disisipkan rencana-rencana Tuhan~saya analogikan bahwa Raga sendiri adalah hanya sebuah ROBOT Tuhan, yang akan digunakan Tuhan untuk melaksanakan renacana-renacananya yang bersifat fisik di muka bumi ini. Sementara JIWA bersifat bebas, sekehendak dirinya sendiri. Atau..

    Saya meng-analogikan sebagaimana halnya seorang Pilot yang berada di dalam Pesawat Tempur super canggih. Layaknya pesawat super canggih, RAGA sudah dilengkapi dengan misi, program-program, rute, pilot otomatis, senjata,; rudal, pemindai, GPS, radar, alat komunikasi dan lain-lain. Sang pilot bebas sekehendak hatinya di dalam kokpit~mau apa saja. Mau hanya sekedar ~journey~ di dalam pesawat, atau mau mempelajari instrument pesawat, mau on line dengan menara pengawas, mau menggunakan fasilitas pilot otomatis~sementara dia tidur. Mau menggunakan senjata untuk bertempur, mau terbang setinggi langit, mau manuver, mau terbang secepat kilat, dan lain sebagainya.. Sang Pilot boleh menginginkan apa saja, namun perlu diingat bahwa Pilot harus tunduk kepada sang perancang pesawat tempur yang sudah mendesign sedemikian rupa. Ingat bahwa sang perancang sudah memasukan program yang hanya tunduk kepada sang perancang. Sang pilot dapat menggunakan fasilitas yang berada di dalam pesawat~jika dan hanya jika memang sudah diprogram terlebih dahulu oleh perancang untuk digunakan pilot, selebihnya, semua instrument tunduk kepada program-program sang perancang.

    STOP.!…sebentar~ kemudian imajinasikan dahulu bahwa wujud Pilot adalah seperti ETER, mudah meluas, labil, sangat sensitive, sering terbolak-balik. Memiliki kecenderungan-kecenderungan meluas sesuai dengan ruang yang ditemuinya. Sebagaimana halnya eter, ~seharusnya pilot mampu untuk masuk keseluruh bagian mesin dan instrument pesawat. Banyak perbedaan, saat pilot hanya ada di dalam salah satu ruang saja, dibandingkan bila berada diseluruh ruangan pesawat. Mungkin dari keseimbangan mesin, dan lain sebagainya.

    Pemahaman Kedua :
    Dalam membahas dan membicarakan Takdir ini, saya menganjurkan agar kita sudah mampu meng-imajinasikan yang mana JIWA dan yang mana RAGA. Amati dengan kejernihan pikiran~dengan kejernihan hati. Sepertinya terlihat gampang. Namun coba kita praktekan sebentar. Pertama ; Tarik nafas beberapa kali sambil penjamkan mata; cobalah anda untuk merasakan setiap detail tubuh anda mulai dari yang terjauh dahulu, dari jari kelingking kaki, terus naik keatas, tangan amati jari jemarinya~terus naik keatas hingga ke ubun-ubun. Kalau sudah berhasil. Selanjutnya rasakan organ-organ dalam anda. Kalau pun ini sudah berhasil. Lakukan secara serentak, ~keseluruh tubuh anda~seakan-akan diri anda sedang anda meluas diri anda untuk mengisi setiap sel di tubuh anda. Kedua ; Amati adakah gejolak rasa sedih, kemudian amati saat anda marah, saat anda gembira, terus lakukan dalam keseharian. Maka anda akan mampu mendeteksi mana Jiwa, mana Raga dengan instrumen-instrumennya. Selamat mencoba.

