Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Alam Semesta Dibentuk Dari Asap – Bukan dari Teori Bigbang !?

Posted by agorsiloku pada Oktober 13, 2007

Sampai sekarang, jujur saja, saya masih bingung dengan yang namanya teori bigbang. Teori sejagat yang menjelaskan singularitas awal kejadian bahwa alam semesta mulanya satu padu kemudian blas mengembang jadi alam semesta ini sampai tercapainya kesetimbangan seperti saat ini. Teori bigbang dibenarkan oleh pesan Allah melalui ayat ini :

QS 21. Al Anbiyaa’ 30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Ini adalah ayat yang membenarkan awal terjadinya alam semesta. Lihat kata, dahulunya “satu padu”. Menjelaskan hal ini.

“Iya deh….”

Namun, ayat lain menjelaskan :

QS 41. Fushshilat 11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” 12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Jadi, kalau dahulunya masih merupakan asap, gimana dengan teori bigbang-nya? Apakah asap itu maksudnya seluruh isi alam semesta yang berupa partikel-partikel alam semesta (asap) yang kemudian mendingin setelah kurang lebih setengah juta tahun setelah dentuman besar terjadi.

Lha kalau begini ceritanya (teorinya), berarti asap alias partikel-partikel itu terbentuk dari satu dentuman besar ke segala arah. Lalu, kapan seeh partikel yang saling menjauh itu itu kemudian bergabung? 😀 Jadi mustinya nggak gitu lah. Jadi mustinya teori bigbang itu salah dunk (gile nih… masa teori yang sudah top begitu di bilang salah karena nggak sesuai dengan logika begok begini !, apalagi agor sudah diajari teori bigbang ini sejak smp dulu, terus para ulama dan cerdik pandai sadunia paling doyan juga mengutip teori ini sebagai bukti kebenaran Al Qur’an)

Yah… ini juga bikin bingunglah…. kalau partikel-partikel pembentuk alam semesta itu terpencar ke segala arah akibat dentuman besar…. maka partikel-partikel itu sejak dari awal satu sama lain saling menjauh dong… bukannya mengumpul kemudian membentuk padatan yang jadi galaksi, jadi tatasurya, jadi planet. Alasan lainnya, terdapat deteksi bahwa alam semesta mengembang ke segala arah dan distribusinya relatif merata, tidak bertepi. Jadi keraguan pada teori ini juga membesar. 😦

Puyeng eman, soalne kita selalu dijelaskan bahwa dentuman besar itu berawal dari satu titik super padat dan kemudian blas, alam semesta mengembang. Jadi ada satu titik awal pengembangan alam semesta. Penjelasan ini sering dibahasakan dengan memberikan ilustrasi seperti balon yang di beri titik-titik lalu ditiup. Balon itu mengembang dan titik-titik itu saling menjauh satu sama lain. Penjelasan ini membuat kita keblinger karena bumi kita berada di salah satu tepi alam semesta dan akan terus mengembang sejak pertama kali 13,7 milyar tahun lalu. Teori ini setidaknya tidak lengkap menjelaskan mengapa terdeteksi bintang satu dengan lainnya bergerak saling menjauhi.

Kata jagoan peneliti, emang seeh, alam semesta itu meluas. Tapi nggak seperti bigbang yang diceritakan itu. Selama kurang lebih satu juta tahun yang lalu sampai kini meluasnya alam semesta kurang lebih 5% saja dari ukuran sebelumnya.

Namun, menjelaskan alam semesta seperti balon yang ditiup, menyebabkan juga orang berpikir bahwa alam semesta dahulunya memiliki satu titik awal (titik yang disebut dentuman besar, sebagai kejadian penciptaan yang sesuai dengan ayat-ayat dari Allah SWT). Sesuai atau menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan aya-ayat Al Qur’an adalah satu kenicayaan tersendiri. Ilmu pengetahuan bergerak dinamis dan memunculkan pengetahuan baru yang tak habis-habisnya. Boleh jadi, di kesempatan berikutnya, model-model alam semesta yang dikembangkan berubah karena fakta-fakta kemudian menunjukkan bahwa ternyata titik awal dentuman besar itu masih meragukan. Alam semesta tidaklah memiliki titik awal seperti teori bigbang itu. Teori yang menjelaskan adanya distribusi materi yang merata di alam semesta. Jadi, kalau alam semesta tidak memiliki titik awal, tapi langsung bleg begitu saja, yang Al Qur’an jelaskan dimulai dari kata :”… ketika itu masih berupa asap..” dan tidak ada yang disebut pusat alam semesta, atau boleh jadi yang kita sebut bigbang itu sendiri sebenarnya hanya contoh untuk satu galaksi saja, maka cara berpikir kita mengaitkan Al Qur’an dengan perkembangan ilmu pengetahuan perlu juga ditinjau ulang. Jadi masih ada lagi ribuan atau jutaan bigbang yang terjadi…. 😀

Tapi, ini juga repot juga seeh… soalnya di kepala kita sudah tertanam pengetahuan ini sejak kecil. Kepala kita telah dibius teori bigbang, sehingga agak sulit juga yah… menerima pemahaman baru bahwa alam semesta itu tidak harus dimulai dari bigbang.

Tapi … plis deh… jangan mudah jump to conclusion. Ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang proses penciptaan adalah bench mark terhadap ilmu dan pengetahuan, sedangkan pengetahuan manusia terhadap proses penciptaan adalah tahapan proses berpikir dan merumuskan karya besar Sang Pencipta.

Jadi, maksud ane… nih… para ustad yang bicara bigbang juga hati-hati juga deh, lirik sana-sini dulu sebelum meyakinkan ummatnya bahwa pernyataan Al Qur’an sesuai dengan terori dentuman besar. Mbok teori ini juga cuma salah satu dari sejumlah model alam semesta. Dan model ini juga, tampaknya mulai banyak juga yang meragukannya. Jadi belum tentu kebenarannya. Paling nggak harus dijelaskan bahwa ada beberapa model untuk menjelaskan alam semesta 😀

Perjalanan manusia untuk memahami alam semesta itu memeng berkembang terus dari masa ke masa. Dahulunya manusia menganggap bumi sentris, meski sampai sekarang saja perdebatan yang lucu ini masih juga terjadi, ketika kita memahami Pusat berada juga pada konteks fisis. Dan kita “keukeuh” dengan keyakinan ini, lalu menutup diri terhadap alternatif berpikir yang lain. Namun, tentu selalu diharapkan ummat beriman juga berilmu mengembangkan keduanya dalam satu keselarasan keniscayaan, sehingga benarlah apa yang disampaikan Allah : QS 3. Ali ‘Imran 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Catatan hari lebaran 2 Syawal 1428H

Tambahan.

Penting pula untuk diperhatikan bahwa penjelasan wiki Indonesia mengenai bigbang mungkin perlu dipertanyakan kebenarannya.  Pada wiki dijelaskan bahwa pada bigbang ada sejumlah materi yang terlontar membentuk alam semesta sekarang ini (?).  Penjelasan ini diluruskan oleh Mas Kuncoro, mengenai kesalahan persepsi mengenai konsepsi Bigbang.  Jelas dalam uraian tersebut, bahwa bigbang adalah proses singkat yang membentuk ruang dan waktu.  Jadi bukan materi yang bervolume nol dan berekspansi menjadi materi sekarang ini, namun ledakan bigbang melahirkan pancaran energi yang terdistribusi merata  di alam semesta yang terbentuk.  Kemudian melalui proses pendinginan terbentuk materi dan bla..bla..bla…

111 Tanggapan to “Alam Semesta Dibentuk Dari Asap – Bukan dari Teori Bigbang !?”

  1. rd Limosin said

    oooohhhhh….

    @
    😀

    Suka

  2. Assalamu’alaikum sahabat,

    Alam semesta terbentuk seperti membuka kertas-kertas yang tergulung, tersurat dalam Al Anbiyaa’ 104 :

    104. Pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran – lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.

    Saya pribadi tentu tidak percaya begitu saja pada teori Dentuman Besar (Big Bang)-nya Prof. Stephen Hawking, saya sangat mempercayai bahwa alam semesta terjadi ‘wush…’, begitu saja. Saya sangat percaya bahwa alam semesta, termasuk bumi dan makhluk-makhluk di dalamnya sebagai objek-objek yang ‘digital’. Sesuatu yang digital dapat dengan mudah dibuat dan dimusnahkan, bahkan dengan mudah pula dapat dikembalikan (di-recovery). ALLAH SWT telah menuliskan rumusan alam semesta pada ‘database teramat besar’, Lauh Mahfuzh. Dari semua rumusan yang ada, rumusan tentang bumi merupakan yang paling lengkap, karena bumi merupakan fokus penciptaan. Rumusan ini berkenaan dengan bulannya bumi, langit (atmosphere) bumi, bumi itu sendiri dan yang terpenting adalah makhluk hidup di dalamnya. DNA setiap makhluk, sampai pada jumlah dan struktur selnya tersimpan rapi pada Lauh Mahfuzh. Dan yang menggetarkan hati adalah setiap perilaku kita dan juga dampaknya tersimpan teramat rapi di dalam Lauh Mahfuzh. Itu sebabnya di hari kemudian kelak, berdasar pada isi Lauh Mahfuzh, sangat mudah bagi ALLAH SWT untuk me-recovery (membangkitkan) tubuh kita dan menunjukkan prestasi kita, menghitung nilai finalnya sampai pada menentukan sisi mana hak kita, surgakah atau neraka jahanam.

    Begitulah, mudah-mudahan bermanfaat.

    @
    Wass.wr.wb Sahabat.
    Teori Dentuman Besar adalah salah satu model dari perjalanan pengujian dan berpikir manusia, menjelaskan tentunya mengapa objek-objek dalam satu gugusan galaksi saling menjauh dengan kecepatan tinggi, bahkan hasil penelitian membuktikan bisa sampai dua pertiga kecepatan cahaya. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan untuk memahami ayat-ayat Allah berkembang terus, penelitian berikutnya mungkin model kuantum tentang asal mula jagat raya lebih menjelaskan dan lebih tepat disandingkan dengan ayat-ayat Allah mengenai awal penciptaan untuk suatu masa dan mungkin akan semakin dipahami di masa depan apa yang telah dikreasikan Sang Pencipta.
    Bisa juga, kalau para ulama juga adalah saintis, maka memahami “bench marking” Al Qur’an akan jauh lebih jernih ketika model alam semesta dibangun. Saya percaya akurasinya akan lebih dipercepat terpahami jika acuannya tidak hanya murni perkembangan ilmu pengetahuan….

    Salam, Mas Stefano, terimakasih sudi berkunjung ke blog ini. Saya telah berkunjung ke blog sampeyan. Nice blog. Wass, agor.

    Suka

  3. Disela kesibukan, saya selalu berkunjung ke blog mas Agor ini. Diskusi mengenai agama dan sains sangat saya minati. Terimakasih juga sudah berkunjung ke blog saya yang sederhana dan jarang di-update itu. 😀

    Saya sebetulnya agak khawatir kalau ada orang yang menyangka bahwa saya menganut paham “Matahari mengelilingi bumi”. 🙂 Apa yang saya sampaikan bahwa alam semesta yang ‘wush…’, ‘terjadi begitu saja’ didukung oleh temuan yang tergolong baru. Nyari pendukung ya? :D. Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) pada bulan Maret 2006 menemukan fakta bahwa alam semesta ini dibangun hanya dalam waktu sepertriliun detik saja . Hanya dalam sepertriliun detik alam semesta tiba-tiba saja seukuran astronomis dari yang tidak ada sebelumnya. Bila yang terjadi saat itu adalah BigBang tentulah kecepatan materi yang terlontar dalam sepertriliun detik itu sangat-sangat luar biasa cepatnya, jutaan kali kecepatan cahaya bahkan melebihinya. Bagaimana mungkin?

    Sepertriliun detik jagat raya ‘bleg’ langsung jadi, itu berarti lebih cepat dari kedipan mata yang sedang kelilipan. Makanya saya lebih memilih ‘bleg’ langsung jadi dan tetap mengembang sebagai efek ‘membuka gulungan lembaran-lembaran kertas’. 😀

    @
    Ketika membaca mengenai penciptaan :”.. membuka gulungan lembaran-lembaran kertas..”, saya hubungkan ini dengan model Alam Semesta tentang dentuman besar. Klop juga, karena singularitas pertama dari dentuman besar juga seperti membuka gulungan kertas, dan bumi berada pada satu titik di dalam gulungan kertas yang membuka itu. Ini juga sesuai dengan pernyataan :”… dahulunya langit dan bumi adalah suatu yang padu…” maka cocoklah dengan teori bigbang itu, ada awalnya, lalu blas menjadi menjadi teori bigbang dalam waktu tidak sampai satu detik. Kalau pun disebut hanya sepertrilyun detik. Yah… inipun masih oke-oke saja sampai adanya kesetimbangan baru seperti saat ini atau sekian juta tahun yang lalu setelah dentuman pertama.

    Namun, ketika mencoba memahami asap dari surat 21:30 dan titik pusat, saya rada ragu. Dimanakah pusat alam semesta itu?. Apalagi pengembangan alam semesta itu dijelaskan seperti balon yang ditiup. Jadi mustinya ada titik pusat berupa ruang kosong yang luar biasa besarnya karena materi alam semesta meledak dan kini kita berada di tepi alam semesta. Kenyataannya ini tidak ada, distribusi materi alam semesta relatif merata (materi, anti materi, dan materi gelap). Jadi lebih tepat dikatakan, teori bigbang itu menjelaskan adanya pengembangan alam semesta sekali jadi — bleg — bukan dari satu titik pusat ledakan (jadi tidak meledak .. 😀 ). Mulailah ada keraguan, teori bigbang yang sudah top itu menjadi “teori bimbang”. Ternyata memang, beberapa referensi menunjukkan bahwa alam semesta tidak punya pusat. Artinya tidak ada satu titik di alam semesta ini yang bisa dijadikan acuan bahwa pusat alam semesta itu ada. Prinsip kosmologis bahwa alam semesta ini homogen dan isotropik tidak terjelaskan dari teori dentuman besar ini. Jadi kalau begitu, teori ini hanya separuh benar saja.. Dentuman besar juga akan melontarkan materi ke segala arah dengan kecepatan tinggi. Artinya juga semua partikel itu akan terlontar dengan kecepatan tinggi dan saling menjauh. Lalu kapan mengembunnya, kapan saling mendekatnya membentuk gumpalan sehingga terbentuk gugusan galaksi dan bintang-bintang sampai tata surya. Ini juga tidak akan terjadi kalau alam semesta terbentuk dari satu ledakan super dahsyat.

    Jadi, ayat yang menyatakan :”…langit dan bumi suatu yang padu kamilah pisahkan keduanya..” (21:30) bukanlah pembenaran dari teori bigbang.

    Kalau begitu, para ustad itu, sudah waktunya pula merevisi cara berpengetahuan untuk menjelaskan ayat-ayat alam semesta yang selama ini dipahami…. 😀

    Suka

    • MUXLIMO said

      jadi tetep aja ya, intinya mah misteri penciptaan itu belum terpecahkan ya oleh sains empirik…
      so, gimana kalo pake kajian ilmiah iner-Islam, yaitu tauhid yang menyatakan bahwa semesta itu tercipta dari pertemuan Sifat Jalal dan Jamal Allah atas kehendak Allah Pribadi; bahwa alam semesta ini berupa zat-sifat, dan zat-sifat ini berasal dari zat mutlak lalu zat mutlak itu berasal dari Allah Swt. (tapi bukan dari zat Allah karena Allah tidak ber-zat dan karena Allah itu Rabbul Izzati, Tuhannya sekalian zat.) (Apa Sifat-Sifat Allah itu tidak ilmiah ya, bagi para ilmuwan???)

      kesemuanya itu: zat-sifat, zat-mutlak-dan Allah itu tidak bercerai, tapi juga tidak bersekutu=ESA.

      Apa penjelasan ilmu hakiki tauhid ini seperti ini tidak tergolong ilmiah ya?

      Suka

      • agorsiloku said

        Agor kira tidak ilmiah. Ilmiah menuntut penjelasan logis yang bisa dipahami, bisa dihipotesiskan, bisa diteorikan, dan jika mungkin bisa dibuktikan. Orang lain atau ilmuwan lain, dapat menguji, membuktikan dengan cara atau pendekatan yang berbeda. Itu, kalau tidak salah pendekatan ilmiahnya.

        Hakikat tauhid tidak ilmiah karena kita tidak bisa menjelaskan Allah. Tapi, bisa menarik kesimpulan bahwa Sang Pencipta seharusnya ada dan dapat ditarik dari kajian ilmiah. Sang Pencipta, disepakati oleh para ilmuwan, kalau tidak keliru , berada di luar ranah ilmiah.

        Allah didefinisikan olehNya melalui surat yang sangat kita kenal QS 112:1-4 (Al Ikhlas). Dengan kata lain, kaum ilmuwan menyebutnya tidak didefinisikan.

