Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Apa Sih Yang Disebut Waktu Itu?.

Posted by agorsiloku pada Februari 6, 2008

Seorang teman kecil bertanya, apa sih waktu itu?  Betulkah kita berkata :”Duh sempitnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas ini itu…?.  Seperti kata Oom Wiki, waktu diukur dengan skala waktu nano detik, mili detik, sampai abad atau jutaan tahun… 😀

Waktu adalah proses dua kejadian pada satu skala waktu, semenit, sebulan, semusim, atau sekian abad !.  Satu kejadian itu sendiri dikenal sebagai saat.  Dua kejadian yang pada setiap kejadian itu ada perubahan atau pembanding perubahanlah maka waktu dikenal.  Al Qur’an dengan indah menjelaskan mengenai waktu ini.   Lha kalau dua kejadian itu tidak berubah, adakah waktu itu?. Ketika seorang ditidurkan dan bangun sekian ratus kemudian (QS Al Kahfi), kemudian ia dibangunkan kembali, bekerjakah waktu kepada mereka!.  Tidak !.  Tidak ada yang berubah pada objek manusia itu, yang berubah berada di sekitarnya.  Perubahanlah yang mendefinisikan waktu.  Tanpa perubahan, maka waktu menjadi tidak ada.  Sebuah atom sejak penciptaan pertama kali dan sampai sekarang masih seperti itu-itu juga, dengan kata lain tidak ada perubahan padanya, maka “waktu” tidak bekerja padanya.  Adakah yang tidak dikenai waktu di alam semesta ini?.

19 Tanggapan to “Apa Sih Yang Disebut Waktu Itu?.”

  1. abdulsomad said

    Assalamualaikum
    Ada
    Dia lah Sang Pemilik waktu itu sendiri.

    @
    Wass.wr.wb. Kalau… yang ini… mau komentar apa lagi wak…. 😀

    Suka

  2. […] keengganan rekan rekan untuk terlibat lebih jauh dalam debat sia sia yang melanda blog ini beberapa waktu yang lalu. Sehingga tamu tamu yang datang pun semakin sepi walau itu sekedar mampir melempar sampah […]

    Suka

  3. haniifa said

    Kadang, kala kita tidak dapat menyelesaikan masalah yang menurut kita rumit and jlimet,…
    biarlah waktu yang melesaikannya.

    @
    Dengan kata lain, kesabaran menjadi kuncinya… 😀 Larut bersama waktu…

    Suka

  4. Quantum said

    waktu adalah makhluk, merupakan besaran pokok dalam fisika,sehingga terkait dengan satuan dan besaran lainnya juga seperti jarak,dan massa. Jika terdapat massa sangat besar akan mempengaruhi kelambatan detak waktu disekitarnya. seperti ketika semua massa alam semesta masih berupa titik ketiadaan, maka waktu juga berhenti.

    Surga dan neraka pastilah mempunyai massa,karena menempati ruang meskipun ruang itu berbeda dengan ruang semesta saat ini. Kekekalan waktu di surga atau neraka tidak bisa disejajarkan dengan kekekalan hakiki Allah, karena memang berbeda.

    Anggap lah ada berbagai sistem alam semesta yang menjadi ciptaan Allah (termasuk surga,neraka,alam semesta kita),maka waktu akan berjalan dengan aturan sesuai takaran dari tiap tiap semesta tadi.

    Allah sendiri tidak terikat dimensi makhluknya termasuk waktu. ketika waktu berhenti,Allah tetap exist,ketika waktu tidak ada Allah sudah ada.ketika waktu dihancurkan Allah juga masih ada. Dan semua sifatNya tetap konsisten berlaku seexist DzatNya.