    Menyambut kehadiran takdir kita
    Kegamangan akan takdirnya ~membesut setiap hati manusia. Kegalauann akan takdirnya membuat hidup mereka menjadi tidak nyaman. Setiap orang menduga-duga akan takdir terbaiknya. Yang miskin berharap takdirnya adalah menjadi orang kaya. Orang yang kaya berharap takdirnya adalah menjadi orang paling berkuasa. Yang berkuasa berharap takdirnya berumur panjang, kalau bisa tidak usah mati, dan seterusnya, dan seterusnya. Hidup yang tidak berkesudahan. Inilah anomaly kehidupan. Realitas yang meski kita sikapi.

    Jangan khawatir meskipun Raga sudah diprogram sedemikian rupa~Allah maha adil. Allah maha tahu bahwasannya ~sifat Jiwa senantiasa meluas. Maka program yang dibuat untuk sang Raga-pun amatlah luas. Coba saja, Raga anda ,~ anda gunakan untuk berjalan, berlari, bersalto, menari, dan lain-lain. Kemudian anda coba gunakan untuk belajar; mau belajar apa saja-fisika, matematika, musik, apa saja, dan lain-lain. Semua bisa..!. Kebisaan yang memiliki ~range~sangat lebar.
    Namun perlu diingat bahwa Allah telah menetapkan ukuran-ukuran atas Raga sehingga telah sesuai dengan peruntukan dalam rencana Tuhan. Sehingga disini kita akan dapati ada sebagian manusia memiliki kelebihan dibanding satu dan lainnya ; kecerdasannya, talenta, kondisi fisik yang lebih kuat, dan lain sebagainya.

    “Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada sisi Kamilah khazanah (sumber)nya; dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran tertentu” (QS Al-Hijr [15]: 21)”.
    Dia (Allah) Yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sesempurna-sempurnanya” (QS Al-Furqan [25]: 2).
    “Dan sungguh, Kami mengetahui orang yang terdahulu sebelum kamu dan Kami mengetahui pula orang yang kemudian” (QS; Al Hijr : 24).

    Kemudian~Di dalam raga ini Allah sudah memprogram kadar rejeki setiap manusia, Berikut dengan iktiar apa saja yang dapat dilakukannya, misalnya jadi guru, pejabat, pengusaha, dan lain sebagainya. ~Dalam kemungkinan-kemungkinan yang hanya diketahui Allah saja. ~Kalau jadi guru rejekinya segini, kalau pengusaha segini. Dan lain sebagainya. Dari rejeki yang paling minimal ~menengah~hingga maksimal. Sementara itu ~Raga juga sudah disipakan meiliki ~Rejeki yang paling minimal~ adalah rejeki yang dijamin Tuhan untuk sang RAGA agar dapat hidup minimal,~ rejeki yang sudah di support oleh system keadilan Tuhan. Maka kita sering melihat ada seseorang nganggur sekian lama masih tetap bisa makan, dan lain sebagainya.
    Sementara itu untuk~ Jiwa~ diberikan kebebasan untuk memilih rejekinya~tergantung tingkat kepuasannya~ mau rejeki yang hanya diperuntukan untuk RAGA saja atau rejeki yang lebih luas lagi. Mau sedikit, menengah atau banyak, silahkan pilih. Seberapa besarkah maksimal rejeki manusia atau seberapa kecilkah rejeki minimal setiap manusia..?. Tidak ada satu mahklukpun di muka bumi ini yang diberikan pengetahuan tentang berapa besarnya rejeki maksimal dari setiap manusia atau berapa kecilnya rejeki minimal. ~Manusia tidak diberi pengetahuan sedikitpun. Manusia dipersilahkan menentukannya sendiri~maka disini JIWA mesti membuat fungsi permintaan tersendiri . ~Fungsi permintaan ini akan mempertemukan titik-titik kemungkinan takdir yang disebarkan Allah di dalam progam RAGA dan/dengan kemungkinan sifat meluasnya Jiwa. Ada sebuat titik pertemuan yang paling optimal~diantara itu.
    Keahlian manusia membuat fungsi permintaan inilah yang akan menentukan; apakah manusia itu mampu meraih rejeki maksimalnya. Kesalahan manusia yang terlalu mengikuti ~meluasnya JIWA akan membawa dampak negative yang luar biasa~frustasi bahkan lebih parah dari itu. Demikian juga sebaliknya.