        Suka

      • MUXLIMO said

        hmm… baiklah, gimana kalo penjelasannya agak dibuat detail..seperti ini

        Maharuang yang menjadi tempat atau wadah benda2 semesta termasuk diri kita itu diliputi oleh zat asam, yaitu yang dikenal oleh para ilmuwan sebagai unsur karbon. bukankah setiap benda smesta, termasuk diri kita merupakan rantai karbon yang kompleks (mengandung ion,proton, netron) ?? bukankah perbedaan emas dan loyang hanyalah perbedaan struktur atau susunan rantai karbonnya?? (Ingat ‘kan kita semua pada karunia Allah thd Qarun yang durhaka?? dia mampu mengubah loyang jadi emas karena “menemukan” rumus untuk mengubah susunan rantai karbon ini)

        nah, dalam ilmu tauhid dikatakan zat-asam ini berasal dari zat mutlak. seperti apa zat mutlak itu?
        jika kita ingin mengetahui,misalnya, zat mutlak-nya sepotong kapur, yang musti kita lakukan adalah mengikis semua zat-sifat sifat yang ada pada kapur tersebut. kikis-kikis-kikis sampai tak ada lagi tersisa warna putih, bentuk, dan tekstur si kapur yang bisa diraba-dilihat-dirasa-disebut. kikis sampai tuntas. nah, itulah yang disebut zat mutlak.

        dengan zat mutlak inilah Rasulullah Saw melakukan perjalanan Isra Mi’raj: menembus langit tanpa perlu oksigen, melalui berbagai dimensi alam (alam manusia-jin-malaikat-surga-neraka-bahkan Arsy),berakselerasi melebihi kecepatan cahaya (tanpa tubuhnya habis terbakar akibat gesekan dengan atmosfer.)

        mengapa bisa begitu? karena Rasulullah memakai “baju astronot” yang bernama zat mutlak. induknya sekalian zat.

        seandainya ikan bisa mengubah susunan tubuhnya menjadi air, dia bisa melihat dan tahu setiap detail kolam dalam waktu yang bersamaan dan dapat berada di sisi mana pun dari kolam itu pada waktu yang sama.

        well, memang sih..penemuan dan bahasa ilmiah para peneliti hingga detik ini belum sampai pada bahasa ilmu hakiki Islam. Tapi, jika dikatakan hakikat tauhid itu tidak ilmiah, saya kurang sependapat karena jelas2 disabdakan Adiinul ‘aqli : agama itu (masuk) akal.

        Para muslim memang terlalu berfokus pada keilmiahan empirik yang pencapaiannya hingga hari ini, katakanlah baru sampai point 5, sedangkan keilmiahan empirik Qurani sudah sampai ke batas “tiada ilmu” lagi.

        masalah sebenarnya terletak pada perbedaan “bahasa ilmiah” yang dipakai.
        sebenarnya, perbedaan “bahasa ilmiah” modern dengan bahasa ilmiah Qurani tidak berbeda, seperti halnya perbedaan ilmu bahasa (logika huruf) dengan matematika (logika angka).

        mungkin kedengarannya saya melantur ya?? aduh.. maaf ya.. semua..
        anyway, I love You all brothers n sisters in Islam. ^_^

        Suka

      • agorsiloku said

        Mas Muxlimo, terimakasih catatannya. Mas rupanya juga meminati sisi-sisi ini, seperti saya juga. Saya belajar memahami, jadi sangat boleh jadi cara saya melihat juga keliru, belum tepat.Catatan Mas mempekaya khasanah pengertian.

        Agak sulit membuat batasan zat mutlak. Kalau dicontohkan pada kapur dan dibuang segala perangkat penampakannya, maka yang kita temui sama untuk semua unsur kimia, inti atom dan elektron yang mengitarinya. Yang membedakan jumlahnya. Tapi itu juga bukan zat mutlak, menelusuri lebih ke dalam lagi ternyata inti atom juga terdiri dari netron dan proton. Kemudian netron juga masih bisa dipilah-pilah lagi sampai partikel yang lebih kecil lagi. Jadi apa yang dimaksud dengan zat mutlak?.

        Saya sedikit “confuse”, yang dimaksud zat di sini bukan mengarah ke dzat Allah kan?. Karena mendefinisikan dzat Allah hanya satu : Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai. Artinya apa yang kita definisikan, maka artinya “bukan itu”.

        Perjalanan Isra dan Miraj adalah perjalanan yang kita juga belum mengetahui bagaimana perjalanannnya, ilmu pengetahuan empiris boleh jadi baru “menduga-duga”. Namun, jelas dugaannya berada pada alam fisik, sedangkan perjalanan Nabi adalah perjalanan menembus alam yang tidak dididefinisikan di alam fisis. Karena itu, agak sulit juga kita memahami bahwa baju “zat mutlak” itu yang dipakai (atau memang saya belum mengerti yang dimaksud dgn zat mutlak itu). Pemahaman kita menembus ruang dan waktu, mungkin lebih cepat dari cahaya, mungkin juga tidak kan. Karena memang keluar dari ruang dan waktu (?), sehingga jarak bukan lagi persoalan…. Bahwa perjalanan itu membutuhkan waktu, yang diukur dari perjalanan sepertiga malam hanya merujuk pada waktu fisik alam dunia….

        Sepertinya memang ada perbedaan dalam bahasa ilmiah yang dipakai. Namun, tetap menarik untuk disimak.

        Oh ya, site Mas Qarrobin : http://qarrobin.wordpress.com/ menarik karena kerap berusaha menjelaskan dari sisi sains lebih bernas (meski bahasanya masih tidak mudah untuk dipahami. Mas Qarrobin masih perlu menyederhanakan logika keilmuannya agar lebih ngepop).

        Komentar Mas tambahan : “mungkin kedengarannya saya melantur ya?? aduh.. maaf ya.. semua..”
        Nggak kok Mas, saya gembira ada rekan maya yang juga suka pada hal-hal ini.

        Wassalam, agor

        Suka

      • rubon said

        @Bung MUXLIMO
        Mohon dijelaskan sekali lagi, perihal ini:

        Maharuang yang menjadi tempat atau wadah benda2 semesta termasuk diri kita itu diliputi oleh zat asam, yaitu yang dikenal oleh para ilmuwan sebagai unsur karbon

        Tolong ilmuwan mana saja yang menyatakan bahwa semua berasal dari unsur Karbon (C) ?!

        bukankah setiap benda smesta, termasuk diri kita merupakan rantai karbon yang kompleks (mengandung ion,proton, netron) ?? bukankah perbedaan emas dan loyang hanyalah perbedaan struktur atau susunan rantai karbonnya??

        Maksud anda sebuah loyang yang dominan unsur Almunium (Al) yang mungkin beraliasi dengan logam lain, Bagaimana bisa hanya perubahan susunan rantai karbon (C, non logam) berubah menjadi logam Emas (Au) ?!

        Suka

      • cekixkix said

        @Om Muxlimo
        Kheknya elo musti tanya @Om Dono tuuhhh,… jagoannye ilmu halimun… Cekixkix…kix…kix…

        Salam, ame Bapa Pendeta… 😆

        Suka

      • MUXLIMO said

        @Kang Agor
        Makasih atas kunjungan di blog saya yang apa adanya itu ^_^
        Dan saya sama sekali tidak menyalahkan cara pandang Kang Agor, tidak, justru Kang Agor mengingatkan saya lagi soal metode ilmiah. Syarat yang musti tersedia untuk disebut ilmiah. Mungkin inilah “batu sandungan” bagi ilmu tauhid untk disebut ilmiah, karena ia melompati semua langkah metode ilmiah manusia (yang terkungkung pada pembuktian fisikal).

        soal zat mutlak, itu dia maksud saya Kang Agor, ketika semua sifat dari zat kapur habis-kikis, itulah yang disebut zat mutlak, yang artinya sama dengan zat mutlaknya semua benda.

        pada diri kita: kikis kulit tinggal daging–> kikis daging tinggal tulang–> kikis tulang tinggal sumsum–>kikis netron–>proton–elektron–semuanya–>kikis sampe tak ada yang bisa dilihat, diraba, dicium, disebu. “Kalla lisanuhu”

        Itulah zat mutlak. Dan memang tidak bisa didefinisikan, Kang Agor. tapi bisa kita pahami ‘kan??

        zat mutlak inilah prototipe sejatinya setiap benda, yang membedakan satu benda dengan benda lainnya adalah “sifat”-nya (yang diistilahkan salam tauhid sbg zat-sifat). ketika tepung dibuat adonan, ia bisa jadi roti, bolu, dll.

        Di sini letak hubungan zat mutlak dengan Tuhan:
        zat mutlak yang membentuk alam semesta saja, sudah laysa kamitslihi syaiun = tidak ada umpamanya, apalagi Tuhannya. “kalla lisanuhu.”

        zat-sifatzatmutlak”Zat” Allah itu ESA: tidak bercampur juga tidak terpisah, tidak berjarak-tidak berantara, bukan menyatu, tapi (memang) SATU. “Jika mereka bertanya tentang Aku, katakanlah (Hai Muhammad) sesungguhnya AKU adalah dekat.”

        Untuk membuktikannya secara ilmiah, semua orang saat ini juga bs menyaksikan zat mutlak itu. yang disebut zat-sifat itu “segala yang tepat ada di hadapan-di dalam-di luar diri kita-meliputi alam semesta”. dan yang disebut zat mutlak itu “wadahnya”. Jadi, tidak perlu percobaan ilmiah apa pun karena yang kita saksikan saat ini sudah bukti nyatanya. bukankah ini sebuah pembuktian empirik? kita saksikan-rasakan saat ini juga? “Wallahu bikulli syai’in muhith”.

        Soal Isra Miraj: sesungguhnya itu merupakan perjalanan lintas ruang danwaktu (bahkan dapat dikatakan mengatasi ruang dan waktu, lintas dimensi-lintas materi-immateri-lintas fisik-metafisik.) “dimensi ketuhanan???”

        Tepat seperti yang Kang Agor uraikan ini:
        “Pemahaman kita menembus ruang dan waktu, mungkin lebih cepat dari cahaya, mungkin juga tidak kan. Karena memang keluar dari ruang dan waktu (?), sehingga jarak bukan lagi persoalan…. Bahwa perjalanan itu membutuhkan waktu, yang diukur dari perjalanan sepertiga malam hanya merujuk pada waktu fisik alam dunia….”

        Ingat’kan? ada riwayat di sidratul muntaha Rasulullah bertemu umatnya yang berasal dari akhir zaman? alias orang zaman sekarang? Bahkan Rasulullah sudah masuk ke Surga dan Neraka dan melihat para penghuninya. Bukankah pada waktu pelaksanaan Isra Miraj, Kiamat belum terjadi? Tapi kok udah ada yang dapat nikmat ada yang dapat siksa?? 🙂

        Kang Agor yang rendah hati, izinkan saya sampaikan bahwa uraian yang saya pahami ini saya dapat dari seseorang yang telah mengalaminya, bukan lagi menduga2. Istilahnya, saya dapat “cerita soal buah duren ini” dari orang yang benar2 telah Allah karuniai pengalaman “makan buah duren.”

        beberapa sandaran hukumnya: Ayat terakhir Al-Kahfi (ayat 110) dan Firman Allah: ‘(orang2) Yang Kukehendaki” serta hakikat sunah (apapun yang terjadi pada Rasulullah, sunah bagi umatnya)

        Kang Agor, sekali lagi saya mohon maaf, tiada niat saya menggurui atau lancang merasa lebih tahu.InsyaAllah, Niat saya sekadar menyampaikan walau hanya satu ayat, saya yakin Kang Agor paham. Tujuan diskusi ini sekadar semakin memperkuat keyakinan kita (yang muslim) akan kebenaran sejati “adiinul aqli” Islam.

        (saya sudah kunjung juga ke lamannya Mas Qarobin. Makasih atas referensinya, Kang. Sayang, sekali, bahasa beliau tidak diperuntukkan untuk umum ya?!)

        wassalamualaikum, Kang.

        Suka

      • agorsiloku said

        Kang, terimakasih untuk tambahan cataannya. Ada sedikit “kerisauan” dari pesan Kang Muxlimo : “…izinkan saya sampaikan bahwa uraian yang saya pahami ini saya dapat dari seseorang yang telah mengalaminya, bukan lagi menduga2. Istilahnya, saya dapat “cerita soal buah duren ini” dari orang yang benar2 telah Allah karuniai pengalaman “makan buah duren.” Saya juga pernah menerima pesan dari beberapa orang yang punya “kriteria” yang sama, yaitu melihat bagian-bagian dari kekuasaanNya yang besar. Saya sangat sulit meratifikasi penjelasannya. Dari satu sisi saya percaya bahwa pelaku telah mengalami suatu peristiwa luar biasa dalam pengalaman spiritualnya, tapi di sisi lain, saya lebih meyakini bahwa peristiwa yang dialaminya sama sekali bukan apa yang dimaksudkan atau dipersepsikan. Alasannya adalah :
        QS 72: 26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. 27. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
        Perhatikan ayat ini, menegasi begitu jelas, kecuali kepada rasul yang diridhaiNya. Dengan pemahaman ini, menjelaskan tidak semua rasul mendapatkan kesempatan untuk mengetahui hal yang ghaib. Jadi, apalah manusia di luar Nabi dan Rasul, tidak ada tempat baginya untuk mendapatkan hak yang sama.

        Al Qur’an menjelaskan perjalanan malam Nabi QS 53:18 Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
        Berangkat dari sini, maka “zat mutlak” apakah yang disebut sebagai zat mutlak?. Dalam pemahaman agor, kita tidak bisa mendefinisikan dan menjelaskan kecuali dengan kata :”tidak tahu”. Mungkin tak terdefinisikan juga tidak tepat. Sedangkan malaikat saja, sudah berada pada konsepsi diimani, tak terurai lagi oleh ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada manusia.
        Namun, tentu saja tanda-tandanya diperlihatkan.. namun dalam pengertian agor, bukan zat mutlak, bahwa itu ada, bisa dipahami dengan akal.

        Dalam kerangka alasan itu, apakah kita dapat mempercayai orang yang “makan buah duren?” Betulkah duren?. Masing-masing kondisi itu akan menimbulkan efek berantai yang lain. Jika ada orang dan sejumlah orang mengaku telah makan buah duren, padahal bukan buah duren bagaimana?. Ayat AQ menegasi begitu jelas pembatasannya.

        Mungkinkah zat tersebut dekat dengan partikel-partikel elementer (kuark?) yang juga dipahami secara empirik. Rasanya sih juga bukan ya…..

        Apakah Nabi “melihat” surga dan neraka dalam perjalanannya ke Sidratul Muntaha?. Secara logika, kuantum, boleh jadi peristiwa masa depan “tampak” sebagai kejadian atau akan terjadi dan dilihat sebagai terjadi dalam visualisasi (bahkan berkomunikasi — seperti kisah fiksi sains). Wallahu’alam. AQ menjelaskan apa kejadian di sana, sesuatu yang ilmuNya menjelaskan, bahkan sampai pertanyaan malaikat terhadap kejadian “masa depan” pun dijelaskan dalam AQ.

        Namun, “zat mutlak” sampai batas tertentu jalin menjalin dengan komposisi dunia, adalah pengalaman sufistik yang banyak dijelaskan oleh dunia “Timur”. Itu adalah sub pengalaman spritual yang dijelaskan para pemain tasawuf pula. Jadi, agor juga mau tidak mau percaya bahwa pengalaman itu ada, namun tentu tidak sampai batasan yang telah Allah tetapkan dalam khasanah manusia tentang yang ghaib.

        Kang Muxlimo, terimakasih untuk diskusi ini. Sudah lama rasanya, agor juga tidak merenungi khasanah di perbatasan tanpa batas ini…..

        Wassalamu’alaikum ww., agor

        Suka

      • MUXLIMO said

        @Rubon

        oh salah ya?? Mohon maaf.. maklum pengetahuan kimia saya juga pas2an, Bang..

        begini saja, mungkin Abang tahu di ilmu kimia ada zat yang terdapat di semua benda, mungkin itu berupa netron-proton-elektron??
        nah, zat sifat atau zat asam itu maksudnya prototipe semua itu.

        @cekixkix:
        boro2 om dono, smua yang di sini aja saya baru ketemu. jadi mohon maaf, saya mah newbie. :mrgreen:

        Suka

      • cekixkix said

        @Om Muxlimo
        Kheknya zat nyang paling ringan cuma Hydrogen, tapi itu jga bentuk gas dihydrogen… Cekixkix..kix..kix…

        Gue jga kagak tahu elekton, netron isinye apaan… klo Proton gue tau, itumah mobil made in malay… Cekixkix…kix….

        Suka

      • agorsiloku said

        kix, sekilo hidrogen tetap berat… jadi yang paling ringan itu adalah potongan sekecil-kecilnya dari hidrogen…. Jadi mustinya, zat yang paling ringan itu ya… jelas zat yang nggak punya massa gituh… 😀

        Suka

      • MUXLIMO said

        @ Kang Agor:
        Betul, Kang.. memang setelah pintu kenabian dan kerasulan ditutup oleh Muhammad Saw. Tidak akan ada lagi setelahnya yang menyerupai beliau dalam hal pangkat dan kedudukan (nabi dan rasul).
        Definisi Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.
        Definisi Nabi adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah SWT namun tidak wajib disebarkan kepada orang lain.

        Akan tetapi, kita juga jangan lupa pesan Allah bahwa dalam diri Muhammad itu ada teladan yang baik. Artinya, kriteria yang kita maksud sebagai “pemakan buah duren” ini adalah mengikuti teladan Sang Nabi-Rasul.

        Seperti apakah teladan itu? yaitu 4 sifat yang melekat pada pribadi2 nabi dan rasul:
        Sidiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh.
        (untuk bisa melekatkan sifat ini pada kita, sungguh dibutuhkan jihad akbar yang hasilnya pun semata2 bergantung pada kehendak Allah atas diri seseorang. Tetapi Allah ‘kan tidak bersifat zalim, yang berjuang di jalan-Nya akan Dia tunjuki pula)

        Jadi kriterianya bukan “melihat bagian-bagian dari kekuasaanNya yang besar” (yang Akang katakan ini adalah hasil atau buah dari mengikuti teladan tadi, bukan syaratnya, menurut pandangan saya)

        Nah, mari kita perhatikan kolaborasi ayat yang Kang Argosiloku ajukan dengan dalil2 yang saya ajukan tempo hari:
        1. QS 72: 26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. 27. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.