    @
    Mendefinisikan waktu sebagai mahluk… nah ini terus terang bingung juga. bagaimana menjelaskannya, bukankah itu perubahan (jadi seperti pertanyaan klasik : Al Qur’an mahluk atau bukan !?)…

    Bukankah waktu yang jadi titik sentral, tapi perubahan. Waktu sebagai dimensi, tapi bukan besaran pokok (panjang, lebar, tinggi, massa, A)
    Wah jadi bingung juga… 😀

    Suka

  5. Quantum said

    Atom tentunya bisa terjadi perubahan,dia dari dulu dan skg belom tentu sama tergantung kondisi di sekitarnya ,elektron pun bisa berubah, quasar pun bisa berubah. Ketika sebuah gravitasi sangat besar akan mampu melesakkan semua zarah remuk meluruh sangat padat, bahkan elektron ,quasarnya akan berkumpul menjadi ke titik satu,sampe ke dimensi di mana ukuran menjadi 0 nano, pico, femto dst.

    Atom juga bisa menjadi foton/gelombang, berubahnya materi menjadi energi/gelombang.

    Susah juga untuk mencari contoh sesuatu yang tidak berubah di jagad ini. karena jagad di sini juga masih terikat waktu. Bahkan Malaikat,iblis masih dalam dimensi jagad kita saat ini juga ada saatnya .

    kejadian isra miraj juga membuktikan waktu relatif.

    yang tidak terikat waktu ada diluar jagad kita Arsy,Sidrotul Munthaha, Laufil Mahfudz yang tentunya kita semua tidak tau apa hakikat itu semua.

    @
    😀
    Kata kuncinya menjadi, seperti Mas Quantum sampaikan : “…karena jagad di sini juga masih terikat waktu”, dengan kata lain seluruh isi alam semesta fisis ini sesungguhnya fana.

    Suka

  6. Rul said

    duh… waktu! banyak yg terjadi sia2 nich dgn waktu ku 😦

    andai bisa berputar ulang waktu itu… aku mau…
    tapi… mana mungkin berputar ulang yah ???

    salam om agor… 🙂

    @
    Salam Mas Rul… dan terimakasih sudi berkunjung ke sini.
    Dalam postingan ini : “duh… waktu! banyak yg terjadi sia2 nich dgn waktu ku 😦 ” sama artinya dengan : Duh… waktu ! banyak yang perubahan yang terjadi tidak memberikan arti apa-apa… atau dengan kata lain melakukan perubahan yang tidak membawa arti.

    Andai bisa berputar ulang waktu itu –> Andai saya bisa mengulangi lagi peristiwa/kejadian perubahan yang sama… aku mau…

    Tapi mana mungkin melakukan perubahan lagi…

    😀

    Suka

  7. wied said

    Assalamulaikum wr.wb

    Saya kira di alam semesta ini yang tidak dikenai waktu adalah “Cahaya” . Ukuran satuan waktu yang tercepat di alam semesta saat ini adalah cahaya. Bila sebuah objek mampu bergerak secepat cahaya, perubahan (waktu) yang terjadi di luar lingkupnya, tidak akan berpengaruh terhadap objek tersebut. Seperti kisah dalam surat Al-Kahfi.

    CMIW

    Wassalam wr.wb

    @
    Wassalam wr.wb
    Terus terang, saya tidak yakin benar bahwa yang tidak dikenai waktu adalah “cahaya”. Cahaya bersifat sebagai partikel dan gelombang. Ada sejak awal penciptaan, terjadi dari sebuah proses. Ambilah contoh, matahari bercahaya, lampu bercahaya. Lampu kan sebelumnya mati, lalu mengeluarkan cahaya. Jadi, dengan logika “bodoh”, saya bilang gini saja : kalau awalnya nggak ada, kemudian keluar cahaya berarti dilahirkan dunk. Kalau energi foton (partikel cahaya) itu terkena objek lain, maka terjadi pemanasan dan terjadi fotosintesis (pada tanaman). Jadi foton berubah dunk jadi bentuk lain. Nah, kalau mengakibatkan sesuatu pada biokimia artinya menjadi stimulus energi perubahan –> apakah tidak sedang terjadi sesuatu pada partikel foton itu?. Kalau terjadi sesuatu dan karena foton dianggap tidak bermasa (saya katakan dianggap, karena tidak/belum bisa diukur) maka boleh jadi dan fakta umum, cahaya jelas memiliki usia. Namun, dalam kondisi khusus pada perhitungan relativitas khusus, tidak ditemui hitungan yang memungkinkan cahaya memiliki usia. Tapi, seperti persamaan Planck, ketika partikel foton berinteraksi dengan materi, maka melepaskan sejumlah energi. Nah, kalau melepaskan energi artinya mengalami perubahan. Kalau mengalami perubahan, ya artinya memiliki usia. Tapi ini persepsi bukan fisikawan loh. Jangan dipercaya.