    Fungsi permintaan dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya; ada yang merupakan fungsi harta, fungsi jabatan, fungsi ketenaran, yang merupakan fungsi permintaan duniawi atau fungsi ketenangan Jiwa yang merupakan fungsi permintaan akhirat. Atau gabungan dari keduanya.

    Nah, saya akan membantu anda untuk menemukan titk temu yang paling optimal agar mendapatkan takdir~rejeki menjadi maksimal; antara JIWA yang kecenderungan meluas seluas luasnya dan RAGA yang pasrah yang sudah ditentukan bagian-bagian rejekinya.

    Tahap Pertama ; Pengenalan Ketubuhan
    Raga sudah ditentukan telentanya masing-masing, kenalilah raga anda, ~bacalah (amati) perintah-perintah Tuhan yang tersirat maupun tersurat dalam diri anda. Setiap manusia diberikan kelebihannya masing-masing. Bisa saja ~untuk menemukan ini , anda dibantu seorang psikolog dengan melakukan serangkaian test potensi bakat.~ Bisa juga anda amati sendiri~dari pengamatan tersebut kita akan menemukan bakat kita. Kemudian~
    Perlahan lakukan latihan seperti uraian dalam pemahaman 2 diatas. Luaskan terus Jiwa anda, isi setiap ruang dalam tubuh anda, hingga ke ujung-ujung saraf yang terjauh sekalipun. Anda akan merasakan badan terasa seperti di pompa perlahan, mengalir ke setiap syaraf~ diatas kulit seperti terasa ada hawa~seperti aliran listrik lembut sekali. Tahan di fase ini, bebarapa saat, ulangi dan ulangi terus.
    Fase ini adalah ; pengenalan Jiwa terhadap Raga~sebagaimana ilustrasi saya dengan pesawat diatas. Dalam fase ini anda akan merasa yakin, akan kemampuan anda dibidang apa. Apakah seni, apakah teknik, dan lain sebagainya.

    Tahap Kedua : Pengenalan Jiwa
    Mengenali kesedihan, kemarahan, dan lain-lain, anda merasakan ada yang mengamati semua itu. Terus lakukan berkali-kali. Kemudian bawa kepada ketubuhan anda, Jiwa memiliki kecenderungan yang meluas~bawalah Jiwa anda pelan~kepada satu-satu bakat-bakat anda yang sudah anda ketemukan tadi. Terus amati~hingga akan muncul sebuah sinergi keyakinan yang sangat luar biasa.
    “ Aha…eureka. Aku menemukan siapa diri saya sebenarnya..!. “. Itulah teriakan yang terjadi ketika antara JIWA dan Raga sudah mendapatkan titik temu optimal.

    Dengan tahap 1 & 2 ini, kita sedang mencari titik optimal yang mungkin. Dimana Jiwa mampu menemukan titik terjauh dari ‘sukses’ kita yang ditunjukkan/dicirikan oleh adanya talenta yang paling besar yang mungkin dapat diraih sang Raga. Biasanya berkaitan dengan profesi, apakah pengusaha, pejabat, dan lain-lain. Disini kepuasan (keluasan) Jiwa yang mampu diakomodasi oleh Raga. Disini kita sudah menemukan mau jadi apa kita; pengarang, pelukis, penyanyi, pejabat, pengusaha, manager, dan lain-lain sebagainya.