        2.Ayat terakhir Al-Kahfi (ayat 110):
        Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (110)

        3. Firman2 Allah di banyak tempat dalam Quran tentang: ‘(orang2) Yang Kukehendaki” serta hakikat sunah (apapun yang terjadi pada Rasulullah, sunah bagi umatnya)

        Lebih lanjut, dalam Kitab Qishashul Anbiya (kalau tidak salah dari Ali bin Abi Talib r.a. yang beliau nisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw.) diriwayatkan bahwa ketika Musa a.s. “berbicara langsung” dengan Allah di Bukit Thursina, Allah berfirman kepada Musa a.s. bahwa sesungguhnya antara DIA dan Musa a.s. pada waktu itu masih ada 70.000 hijab. Hanya nabi dan umat akhir zaman yang Allah karuniai bisa “berhadapan lansung” dengan-Nya tanpa hijab.
        Mendengar hal itu, Musa a.s. bermohon agar ia dijadikan nabi akhir zaman. “Tidak,” kata Allah.
        Lalu Musa a.s. bermohon agar ia dijadikan umat nabi akhir zaman saja. lagi-lagi jawaban-Nya:”Tidak.”

        Nah, soal yang ini:
        Dalam kerangka alasan itu, apakah kita dapat mempercayai orang yang “makan buah duren?” Betulkah duren?. Masing-masing kondisi itu akan menimbulkan efek berantai yang lain. Jika ada orang dan sejumlah orang mengaku telah makan buah duren, padahal bukan buah duren bagaimana?”

        Sangat Zalim Allah jika Dia tidak memberikan pembeda (Al-Furqan) yang jelas mengenai hal ini.
        Ilmu tauhid itu induk dari segala ilmu (pasti). Bahkan dengan berprinsip tauhid, seseorang bisa membedakan di antara 4 jenis bisikan yang muncul dari dirinya: apakah itu bisikan dari Allah, bisikan malaikat, bisikan nafs, atau bisikan iblis dan setan.

        Mustahil orang yang mengikuti sebenar2nya 2 warisan Nabi Saw (Quran-Hadis) akan tersesat jalan. Jika bisa tersesat, maka Muhammad adalah pembohong besar (ini mustahil) dan Allah bukat tuhan karena bersifat zalim (ini juga mustahil).

        Jika ada seorang mengaku ber-Quran-Hadis dan pernah “makan buah duren”, memang kita wajib menguji kemurnian pemahaman tauhidnya. Bisa jadi mereka mengaku sudah bertauhid, padahal belum paham prinsip2 ilmu hakiki. cara mengujinya, kita cermati apakah dalam pemahaman tauhidnya,pemahaman hakikinya, ada yang secara terang maupun samar bertentangan dengan Quran-Hadis. Memang tidak mudah menelitinya, tetapi juga bukan berarti tidak mungkin.

        Mengenai ini:
        Apakah Nabi “melihat” surga dan neraka dalam perjalanannya ke Sidratul Muntaha?. Secara logika, kuantum, boleh jadi peristiwa masa depan “tampak” sebagai kejadian atau akan terjadi dan dilihat sebagai terjadi dalam visualisasi (bahkan berkomunikasi — seperti kisah fiksi sains). Wallahu’alam. AQ menjelaskan apa kejadian di sana, sesuatu yang ilmuNya menjelaskan, bahkan sampai pertanyaan malaikat terhadap kejadian “masa depan” pun dijelaskan dalam AQ.”

        Maaf, Kang. Nabi Muhammad itu pergi ke sidratul muntaha, bukan sekadar berupa “visualisasi”. Bukankah terang2 dikatakan AQ, Muhammad Saw. itu melakukan perjalanan, dan bukannya mengalami visualisasi?

        Mohon maafkan kelancangan saya jika saya berharap Akang melepaskan dahulu pemahaman kita pada “pengetahuan terkini” yang masih nisbi dan mencari (setelah logika Quantum,lalu logika apa lagi? setelah quark, lalu apa lagi?), tetapi akan lebih baik kita berparadigma dengan “pengetahuan hakiki”. Karena kita ini sekarang sedang berbicara di “zona selesainya perjalanan ilmu”. Maka InsyaAllah, semuanya menjadi terang.

        soal zat mutlak, izinkan saya pakai bahasa non-ilmiah di sini:
        Zat mutlak itu “wadah” bagi maharuang, Kang. segalanya bertempat dan berbahan dasar itu. termasuk Nur Muhammad. Zat Mutlak ini diistilahkan dalam hakiki tauhid sebagai “Tubuh Mahasuci.”

        Sebagai penutup, saya bukan dari golongan tarikat maupun sufi mana pun. saya,muslim tanpa embel2 di belakangnya. mohon maaf kalau ada kesalahan di dalam diskusi ini ya, Kang. Salam ukhuwwah dan jangan kapok ya main2 ke sarang saya ^-^. Alahu a’lam. Salam alaikum.

        Suka

      • agorsiloku said

        Terimakasih untuk catatannya. Senang membacanya. Pada komentar Mas :
        1. QS 72: 26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. 27. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
        Lho mengapa yang ditebalkan hanya pada kata yang diridhaiNya, tidakkah lebih tepat kalau kata yang mendahuluinya juga ditebalkan sehingga menjadi rasul yang ridhaiNya. Kan implikasinya berbeda.

        Untuk surat al Kahfi 110, cukup jelas di situ bukan merujuk pada alam fisis saat ini.

        Nabi tentu saja melakukan perjalanan dan melihat sebagian kekuasaanNya. Melihat – visual. Banyak hadis mejelaskan mengenai pertemuan-pertemuan di mana masa depan dan masa Nabi terjadi. Wallahu’alam.

        Dan yang ini, termasuk yang menarik :
        Mustahil orang yang mengikuti sebenar2nya 2 warisan Nabi Saw (Quran-Hadis) akan tersesat jalan. Jika bisa tersesat, maka Muhammad adalah pembohong besar (ini mustahil) dan Allah bukan tuhan karena bersifat zalim (ini juga mustahil).

        Penekanan pada yang sebenar-benarnya. Jika tersesat, maka tidak sebenar-benarnya … 😀 , secara matematis, tidak bisa menyimpulkan Muhammad adalah pembohong… 😀

        Dan mengenai hal ini :
        soal zat mutlak, izinkan saya pakai bahasa non-ilmiah di sini:
        Zat mutlak itu “wadah” bagi maharuang, Kang. segalanya bertempat dan berbahan dasar itu. termasuk Nur Muhammad. Zat Mutlak ini diistilahkan dalam hakiki tauhid sebagai “Tubuh Mahasuci.”

        Wah, agor merasa tidak punya pengetahuan dan penyimpulan memadai. Saya lebih khawatir pemahaman ini membangun persepsi atau gambaran yang keluar dari pemahaamn tauhid, karena masih terlalu banyak sumber keraguan yang masih menggeluti pikiran.

        Salam kembali untuk persaudaraan dan kesediaan memberikan catatan postingan ini… 😀
        Agor

        Suka

      • rubon said

        @Bung Muxlimo

        Sebagai penutup, saya bukan dari golongan tarikat maupun sufi mana pun. saya,muslim tanpa embel2 di belakangnya. mohon maaf kalau ada kesalahan di dalam diskusi ini ya, Kang. Salam ukhuwwah dan jangan kapok ya main2 ke sarang saya ^-^. Alahu a’lam. Salam alaikum.

        Maksud bung, dikala siang hari menjadi seorang Muslimin, ketika malam tiba menjadi seorang Muslimah :mrgreen:

        Alahu atau <a href="http://haniifa.wordpress.com/2010/11/10/al-mahdi-alaihi-salam-suka-laler-ijo/"ALLAHu ?!

        Suka

      • rubon said

        koreksi:

        Alahu atau ALLAHu ?!

        Suka

      • MUXLIMO said

        @ Kang Agor
        Salam ^_^
        Baiklah, Kang.. saya setuju juga dengan rasul yang ridhaiNya. Tetap saja, menurut hemat saya, implikasinya sama (dengan tanpa mengurangi hormat saya pada junjungan dan teladan bagi kita semua), Muhammad Saw. bin Abdullah binti Aminah yang lahir di Mekah wafat di Madinah tidak akan pernah menjadi penutup pintu kenabian jika Allah Swt tidak meridhai beliau. Intinya, segala sesuatu itu tetap bergantung pada Kehendak Allah Sang Musabbib. setuju Kang??

        Az-Zukruf
        Dan tatkala kebenaran [Al Qur’an] itu datang kepada mereka, mereka berkata: “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya”. (30) Dan mereka berkata: “Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri [Mekah dan Thaif] ini?(31)

        Sabda Rasulullah:
        “Sesungguhnya jika bukan aku yang Allah utus sebagai pembawa risalah, maka Umar lah orangnya atau Ali.”

        Sedangkan posisi kita sebagai umatnya, bisa kita ambil pesan intrinsik hadis:
        “Ulama adalah pewaris para nabi.”
        berarti, jika ada seorang ulama meneladai 4 karakter nabi dan rasul (yang Sidiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh) maka orang itu mewarisi karunia Allah tsb,ia menjadi penerus nabi meskipun dia bukan nabi dan rasul. Kita jangan lupa bahwa setelah pintu kenabian ditutup, pintu kewalian dibuka.
        Al-Munafiqun:8
        Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

        Jangan dikira bahwa para wali Allah itu hanya ada pada zaman dulu.. sungguh zalim dan miskinnya Ilmu Allah jika hanya orang2 mukmin dahulu yang bisa jadi pewaris para nabi.(ini mustahil ada pada Sifat Tuhan)
        Patut diingat pula bahwa kiamat itu tidak akan terjadi sebelum seorang mukmin terakhir meninggal dunia.

        untuk yang ini, saya belum jelas maksud Kang Agor:
        “Untuk surat al Kahfi 110, cukup jelas di situ bukan merujuk pada alam fisis saat ini.”
        mohon diuraikan lebih lanjut..Kang..

        sementara untuk yang ini, kalimat saya dan kalimat akang di bawahnya mengacu pada makna yang sama,dengan redaksi yang berbeda. Jadi saya tidak melihat permasalahn di sini.
        <b<Mustahil orang yang mengikuti sebenar2nya 2 warisan Nabi Saw (Quran-Hadis) akan tersesat jalan. Jika bisa tersesat, maka Muhammad adalah pembohong besar (ini mustahil) dan Allah bukan tuhan karena bersifat zalim (ini juga mustahil).

        Penekanan pada yang sebenar-benarnya. Jika tersesat, maka tidak sebenar-benarnya … , secara matematis, tidak bisa menyimpulkan Muhammad adalah pembohong…

        yang terakhir:
        “Zat Mutlak ini diistilahkan dalam hakiki tauhid sebagai “Tubuh Mahasuci.”
        Wah, agor merasa tidak punya pengetahuan dan penyimpulan memadai. Saya lebih khawatir pemahaman ini membangun persepsi atau gambaran yang keluar dari pemahaamn tauhid”

        Tentu, Kang.. “Tubuh Mahasuci” ini sama sekali bukan mengacu pada Allah Swt. melainkan mengacu pada zat mutlak. Jangan khawatir, saya di sini tidak sedang menggambarkan bentuk atau tubuh atau jassad Tuhan karena tauhid secara mutlak memegang teguh dalil laysya kamitlihi syai’un dan mukhalafatuhu lil hawaditsi Allah itu bukan sesuatu, tidak sama dengan sesuatu, tidak ada seumpamanya karena DIA-lah Pencipta segala sesuatu.
        Zat mutlak saja kita tak mampu mengumpamakannya, apalagi Tuhannya.

        Zat mutlak, zat sifat, neraka, surga, alam malaikat, jin, dan manusia semuanya di dalam Allah. Kalo bahasanya Agus Mustofa: “terendam” di dalam Allah.

        Al-Baqarah (2) : 115
        Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.

        Fussilat:54
        Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.

        maharuang (angkasa), makhluk Allah, yang jadi wadah bagi seluruh isi alam semesta saja kita belum tahu ujung-pangkalnya di mana. Apalagi Penciptanya. Allahu Akbar.

        Suka

      • agorsiloku said

        @ Kang Muxlimo, terimakasih untuk catatan yang panjang ini… saya harus membaca berulang-ulang dan beruntung saya punya “pencerah” yang tak segan-segan menyediakan waktu begitu banyak untuk memperkaya khasanah pemahaman. Ijinkan Agor memberikan sedikit pandangan yang mungkin.. eh semoga, eh insya Allah memperjelas :

        Baiklah, Kang.. saya setuju juga dengan rasul yang ridhaiNya. Tetap saja, menurut hemat saya, implikasinya sama (dengan tanpa mengurangi hormat saya pada junjungan dan teladan bagi kita semua), Muhammad Saw. bin Abdullah binti Aminah yang lahir di Mekah wafat di Madinah tidak akan pernah menjadi penutup pintu kenabian jika Allah Swt tidak meridhai beliau. Intinya, segala sesuatu itu tetap bergantung pada Kehendak Allah Sang Musabbib. setuju Kang??

        Ayat ini, dalam pemahaman agor menjelaskan “posisi ghaib” itu apa. Jadi, ketika kita mendefinisikan pengertian ghaib, sebagai ummat yang menerima petujuk AQ dan meyakininya, maka tidak ada pilihan bagi kita untuk menerima penjelasan bahwa ghaib adalah “something” yang memenuhi kriteria ayat QS 72: 26,27. Yaitu, hanya Allah yang mengetahuinya dan Rasul yang diridhainya. Bahwa ummat kerap mengartikan ghaib sebagai sesuatu yang tidak tampak, atau bahkan pengeliatan (aura) pada mahluk hidup atau melihat jin, didefinisikan sebagai yang ghaib. Ghaib bagi kita (tidak tampak, ghaib kejadian – ramalan), dan karenanya, timbul kecenderungan untuk mengabaikan pengertian ghaib yang dirujuk oleh Allah dalam AQ.
        Allah pula yang mengabarkan bahwa jin juga tidak mengetahui yang ghaib seperti dikisahkan ketika Nabi Sulaeman wafat, tongkatnya dimakan rayap (QS 34:15).
        Dengan demikian, pemahaman kita pada hanya Allah yang mengetahui dan Rasul yang diridhaiNya, adalah jika bukan rasul yang diridhai dan bukan Allah, maka tidak mengetahui yang ghaib. Pernyataan ini secara matematis tentu dijelaskan :
        1 : Allah mengetahui yang ghaib, 0 = bukan Allah.
        1 : Rasul yang diridhaiNya, 0 = bukan Rasul yang diridhaiNya.

        Berarti yang tidak memenuhi kriteria 1, tidak mengetahui yang ghaib.
        Berarti tidak semua Nabi mengetahui yang ghaib.
        Kalau ada populasi manusia 6 milyar saat ini, adakah yang memenuhi kriteria 1?. Kalau tidak ada, maka kita bertauhid pada petunjukNya. Apakah ummat pewaris Nabi, memenuhi kriteria 1?.

        Mengenai … faman kana yarjuu liqaa rabbihii — Siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya .. (Al Kahfi 18:110) jelas bahwa “mengharap” adalah asa terhadap masa berikutnya. Bukan alam fisis saat ini. Harapan akan didapat dimana?. Di dunia?, di akhirat?. Mas tentu punya pengertian yang sama pula, insya Allah.

        Akhirat adalah ghaib, masa depan juga ghaib.

        Mengenai hakikat tauhid, “tubuh mahasuci”, ini adalah pembahasan yang agor kira akan menyerempet sisi-sisi yang “mendebarkan” dan agor tidak ingin berselisih mendiskusikannya lebih jauh karena ada rujukan dalam ragam tafsir, tentang manusia yang maksum, wali Allah, pewaris Nabi, yang disucikan, dan berbagai cara pandang.
        1 = Maha (dan semua sifat Allah yang menyifatiNya) merujuk pada sifat yang harus memenuhi kriteria tidak menyerupai sesuatu apapun. Maha Pemberi Rahmat, maka rahmatnya maha, kemahaan Allah tidak kita bisa definisikan. Yang sudah kita terima ibarat (yang bukan itu) bagai setitik air menetes di ujung jari (seperti lagu bimbo) terhadap lautan…
        1 = Tidak Menyerupai sesuatu apapun.
        1 = Meliputi segala sesuatu.

        Maka :
        0 = sesuatu yang kita definisikan.
        0 = yang terukur.
        0 = yang liputannya terukur.

        Dalam pemahaman yang baru agor pahami adalah, kita tidak dibenarkan membuat pemahaman 0 karena atau memahami 0 untuk menjelaskan 1. Ini tauhid tentang keesaan Allah.

        Karena itu, agor menghindari pemahaman yang punya persepsi pada “tubuh mahasuci”. Kalaupun dibahas lebih ke dalam, sangat boleh jadi forum yang bersifat umum ini tidak sesuai, sehingga kemungkinan terjadinya perbedaan pandangan dan perbedaan kedalaman memahami dapat masuk ke area abu-abu terhadap tauhid.

        Lebih sedikit terurai, ada buku :“Bagaimana Berinteraksi dengan Peninggalan Ulama Salaf”, Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Pustaka Al Kautsar, Cet. 1 Juni 2003. Buku ini mengajarkan kepada agor, harus sangat berhati-hati dalam memahami wilayah ini..

        Agor sadari, tidak mudah berdiskusi di wilayah ini. Di wilayah yang acuannya berbeda.
        Saya juga membaca komentar lain di blog Akang yang memberikan penjelasan dan juga pengalaman spiritual. Juga beberapa rekan agor di dunia maya ini, beberapa menyampaikan informasi yang sama. Semua itu memperkaya pemahaman, bahwa agama Islam adalah agama spritual, sekaligus juga real. Begitu juga sains. Pada wilayah kesufian, agor mencoba memahami dari sisi alam holografik, dunia itu semu, dan sejenisnya. Namun, tidak berani mengiyakan karena alasan-alasan di atas.
        Salam hangat dan semoga pengetahuan yang diberikanNya memberikan jalan kepada kita untuk semakin mendekatiNya, bukan jalan yang dimurkaiNya.
        Betapa mudah, rasanya agor terpeleset di wilayah ini, apalagi, pikiran lebih halus dari jejak seekor semut.
        Kiranya Muxlimo berkenan dengan jawaban ngeles dari agor… 😀
        Wassalam, agor.

        Suka

      • MUXLIMO said

        @Kang Agor:
        Setuju, Kang..segala asbab adalah perbuatan Sang Musabbib. ^_^
        Betul Kang, masa depan dan masa lalu yang tidak kita alami juga disebut gaib.