    Ukuran satuan waktu tercepat saat ini yang dikenal memang c, dan tidak ada yang bisa melebihinya. Tapi tidak juga, dalam penelitian superluminal, kita juga mengenal taychon, sebagai sebentuk foton yang ilmu pengetahuan teoritis saat ini menyebutnya sebagai tanpa informasi. AQ sendiri memang menjelaskan bahwa C adalah urusan yang mengatur dunia ini.

    QS Al Kahfi tentang pemuda dalam gua itu, dia tinggal (tidur) dalam gua 300 tahun (Qomariyah) ditambah 9 tahun (hitungan masehi). Tidak ada penjelasan dalam AQ (yang saya pahami) bahwa pemuda-pemuda itu diberangkatkan dalam sesuatu dengan kecepatan cahaya (sehingga tidak bertambah usianya dalam kurun waktu 300 tahun). Tapi, anjingnya sudah menjadi tulang belulang. Yang dapat saya pahami, pemuda itu boleh jadi dilindungi medan magnetik (jadi ingat medan gravitasi eksperimen philadelphia) sehingga tidak ada sesuatu yang fana di sekitarnya bisa mempengaruhi sesuai dengan kehendakNya. Dan tentunya, kisah ini menjelaskan tidak berada dalam kecepatan cahaya…..

    Suka

  8. aricloud said

    Assalamu’alaikum

    @wied
    Maaf mas wied, saya belum setuju kalau dikatakan “cahaya tidak dikenai waktu”.
    Cahaya memang masih menjadi objek tercepat “yang diketahui manusia” di alam semesta. Namun, Kecepatan cahaya tidaklah “Tak Terbatas”. artinya, ia masih membutuhkan “waktu” untuk bergerak.
    Kecepatan cahaya mencapai :
    299.792.458 meter per detik, atau
    1,079,252,849 km / jam (didefinisikan sebagai warp speed)
    Sebagai perbandingan, kecepatan suara hanya mencapai 1.224 km/jam (mach speed)
    Namun jangan lupa, cahaya juga merupakan partikel gelombang elektromagnetik.
    Di antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya, masih banyak jenis gelombang-gelombang lain yang memiliki kecepatan di antaranya.

    Cahaya matahari sampai ke bumi setelah melalui waktu 3 – 5 menit. Bukti bahwa “cahaya” juga tidak terbebas dari waktu.

    Cahaya juga memudar seiring dengan pelebaran volume pembiasan.

    “Cahaya” menjadi pengantar dari gambaran sebuah benda / image kepada objek yang melihat. Karena cahaya memiliki kecepatan yang terbatas, maka gambaran image yang diantarnya pun telah memiliki selisih waktu.

    Misalnya, jika kita melihat matahari saat ini, maka sebenarnya yang kita lihat adalah matahari 3 – 5 menit yang lalu. Demikian juga jika saat ini seorang astronom melihat sebuah ledakan bintang, maka bisa jadi kejadian itu merupakan kejadian beberapa tahun yang lalu (tergantung jarak bintang) namun “image”nya baru sampai saat ini.

