Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Manajemen Palu : Semua Orang Adalah Paku !

Posted by agorsiloku pada Desember 23, 2007

Astagfirullah.  Kalau saja Tuhan menggunakan manajemen palu dalam setiap petunjukNya, saya kira tentulah Allah tidak akan memilih Umar bin Khattab sebagai singa Islam.  Beliau dalam perjalanannya telah melakukan laku yang luar biasa ‘nyleneh’nya.  Anak perempuannya dikubur hidup-hidup.    Beliau juga pernah mencoba membunuh Nabi.  Namun, perjalanan selanjutnya, Allah memilihnya sebagai salah satu pendukung RasulNya.  Hidayah dan rahmatNya meliputi segala sesuatu.  Jadi jangan mudah memanejemi dengan gaya palu.  Setidaknya ini yang bisa dipahami ketika kita berhadapan dengan berbagai perbedaan.

Kok palu disalahkan nduk !?

Ah … hanya memisalkan saja kok.  Ketika cara palu yang kita lihat, maka semua akan tampak seperti paku.  Palu hanya memiliki satu cara saja untuk melakukan kegiatannya.  Mengetok dan memukul dari arah kepala. Apapun, bagi palu perlakuan akan sama.  Semua bagai palu.  Tujuannya hanya satu memukulkan kepala palu kepada objeknya.  Entah itu paku, entah itu tulang.  Palu punya satu cara dalam pilihan hidupnya.  Bertindak sebagai pemukul…. 

Apakah palu tidak memiliki kekreatifan?.  Tentu saja ada dong, kreativitasnya bergerak secara vertikal. Memukul-mukul dengan lembut sehingga masuk sempurna ke dalam benda yang ditohoknya.  Bisa juga dengan keras, tak perduli pakunya bengkok.

Kapan kita merasakan sesuatu dan sikap kita menjadi palu!?.  Hmm pertanyaan bagus !. Biasanya ketika kita merasakan tidak memiliki jawaban yang memadai atau kita sebenarnya sedang menebar palu-palu kita pada setiap yang berbeda.  Kreativitas biasanya muncul untuk menunjang pemikiran-pemikiran kita sebelumnya, yang telah ada dan diyakini.  Kalau kita meyakini hanya milik kita saja yang benar, maka semua pilihan yang ada di luar kita akan menjadi paku-paku berserakan.  Untuk ego (baca : keyakinan kita), maka semua paku-paku itu harus dipalu. Egosentris !.  Memang, dimensi keakuan akan menyebabkan standar perilaku benar pada ukuran pribadi (dan kelompoknya).  Lucu !, memang.  Kebanyakan kita (termasuk saya sendiri), tanpa disadari atau dengan penuh kesadaran berlaku sebagai palu.

Sudahlah, yang penting tingkatkan ibadah kita.  Ntar ente makin pusing.  Masih banyak di dunia ini yang harus diurus!. Bahkan saking sumpeknya, kesimpulan bisa : Pokoknya kambing, walaupun bisa terbang 😀

Karena itu tanpa dengan maksud menggurui, saya ingin kutipkan  tulisan Seni Berpikir Kreatif – Robert W. Olson, Penerbit Erlangga 1989 :

Katalisator 4 M Secara Kreatif (4 M : Merumuskan, Membuka, Mengindentifikasi, dan Mengubah).

Katalisator Merumuskan Masalah

 Memusatkan Pikiran.

Tanyakan mengapa masalah itu ada.  Pertanyaan ini mungkin menimbulkan pertanyaan lain yang lebih luas tentang masalah.

Cobalah bagi masalah ke dalam masalah yang lebih kecil.  Upaya ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan ulang mengenai masalah secara lebih sempit (lebih terukur).

Menguasai Pikiran.

Tuliskan sedikitnya tiga pertanyaan mengenai masalah tersebut.  Gunakan kombinasi kata yang menguraikan ulang untuk menjadikan masalah lebih efektif dan optimum.

Merentangkan Pikiran.

Susunlah sasran/tujuan dan kriteria yang ada dan inginkan untuk pemecahan masalah.  Kemudian rentangkan tiap sasaran, tujuan, serta kriteria yang menjadi perhatian/tampil.

Katalisator Untuk Mengembangkan Beberapa Gagasan Yang Berbeda.

Mendorong Pikiran.

Tanyakan kepada orang lain yang memiliki pengetahuan dan intelegensi yang berbeda.  Gunakan sebagai stimulus untuk mendorong gagasan sendiri.

Mengejutkan Pikiran.