        Soal Al-Kahfi:110 menurut saya ini berkaitan erat dengan Al-Israa:72
        Dan barangsiapa yang buta (dari melihat Allah) di dunia ini, niscaya diakhirat [nanti] ia akan lebih buta [pula] dan lebih tersesat dari jalan [yang benar].

        Jadi, yang namanya harapan berjumpa dengan Allah Swt. ini bisa terkabul di dunia maupun di akhirat bagi orang2 yang dikehendaki-Nya. Ini sejalan dengan hadis mutu qabla anta mutu,’matilah kamu sebelum mati.
        Dan di akhirat nanti, hanya penduduk surga yang akan bertemu dengan Allah (dalam Surat Yaasin).

        —————————————————–

        errm..bagaimana jika formulasi matematisnya ditambah dengan:
        1 : Allah mengetahui yang ghaib, 0 = bukan Allah.
        1 : Rasul yang diridhaiNya, 0 = bukan Rasul yang diridhaiNya.
        1 : siddiq, amanah, fatanah, tablig:pewaris nabi-rasul, 0 = tidak siddiq, amanah, fatanah,
        tablig: bukan pewaris nabi-rasul

        Dalam pengertian hakiki tauhid, tubuh mahasuci sebagai wadahnya maharuang semesta raya ini, ialah dalam maharuang yang bersih sebersih2nya, maharuang yang tidak berisi sesuatu sebesar zarrah pun (tanpa partikel, quark, atau apa pun). sedangkan maharuang semesta raya ini masih mengandung zarrah.

        Tubuh mahasuci ini masih makhluk, Kang. Bukan Tuhan. (ada keyakinan di luar Islam yang sudah sampai pada pemahaman ini, tetapi mereka memutuskan tubuh mahasuci inilah Tuhan :O )

        Pengertian “maha” dari sisi linguistik pun tidak berarti selalu mengacu pada Tuhan, Kang.
        Alam semesta bisa dikatakan maharuang karena memang tidak terukur, tidak terbayangkan. Demikian juga dengan “wadahnya” alam semesta. Nah, yang coba ditekankan dalam tauhid adalah “apalagi Penciptanya”. Kalla lisahuhu.

        Ini penjelasan sabda peringatan Rasulullah Saw yang bermakna “Boleh memikirkan ciptaan-Nya, tetapi jangan sekali2 memikirkan tentang zat Tuhan.”
        (Bukankan Nabi Muhammad Saw. tahu bahwa Allah itu bukan berupa zat, melainkan Tuhan sekalian zat? Artinya, peringatan beliau ini mengacu pada zat mutlak dan pada betapa tidak mungkinnya mendefinisikan Diri Pribadi Tuhan itu)

        Jadi, bukannya tidak boleh memikirkan tentang Diri Tuhan itu, tapi memang takkan bisa.

        jadi formulasi matematisnya dari sisi hakiki tauhid adalah
        0: terukur, terbayang, terpikirkan, menyerupai sesuatu
        1: mahasuci, laysa kamitslihi syaiun, kalla lisanuhu
        X alias bukan 0 dan bukan 1: Mahasuci, terlebih laysa kamitslihi syaiun, terlebih kalla lisanuhu

        Inilah pengertian Tuhan di atas segala sesuatu.
        Ini juga yang coba ditekankan tauhid: bahwa yang disebut Esa itu bukan 1 (karena ada 2,3, dst) dan bukan 0 (karena bukannya tidak ada);

        Ini karena tubuh mahasuci [dan semesta beserta seluruh isinya] dengan Sifat Mahasuci Allah dengan Tuhan Pribadi [DIA YANG TAKBERNAMA] berada dalam paradoks: tidak berjarak, tidak ber-antara, tidak becerai, tidak bersekutu) sederhananya: ZatSifat-Zat Mutlak-Tuhan itu ESA/Compact.

        Jika segala sesuatu itu tidak bertempat di Tuhan, mau bertempat di mana lagi?
        Kalau ada tempat bagi segala sesuatu yang bukan bertempat di Tuhan berarti pada saat ini ada 1) Tuhan dan ada 2)tempatnya segala sesuatu, ada jarak antara Tuhan dan ciptaan-Nya= tidak ESA.
        Allahu a’lam

        ——————————————

        Soal pengalaman spiritual yang tak terhindarkan terpapar di ruang komen blog saya:
        Ya, sesungguhnya saya sendiri tidak mengira akan seperti itu. Akan tetapi, ini sudah menjadi konsekuensi bagi saya yang sejak awal berkomitmen untuk tidak melakukan moderasi. Komitmen itu pun saya mulai dengan bismillah dan la hawla wa laa quwwata ila billah.
        (Akang bisa lihat, saya sekadar menanggapi dan tidak menambahkan pengalaman spiritual apa pun dari sisi saya. Meskipun demikian, memang kehidupan tak terbayangkan atas diri orang2 yang diridai Allah Swt. sejak dulu sudah menjadi rahasia umum.)
        Mudah2an Akang mau memahami posisi yang saya pilih.

        (Saya setuju, Kang. Kita tutup saja sesi ini. Kita berdiskusi dalam diam saja. Silence speaks thousand words, ya ^_^ dan terima kasih atas info referensi bukunya, Kang. InsyaAllah akan saya cari dan miliki)

        Semoga Allah Swt. mencegah kemudaratan dari diskusi ini sampai pada siapa pun di sini. Semoga Allah Swt. mencurahkan taufik, hidayah, inayah, dan magfirah-Nya kepada kita semua. Amin. Salam alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

        Suka

      • agorsiloku said

        @ Kang Muxlimo, nuhun (terimakasih) untuk catatannya. Agor sedikit buka lagi ya, untuk klarifikasi. Kalau mengenai awal segala sebab, rasanya memang tidak ada perbedaan pengertian. Mengenai ruang kosong dan sekosong-kosongnya, ini termasuk yang tak terdefinisikan. Ruang adalah sesuatu yang diciptakan, jadi memang pemahamannya juga memasuki area yang abu-abu untuk pengetahuan kita. Jadi, memang saya keep silent saja dulu sampai bertemu dengan pengertian yang memperkaya.

        Namun, mohon maaf ada yang masih agor tambahkan dan agor koreksi dan kekeliruan agor juga :

        ————–
        Betul Kang, masa depan dan masa lalu yang tidak kita alami juga disebut gaib.

        —-
        Sependapat, agor koreksi yang agor sampaikan. Masa lalu yang tidak kita alami adalah berita gaib. Memang yang telah berlalu dan kita tidak ada di sisi peristiwa itu dan kita tidak mengetahuinya adalah sebagian ghaib. Esensinya ada pada : kita tidak mengetahui peristiwa itu.
        ————–
        errm..bagaimana jika formulasi matematisnya ditambah dengan:
        1 : Allah mengetahui yang ghaib, 0 = bukan Allah.
        1 : Rasul yang diridhaiNya, 0 = bukan Rasul yang diridhaiNya.
        1 : siddiq, amanah, fatanah, tablig:pewaris nabi-rasul, 0 = tidak siddiq, amanah, fatanah,
        tablig: bukan pewaris nabi-rasul
        —–
        1 : siddiq, amanah, fatanah, tablig:pewaris nabi-rasul, 0 = tidak siddiq, amanah, fatanah,
        tablig: bukan pewaris nabi-rasul –> ini menyalahi 2 pernyataan pertama sehingga tidak boleh pengertian ini kita terima. Karena Siddiq, amanah… sampai tabliq tidak memenuhi kriteria “Rasul yang diridhaiNya” Penekanan pada rasul ini menegasi batasannya. Jadi, implikasinya memang sangat berbeda. Untuk memperkuat pandangan ini, AQ menjelaskan lagi pada QS 3:179 ” …. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, …”
        Perhatikan pada kata di antara rasul-rasul-Nya menegasi bahwa populasinya hanya ada pada “di antara rasul-rasul”. Jadi kalau bukan termasuk rasul-rasul, maka tidak ada ijin untuk mengetahui yang ghaib. Jadi, itupun tidak berlaku untuk semua rasul. Jadi, kalau itu sebatas siddiq, amanah, wali Allah, pewaris Nabi, sama sekali tidak masuk dalam kriteria “di antara rasul-rasul”. Apalagi manusia seperti agor tidak ada tempat sama sekali. Kalau kita menganggap ada, logka pemahaman ini akan menyalahi petunjukNya. Petunjuk ini juga ditegasi bahwa ghaib adalah perkara yang memang hanya pada sisi Allahlah “semua” kunci-kunci ghaib seperti dijelaskan pula pada QS 6:59.

        Mungkin timbul pertanyaan/perenungan, mengapa pembatasan ini penting. Wallahu’alam. Namun, agor berprasangka (berpersepsi) bahwa itu adalah pertimbangan Allah agar manusia kemudian tidak dibenarkan mempercayai manusia lain dengan alasan apapun, ketika yang dianggap maksum, pewaris Nabi, dst memberitakan hal-hal berdasarkan penafsiran dan kesalehan akal mereka (yang motifnya) kita tidak bisa membaca/mengetahuinya, yang memungkinkan “yang kemudian”, terlena dalam term-term baru dan perlahan menggeserkan pemahaman dasar dari keimanan.

        ———————
        jadi formulasi matematisnya dari sisi hakiki tauhid adalah
        0: terukur, terbayang, terpikirkan, menyerupai sesuatu
        1: mahasuci, laysa kamitslihi syaiun, kalla lisanuhu
        X alias bukan 0 dan bukan 1: Mahasuci, terlebih laysa kamitslihi syaiun, terlebih kalla lisanuhu
        —–
        semua yang X berada pada 0. Hanya ada 0 dan 1 (maksudnya hanya Yang Mencipta dan Yang Diciptakan), jadi bukan 0,1,2,… Hanya yes dan no, ya dan tidak, 0 dan 1 adalah bilangan biner. Maka tidak ada X.

        Implikasi dari ini adalah tidak bisa dikatakan dalam bentuk apapun, misalnya : … sederhananya: ZatSifat-Zat Mutlak-Tuhan itu ESA/Compact. ”
        Kata compact tidak bisa dinisbahkan pada pengertian ESA. Mengapa karena “tidak menyerupai apapun”, jadi apapun yang kita definisikan, maka akan muncul satu persepsi di kepala kita. Compact, tidak berjarak, paradoks, tidak bercerai, tidak bersekutu adalah pemahaman yang menimbulkan definisi baru dalam bahasa kita. Jadi, seperti juga yang ditegasi Mas, berpegang saja pada kamitslihi syai’un, tidak menambahkan apapun yang menjelaskan lagi (kalla lisanuhu). Setiap tambahan penjelasan akan selalu :”bukan itu”.

        Pada dasarnya, kita tidak memiliki perbedaan dan punya garis pemahaman yang sama. Namun, ada sedikit perbedaan adalah dalam menginterpretasikan. Agor memilih non interpretasi apapun yang boleh menyertainya. Alasan agor, dengan demikian batas pengertian ghaib dan pemahaman tentang Allah menjadi lebih clear dan bersih dari prasangka/persepsi, dugaan dan usaha untuk menjelaskan. Wallahu’alam.
        —————-
        Bergerak dari pengertian ini, kita kembali lagi bagaimana kita menjelaskan pemahaman cahaya, pemahaman pengalaman spiritual yang dialami sebagian kecil dari orang-orang tertentu (apakah dia beragama Islam ataupun atheis sekalipun) akan menjadi lebih mudah dan terbuka, karena itu berada pada karya cipta Allah, di luar yang para ulama definisikan sebagai kalla lisanuhu. Mengapa daun bisa dipotret dan tampak aura, mengapa manusia tampak bercahaya (aura) yang dalam pandangan mata batin “terlihat”, mengapa besi menunjukkan adanya “aura” atau dalam bahasa lain medan magnet ketika setiap resultante gaya-gayanya yang ke segala arah kemudian menjadi teratur, bagaimana terjadinya komunikasi tanpa jarak dan waktu bahwa seolah-olah sebuah sel atau atom atau subatomik memberitakan pada sub atom yang lain untuk mulai bekerja dan menghentikan pekerjaan yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Maksud agor, logika-logika di luar definisi ghaib dan tidak menyerupai apapun, bisa diterjemahkan dalam khasanah ilmu yang menjadi bagian dari rahmatNya untuk dipahamkan oleh akal. Berbeda kalau kita “masih” menginformasikan pengetahuan tentang ghaib dan Allah dalam khasanah berpikir tauhid, maka kecenderungan untuk menambah dan mengurangi pemahaman “kalla lisanuhu” menjadi bagian dari sistem berpikir. Maksud agor, di satu sisi tidak menjelaskan, tapi pada saat yang sama menguraikan dan menganalisis.
        Sejarah menjelaskan bahwa pemahaman “wajah Allah” mengalami distorsi pengertian yang berada pada wilayah yang riskan, juga ghaib, siksa kubur, sampai nabi-nabi palsu, wali Allah, pewaris nabi, menjadi bagian dari “game” yang bisa berdarah-darah dan melahirkan begitu banyak pertentangan.
        ————–
        @ Kang panjang juga ya diskusi kita. Semoga apa yang diuraikan di sini dan juga yang akang uraikan dapat dijelaskan lagi oleh saudara-saudara kita yang lebih memahami. Memahami, bukan menghakimi dan membawa kita untuk lebih mampu beramal shaleh dan dijauhkan dari jalan-jalan yang dimurkaiNya.

        Selamat ber-Idul Adha.
        Wassalam, agor.

        Suka

    • MUXLIMO said

      maaf salah bikin kode :mrgreen:
      Mustahil orang yang mengikuti sebenar2nya 2 warisan Nabi Saw (Quran-Hadis) akan tersesat jalan = Jika tersesat, maka tidak sebenar-benarnya..

      Suka

    • MUXLIMO said

      @rubon

      “Alahu atau ALLAHu ?!”

      U know what i meant, buddy..

      “Kesempurnaan manusia terletak pada ketidaksempurnaannya.”

      Suka

  4. ipk4cumlaude said

    Menarik sih tapi lieur ah…

    @
    Saaammmma…. 😀

    Suka

  5. charly said

    bingung….
    pasti.
    bimbang…..
    jangan.

    @
    sebuah proses, pemahaman, mencoba mengerti, tentulah dalam kebimbangan logika. Yang jangan, tentu juga terpahami… 😀

    Suka

  6. El Za said

    Assalamualaikum Wr wb.

    Saya ingin berpuisi nih, boleh kah?

    Semua bertawaf..
    partikel berputar sebagai spin
    elektron dengan positron
    permukaan bumi kepada inti bumi
    permukaan planet kepad ainti planet
    permukaan bintan kepada inti bintang
    planet kepada matahari
    tata surya kepada galaksi
    galaksi kepada super galaksi
    ketika sebuah gulungan dibuka maka meluaslah dia
    ketika zarrah berputar maka menarik semua yang ada di sekelilingnya
    membentuk benda-benda di langit
    tawaf.. semua tawaf..
    tunduk kepada Sang Pencipta
    dalam aturan yang serapi-rapinya.
    walaupun tiada berotak ataupun berakal

    alangkah mudahnya memusnahkan manusia
    hanya dengan sebuah mahluk bersel satu
    atau seekor nyamuk atau guncangan yang dahsyat
    tetapi Bumi dikehendakiNya terpelihara setiap detiknya.
    Bumi.. jika terlalu jauh akan beku dan jika terlalu dekat akan terbakar
    sejauh mata memandang, hanya bumi yang berkehidupan.
    satu unsur kehidupan saja hilang, maka musnahlah kehidupan.
    air, udara, perisai bumi, rotasi bumi, mineral tanah, revolusi bumi terhadap matahari.
    sesaat saja bumi berhenti berputar, terpental segala yang ada di pemukaan bumi termasuk atmosfir
    semenit saja bumi berhenti berputar, separuh muka bumi meleleh separuh muka bumi membeku

    Manusia… alangkah sombongnya manusia..!!

    Wassalamualaikum wr wb.

    @
    Wass.Wr.wb.
    Thawaf menjadi gerakan dari putaran alam semesta pada setiap orientasinya. Puisi yang begitu membutuhkan banyak perenungan. Di kejap lain, saya jadikan postingan ya… :). Wass.wr.wb

    Suka

  7. Gitu aja koq bingung. Kalo ngga sampe ilmunya, ya udah tinggalkan saja. Jadi manusia ngga usah bingung-bingung kalo berurusan sama Tuhan. Disuruh, ya kerjakan. Dilarang, ya tinggalkan. Dijelaskan sedikit, ya ngga usah di ilmiah-ilmiahkan. Nanti malah tambah pusying.
    Peace.

    @
    Rasa-rasanya ayat-ayat al Qur’an menyuruh kaum beriman untuk menelaah isi alam semesta, melintasinya jika mampu… Pusyingg…. betul, tapi di situ juga kan keasyikannya. Seperti juga Mas Iwan lakukan… 😀

    Suka

  8. ech said

    sedikit komentar untuk stefano (#2 & #3),
    Artikel yang dimaksud adalah pendukung model inflasi . Jika kita mengamati perkembangan ilmu kosmologi, model penciptaan ala “bigbang” masih belum cukup untuk menjelaskan mengapa alam semesta tercipta seperti ini. Dibutuhkan skenario tambahan, yaitu model inflasi tadi. Jadi hasil penemuan WMAP diatas tidak membuktikan bahwa alam semesta terjadi ‘wush’ begitu saja.

    dalam Alqur’an ayat lain dikatakan:
    “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy” (Al A’raf:54)

    Yang kalau boleh ditafsirkan secara bebas, dalam alqur’an pun di jelaskan secara explisit bahwa proses penciptaan alam semesta membutuhkan waktu (bukan sekejab mata).