    Bila sebuah Objek mampu bergerak seperti kecepatan cahaya (dalam dunia nyata) maka objek itu tidak akan dapat melakukannya kecuali telah menjadi “gelombang partikel energi”

    @
    Wow, sisi menarik dari pandangan bahwa cahaya tidak memiliki usia. Mas Febian pernah menuliskannya mengenai hal ini. Beliau menjelaskannya dari sisi teori relativitas khusus. Barangkali secara fisika teoritis saat ini benar begitu, hanya kita saja yang mungkin salah menanggapi pemahaman beliau. Atau berbeda pandangan. Pembiasan dari contoh Mas Aricloud belum masuk pada ranah foton, namun masih dari arah foton itu sendiri yang terbiaskan ketika berinteraksi dengan materi. Namun, mengikuti teori Plank (masa, gelombang, energi) kita tahu bahwa sepercik foton sebenarnya terpencar dari nyala sebatang rokok atau contoh lain pada fotosintesis tanaman. Selebihnya… saya juga tidak mengerti… apakah setelah foton (partikel cahaya) melakukan proses biokimia maka dia tetap wujud?.

    Suka

  9. aricloud said

    Tentang waktu,
    Saya sama bingungnya dengan semua yang ada di sini,
    namun satu hal yang saya yakini, bahwa “waktu” adalah sama dengan ciptaan Allah lainnya.
    waktu itu diciptakan, dan Pencipta-nya mustahil terikat oleh ciptaan-Nya.

    Oleh karena itu, semua benda yang terikat oleh waktu sebagaimana yang “secara subjektif” dirasakan oleh manusia pastilah akan mengalami kehancuran kelak (tidak abadi), termasuk waktu itu sendiri.

    Bagaimana dengan syurga dan neraka?
    Jika dipandang secara subjektif dari waktu nyata manusia, maka saat ini tentu saja belum ada orang yang masuk syurga dan orang yang masuk neraka sebelum adanya Hari Pembalasan.

    Namun, dalam Isra’ dan Mi’raj, Allah memperlihatkannya kepada Rasulullah saw. Hal ini adalah bukti Kemahakuasaan Allah terhadap waktu serta keterlepasan Allah swt dari waktu. (terlepas dari pro kontra buku-buku Agus Mustopha)

    Waktu dalam alam Syurga dan neraka (gaib) dan waktu alam nyata, tentu saja bisa berbeda karakteristiknya, termasuk keberadaan ruang semestanya.
    Oleh karena itu seringkali perdebatan mengenai “Apakah syurga dan neraka itu sudah ada?” atau “Dimanakah letak Syurga dan Neraka di Alam semesta?” tidak akan pernah sampai pada kesimpulan yang menyenangkan bagi setiap orang.
    Hal ini karena bisa jadi syurga dan neraka, dengan alam semesta kita memiliki perbedaan ruang dan waktu (hingga dikategorikan alam ghaib).

    Sehingga, konsep “keabadian” di alam akhirat tentu akan menjadi lebih logis jika dilepaskan dari konsep “waktu” yang dirasakan “secara subjektif” oleh manusia saat ini.

    Wassalamu’alaikum

    @
    Ass.wr.wb…
    Lama tak muncul Mas Ari?. Semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah swt.
    Dalam postingan ini, saya hanya ingin berwacana bahwa waktu itu identik dengan perubahan. Segala hal yang tidak berubah (objeknya atau bendanya) maka dia tidak terikat waktu, walaupun objek lainnya berubah. Jadi kalau saya punya keris sejak kecil, lalu setelah dewasa keris itu masih sama seperti waktu saya memilikinya. Maka saya katakan, keris itu tetap, keris itu tidak berubah atau keris itu tidak terikat waktu (tentu dalam hal ini dalam konteks pendek saja).
    Kita kenal surat yang dimulai dengan Demi massa (QS 103), menunjukkan bahwa perubahan harus dilakukan dan terjadi. Dari ayat itu saya kemudian punya ide postingkan soal waktu.
    Sedangkan konsep dilatasi waktu (memanjang atau memendek) memang bukan topik di sini.
    Waktu diciptakan, tapi bukan sebagai subjek, lebih sebagai konsekuensi logis dari dimensi-dimensi fisis lainnya. Begitu yang saya pahami… 😀
    Salam, agor.