    Tahap ketiga ; Pengembalian
    Setelah anda menemukan siapa diri anda ~hadapkan semua kepada Allah kembali. Masuki dengan cara yang sama. Tumbuhkan kesadaran bahwa anda adalah sang JIWA yang memiliki kebebasan memilih. Saat ini anda memilih untuk pasrah bersama RAGA. Kuatkan..kesadaran itu..pelan kuatkan lagi…lagi…hingga anda mencapai keheningan. Kemudian ucapkan pengakuan anda itu lirih dalam hati. Dalam keheningan yang dalam..perlahan anda kembalikan posisi RAGA kepada Allah, kembalikan penglihatan, pendengaran, kembalikan pikiran anda kepada Allah. Kuatkan kesadaran bahwa Allah-lah tempat kembalinya semua mahluk, tempat semua makhluk bergantung. Sebagaimana atom-ataom tubuh anda kembali kepada alam nantinya. ~Kemudian, Sampaikan pilihan yang sudah kita yakini tersebut. Dan mohon ridho-NYA. Terus lakukan berkali-kali, sehingga anda dapat melakukan dengan rileks dan dalam situasi apapun. Ini akan melahirkan ketenangan, keyakinan terhadap apa yang sedang kita kerjakan. Insyaallah.

    Ketika kita sudah menyatukan proses tersebut, hasilnya adalah energi dan sinergi luar biasa yang tidak ada habisnya~sehingga pada saat kita menjalankan satu-per satu iktiar kita, kita sudah mendapatkan satu keyakinan bahwa hasil sudah ditangan kita saat ini, yang kita jalani hanyalah sebuah ketentuan proses sunatulloh saja. Kita sudah yakin dengan takdir kita. Hakekatnya sudah terjadi apa yang kita inginkan tersebut. Keyakinan inilah ~ hakekatnya yang akan menghantarkan kita kepada kesuksesan yang kita inginkan. Walohu’alam

    Dengan demikian. MARILAH KITA SAMBUT TAKDIR KITA DENGAN SUKA CITA.

    Bersambung ke kajian selanjutnya ‘Tersesat oleh takdir…!”

    Wasalam,

    Suka

  128. salafudin said

    From: Arif Budi utomo
    Subject: TERSESAT OLEH TAKDIR

    Seperti Apakah Takdir Saya…?

    Pertanyaan-pertanyaan itu seperti tidak ada habis-habisnya,~ terdengar dan selalu ditanyakan oleh setiap manusia~dari mulai hanya sekedar sebuah lelucon, hingga menjadi sebuah desahan, rintihan, ratapan, kemudian menjadi sebuah kegalauan, bahkan tak jarang menjadi sebuah pemberontakan dalam diri manusia itu sendiri.
    Banyak sekali Jiwa yang ~seperti merasa terjebak di dalam Raga mereka.
    Mereka tidak menerima kondisi yang ada saat ini,~ kondisi yang sedang dijalani Raga. Yang jadi pembantu tidak menerima jika dirinya pembantu, yang miskin tidak menerima kemiskinannya, yang kaya juga masih menginginkan jabatan lainnya. Jiwa senantiasa terus meluas~meliar.~ Jiwa seakan tidak pernah berjalan bersama raganya. Raga berada dimana, ~Jiwa juga entah berada dimana, mungkin dimasa lalu, atau di masa depan, dan lain sebagainya. Seperti halnya air dengan minyak. Seandainya~Kalaupun Jiwa berada dalam tubuh~ sering kali cuma bisa menyusut, mengecil, kempes, hanya menempati salah satu ruang saja~Jiwa penuh dengan ketakutan, merasa kecil, dan lain sebagainya. Sebetulnya Hal ini adalah sama saja dengan yang pertama.
    Bila kondisi ini bila berlarut-larut, mengakibatkan kebingungan bagi Raga ~untuk menterjemahkan keinginan Jiwa~reseptor Raga berbeda dengan Jiwa. Raga terbatas oleh ruang dan waktu. Jika terlalu sering ditinggalkan dan atau terlalu sering menerima perintah-perintah dari Jiwa yang tidak sesuai dengan program yang sudah ada dalam diri Raga, maka timbulah~overload. Reseptor Raga melemah, syaraf, system metabolisme tidak teratur~terjadilah proses degeneratif. Timbulah bermacam-macam penyakit.