    @
    hm… saya memahami “wush” itu adalah quark-quark… asap yang terpahami berada pada posisi ada dan tiada… asap itulah yang membentuk alam semesta, ruang dan waktu, sesuai tahapannya. Datang dari ada dan ketiadaan, masih begitu sulit saya memahaminya juga. Al Qur’an tidak menjelaskan asap itu muncul dari mana…

    Suka

  9. ‘Wush’ yang saya maksud memang berkenaan dengan asal mula jagad-raya saja, saya sangat setuju dengan mas Ech bahwa jagad-raya dalam perkembangannya membentuk galaksi2, bintang2 dan planet2 membutuhkan waktu. Beberapa hari lalu saya tertarik membuka kembali buku “Lubang Hitam dan Jagat Bayi”-nya Prof. Stephen Hawking terbitan Gramedia 1995, termasuk di dalamnya membaca teori inflasioner. Pendapat saya ternyata masih sama bahwa asal mula jagad raya bukanlah ‘Big Bang’. Saya pribadi memang agak penasaran dengan ayat ‘menggulung lembaran-lembaran kertas’. Saya pernah mencoba menggulung vertikal beberapa puluh lembar kertas HVS, kemudian mendirikannya di atas meja. Bentuk lembaran-lembarannya tepat sama dengan gambar galaksi berbentuk spiral. Bisa jadi ini jawaban dari pernyataan Prof. Hawking di buku yang sama halaman 90, “sains dapat membuat prediksi bahwa jagad raya pasti mempunyai awal, tetapi tidak dapat memprediksikan bagaimana jagad raya semestinya dimulai: Untuk itu orang harus bertanya kepada Tuhan.”.

    Terimakasih untuk mas Ech atas koreksi kalimat dan komentarnya yang baik.

    @
    😀 trims penjelasan tambahannya… Buku Oom Stephen itu, bersama Riwayat Sang Kala… sudah susah dicari di Gramedia, mustinya sudah diterbitkan kembali…

    Suka

  10. sulton said

    Hanya ALLAH yang maha mengetahui segalanya

    @
    Amin… kita tidak setitik debu untuk dapat memahami ilmuNya….

    Suka

  11. tia said

    g ngerti! dr sd sy sdh diajarkn bahwa awalmul almsmsta tu dr teri bigbang, dr mulai materi ll dpertegas dg prktek ya sy pcy ja ma bigbang. ttp stlah mmbca al-qur’an (terjmahan) sy mlai rg dg kbnran bigbang…? ttap yakin dg kbsaran allah mciptkan jgad rya. he…he…he…

    @
    Sama Mba Tia… saya juga ragu dengan teori bigbang ini, yang telah menjadi “kebiasaan” para ahli agama untuk mencari pembenaran tentang kebenaran Al Qur’an terhadap sains…. 😀

    Suka

  12. kustanto said

    maaf, saya jadi bingung…
    sebenarnya alam semesta ini dibentuk dr asap, big bang, kertas atau apa ya?
    terus kl kita konsisten ikuti terjemahan scr harfiah,maka katanya bintang-bintang adalah hiasan dari langit…
    Kasihan donk NASA sdh keluar byk duit u/teropong bintang ini itu, dgn asumsi ada planet yg seperti bumi…
    Terus apakah teori kertas,asap,big bang sudah final? Saya khawatir apabila kita main comot ayat ini untuk dukung hipotesa/teori kita,maka apabila ternyata suatu saat ada temuan baru kan gawat untuk citra agama kita…
    Kalo ng salah suatu teori dianggap benar sepanjang belum ditemukan teori baru…
    Jadi mungkin sebaiknya kita bersikap bijaksana dan berpikir panjang sebelum mencomot ayat-ayat suci untuk mendukung suatu teori…
    tanggung jawabnya besar lho mas.

    @
    Mas Kustanto,
    Soal alam semesta dibentuk dari asap, seperti yang disampaikan Allah melalui kitabNya :”… masih berupa asap….” (QS 41:11).
    Apakah asap itu?, seperti asap pembakaran, seperti asap rokok ataukah dipahami sebagai butiran-butiran molekul yang berjarak satu dengan lainnya. Sedangkan bigbang, oleh para ahli agama dikaitkan dengan sains kerap dikaitkan dengan ayat (QS 21:30) “…. orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian …”

    Memahami teori bigbang kemudian pengertian satu padu sepertinya cocok bahwa alam semesta bersumber dari satu titik kerapatan massa dan kemudian blar… berkembang sehingga menjadi alam semesta yang kita kenal sekarang. Namun, teori ini kemudian dipertanyakan kembali, karena tidak ditemukan pula tanda-tanda yang menjelaskan kemunculan berbagai unsur alam semesta, termasuk materi gelap dan lain-lain bersumber dari satu titik pusat, seperti teori bigbang.

    Teori bigbang itu sendiri tidak ada penjelasan di Al Qur’an, sepengetahuan saya. Kata kunci penciptaan alam semesta … asap… padu… 6 masa.

    Soal “kertas”, saya sedikit kurang paham ini. Pembahasan ini kerap dikaitkan dengan digulungnya alam semesta. Kata digulung ini kerap dikaitkan dengan dilipat seperti sorban, digulung seperti kertas, sedikit yang membahas dari penciptaan awal. Pada komentar sebelumnya dijelaskan oleh salah seorang rekan, apalagi kemiripan pembentukan galaksi dan asap yang berputar seperti gulungan kertas…

    Asal comot ayat.

    Ada kecenderungan untuk mendapatkan ayat dan kemudian membandingkan dengan pengetahuan dan perkembangan sains. Sesuai, menunjukkan kebenaran Al Qur’an. Jika tidak sesuai, selalu memungkinkan dipahami kita mengklop-klop kan dan menafsirkan pengetahuan kita terhadap kebenaran Al Qur’an atau kita memahami ayat itu dan kita katakan, sains belum mencapai tataran dari apa yang disampaikan al Qur’an. Pola berpikir ini akan melahirkan sudut-sudut pandang yang berbeda. Orang yang mengingkari ayat akan bilang… tuh kan, Al Qur’an emang buatan manusia… banyak salahnya….

    Tidak gawat, tapi memang menimbulkan persepsi/pemahaman yang boleh jadi tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya (yang kita juga tidak tahu). Beberapa pembahasan mengenai hal ini, menyebabkan sejumlah orang menolak mengaitkan ayat dengan perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan ada yang juga secara ekstrim menafikkan ilmu pengetahuan… 😦

    Saya sendiri lebih berpendapat Al Qur’an bukan kitab sains, tapi jelas menandai (bench marking) terhadap sejumlah tanda-tanda di alam semesta, termasuk juga penjelasan mengenai penciptaan. Pada banyak artikel sebagai sebuah perjalanan berpikir dari para pakar atau pemahaman sendiri saya sebar dalam ragam postingan. Penandaan ini, karena bersumber dari ayat… ya saya komparasikan, antara pernyataan sains dan pernyataan ayat. Dikomparasikan, dibandingkan, ditelaah sama sekali tidak ada hubungan pernyataan bahwa sainslah yang pasti benar, sehingga kalau berbeda, maka ayat yang keliru. Jadi, kalau sesuai dengan perkembangan sains, semakin tampak cahaya al Qur’an. Kalau berbeda, maka sains belum mencapai tataran yang dijelaskan al Qur’an. Juga bukan untuk mendukung satu teori. Haruslah juga dipahami bahwa Al Qur’an memberikan sejumlah informasi ilmu pengetahuan kepada manusia. Lha, kalau kita tidak komparasikan, ya bagaimana kita juga memahami Al Qur’an?. Lha, kalau kita anggap selalu sains selalu benar… ya nggak lah… 😀 Al Qur’an yang benar, sains yang tertatih-tatih. Namun, al Qur’an, sekali lagi memiliki bench marking terhadap ujung ilmu pengetahuan. Para saintis muslim maupun non muslim mengetahui benar hal ini….

    Karena itu, seberusaha mungkin… tidak asal comot… 😀

    Oh ya… dalam tulisan saya berusaha menyatakan : Al Qur’an menyampaikan begini…., sains menyampaikan begini…. Jadi bukan soal dukung mendukung, tapi membangun satu komparasi dalam wacana.

    Terakhir, tentu saja saya setuju dengan yang Mas sampaikan…, ada tanggung jawab besar…. Betul, ada sebuah tanggung jawab, termasuk juga ketika kita tidak mau melihat dari sudut ilmu pengetahuan, ketika kita berusaha menafikan ayat-ayat alam semesta tidak boleh masuk dalam ranah sains. Apalagi seolah kita menempatkan Allah sebagai tidak tahu apa-apa tentang sains (seperti banyak pandangan seperti ini). Allah maha kuasa diakui hanya sebatas wacana. Informasi sains dalam al Qur’an dipandang sebelah mata, ini juga melanda sebagaian ummat. Oleh karena itu, memahami filsafat yang mendasari sains juga tidak kalah pentingnya sehingga kita memahami mengapa agama dipisahkan dari sains, bahkan dari dimensi sosial, bahkan juga dikerdilkan lagi ke “ruang private”…. Blog ini menolak pandangan ini.

    Suka

    • alie said

      saya disini hanya ingin menimba ilmu dari saudara-saudaraku yang sudah melahap berbagai macam teori dan renungan yang memerlukan daya fikir yang kuat. namun perkenankan saya ikut dalam forum tukar fikiran ini. terkadan apa yang ada dalam syariat dapat membingungkan akal, yang dimana fungsi akal oleh Tuhan diciptakan mempunyai batasan dalam bekerja. penciptaan langit dan bumi jika kita telaah akan menggugah hati kita dan meperteguh iman kita, dalam berteori boleh berbeda dan boleh juga sama, tapi melalui penelaahan kita, apa yang kita dapat untuk mempertebal kaimanan kita?

      Suka

      • agorsiloku said

        Mas Alie, terimakasih untuk catatannya. Sy sedikit komentar dari pernyataan terakhir : Apakah kita dapat untuk mempertebal keimanan kita?. Saya lebih cenderung menjawab ya, jika memang ada iman di dalamnya, maka pengetahuan mendukung untuk melihat karya cipta Yang Maha Mencipta, sehingga tanda-tanda kekuasaanNya menjadikan hidayah untuk mempertebal iman kita. Sebaliknya, jika di dalamnya tidak ada iman, maka pengetahuan yang didapat tidak akan mempertebal iman, karena memang tidak ada iman di dalamnya. Iman harus ada dulu, baru dipertebal… 😀

        Suka

  13. […] on Agus Mustofa : Tak Ada Azab Ku…nothing on Agus Mustofa : Tak Ada Azab Ku…kustanto on Alam Semesta Dibentuk Dari Asa…kustanto on Poligami Nabi Muhammad-Pernika…ganedio on Agus Mustofa : Tak Ada Azab Ku…nothing on […]

    Suka

  14. kustanto said

    terima kasih atas penjelasan nya….
    Saya cukup banyak belajar dari situs ini.

    @
    Saya juga… catatan Mas Kus menggelitik tapi nyaman… 😀

    Suka

  15. ganedio said

    Menurut hemat saya, bahasa Alqur’an itu tidak saja untuk dimengerti oleh umat manusia dimasa depan, tetapi khususnya dapat dimengerti oleh umat manusia ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Jadi bahasanya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan umat pada masa Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian wajarlah jika umat manusia pada zaman modern ini menafsirkan Alqur’an lebih berkembang, tidak hanya tersurat tapi tersirat, khususnya ayat-ayat yang menyinggung sains. Saya pikir manusia modern juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan dan budaya umat disekitar Nabi Muhammad ketika masih hidup.

    Pada zaman Nabi Muhammad SAW, tidak ada umat yang menanyakan arti dari ayat-ayat seperti “Alif laam miim”, “Alif Laam Raa”, “Qaaf”, dll. Berhubung sampai saat ini yang saya ketahui tidak ditemukan adanya hadist yang menulis tentang ayat-ayat ini. Berarti umat pada zaman Nabi Muhammad sudah mengerti dengan ayat-ayat ini atau sudah memakluminya. Namun pada zaman sekarang, ayat-ayat tersebut tidak mudah dipahami apa maksudnya. Sehingga banyak penafsiran yang berlainan.

    Khususnya ayat-ayat yang berhubungan dengan sains, apakah kita akan memahami seperti apa yang dipahami oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya? Tapi masalahnya kita tidak tahu persis apa yang dipahami beliau dan seberapa jauh tingkat pengetahuannya tentang sains, apakah sekelas SD, SMP, SMU, atau sarjana? Sedangkan Nabi Muhammad sendiri, dalah suatu hadist, pernah menyatakan kepada umatnya bahwa kalian lebih tahu tentang dunia. Tapi yang jelas, ayat-ayat yang berhubungan dengan sains tersebut, nampaknya tidak untuk menjelaskan kepada manusia dengan tingkat pengetahuan sarjana. Sarjana harus menafsirkan lebih berkembang lagi ayat-ayat tersebut.

    @
    Al Qur’an, dalam pemahaman saya, untuk segala zaman. Saya tidak tahu apakah sejumlah ayat telah dipahami pada masa Nabi ataukah tidak. Namun, kalau kita merujuk pada hadis setelah haji Wada, Nabi mengingatkan bahwa orang yang tidak mendengar seruannya saat itu bisa lebih mengerti dari orang yang langsung mendengar….

    Dijelaskan pula, bahwa tidak semua ayat dapat dipahami manusia :
    QS 3. Ali ‘Imran 7. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

    Dari sisi ini, saya kira kehati-hatian menjadi sangat penting. Kata : “….tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah.” menegasi bahwa tidak semua yang disampaikan Allah dapat dipahami, tapi hanya Allah saja yang mengetahuinya. Lalu mengapa dipesankan kepada manusia?. Untuk diimani dan selebihnya wallahu’alam….

    Suka

  16. Abu Afkar said

    Saya ingin sedikit komentar….
    1. Al-Quran adalah kitab yang dimaksudkan untuk keimanan umat manusia, tidaklah dimaksudkan untuk menjadi teori keilmuan… karena masing-masing memiliki domain sendiri….
    2. Namun sebagai muslim, kita meyakini bahwa teori keilmuan yang benar atau paling tidak mendekati kebenaran adalah yang paling dekat dengan yang tersurat dalam Al-Quran… Paling tidak yang tidak bertentangan dengan Al-Quran…

    Apakah Al-Quran mendukung teori bigbang? Al-Quran tidak mendukung teori siapa2, hanya memberitahu manusia mengenai penciptaan semesta oleh Allah… Hanya memang informasi dalam Al-Quran cukup dekat dengan teori bigbang, diantaranya:
    – Bahwa alam semesta dulu merupakan suatu yang padu (manunggal)
    – alam semesta itu dibangun meluas
    – Salah satu proses (step) ketika alam semesta berproses (yaitu ketika langit dan bumi terpisah), kondisinya adalah dalam fase “asap” (dukhan). Jadi, ayat itu tidak mesti dipahami bertentangan dengan alam semesta dari suatu yang padu, karena keduanya adalah proses…

    Menarik dari Al-Quran surat Fusilat ayat 11 adalah:
    1. menggunakan istilah asap… Apa maksudnya asap?
    2. setelah langit dan bumi dipisah, barulah mereka ditanya, “apakah kamu akan nurut kepada-Ku?”. Seolah-olah pada saat inilah segala hukum2 pengatur alam semesta ditegakkan… Kalau begitu apakah sebelum itu “belum ada” hukum pengatur alam semesta?

    Berdasarkan teori bigbang, memang ada periode ketika sangat seper sekian-sekian detik, di mana semua teori fisika menjadi runtuh dan tidak mungkin bisa menjangkau memahami “apa yang terjadi”… Apakah ini maksudnya?

    Anyway, memahami alam semesta secara keilmuan adalah dengan memahami fakta-fakta keilmuan dan teori yang masuk akal yang bisa menjelaskna.

    Jadi, misalnya mau mencari teori quark di Al-Quran misalnya adalah terlalu berlebihan…

    Justru kita dituntut dalam Al-Quran untuk memahami kejadian langit dan bumi… dan itu adalah tanda-tanda orang yg berakal.

    Adapun Al-Quran hanyalah sebagai petunjuk dasar semata atas kejadian alam semesta… Dan menjadi penyeimbang dari aspek fikir, yaitu Zikir… Fikirkan kejadian Alam semesta, Zikirkan Allah dengan ayat-ayat Al-Quran… Gabungkan keduanya… Pasti keduanya nyambung sekali…

    Wallahu a’lam…

    @
    Terimakasih atas bernasnya uraian ini…
    kalau boleh memberikan catatan untuk kalimat :”..Jadi, misalnya mau mencari teori quark di Al-Quran misalnya adalah terlalu berlebihan…”
    Ya betul, mencari teori kuark mungkin tidak ditemukan, mungkin juga karena pola sajian informasi yang membutuhkan elaborasi yang canggih untuk menemukan pesan tersembunyi dalam al Qur’an yang menjelaskan segala sesuatunya dengan terperinci. Kitalah yang belum dan mungkin tidak akan pernah sampai memahami petunjukNya….
    Wallahu a’lam…

    Suka

  17. supry said

    tul juga ya…… saya jadi bingung nih. tapi bagaimana ya menjelaskan bahwa pada kenyataannya semua bintang ternyata saling menjauhi satu sama lain. kalau kita mengacu pada teori asap yang lama-lama menjadi padat tentu akan semakin mampat bukannya semakin mengembang.

    wallahu a’lam………..

    @
    Dalam link yang disertakan, dijelaskan bahwa dalam beberapa juta tahun terakhir, pengembangan alam semesta kurang lebih hanya 5% saja. Tidak ada yang disebut sebagai yang diduga titik pusat ledakan (atau bigbang itu) termasuk contoh simulasinya pada link dalam postingan. Dimanapun kita berada, bisa menjadi titik pusat perluasan alam semesta yang mengembang !. Contoh simulasi akan lebih jelas.

    Allah menyampaikan pada AQ bahwa :… sebelumnya berupa asap… lalu dipanggil (kemudian menyatu).
    Kalau merujuk pada pengetahuan kita saat ini :
    Tata Surya kita adalah satu kesatuan yang bergerak bersama mengelilingi satu pusat galaksi. Dan pusat galaksi itu sendiri bersama dengan tatasurya kita dan bintang-bintang dalam kelompoknya mengelilingi lagi sesuatu yang menjadi pusatnya.