    Suka

  10. haniifa said

    Salam,
    @mas Aricloud
    Saya rasanya kurang sependapat dengan mas Ari soal:
    “maka saat ini tentu saja belum ada orang yang masuk syurga dan orang yang masuk neraka sebelum adanya Hari Pembalasan.”

    Sebab:

    Orang di syurga sudah ada:
    “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS 2:154)

    Orang di neraka belum ada:
    Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan”. (QS 15:36)
    Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, (QS 15:37)
    sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan” (QS 15:38)

    Wassalam.

    @
    Catatan koreksi. Nuhun Kang… ayat QS 2:154 mereka dipelihara dengan baik oleh Allah, tapi memang belum menyebutkan surga.

    Suka

  11. aricloud said

    @haniifa

    Jika ditilik dari sudut pandang “subjektif manusia” memang dua ayat tersebut bisa diartikan seperti yang mas Haniifa nyatakan. (walaupun sebenarnya juga lemah)

    “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS 2:154)
    tidak ada penjelasan sama sekali “mereka itu hidup” itu di syurga, namun banyak intepretasi yang sah-sah saja di utarakan dalam mendefinisikan ayat ini. demikian juga ayat (QS 15:38)

    Namun pembahasan saya lebih pada “Kemahakuasaan Allah terhadap waktu serta keterlepasan Allah swt dari waktu” yang memungkinkan semua kejadian ghaib “Tidak harus” mengalir pada urutannya.

    @
    diskusi hangat… semoga catatan ini menambah keluasan pengertian sehingga satu pintu pemahaman yang lebih jernih lagi akan dibukakan sebagai rahmat Allah kepada kita. Amin.

    Suka

  12. aricloud said

    @ mas agor
    Alhamdulillah mas, makasih do’anya.

    Oo.. jadi kalau dalam pembahasan ini definisi waktu terbatas pada definisi yang mas agor nyatakan, maka saya dapat mengibaratkan kasus pemuda kahfi itu dengan kasus ditemukannya Mammoth utuh yang beku diliputi es di kutub (saya lupa kapan dan dimana). Semua anggota tubuhnya dinyatakan lengkap tidak berubah.
    Akibat pembekuan, maka seluruh sel-selnya tidak mengalami degenerasi dan penguraian. akan tetapi karena fungsi organ tubuh tidak bekerja, tentu saja mammoth itu ditemukan dalam keadaan mati. Dalam situasi itu, prosesi waktu tidak berpengaruh terhadap tubuh mammoth.

    @
    Astagfirullah… komentar saya terhadap pemuda di gua itu yang tidur 300 tahun, dicontohkan kemungkinan lain yang jauh lebih sederhana dan ada dalam keseharian:akibat pembekuan di dalam bungkus es. Berarti saya malah berpikir terlalu jauh ke medan elektromagnetik, padahal pembuktian sederhanapun terjadi bahwa pada satu kurun waktu tertentu sesuatu (dalam hal ini mammouth) bisa juga tidak dikenai waktu….
    Terimakasih untuk catatannya. Subhanallah.

    Suka

  13. Haniifa said

    Salam,
    Definisi kecepatan adalah v = s / t, dimana v=kecepatan, s=jarak tempuh dan t adalah waktu tempuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuatu apapun yang mempunyai kecepatan/percepatan tidak terlepas dari dimensi jarak dan waktu.
    Saya sependapat dengan mas Ari, bahwa Allah terbebas dari segala dimensi yang dipahami oleh manusia. Rujukannya pada surat Al Ikhlash 4 “dan tidak ada sesuatau apapun yang setara dengan Dia”.
    Selanjutnya jika ada perdebatan:
    “Apakah syurga dan neraka itu sudah ada?” Memang sudah ada, bukankah Nabi Adam a.s diturunkan ke bumi ini dari syurga.
    “Dimanakah letak Syurga dan Neraka di Alam semesta?” Tidak bisa ditentukan oleh akal pikiran manusia, jangankan untuk menentukan posisi Syurga dan Neraka, untuk menentukan ujung jagat raya saja, manusia tidak sanggup, bukan !!!!
    Wassalam.