    Exercise: lakukanlah latihan-latihan secara kontinue sebagaimana telah dijelaskan dalam tulisan ~Kusambut Takdirku.

    Latihan-latihan tersebut berguna untuk mengendalikan sifat Jiwa yang senantiasa meliar, meluas, dan senantiasa berada dimana-mana sesuka-sukanya dirinya. Dengan latihan tersebut Jiwa ditarik agar tetap berada dalam keadaan terkini , situasi dan kondisi terbarukan di dalam~bersama raganya.
    Maka jika kita sudah melakukan latihan beberapa hari~sungguh akan mendapatkan manfaat yang luar biasa dalam memaknai hidup ini.
    Dan anda sendiri akan heran memandang takdir anda sendiri, kemudian sampailah kepada hakekat TAKDIR itu ternyata;

    TAKDIR SAYA SESUNGGUHNYA ADALAH APA YANG TERJADI PADA DIRI SAYA SAAT TERKINI PADA WAKTU SEKARANG INI

    Tidak ada masa lalu dan tidak ada masa akan datang. Yang ada hanyalah saat ini. NOW..!. Inilah makna hakekat takdir dalam konsep saya. Masa depan masih takdir Tuhan, masa lalu hanyalah sebuah memory saja. Kita ada dan kita merasakan takdir kita adalah saat sekarang ini. Sebuah kesadaran saat ini.
    Jika saat ini kita sedang membaca tulisan ini, itulah takdir kita sesungguhnya. Raga kita sedang melakukan pekerjaan membaca tulisan ini. Itulah takdir kita.
    Langkah kita tinggal~mempertahankan kesadaran ~ pasrahkan Jiwa kita untuk mengikuti kegiatan Raga. Meluaskanlah Jiwa keseluruh sel-sel dalam tubuh . Maka jiwa dengan ikhlas akan mengikuti raganya. Jangan biarkan Jiwa meliar, tarik kembali kepada takdirnya. Kita akan melihat perubahan yang luar biasa sekali. Dan ketika kesadaran kita senantiasa berada dalam wilayah kesadaran ini. Maka akan muncul energi yang tidak akan ada habis-habisnya.
    Lakukan pembelajaran dengan pemahaman ini terus menerus~Begitu juga jika saat kita sedang minum kopi~minum kopi saat sekarang ini adalah takdir kita. Maka nikmatilah~sambil terus kita berdzikir, bersyukur, menunggu takdir berikutnya. Beberapa waktu ke depan kita tidak akan tahu. Jangan biarkan Jiwa meliar kesana kemari. Nikmati saja takdir kita saat ini.

    Bargaining dengan Tuhan..!

    Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk melakukan negosiasi, atas fasilitas-fasilitas yang diberikan-NYA kepada manusia. Hal ini sebagai konsekwernsi system keadilan Tuhan itu sendiri~Tuhan telah menempatkan Jiwa kepada raga sekehendak Tuhan ~maka oleh karenanya~Jiwa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memilih fasilitas yang diinginkannya. Berkaitan dengan situasinya saat itu. Dalam perspektif kondisi dan situasional raga saat itu tentunya. Misalnya; komunitasnya, pendidikannya, pengetahuannya, dan lain sebagainya.

    Allah menghendaki agar saat Jiwa kembali kepada-NYA dalam keadaan puas~sepuas puasnya~, dan dalam keadaan ridho. Masing-masing dalam keadaan saling meridhoi~Manusia ridho dan Allah juga ridho. Tidak sedikitpun Allah menginginkan kerugian bagi manusia dan Dia tidak pula berbuat aniaya kepada hamba-hambanya. Inilah bargaining terhadap fasilitas takdir yang dapat kita lakukan terhadap Allah.