    Kalau bulan tidak mendekati bumi tapi berada pada garis peredarannya, begitu juga matahari, begitu juga tata surya, begitu juga pusat galaksi. Begitu juga dan seterusnya yang ukurannya tidak bisa kita bayangkan lagi. Semua itu bergerak pada garis edarnya dan ada ditempatnya tanpa tiang. Al Qur’an menjelaskan hal ini sambil mengajak kita memikirkan penciptaan dan karenanya jangan lupa memuji namaNya dan memohon ampunanNya.

    Daya putar (spin) sejak dari elektron sampai ke galaksi adalah salah satu sebab yang diketahui mengapa tidak mampat.

    Selain itu, yang belum banyak diketahui manusia adalah posisi dari materi gelap yang diketahui mengisi lebih dari 70% dari isi alam semesta ini. Apakah ini sebuah dunia paralel (fiksi), namun jelas keberadaan materi gelap mempengaruhi posisi segalanya berada pada garis edarnya.

    Jadi, tidak benar bahwa semua bintang saling menjauhi. Dia juga berada pada garis edarnya. Seperti Kommet Halley yang berkunjung setiap 76 tahun sekali….

    Suka

  18. Haniifa said

    Kuark 😀

    @
    Mungkin ada yang lebih halus lagi… namun quark sepertinya semakin dekat dengan proses penciptaan… 😀

    Suka

  19. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Mas Supry,
    Maksudnya gini kali ye. Sebelum menjadi bintang dan segala yang ada dimayapada ini, tadinya hanya berupa asap. Asap (dukhan) tersebut dalam volume yang tidak terhingga banayaknya merapat dan memadat sehingga menjadi sebesar ‘titik” yang tidak terhingga pula kecilnya dengan kerapatan/kepadatan yang tidak terhingga dan dengan berat massa yang juga tidak terhingga pula besarnya, atas izin Allah, mungkin dengan perantaran dan melalui reaksi thermo nuklir didalam “titik” yang sangat padat dan sangat berat tersebut, meledak. Yang kita kenal dengan “Big Bang” atau “Dentuman Besar”, yang memacarkan energy yang maha dahsyat dan melontarkan massa yang tadinya memadat dengan kepadatan yang tidak terhingga, menjauh dari titik ledakan. Dalam perjalanan menjauh itu, terjadilah pembentukan-pembentukan berbagai bintang, planet dan lain sebagainya. Jadi tidak heran kalau bintang-bintang maupun galaxi menjauh satu sama lain. Ini tidak terlepas dari tenga lontaran yang sangat besar ketika terjadi ledakan atau Big Bang tersebut. Ini bukan teori ahli fisika. Ini menurut pendapat saya saja. Tidak ada hubungannya dengan teori astrofisika maupun fisika-fisika lainnya.
    Wassalam,

    Suka

  20. Anonim said

    sy melihat, diskusi antara big bang, asap dan partikel sampai fenomena saat ini hanya urutan nya saja, jd bukan big bang yang salah………. tetapi pemahaman kita yang belum pass

    mari kita urutkan ayat2 Qur’an tsb, tidak ada (belum) yang bertentangan dengan big bang

    dan yang pasti… mari belajar dan bertanya…

    ===xp===

    @
    Jadi bukan bigbang yang salah….
    Agor juga tentu saja tidak tahu, yang baru tahu, bigbang hanyalah salah satu model yang “dianggap” paling pas menjelaskan proses penciptaan. Namun, seperti pada link… sejak milyaran tahun kemudian terpahami pengembangan itu hanya kurang lebih 5% saja…..
    Adakah model lain yang lebih bisa diterima oleh para ilmuwan ?.

    Suka

  21. Anonim said

    Melalui dua proyek besar pemetaan galaksi yang dilakukan hingga kini, para ilmuwan telah membuat penemuan yang memberikan dukungan sangat penting bagi teori “Big Bang”. Hasil penelitian tersebut disampaikan pada pertemuan musim dingin American Astronomical Society.

    Luasnya penyebaran galaksi-galaksi dinilai oleh para astrofisikawan sebagai salah satu warisan terpenting dari tahap-tahap awal alam semesta yang masih ada hingga saat ini. Oleh karenanya, adalah mungkin untuk mengacu pada informasi tentang penyebaran dan letak galaksi-galaksi sebagai “sebuah jendela yang membuka pengetahuan tentang sejarah alam semesta.”

    Dalam penelitian mereka yang berlangsung beberapa tahun, dua kelompok peneliti yang berbeda, yang terdiri dari ilmuwan Inggris, Australia dan Amerika, berhasil membuat peta tiga dimensi dari sekitar 266.000 galaksi. Para ilmuwan tersebut membandingkan data tentang penyebaran galaksi yang mereka kumpulkan dengan data dari Cosmic Background Radiation [Radiasi Latar Alam Semesta] yang dipancarkan ke segenap penjuru alam semesta, dan membuat penemuan penting berkenaan dengan asal usul galaksi-galaksi. Para peneliti yang mengkaji data tersebut menyimpulkan bahwa galaksi-galaksi terbentuk pada materi yang terbentuk 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang, di mana materi ini saling bertemu dan mengumpul, dan kemudian mendapatkan bentuknya akibat pengaruh gaya gravitasi.

    Menurut teori Big Bang, segala sesuatu berawal dari ledakan satu titik tunggal berkerapatan tak terhingga dan bervolume nol. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang angkasa mengembang dan ruang yang memisahkan antara benda-benda langit pun mengembang.
    Penemuan tersebut membenarkan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu. Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah pengkajian yang terdiri dari puluhan tahun pengamatan astronomi, dan berdiri tegar tak terkalahkan di atas pijakan yang teramat kokoh. Big Bang diterima oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini, dan menjadi bukti ilmiah yang membenarkan kenyataan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan.

    Dalam penelitiannya selama sepuluh tahun, Observatorium Anglo-Australia di negara bagian New South Wales, Australia, menentukan letak 221.000 galaksi di jagat raya dengan menggunakan teknik pemetaan tiga dimensi. Pemetaan ini, yang dilakukan dengan bantuan teleskop bergaris tengah 3,9 meter pada menara observatorium itu, hampir sepuluh kali lebih besar dari penelitian serupa sebelumnya.(1) Di bawah pimpinan Dr. Matthew Colless, kepala observatorium tersebut, kelompok ilmuwan ini pertama-tama menentukan letak dan jarak antar-galaksi. Lalu mereka membuat model penyebaran galaksi-galaksi dan mempelajari variasi-variasi teramat kecil dalam model ini secara amat rinci. Para ilmuwan tersebut mengajukan hasil penelitian mereka untuk diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society [Warta Bulanan Masyarakat Astronomi Kerajaan].

    Dalam pengkajian serupa yang dilakukan oleh Observatorium Apache Point di New Mexico, Amerika Serikat, letak dari sekitar 46.000 galaksi di wilayah lain dari jagat raya juga dipetakan dengan cara serupa dan penyebarannya diteliti. Penelitian ini, yang menggunakan teleskop Sloan bergaris tengah 2,5 meter, diketuai oleh Daniel Eisenstein dari Universitas Arizona, dan akan diterbitkan dalam Astrophysical Journal [Jurnal Astrofisika]. (2)

    Hasil yang dicapai oleh dua kelompok peneliti ini diumumkan dalam pertemuan musim dingin American Astronomical Society [Masyarakat Astronomi Amerika] di San Diego, California, Amerika Serikat pada tanggal 11 Januari 2005.

    Data yang diperoleh dari satelit COBE pada tahun 1992 mengungkap adanya fluktuasi sangat kecil pada pancaran Radiasi Latar Alam Semesta.
    Bukti Penting Yang Semakin Mengukuhkan Big Bang

    Data yang diperoleh dari hasil kerja panjang dan teliti membenarkan sejumlah perkiraan yang dibuat puluhan tahun silam di bidang astronomi tentang asal usul galaksi. Di tahun 1960-an, para perumus teori memperkirakan bahwa galaksi-galaksi mungkin mulai terbentuk di wilayah-wilayah di mana materi berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar segera setelah peristiwa Big Bang. Jika perkiraan ini benar, maka cikal bakal galaksi-galaksi itu seharusnya dapat teramati dalam bentuk fluktuasi sangat kecil pada tingkat panas di sisa-sisa radiasi dari Big Bang dan dikenal sebagai Radiasi Latar Alam Semesta.

    Radiasi Latar Alam Semesta adalah radiasi panas yang baru mulai dipancarkan 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang. Radiasi ini, yang dipancarkan ke segenap penjuru di alam semesta, menampilkan potret sekilas dari jagat raya berusia 350.000 tahun, dan dapat dipandang sebagai fosil [sisa-sisa peninggalannya] di masa kini. Radiasi ini, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1965, diakui sebagai bukti mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan diteliti secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background Explorer [Penjelajah Latar Alam Semesta]) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an dan mengungkap bahwa terdapat gelombang-gelombang kecil pada Radiasi Latar Alam Semesta.(3) Meskipun ketika itu sebagian keterkaitan antara gelombang kecil tersebut dengan pembentukan galaksi telah ditentukan, hubungan ini saat itu belum dapat diperlihatkan secara pasti hingga baru-baru ini.

    Namun, kaitan penting itu telah berhasil dirangkai dalam sejumlah pengkajian terakhir. Kelompok Colless dan kelompok Eisenstein telah menemukan kesesuaian antara gelombang-gelombang kecil yang terlihat pada Radiasi Latar Alam Semesta dan yang teramati pada jarak antar-galaksi. Dengan demikian telah dibuktikan secara pasti bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang muncul 350.000 tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar.

    Dalam jumpa pers mengenai pokok bahasan tersebut, Dr. Eisenstein mengatakan bahwa pola tersebarnya galaksi-galaksi di segenap penjuru langit bersesuaian dengan gelombang suara yang memunculkan pola penyebaran itu. Para peneliti berpendapat bahwa gravitasi mempengaruhi gelombang dan mengarahkan bentuk galaksi. Eisenstein membuat pernyataan berikut:

    “Kami menganggap hal ini sebagai bukti kuat bahwa gravitasi telah memainkan peran utama dalam membentuk cikal bakal [galaksi] di dalam latar gelombang mikro (yang tersisa dari peristiwa Big Bang) menjadi galaksi-galaksi dan kelompok-kelompok galaksi yang kita saksikan di sekeliling kita.” (4)

    Dalam sebuah pernyataan kepada lembaga pemberitaan AAP, Russell Cannon, dari kelompok peneliti yang lainnya, mengatakan bahwa penemuan-penemuan tersebut memiliki nilai teramat penting, dan merangkum hasil penting penelitian itu dalam uraian berikut:

    “Apa yang telah kami lakukan memperlihatkan pola galaksi-galaksi, penyebaran galaksi-galaksi yang kita saksikan di sini dan saat ini, sepenuhnya cocok dengan pola lain yang terlihat pada sisa-sisa peninggalan peristiwa Big Bang…” (5)

    Sejumlah penemuan juga diperoleh dari pengkajian tentang kadar materi dan energi yang membentuk alam semesta, serta bentuk geometris alam semesta. Menurut data ini, alam semesta terdiri dari 4% materi biasa, 25% materi gelap (yakni materi yang tidak dapat diamati tapi ada secara perhitungan), dan sisanya energi gelap (yakni energi misterius [yang tidak diketahui keberadaannya] yang menyebabkan alam semesta mengembang dengan kecepatan lebih besar dari yang diperkirakan). Sedangkan bentuk geometris alam semesta adalah datar.

    Dukungan bagi Big Bang

    Sir Martin Rees
    Sejumlah penemuan yang dicapai dalam pengkajian ini telah semakin memperkokoh teori Big Bang. Dr. Cannon mengatakan bahwa penelitian tersebut menambah bukti yang sangat kuat bagi teori Big Bang tentang asal usul alam semesta dan menegaskan dukungan itu dalam perkataan berikut ini:

    “Kita telah mengetahui sejak lama bahwa teori terbaik bagi [asal usul] alam semesta adalah Big Bang — bahwa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa pada satu ruang teramat kecil dan sejak itu mengembang secara terus-menerus.” (6)

    Dalam sebuah ulasan tentang penelitian tersebut, Sir Martin Rees, ahli astronomi terkenal dari Universitas Cambridge, mengatakan bahwa meskipun menggunakan teknik-teknik statistik dan pengamatan yang berbeda, kelompok-kelompok tersebut telah sampai pada satu kesimpulan yang sama, dan ia menganggap hal ini sebagai sebuah petunjuk akan kebenaran hasilnya. (7)

    Physicsweb.org, salah satu situs ilmu-ilmu fisika terpenting di Internet, memberi tanggapan bahwa pengkajian-pengkajian tersebut “memberikan bukti lebih lanjut bagi teori dasar Big Bang dengan tambahan model pengembangan alam semesta.” (8)

    Berkat ilmu pengetahuan modern yang memungkinkan pengamatan radiasi latar alam semesta dan benda-benda langit, para ilmuwan memperoleh pemahaman bahwa alam semesta memiliki suatu permulaan (Big Bang) dan kemudian mengalami perluasan (Pengembangan). Akan tetapi, pengetahuan mendasar ini sama sekali bukanlah hal baru bagi umat manusia. Di dalam Al Qur’an semenjak 1.400 tahun terakhir umat manusia telah mengetahui dua fakta ini, yang hanya mampu diketahui para ilmuwan di dalam mahaluasnya ruang angkasa di abad ke-20.

    Dua Informasi Penting mengenai Model Baku Pembentukan Alam Semesta disebutkan di dalam Al Qur’an

    Di dalam Al Qur’an, dan di dalam Taurat dan Injil yang isinya telah mengalami perubahan setelah diwahyukannya, Allah telah mewahyukan bahwa alam semesta dan seluruh materi diciptakan dari ketiadaan; di dalam Al Qur’an, satu-satunya naskah yang belum mengalami perubahan, Dia memfirmankan satu rahasia menakjubkan yang lain: alam semesta tengah mengalami pengembangan.

    Pembentukan alam semesta menjadi “ada” dari “ketiadaan” diberitakan di dalam Al Qur’an sebagaimana berikut:

    Dia Pencipta langit dan bumi. (QS. Al An’aam, 6:101)

    Mengembangnya alam semesta, salah satu di antara bidang-bidang utama penelitian ilmu pengetahuan modern, diwahyukan dalam ayat ini:

    Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz Dzaariyaat, 51:47)

    Sebagaimana telah kita pahami, dua bagian penting dari penjelasan yang menjadi rujukan tentang asal usul alam semesta, yakni Big Bang dan Mengembangnya alam semesta, diberitakan dalam Al Qur’an di masa ketika sarana pengamatan astronomi masih sangat terbatas. Hal ini memperlihatkan bukti nyata bahwa Al Qur’an telah diwahyukan oleh Allah. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan terkini sepenuhnya cocok dengan apa yang diberitakan di dalam Al Qur’an, dan pengkajian-pengkajian terakhir ini sekali lagi mengarahkan perhatian kepada kesesuaian yang erat ini.

    Suka

  22. truthseeker said

    @Agor

    QS 21. Al Anbiyaa’ 30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

    QS 41. Fushshilat 11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” 12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

    Mas Agor, sy awam dg fisika penciptaan alam semesta, pengetahuan saya hanya dr membaca buku2 populer saja. Saya ingin mencoba mengomentari pendapat2 mas Agor, tp lbh banyak dlm penafsiran yg berbeda dr sy atas apa2 yg mas Agor sampaikan. Saya harapkan tafsiran sy bs membantu mas Agor melanjutkan analisanya.
    Sy menangkap ada misunderstanding mas Agor dlm melihat hubungan kedua ayat AQ diatas:

    1. Kedua ayat tsb menceritakan penciptaan alam semesta pd tahap yg berbeda. ayat pertama lebih dahulu dr ayat kedua (walaupun saya blm berani menyatakan itu adalah tahapan yg paling awal (big bang). Ayat pertama menjelaskan proses terpisahnya langit dan bumi. Mestinya sebelum itu ada tahap penciptaan materi yg menjadi asal langit/bumi.

    2. Ayat kedua menceritakan tahapan sesudahnya, yaitu tahapan dimana langit dan bumi sdh terpisah. Pada saat awal terpisah langit masih berupa asap, kmd ayat ini menjelaskan proses langit awal (asap) tsb menjadi langit yg sempurna. Di ayat ini Allah memanggil keduanya (langit/asap dan bumi), artinya langit dan bumi sdh terpisah.

    Silakan dilanjutkan mas Agor

    @
    Kita keluar dari dari ayat ya.
    Yang membuat saya mengambil postingan ini ketika bingung dengan pertanyaan : Kalau alam semesta mengembang dari ledakan bigbang, dari satu titik kecil dan mampat lalu meledak ke segala arah?. Maka pertanyaannya : Dimanakah pusat ledakan itu berada, karena ledakan itu membuat jarak antara partikel semakin jauh, kapan dia tiba-tiba berhenti? dan kemudian berkumpul. Dimanakah di alam semesta ini, katanya kita berada di tepi bima sakti, di tepi alam semesta yang terus mengembang. Kalau begitu, dimanakah letak pusat ledakan yang seharunya merupakan suatu ruang kosong yang luar biasa besarnya. Jadi, karena itu pula, saya bersetuju pada pandangan model alam semesta itu bukan bigbang seperti yang dirujuk dari postingan tersebut.

    Sekarang kita ke ayat.
    Ayat tidak menjelaskan adanya ledakan, dari sebuah pusat. Dahulunya satu padu, tidak menjelaskan adanya bigbang. Kalau kita melihat pembentukan galaksi, malah lebih memenuhi informasi bagaimana sebuah bintang atau tata surya terbentuk.