Susunlah gagasan lain yang menggelikan atau sangat berbeda.  Gagasan aneh dapat mencetuskan gagasan lain pada masalah yang kita sedang rumuskan.  Jadi jangan matikan gagasan aneh atau dianggap aneh hanya karena berbeda.

Membebaskan Pikiran.

Rangsanglah pikiran kita dengan gagasan yang segar dengan memperkuat kesamaan dengan masalah yang ada dengan hal-hal logis dalam pikiran kita.

Mempersatukan Pikiran.

Gunakan kombinasi logis gagasan yang telah terkumpul untuk membentuk gagasan baru.

Katalisator Untuk Mengidentifikasi Gagasan Terbaik.

Mengintegrasikan Pikiran.

Tinjau kembali sasaran, tujuan dan atau kriteria yang kita miliki.  Kemudian gunakan perasaan yang dalam untuk memilih gagasan yang baik.

Memperkuat Pikiran.

Susunlah aspek-aspek negatif dari gagasan yang ada. Kemukakan dengan jujur.  Cobalah mempositifkan gagasan negatif yang ada/terjadi (bukan dihakimi).  Kemudian ubahlah cara pandang/pemecahan menjadi positif.

Memberi Energi Pada Pikiran.

Perbesarlah konsekuensi kemungkinan terburuk dan terbaik yang bisa diakibatkan oleh implementasi pemecahan yang kita buat dengan meminimalkan konsekuensi terburuk.

Lha… akhirnya… mudah-mudahan kita tidak menjadi palu dalam menjalani kehidupan in. 😀

12 Tanggapan to “Manajemen Palu : Semua Orang Adalah Paku !”

  1. sebentar….saya kok jd inget X-Y theory…

    kebetulan bbrp saat yll dpt ‘pencerahan’

    mengamati fenomena ummat, jd timbul hipotesis, apakah muslim termasuk penganut teori X dan nashara penganut teori Y ???
    -eh ini sama sX bukan ad hominem looo^^-

    @
    Wah saya juga nggak tahu, XY teori kromosom atau teori sikap dan perilaku (personality xy). Mungkin juga ini sebuah “kontrak sosial” ketika sebagaian ummat Islam (dan memang) merasa terpinggirkan sehingga bersikap puritan….

    Suka

  2. restlessangel said

    teori XY adl teori perilaku. saya agak lupa lbh jelasnya gimana. tp scr singkat, penganut teori X melihat sst dr sisi negatifnya, ya ky istilah manajemen palu ini. kl becandaan sesama psikoclox hehe, para recruiter adl psiklog dg paradigma X ini^^

    kl penganut teori Y, melihat dr sisi positif. lagi2 becandaannya, spt para trainer itu^^

    ntar mo saya bikin postingannya deh, asumsi saya itu…. sXgus curhat, whehehe

    @
    Jadi ingat lagi kuliah sdm (selamatkan diri masing-masing) eh sumber daya manusia. X menyatakan semua orang itu jahat, karena itu harus diawasi seketat-ketatnya. Y berkata semua orang itu baik, jadi berilah kesempatan berkreasi dan berilah kebebasan sebebas-bebasnya. Berilah kepercayaan seluas-luasnya sehingga bisa berbuat sebisa mungkin dan sebaik mungkin. X memperlakukan manusia seperti seorang yang dipenjara, dan Y tidak melakukan pengawasan karena manusia itu akan berkreasi dan menciptakan kebaikan berkesinambungan. Faktanya, tidak ada X murni, juga tidak ada Y murni.
    Seperti Maslow juga, posisi kelaparan dari manusia tidak selalu menjadikan manusia tidak punya harga diri. Kepuasan pribadi bisa diraih juga dalam kondisi zuhud. Justru mereka malah menyisihkan dunia, untuk kebahagiaan akhiratnya 😀 .

    Suka

  3. haniifa said

    Salam,
    ::restlessangel::
    Kayaknya pendapat anda bahwa “teori XY adl teori perilaku” sama dengan pendefinisian menurut mas Agor (personality xy)
    Tapi saya kebingungan nich !,
    Mana teory xy yang dimaksud ????
    Wassalam.