    @
    😀

    Suka

  14. Haniifa said

    @mas Aricloud
    ” Semua anggota tubuhnya dinyatakan lengkap tidak berubah.
    Akibat pembekuan, maka seluruh sel-selnya tidak mengalami degenerasi dan penguraian. ”
    Apakah suhu kutub dimana ditemukannya tubuh mammoth = – 273 derajat Celcius ??!
    Seperti kita ketahui bakteri pengurai non aktif pada suhu tersebut.
    Saya rasanya kurang sreg…, apalagi dibandingkan dengan Al Kahfi.

    @
    Tubuh mammouth tidak berubah (relatif) karena beku, tapi bisa jadi ada perubahan karena memang tidak mencapai suhu -273 derajat C (T mutlak)…
    Memang tidak untuk dibandingkan dengan kejadian Al Kahfi… namun sebagai model berpikir… menurut saya menarik juga. Setidaknya tersampaikan pesan, pada relatifitas semu, jangan hanya dari sisi fisika teoritis saja… 😀

    Suka

  15. aricloud said

    @Haniifa

    “Apakah syurga dan neraka itu sudah ada?”
    Benar mas, syurga dan neraka memang sudah ada, namun yang saya lontarkan pada komen di atas adalah lebih pada penghuninya:
    Bagaimana dengan syurga dan neraka?
    Jika dipandang secara subjektif dari waktu nyata manusia,
    “maka saat ini tentu saja belum ada ‘orang yang masuk syurga
    dan orang yang masuk neraka’ sebelum adanya Hari Pembalasan”

    “Apakah suhu kutub dimana ditemukannya tubuh mammoth = – 273 derajat Celcius ??!
    Seperti kita ketahui bakteri pengurai non aktif pada suhu tersebut.”

    Saya sepakat dengan mas haniifa, bahwa tidak ada di bumi bersuhu dibawah -273 drjt C.
    Namun yang menjadikan fosil mammoth tersebut utuh, bukan hanya karena faktor suhu yang teramat dingin, namun juga karena tubuhnya diselimuti es tebal dengan pembekuan spontan (quick freeze) yang bahkan udara sekalipun tidak mampu menembusnya, sehingga bakteri pengurai menjadi dorman.

    Yup..mas haniifa benar, setelah saya pikir ulang, kasus mammoth memang tidak relevan dibandingkan dengan kasus di QS Al Kahfi.
    Akan tetapi menurut saya, sepertinya kasus mammoth beku itu tetap bisa menjadi perbandingan ilustrasi bahwa di bumi hal semacam itu pun bisa terjadi dengan sunnatullah yang berbeda.

    referensi :
    http://www.answersingenesis.org/home/area/fit/index.asp
    http://www.answersingenesis.org/docs2/4401tjmammoth11-08-2000.asp

    @
    😀

    Suka

  16. Haniifa said

    @mas Aricloud
    Trim’s refer nya.

    Suka

  17. Maaf,pendapat sy tentang surga dan neraka.PERTAMA:GAIB.KEDUA:NYATA.I.GAIB. Bacalah oleh kita semua di kitab kitab suci agama agama.II.NYATA.Klu kita senang itu namanya surga di dunia.Klu kita susah itu namanya neraka di dunia.

    Suka

  18. haniifa said

    Kayaknya Indonesia nggak GAIB lho… 😛

    Suka

  19. Husen said

    Surga dan neraka terletak di antara bumi dan lah mahfud .di gambarkan pd perjalanan mi’raj nabi muhamad saw.pastinya wallahu alam

    Suka

Tinggalkan komentar