    Hal kedua, dan menurut saya penting.
    Dalam memahami ilmu pengetahuan, saya mencoba melihat dinamika ilmu dan pengetahuan yang mungkin berubah setiap waktu. Setiap penemuan baru akan melahirkan teori baru. Jadi tidak tertutup kemungkinan bigbang adalah teori yang mungkin diperbaiki di masa depan. Kalau dengan AQ sebagai petunjuk Illahi ada kesamaan, maka itu petunjuk kebenaran terbukti/terjelaskan, tapi kalau teori bigbang (yang sebenarnya dalam perangkat keilmuan lebih tepat disebut hipotesis – berdasarkan filsafat positivisme – tidak bisa dibuktikan) maka kalau teori itu kemudian dibuktikan keliru (seperti beberapa ilmuwan lain mulai mempersoalkannya), maka jangan sampai dipersepsikan AQ keliru. Jangan-jangan kita keliru memahami AQ dan kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Jadi di sini, memang agor ingin lebih berhati-hati.
    Namun, apa mas sudah coba menguji pusat alam semesta dan titiknya seperti link pada postingan ini?
    Paling tidak, sebuah cara pandang sedang ditawarkan.
    Salam,

    Suka

  23. truthseeker said

    @Agor
    Saya akan baca link yg ada (thx banget..).
    Mas Agor saya akan banyak nanya nih..yaa:

    1. Knp mas Agor ingin tahu pusat ledakan? Apakah ada sesuatu yg khusus disitu ataukah hanya rasa penasaran?, krn bisa saja sesuatu yg setelah meledak mk tdk ada lg pusat disana.
    2. Apakah pd dasarnya BIGBANG adalah teori alam semesta mengembang (shg tdk hrs spt fenomena ledakan)?
    3. Kenapa mas Agor mengasumsikan, mengembangnya alam semesta ini telah berhenti? Knp mas Agor hrs menanyakan “kapan dia tiba2 berhenti”.
    4. Knp diasumsikan setelah ledakan ada ruang kosong yg besar? Bukankah alam semesta ini ruang2 kosong yg diisi oleh bintang, planet dan benda2 “antariksa” lainnya.

    Benar ayat tdk bercerita ttg adanya suatu ledakan, krn mmg pointnya bukanlah ledakan, pointnya adalah, perubahan dr suatu yg padu (rapat jenis yg sangat tinggi) ke sesuatu yg rapat jenisnya lebih rendah. Ini lah yg disebut sbg dasar teori mengembang, “mungkin” diambil teori BIGBANG krn teori itu jg mendukung proses mengembangnya, atau sbg penyebab knp alam semesta mengembang.
    Lagi pula mas Agor, AQ tdk menyebut adanya ledakan, tdk selalu berarti tdk ada ledakan.

    Hal kedua, dan menurut saya penting.
    Dalam memahami ilmu pengetahuan, saya mencoba melihat dinamika ilmu dan pengetahuan yang mungkin berubah setiap waktu. Setiap penemuan baru akan melahirkan teori baru. Jadi tidak tertutup kemungkinan bigbang adalah teori yang mungkin diperbaiki di masa depan. Kalau dengan AQ sebagai petunjuk Illahi ada kesamaan, maka itu petunjuk kebenaran terbukti/terjelaskan, tapi kalau teori bigbang (yang sebenarnya dalam perangkat keilmuan lebih tepat disebut hipotesis – berdasarkan filsafat positivisme – tidak bisa dibuktikan) maka kalau teori itu kemudian dibuktikan keliru (seperti beberapa ilmuwan lain mulai mempersoalkannya), maka jangan sampai dipersepsikan AQ keliru. Jangan-jangan kita keliru memahami AQ dan kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Jadi di sini, memang agor ingin lebih berhati-hati.

    .SETUJU BANGET …. 10000000%

    Hanya saja sy melihat teori BIGBANG msh ttp relevan dg ayat2 AQ. Tapi sy tetap yakin bhw pengetahuan ttg ini akan trus berkembang, namun bkn lg ke arah temuan yg sama sekali baru tp merupakan penyempurnaan dr teori BIGBANG. Shg tetap konsisten pd awal yg padu menuju ke suatu yg mengembang. Apakah dg pembelahan ataukah dg ledakan.. 🙂

    Salam.

    @
    1. Knp mas Agor ingin tahu pusat ledakan? Apakah ada sesuatu yg khusus disitu ataukah hanya rasa penasaran?, krn bisa saja sesuatu yg setelah meledak mk tdk ada lg pusat disana.
    Jawab:
    Memang ada sedikit penasaran, kalau meledak sepertrilyun detik, dari sesuatu yang sangat padat dan menjadi alam semesta, bleg seperti sekarang ini, maka penjelasan ini bukan menjelaskan bahwa alam semesta itu dari satu titik kerapatan tak hingga. Tapi teori ini didorong dari satu asumsi fisikawan teoritis mengenai singularitas kejadian.
    Kalau meledak dari satu titik ke segala arah, tentunya titik itu menjadi ruang kosong karena tepi-tepinya telah terisi oleh seluruh isi alam semesta. Kalau saling menjauh, kenapa jadi saling mendekat. Jadi kalau kerapatan tak hingga itu berpencar saling menjauh dengan tenaga sangat dahsyat, tentunya alam semesta homogen di bagian luarnya dan mengembang ke luar seperti balon mengembang. Faktanya tidak demikian. Setelah sangat meledak dan saling menjauh, daya apa yang menyebabkan mereka saling mendekat dan membentuk bintang atau tata surya atau galaksi atau supercluster? Kalau saling menjauh dan terus-terusan terjadi dari sumbernya, sumbernya tentu masih ada mengeluarkan materi untuk menjadi bintang, toh ini tidak ada. Jadi ruang kosong akibat ledakan dari satu titik pusat tidak ada. Kira-kira itu yang membuat penasaran…. Adakah model lain yang perlu dibangun yang lebih “nyaman”? 😀

    2. Apakah pd dasarnya BIGBANG adalah teori alam semesta mengembang (shg tdk hrs spt fenomena ledakan)?
    Jawab :
    Bigbang yang saya pahami, adalah bagian dari pemahaman pengembangan alam semesta seperti balon yang ditiup. Gambaran seperti kita memberikan titik pada balon, lalu balon itu ditiup semakin besar sehingga titik-titiknya semakin jauh. Bigbang dijelaskan seperti fenomena ledakan (ini memang sesuai namanya big – BANG … :d ) Penjelasan paling mudah dari pandangan ini dilontarkan banyak ilmuwan, termasuk dari Stephen Hawking, ahlinya. Saya baca dari Riwayat Sang Kala – The Brief History of Time.
    3. Kenapa mas Agor mengasumsikan, mengembangnya alam semesta ini telah berhenti? Knp mas Agor hrs menanyakan “kapan dia tiba2 berhenti”.
    Habis seh.. kalau terus mengembang sejak dari penciptaan pertama yang disebut bigbang itu, tentunya kapan mereka saling mendekat atau bergerak pada jalurnya masing-masing. Setelah energi ledakan yang menyebabkan alam semesta berkembang selesai, mereka harus berhenti mengembang biar bisa membentuk diri menjadi bintang atau membentuk tatasurya atau agar tatasurya mengelilingi galaksi, galaksi mengelilingi lagi yang lebih-lebih besar lagi. Kalau nggak, ya pernyataan mengembang atau meledak ke segala arah pada penciptaan pertama harus dikoreksi……

    4. Knp diasumsikan setelah ledakan ada ruang kosong yg besar? Bukankah alam semesta ini ruang2 kosong yg diisi oleh bintang, planet dan benda2 “antariksa” lainnya.

    Jawab :
    Terisi setelah ledakan?, mengisi di seluruh bagian alam semesta?. Bukankah yang namanya mengembang dan saling menjauh (seperti balon ditiup – ada pusat ledakan) itu artinya bergerak antara permukaannya saling menjauh dan di tengah balon akan semakin kosong?. Penelitian justru menunjukkan sifat alam semesta yang relatif homogen dan isotropik (seperti pada artikel), jadi tidak ada bukti menunjukkan ledakan awal. Tapi, karena itu pula ada yang menyebutnya sebagai ledakan sepertrilyun detik (seperti jaring laba-laba yang terurai), jadi memenuhi seluruh alam semesta. Itu juga artinya tidak meledak dari satu titik yang memiliki kerapatan tak hingga.

    Namun, kalau mungkinkah pembelahan atau ledakan?, istilah pembelahan memang tidak dijumpai dalam kamu fisikawan, tapi para ahli biologi banyak membahas ini. Yang jelas pertanyaan ini memang menggelitik, karena fisikawan percaya, bahwa sebelum ada alam semesta, tidak ada rumus fisika yang bisa menjelaskan. Fisikawan hanya bisa memprediksi dan menjelaskan dengan sains setelah kejadian pertama penciptaan, bukan saat penciptaan itu terjadi…. 😀

    Yang ada semuanya dugaan. Sepertrilyun detik juga hanya dugaan tanpa bisa ada pembuktian secara sains. Sedangkan petunjuk AQ tentang penciptaan, itupun adalah untuk diimani.

    Boleh jadi penyempurnaan, teori bigbang atau model lainnya. Saya kira, tidak akan ada yang bisa menjelaskan sampai kapan pun mengenai bagaimana alam diciptakan, karena sebelum diciptakan jelas tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa dikenali manusia. Fisikawan dan para ahli itu yang selalu penasaran, apa yang terjadi sebelum diciptakan alam semesta itu sehingga posisinya bleg seperti sekarang ini. Di sinilah titik dimana petunjukNya menjadi penjelas.
    Contoh kongkrit lainnya, kemudian ilmuwan menyadari ternyata alam semesta ini 70% lebih malah justru materi gelap, sisanya materi yang bisa kita lihat. Jadi sungguh, ranah alam semesta ini masih menjadi rahasia besar penciptaan dan itu juga dinyatakan oleh AQ

    Namun, sepanjang belum ada teori yang lebih valid atau penyempurnaan dari teori bigbang, maka teori ini akan tetap sebagai anutan. Wajar saja, karena belum ada teori yang menggantikannya. Sedangkan penjelasan AQ, tidak bisa (dan tidak mau) dijadikan panutan bagi kaidah sains (filsafat ilmu, terutama barat).

    Salam…

    Suka

  24. deden said

    Perbedaan antara masing2 teori itu lazim, berbeda argumentasi itu wajar sekali, tapi alangkah baiknya tidak langsung meng-blacklist tiap suatu teori apabila landasan yang diambil masih berupa penafsiran, jadi baik teori asap maupun teori big bang bisa berkaca lagi terhadap metodologi penelitian secara cermat.

    Apalagi ini sudah mengkolaborasikan antara 2 pendekatan, baik pendekatan teologi serta ilmiah.

    Kepada author, argosiloku, saya menyarankan agar anda memperbaiki judul blog anda, agar tidak saling menjatuhkan, inikan imu pengetahuan brsama, masih open untuk diteliti lebih lanjut.

    Tidak dapat diputuskan secara langsung, siapa yang benar dan siapa yang harus direvisi, kalau berani brtindak lebih akurat, bisa kok diajukan rekomendasi kepada yang lebih ahli…

    Sesuai saran Nabi, jika kamu tahu tentangnya maka katakanlah, bila tidak tahu serahkan pada yang tahu perkaranya”…

    bukan berarti hal in i meragukan pemikiran masing2 teori, tetapi hal ini lebih baik demi kemaslahatan bersama,,,

    ‘afwan, jika ada salah-salah kata…

    @
    Sebenarnya, tanda !? pada judul ini menjelaskan semua usulan untuk mengubah/menambah atau mengurangi judul lho. Apakah ini tidak terasa “sense”-nya… Apalagi setelah sedikit mengulas isinya…. 😀

    Suka

  25. haniifa said

    Yaahh,… namanya juga baca sambil minum kopi.
    Dari judul hingga content… 😀 ,mudah-mudahan dapat manfaat.

    @
    😀

    Suka

  26. truthseeker said

    Saya gak ikutan bikin judul lhoo.. :):D

    @
    inikah seni memilih judul… 😀

    Suka

  27. haniifa said

    @mas truthseeker
    Tapi kita sama-sama baca khan ! 😀

    @
    masuk perangkap judul 😀

    Suka

  28. truthseeker said

    @haniifa

    Iyya..sama2 baca..sama2 minum kopi..
    Dua2nya selamat koq, yg ga selamet judulnya.. 😀

    @
    Jadi ingat… SLAMET – kan BADAK SUMATRA…
    Duh maaf pak Slamet… ini kan cuma guyonan iklan rokok saja….

    Suka

  29. haniifa said

    @mas truthseeker
    Waduhhh… saya bingung neeeh… 😀

    1. Gara-gara ada yang “nulis” judul.
    2. Kita-kita ikutan “nulis” komen.
    3. Kalau yang nulis judul nggak slamet…mestinya yang nulis-nulis komen juga nggak slamet dunk!!!
    4. lha buktinya ada “nulis” komen yang menyalahkan “judul”.

    bila tidak tahu serahkan pada yang tahu perkaranya
    a. Yang tahu perkara judul, ya yang nulis judul toch.
    b. Yang tahu perkara content, ya kita semua ikut nulis content.
    c. Yang tahu perkara protes, ya yang merasa nulis protes dunk.

    Biar adil gimana kalau yang salah “SIJUDUL”… 😀

    @
    😀 ha..ha..ha.. jangan merubah (menjadi rubah) atau mengubah judul… Kan, pada judul ada tanda !?, untuk mewakili … mengkonpensasi semua kebimbangan…. 😀

    Suka

  30. truthseeker said

    @Haniifa
    Setuju mba..!!
    @Agor
    Sudah selesai baca sebagian besar link2nya..

    Memang dr awal saya dah gak setuju ama judulnya (cuman gak tau dasar g setujunya sama gak ya ama mas yg satu itu..:D)
    1. Bagi sy sdh saya buktikan bhw proses BIGBANG (awal terbentuknya alam semesta), sedangkan ASAP adalah awal penciptaan/penyempurnaan langit. Jadi mas Agor mmg kudu rubah judulnya..hehe.
    2. Sebagian besar setuju koq bhw pusat ledakan itu sdh tdk ada (logic sy jg begitu).

    Kata jagoan peneliti, emang seeh, alam semesta itu meluas. Tapi nggak seperti bigbang yang diceritakan itu. Selama kurang lebih satu juta tahun yang lalu sampai kini meluasnya alam semesta kurang lebih 5% saja dari ukuran sebelumnya.

    3. Alam semesta mengembang itu sdh kesepakatan banyak ilmuwan, tentunya kl ada data hanya 5%, itukan bkn pd saat terjadi ledakan BIGBANG). Setelah ledakan pasti terjadi penurunan energi lontar, kecepatan mengembang yg terbesar adalah sesaat setelah ledakan. Nahh dr situ mk muncul teori lanjutan bhw pd satu saat energi itu akan habis dan sebaliknya gaya tarik menarik akan membuat alam semesta mengkerut.
    4. ..langit dan bumi dulunya adalah suatu yg padu.., berarti pusat alam semesta itu awalnya adalah ada.
    5. Another breakthrough derived from WMAP data is clear evidence the first stars took more than a half-billion years to create a cosmic fog.

    Memang ada sedikit penasaran, kalau meledak sepertrilyun detik, dari sesuatu yang sangat padat dan menjadi alam semesta, bleg seperti sekarang ini, maka penjelasan ini bukan menjelaskan bahwa alam semesta itu dari satu titik kerapatan tak hingga.

    6. Ruang & Waktu hanya bisa dilacak setelah alam semesta yg sekarang terbentuk, sebelum yg padu itu pecah/mengembang (baca:BIGBANG) maka tdk ada ruang dan waktu (akal manusia collapse), asumsi saya akan terjadi kesulitan/kerancuan perhitungan sesaat terjadinya BIGBANG.

    Kalau meledak dari satu titik ke segala arah, tentunya titik itu menjadi ruang kosong karena tepi-tepinya telah terisi oleh seluruh isi alam semesta. Kalau saling menjauh, kenapa jadi saling mendekat. Jadi kalau kerapatan tak hingga itu berpencar saling menjauh dengan tenaga sangat dahsyat, tentunya alam semesta homogen di bagian luarnya dan mengembang ke luar seperti balon mengembang.

    7. Kalimat/kesimpulan/analisanya sangat spekulatif.

    Setelah energi ledakan yang menyebabkan alam semesta berkembang selesai, mereka harus berhenti mengembang biar bisa membentuk diri menjadi bintang atau membentuk tatasurya atau agar tatasurya mengelilingi galaksi

    8. Maaf saya tdk mengerti mksdnya. Kenapa harus berhenti mengembang agar bisa terbentuk bintang dan benda angkasa lainnya?
    9. Mungkin ada baiknya mas Agor tdk terjebak dlm satu jenis ledakan. Krn ledakannya bs saja tdk terjadi di inti materi awal, bisa saja ada sekian jumlah ledakan. Dan fenomena balon ditiup hanyalah satu analogi/pendekatan bukan keniscayaan.

    saya tidak mengimani teori BIGBANG (mengembangnya alam semesta dan alam semesta dr suatu yg padu, tp apakah proses itu diawali dg ledakan? i’m not sure) sdh valid, tp saya menganggap teori BIGBANG masih sejalan dg AQ.

    Thx. Maaf kalau banyak ngawur, maklum cm modal rasa ingin tahu saja. Tolong mas Agor bantu meneranginya.

    @
    Saya juga tidak terlalu jelas, bagaimana materi tercipta, dari sesuatu yang disebut dukhan (didefinisikan sebagai asap – partikel), dari mana datangnya… apakah datang dari ketiadaan dan kemudian bergerak saling mendekat (seperti putaran galaksi, terbentuknya bintang-bintang di langit dekat)?. Artinya dipahami bahwa materi tercipta setiap saat dalam bentuk dukhan dari ketiadaan (dari sesuatu yang tidak kita ketahui) kemudian muncul dan membentuk sesuatu. Apakah terbentuknya materi karena pasangan dari anti materi yang diketahui mengisi jagat raya ini. Ini sangat jelas dipahami bahwa materi tidak muncul dari suatu ketika pada awal penciptaan juga, tetapi setiap saat terbentuk materi-materi baru di alam semesta ini. Pemahaman ini juga menimbulkan pengertian baru bahwa penciptaan dan pemeliharaan alam semesta berjalan setiap waktu….