    “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah.” (QS. An Nisa’ [4] : 40)
    “Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.”(Ali Imron ;108)
    “Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu” (QS Al-Fajr :27-30)

    Manusia seringkali tidak memahami ada wilayah tawar menawar, yang diberikan Tuhan kepada setiap hambanya. Banyak sekali ayat yang menerangkan hal ini, bab berdo’a dan pengabulannya.

    Takdir adalah rangkaian kejadian-kejadian yang disusun menjadi sebuah aktifitas fisik (baca Merekontruksi Konstelasi Pemahaman Takdir). Maka dalam konsep ini, kita mesti melatih diri kita untuk menyambut takdir kita dari waktu ke waktu sepanjang usia. Kesiapan kita dalam menerima suasana sangat tergantung kepada perencanaan dan negosiasi kita kepada Allah. Suasana penyambutan inilah yang diinginkan Allah,~kepada Jiwa ~adalah dalam suasana tenang, ridho, yakin, dari pasrah bersama raga. Ikhlas..!.

    Saya akan analogikan dalam praktek sehari-hari, agar lebih dapat menjelaskan apa yang saya maksudkan.

    Kita harus mampu mengenali diri sendiri. Memisahkan mana Jiwa dan mana raga. Melalui latihan-latihan diatas kita dapat mengenali itu. Kemudian kita mulai mengamati sebaran kemungkinan yang ditarok Allah dalam raga kita~rejeki, pangkat,dsb ; apakah kita menyukai seni, teknik, komputer, filsafat, dan lain sebagainya. Rasakan saja, sambil ber-dzikir. Melalui latihan tersendiri kenali juga Jiwa kita. Kalau Jiwa dan raga sudah kita kenali, maka kita tinggal luaskan Jiwa menuju kepada raga, kepada seluruh sel-sel dan syaraf. Terus masuki hingga kepada wilayah keinginan sang Jiwa. Hadapkan keseluruhan kepada Allah. Dalam keheningan inilah terjadi tawar menawar. Kita akan dituntun, dalam wilayah-wilayah kemungkinan-kemungkinan takdir yang ada. Hingga sampai suatu saat kita Ngeh…!. Nah, inilah saya, keinginan saya, saya mau disitu ya Allah. Maka proses tawar menawar pun selesai. Kemudian lanjutkan kepada proses pengembalian, Pengembalian panca indra raga kepada Allah; melihat kembali kepada Allah, mendengar kembali kepada Allah, dan seterusnya. Hingga Jiwa merasa turut larut bersama raga yang patuh kembali kepada Allah. Blegh..!.
    Nah, dari sinilah kita akan mendapatkan daya dorong yang luar biasa untuk melaksanakan keinginan (cita-cita) kita.

    Proses ini lakukan berulang-ulang hingga menjadi sebuah keyakinan Ainul Yakin. Sebagaimana sebuah keyakinan jika di tampar itu sakit. Setelah itu persiapkan diri kita untuk menjalani prosesnya berupa rangkaian kejadian-kejadian (rute), yang akan kita jalani, tentunya harus senantiasa dalam suasana penerimaan yang ikhlas.

    Begitu bangun tidur, maka segera kita perkuat kesadaran, luaskan jiwa keseluruh sel tubuh, rasakan…semua..organ..metabolisme..dan sebagainya. Inikah takdir saya ya Allah, saya masih bisa bangun pagi dengan kelengkapan yang utuh..sampaikan rasa syukur kita..alhamdullilah..!. Dalam sepersekian detik…lakukan negosiasi..selanjutnya apa takdir saya ya Allah..oh ya saya sholat dulu..maka timbul dorongan daya kepada kita untuk melakukan sholat.