    @
    Mengulangi jawaban, bisa jadi ini :
    Jadi ingat lagi kuliah sdm (selamatkan diri masing-masing) eh sumber daya manusia. X menyatakan semua orang itu jahat, karena itu harus diawasi seketat-ketatnya. Y berkata semua orang itu baik, jadi berilah kesempatan berkreasi dan berilah kebebasan sebebas-bebasnya. Berilah kepercayaan seluas-luasnya sehingga bisa berbuat sebisa mungkin dan sebaik mungkin. X memperlakukan manusia seperti seorang yang dipenjara, dan Y tidak melakukan pengawasan karena manusia itu akan berkreasi dan menciptakan kebaikan berkesinambungan. Faktanya, tidak ada X murni, juga tidak ada Y murni.
    Seperti Maslow juga, posisi kelaparan dari manusia tidak selalu menjadikan manusia tidak punya harga diri. Kepuasan pribadi bisa diraih juga dalam kondisi zuhud. Justru mereka malah menyisihkan dunia, untuk kebahagiaan akhiratnya 😀 .

    Suka

  4. perempuan said

    yup, yup ada pernah saya baca pak teori paku dan palunya.
    Btw soal egosentris itu, memang kerjakerja berat yah. Ke-aku-an manusia gak hilang-hilang 😦

    Oke juga cara mengelola pikiran pada 4 Mnya.

    @
    😀

    Suka

  5. restlessangel said

    @ haniifa :

    iya kok, emang sama. cuma penyampaian saa aja yg ngepop bgt kl ga dibilang asal :mrgreen:
    ntar buka2 literatur dl, soale agak lupa juga sih, detailnya

    @ pak agor :

    wah saya malah belajar nih….^^
    iya ya, ga ada yg mutlak. bener itu pak. memang kami dlm melaporkan keadaan seseorang, ga berani memutlakkan kok.^^

    @
    sama-sama belajar dan mengingatkan… namanya juga manusia… memutlakkan itu hanya bilangan matematika saja kan … 😀

    Suka

  6. kurtubi said

    Palu + paku = benda biasa
    palu + paku + tenaga tukang = paku mengalah palu menang

    Tapi kadang paku bisa melawan kalau arah sudutnya tidak imbang terjadilah situkang kadang kepaku tangannya…

    Frekuensinya memang jarang tukang kepalu, tapi saya sering melihat dan saya pun pernah mengalaminya… jadi tukang itulah yang menentukan palu itu diaminkan atau tidak…

    entahlah saya bermain logika sendiri, benar atau tidak saya tertarik dengan analogi fikiran di postigan ini.. 🙂

    Wallahul musta’aan
    wassalamu’alaikum wr.wb.

    @
    he..he…he… benar, tukang itu punya pilihan… pakai palu untuk memukul paku, menggergaji untuk memotong kayu, pakai kapak untuk membelah kayu menjadi suluh…. yang repot hanya kalau dengan berbagai persoalan membangun, hanya palu yang dia punya dan dia bisa. Pastilah tukang kayu itu kagak bisa dipakai oleh para kontraktor…. tidak bisa diaminkan… 😀

    Suka

  7. haniifa said

    Salam,
    Mas Kurtubi, makanya pegang palunya pakai 2 tangan saat memukul keras.. (maksudnya kalau alon yach, kiri pegang paku kanan pegang palu tik.tik.tik)
    Wassalam.

    @
    Salam… yang repot… yang dipegang justru anak kita… lalu kita menanggapnya sebagai paku… 😀

    Suka

  8. haniifa said

    Salam,
    Kalo gitu palunya, ganti segepok “duit”
    ha.ha.ha. mas agor ada.ada.aja.
    Wassalam.

    @
    Kalau ada… dapat duwit… 😀 , beli palu baru lagi… makin banyak palu.. makin banyak yang di”palu”in… 😀

    Suka

  9. haniifa said

    Wahh, nyerah dech….daripada benjol kepala:D

    @
    Kebanyakan manajemen palu memang membuat kepala kita nyut-nyutan… 😀

    Suka

  10. […] yg dikatakan oleh Bapak Sonhaji menunjukkan kecerdasan SK. Hal tersebut mengingatkanku dengan ‘manajemen paku’ yang sering sekali dipakai oleh mereka-mereka yang ngerti ilmu agama dan mengajarkan ilmunya kepada […]

    Suka

  11. […] pada logika gambar ke pada logika pikiran.   Mungkin pemirsa sutradaranya menggunakan logika manajemen palu, sehingga semua tampak seperi paku.  Atau seperti polisi di sini yang salah mengambil kesimpulan […]

    Suka

  12. […] artikel agorsiloku tentang “manajemen paku” pikiran saya tertuju pada pekerjaan dulu.. ditambah baru saja bb massanger dr teman tentang […]

    Suka

Tinggalkan komentar