    Saat sholat juga lakukan hal yang sama, dalam posisi duduk diantara dua sujud, lakukanlah negosiasi, sampaikan kondisi terkini kita~jiwa kita~raga kita. Semacam laporan dahulu dalam sekian detik. Ikuti satu-satu bersama mengalirnya do’a kita. Bila kita menginginkan rejeki maka berhentilah sejenak~ya Allah berikanlah rejeki..anda ajukan beberapa kemungkinan hari ini..serahkan kepada Allah.. takdir mana yang terbaik untuk kita. Maka Allah akan memilihkan jalan. Ada suatu daya dan keyakinan untuk menjalankan yang mana diantara beberapa pilihan-pilihan itu. Lakukan hal yang sama saat-saat sholat dhuhur, asyar, maghrib, dan Isya.

    Bila kita berada dalam suasana kesadaran itu terus menerus maka kita tidak akan pernah merasakan khawatir apapun, meski saat ini kita tidak memegang uang walau sepeserpun Senantiasa kita akan dibawa dialog dengan Tuhan. Senantiasa ada keyakinan yang disusupkan, kita akan tahu jika sebentar lagi akan datang rejeki dari Allah. Melalui perantaraan makhluknya. Kalaupun kita memiliki keinginan dan cita-cita~maka ada keyakinan yang sangat kuat bahwa apa yang kita inginkan sudah terjadi sudah dikabulkan saat ini, kita tinggal menjalani.Orang-orang sukses di takdirkan sudah memiliki talenta keyakinan alami ini, berdasarkan kemampuan akalnya yang memberikan sugesti. Para illisionis sering memanfaatkan keahliannya untuk memanipulasi hal ini. Sehingga pada orang yang diberikan sugesti akan tumbuh sebuah keyakinan.Namun ingat ini tidak sejalan dengan rencana Tuhan.

    Tersesat oleh Takdir
    Seringkalai manusia memahami takdir sebagai sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat kita rasakan. Jiwa senantiasa berada pada takdirnya sendiri yang dirangkainya pada angan-angannya. Manusia lupa . bahwa kejadian saat ini, diwaktusekarang sesungguhnya adalah takdirnya. Raga hanya bisa berada disaat ini, disatu tempat. Raga tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus. Atau raga tidak mungkin berada di dua waktu bersamaan. Raga hanya mampu meniti setapak demi setapak , hari demi hari, waktu demi waktu.

    “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
    (Al baqoroh ; 155)

    Bila jiwa tidak mampu mengikuti perjalanan raga, dengan sabar maka sesungguhnya inilah yang dinamakan JIWA TERSESAT OLEH TAKDIR YANG DICIPTAKANNYA SENDIRI dalam angannya. Bukan dalam rangkaian rencana Allah. Takdir Tuhan.

    Wallohu’alam.

    Arief

    Suka

  129. Untuk suatu kebutuhan sehari-hari mungkin saja Allah tidak ikut campur.
    Untuk suatu hal seperti;jodoh,rizki dan maut saya tidak mampu memungkiri adanya keputusan Dia,di sadari ataupun tidak.

    Suka

  130. muhammad sofwan said

    Tapi tlg dikaji surat ar rad 39,wasallam

    Suka

    • agorsiloku said

      Mas Sofwan, komentar 107,108,126,127,128 adalah postingan yang sangat panjang lebar, termasuk juga mengulas mengenai ayat 13:39. Surat guruh ini tampak sebagai surat komposisi pengetahuan mengenai hukum sebab akibat yang uraian ayat-ayatnya sangat komprehensif dengan penciriannya menjelaskan beragam sumber ilmu pengetahuan yang dapat kita telaah.
      Terimakasih Mas atas catatannya. Wslm, agor

      Suka

  131. Anonim said

    Numpang nanya …apakah manusia lahir allah swt suda menetapkan jodo dan rejekinya………?

    Suka

  132. Hajiza said

    sukses itu Allah yg nentuin,, mau berjuang sekuat apapun, sekeras apapun, klo Allah gx ngizinin, ya gx akan terjadi.
    Benarkah begitu?? Yg punya jawaban Tolong dibantu penjelasannya

    Suka

Tinggalkan komentar