    Tapi.. saya tunda dulu deh mengulasnya… rasanya kekurangan referensi juga… 😀

    Suka

  31. haniifa said

    @All
    Yang punya pendapat mas truthseeker, banyak ngawur ??
    Saya protes lho… !! 😀

    Seandainya saya punya 1 gundu (bola kecil terbuat dari kaca) warna putih saja, diantara ratusan gundu yang berwarna-warni. Saya punya keyakinan untuk mendapatkan gundu warna putih, mestinya mengacak-acak gundu warna-warni (yang paling gampang di “awur”in pada bidang datar dan yang cukup luas

    @
    Putih !… maksudnya kalau diacak-acak cepat, diputar-putar.. maka mata kita akan melihat semua gundu berwarna putih…. maka manapun yang diambil akan tampak putih, meskipun ketika diamati ternyata berwarna putih…..

    Suka

  32. haniifa said

    @mas Agor
    Ha.ha.ha.
    Aneh dunk, kalau bola undian sendang diputar-putar bola pemenangnya sudah ditentukan… 😀

    Suka

  33. Koen said

    Punten, alamat wastuwibowo.co.cc adalah alamat temporer dalam rangka pemindahan hosting site. Alamat valid di kun.co.ro, direktori yang sama. Salam.

    @
    Eh.. punten Kang, ngelink tanpa ba..bi…bu… 😀
    Link agor ganti deh. Catatan miskonsepsi big bang ini penting untuk diketahui karena agor juga sempat bingung berlama-lama mengenai konsepsi big bang. Tiap kali ke wiki merasa itu konsepsi sudah benar, tapi menimbulkan rasa aneh… ada yang nggak beres… sampai kebetulan bertemu wastuwibowo.co.cc jadi lebih jelas lagi. Apalagi setelah anak saya menjelaskan hal serupa. Salam sambil tetap bingung… 😀

    Suka

  34. LuCki said

    assalamualaikum wr.wb

    ilmu pengetahuan gak akan mampu gak akan sampai untuk mengetahui semua ini,,manusia menggunakan teori tapi Allah juga yang tau kan?allahua’lam kan?

    @
    Wass.ww.
    Adalah perintah Allah juga untuk mempelajari karya cipta yang Maha Agung…
    Wass.

    Suka

  35. LuCki said

    Tidak ada seorang pun yang bisa dengan haqqul yakin menetapkan bagaimana dahulu proses terbentuknya alam semesta. Jangankan haqqul yakin, sekedar ainul yakin saja pun tidak.

    Sebab kita manusia ini diciptakan jauh setelah alam semesta ini terbentuk. Kalau pun ada ilmuwan yang mengeluarkan statemen ini dan itu, semuanya hanya teori belaka. Dan yang namanya teori, kemungkinan salah dan benarnya seimbang. Bahkan bisa jadi lebih banyak kemungkinan salahnya dari pada benarnya.

    Yang tahu persis bagaimana sebenarnya proses terjadinya alam semesta ini hanya Allah saja. Dia adalah Rabb Yang Maha Mengetahui segalanya. Sebagaimana firman-Nya :

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-An`am : 73)

    Meski pun demikian, paling tidak kita bisa mendapatkan sedikit isyarat dari-Nya tentang bagaimana proses terjadinya alam semesta ini. Di dalam Al-Quran dijelaskan secara sekilas bahwa bumi dan langit ini dahulu adalah satu, kemudian dipecahkan.

    Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al-Anbiya : 30)

    Sebagian ahli tafsir memandang bahwa ayat ini merupakan seberkas isyarat tentang kebenaran teori big bang yang kita bicarakan diatas. Tapi tidak berarti teori big bang secara pasti didukung Al-Quran. Sebab ayat itu hanya mengatakan bahwa langit dan bumi dahulu adalah satu lalu dipisahkan. Seperti apa proses pemisahannya, apakah dengan ledakan besar atau karena faktor fisika lainnya, sama sekali tidak disebut-sebut. Sehingga pendapat ini -sekali lagi- hanyalah asumsi sebagian ulama tafsir saja. Dan karena itu bisa benar dan juga bisa salah.

    @
    Betul begitu Mas Lucki. Terimakasih penjelasan/uraiannya yan bernas. Masalah penciptaan memang memiliki daya tarik dari keinginan tahuan manusia, siapapun dan apapun pengetahuannya. Mufassirin kini, boleh jadi berbeda dengan ahli tafsir masa lalu. Meskipun esensinya bisa jadi sama, tapi latar belakang dan cara pandang serta perkembangan ilmu memungkinkan daya telaahan yang berbeda. Dari sini, mungkin daya tariknya menjadi semakin tinggi…..
    Oh ya, agor juga ucapkan terimakasih atas kesediaannya berkunjung ke blog agor 😀

    Suka

  36. M. Harisman said

    http://human-earth.blogspot.com/2008/05/dark-matter.html

    .. di buku “Endless Universe” by Paul Steinhardt dan Neil Turok, mereka menegaskan bahwa dark matter dan dark energy berperan sangat penting dalam pembentukan wujud alam semesta kita. Satelit WMAP memberikan gambaran kepada kita bahwa alam semesta kita adalah flat. Dan yang bertanggung jawab atas itu tidak lain adalah dark matter.

    Sesaat setelah Big Bang, hamburan partikel merata ke seluruh penjuru jagat. Kemudian Dark Matter mengimbangi penyebaran tersebut. Anda boleh membayangkan sebongkah tepung roti yang siap dimasukkan ke oven. Bayangkan anda memijat tepung tersebut dengan jari anda. Tepung akan menjadi datar, flat, tipis karena pijatan anda. Begitulah dark matter memperlakukan alam semesta kita selama 15 milyar tahun ini, dan hingga milyaran tahun ke depan akan menjadikan alam semesta kita semakin flat.

    Lalu bagaimana dark matter diketahui oleh manusia? Selama bertahun-tahun manusia telah mengamati melalui observasi bahwa terdapat gaya gravitasi yang nyata yang dihasilkan oleh obyek misterius. Obyek ini tidak terlihat, namun gaya gravitasinya mempengaruhi obyek lain di sekelilingnya. Dark matter bertanggung jawab atas berkumpulnya bintang-bintang yang kemudian membentuk group-group galaksi atau cluster. NASA melalui teleskop Hubble mencoba mengilustrasikan bagaimana dark matter membentuk rupa alam semesta kita hingga menjadi yang sekarang kita amati.

    Alam Semesta yang Memuai, Galaksi yang Terkucil

    Hubble berhasil membuktikan bahwa alam semesta kita ini memuai ukurannya dikarenakan sejak Big Bang terjadi, partikel di alam terus bergerak saling menjauh seiring waktu. Hasil pengamatan Hubble memperlihatkan kepada kita bahwa jarak antar galaksi terus berkembang dan saling menjauhi satu sama lain dengan laju kritis. Di masa yang akan datang, manusia tidak akan mungkin bisa melihat galaksi lain di langit karena mereka akan sudah terlalu jauh untuk diamati.

    Namun yang menjadi perhatian kemudian adalah, jika alam semesta ini memuai secara merata, bukankah di galaksi kita ini jarak antar bintang juga akan semakin berjauhan? Namun pada kenyataannya, Tidak. Galaksi kita tetap seperti sekarang ini sejak dulu. Bagaimana bisa begitu?

    Di sinilah kemudian kali pertama Dark Matter dan Dark Energy mendapat perhatian penuh dari para ilmuwan. Terdapat gaya gravitasi besar yang tersebar yang dihasilkan dari obyek tak tampak yang banyak sekali jumlahnya di galaksi kita ini yang selalu menjaga jarak antara bintang. Alam semesta akan terus memuai dan jarak antar galaksi akan terus menjauh, tteapi galaksi akan tetap sama dan terkucil dari galaksi lainnya.

    Mau tidak mau kita harus berterima kasih pada dark matter yang menjaga bintang-bintang dan planet-planet di dalam galaksi bima-sakti kita ini tetap berkumpul berdekatan, walaupun jarak antar galaksi semakin menjauh.
    ___________________________

    Juga bisa ditelaah artikel-artikel ringan terkait Nobel Fisika 2008 :

    Simetri yang rusak / “simetri terputus” (broken symmetries), mungkin terdengar ganjil di telinga orang awam. Padahal tanpa kerusakan simetri itu, mungkin manusia, kehidupan, bahkan alam semesta–termasuk galaksi, bintang, planet, dan seisinya–tidak akan pernah ada.

    Fenomena inilah yang dijelaskan oleh tiga ilmuwan kelahiran Jepang penerima Hadiah Nobel Fisika 2008, Yoichiro Nambu dari Amerika Serikat, Makoto Kobayashi dan Toshihide Maskawa dari Jepang. Penelitian yang mereka lakukan beberapa dekade lalu di bidang fisika sub-atom itu memberi pemahaman bahwa pada dasarnya dunia yang kita huni ini tidaklah simetris sempurna karena deviasi simetri pada tingkat mikroskopis.

    “Rusaknya simetri secara spontan mengungkapkan keteraturan alam di bawah permukaan yang tampaknya tak beraturan,” kata panitia Hadiah Nobel dalam pernyataannya. “Teori Nambu sejalan dengan model standar fisika partikel elementer. Model itu merangkum unit penyusun materi terkecil dan tiga dari empat kekuatan alam dalam satu teori tunggal.”

    Temuan mereka membantu memaparkan eksistensi dan perilaku partikel-partikel maha kecil (dalam fisika, partikel yang lebih kecil dari neutron itu disebut quark).

    Nambu, saat ini adalah profesor pada University of Chicago, menemukan mekanisme terputusnya simetri secara spontan. Temuan itu makin menjelaskan Model Fisika Standar. Model ini menggabungkan tiga dari empat (diluar Gravitasi) gaya fundamental alam :
    . Nuklir Kuat (Strong),
    . Nuklir Lemah (Weak), dan
    . Elektromagnetik

    Karya Nambu juga berpengaruh dalam pengembangan quantum chromodynamics, sebuah teori yang menjelaskan beberapa interaksi antara proton dan neutron sebagai unsur pembentuk atom. serta quark yang membentuk proton dan neutron.

    Kobayashi dan Maskawa mendefinisikan enam jenis quark. Keenam jenis quark itu kemudian ditemukan dalam berbagai eksperimen fisika partikel energi tinggi.

    “Fakta bahwa dunia ini tidak berperilaku simetris sempurna disebabkan adanya penyimpangan dari simetri pada tingkat mikroskopis”,
    demikian pernyataan Komite Nobel.

    Simetri yang terputus itu menyebabkan partikel-partikel massa melampaui jumlah partikel-partikel anti-massa. Fenomena itu sebetulnya merupakan keberuntungan bagi seluruh makhluk hidup. Sebab, apabila alam semesta bersifat simetris, anti-massa bakal secara konstan bertemu massa dan meledak dengan menghasilkan energi dahsyat.

    Terkait ledakan besar

    Dari hasil penelitian di tingkat mikroskopis tersebut kini diketahui bahwa proses seperti itulah yang menyelamatkan semua bentuk kehidupan. Hal ini kemudian dikaitkan dengan Teori Ledakan Besar, teori tentang asal mula terbentuknya alam semesta. Pasalnya, jika alam semesta simetris, antimateri akan secara konstan berjumpa dengan materi dan akan menghasilkan ledakan energi.

    Para ahli fisika kini mencari spontaneous broken symmetry dan mekanisme Higgs yang membawa ketidakseimbangan pada peristiwa Ledakan Besar, sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Para ilmuwan pada akselerator terbesar dan berkekuatan amat tinggi, Large Hadron Collider (LHC) di European Organization for Nuclear Research (CERN) di Swiss, saat ini sedang mencari partikel Higgs saat mengoperasikan lagi LHC pada musim semi 2009.
    ____________________

    … kita tunggu hasil perbaikan dari LHC (Large Hadron Collider) dan lanjutan pengujiannya di tahun 2009, setelah masalah kebocoran helium-nya bisa diperbaiki.

    http://human-earth.blogspot.com/

    Suka

  37. M. Harisman said

    Upaya Mencari Partikel Tuhan

    by: Rohmat Haryadi
    Sumber : Gatra Edisi 45 (18 September 2008)
    link: http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1222980225&1

    Tepuk tangan riuh 80 fisikawan dari berbagai negara memecah keheningan di ruang monitor Pusat Riset Nuklir Eropa (Centre Europeen pour la Recherche Nucleaire –CERN), 10 September lalu. Pada saat itu, partikel proton (muatan listrik positif) yang dipacu mendekati kecepatan cahaya berbenturan dan pecah berantakan. Nah, dari pecahan partikel itulah diharapkan ditemukan “partikel Tuhan”. Partikel Tuhan adalah partikel hipotesis yang dikemukakan ahli fisika teori Inggris, Peter Ware Higgs, 44 tahun silam.

    Percobaan yang dilakukan para ilmuwan di CERN itu adalah bagian napak tilas Ledakan Besar (Big Bang) yang terjadi 12-15 milyar tahun silam. Menurut Higgs, sesaat setelah Big Bang terbentuk, partikel-partikel tak bermassa mengambang di angkasa. Teori Higgs bermula dari keheranan Higgs, mengapa benda bermassa kehilangan wujud ketika dipecah dalam ukuran molekul, atom, dan quark. Maka, Higgs berpendapat, materi paling awal setelah ledakan besar itu tidak memiliki massa.

    Kemudian partikel-partikel itu melewati medan energi mahadahsyat yang memberinya massa. Setelah melewati medan energi mahadahsyat, materi mendapatkan massa dan semakin besar seiring dengan berjalannya waktu. Partikel yang disebut Boson Higgs itulah yang menjadi cikal bakal seluruh materi di jagat raya ketika mendapat massa. Termasuk menjadi cikal bakal makhluk hidup.

    Karena Higgs mengaku ateis, maka ilmuwan mengejek Higgs dengan olok-olok “partikel Tuhan” untuk partikel awal itu. Yang dilakukan ilmuwan CERN adalah meniru kejadian sesaat setelah Big Bang untuk membuktikan adanya partikel Higgs. Peter Higgs, yang kini berusia 79 tahun, menyatakan keyakinannya bahwa partikel hipotesisnya akan terbuktikan. “Saya berpikir, mungkin partikel itu cantik,” katanya.

    Untuk membuktikan keyakinan Higgs itu, CERN menggunakan fasilitas yang disebut Large Hadron Collider (LHC). LHC adalah mesin pemercepat partikel sebelum kemudian dibenturkan satu sama lain agar pecah berantakan. “Palu” untuk memecah partikel itu berupa bangunan raksasa berbentuk cincin dengan keliling 27 kilometer. Bangunan itu ditanam di kedalaman 175 meter.

    Ribuan superkonduktor magnet dengan bentuk bervariasi dan ukuran berbeda-beda dirangkai sedemikian rupa. Meliputi 1.232 magnet dua kutub yang masing-masing berukuran 15 meter dan 392 magnet empat kutub berukuran 5 hingga 7 meter. Saking besarnya konstruksi itu, sepotong pipanya bisa dipakai untuk membangun satu Menara Eiffel anyar.

    Pembangunan fasilitas itu dimulai pada 2003, makan dana sampai €6,4 milyar atau US$ 9,2 milyar (Rp 85,56 trilyun). Proyek ambisius itu didanai secara patungan oleh 20 negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Akhirnya proyek raksasa itu sukses meniru jejak Big Bang dalam laboratorium untuk pertama kalinya. Tepat pada pukul 10.28 waktu setempat, atau pukul 15.30 WIB, semburat garis putih membentuk pola tertentu di layar komputer tempat para ahli di ruang pantau CERN.

    Semburat itu mengindikasikan bahwa proton bertabrakan dan pecah berantakan menjadi partikel lebih kecil. Partikel-partikel itu membentuk jejak pada helium cair bersuhu -271 derajat celsius atau hanya dua derajat di atas suhu nol mutlak yang setara dengan -273 derajat celsius. Kejadian itu disambut sukacita oleh para fisikawan. “Kejadian yang fantastik!” kata Lyn Evans, pemimpin proyek LHC.

    “Sekarang kami dapat melihat era baru untuk memahami seperti apa kira-kira asal mula dan evolusi semesta,” katanya. Kegembiraan juga pecah di Chicago, yang berjarak ribuan kilometer dari lokasi eksperimen. “Ini sukses seluruh anggota tim,” kata Robert Aymar, Direktur Utama CERN. Nah, sebenarnya apa yang terjadi?

    Di ruang LHC sepanjang 27 kilometer yang tertutup rapat itu, ilmuwan melarikan partikel proton sampai mendekati kecepatan cahaya. Caranya, dengan memacu partikel itu lari mengelilingi terowongan sebanyak 11.000 kali per detik atau dengan kecepatan 297.000 kilometer per detik. Sedangkan kecepatan cahaya adalah 299.792 kilometer per detik. Kondisi kecepatan setinggi itu berkorelasi dengan temperatur yang sangat tinggi. Panas terik itu diperkirakan mirip keadaan alam semesta pada saat baru lahir.

    Awalnya, partikel dipacu searah jarum jam. Setelah itu, proton ditembakkan berlawanan arah dengan jarum jam. Proton-proton yang lintasannya berlawanan itu kemudian ditabrakkan sehingga pecah berantakan. Tumbukan itu melepaskan energi yang direkam alat pendeteksi pada titik-titik tertentu sepanjang terowongan. Lepasnya energi itu juga dikuti pecahnya partikel-partikel yang lebih renik dari proton. Termasuk partikel tak bermassa Boson Higgs.

    Kini para ilmuwan tengah meneliti seluruh detektor untuk menemukan “partikel Tuhan” itu. “Kemungkinan besar partikel muncul sangat cepat. Saya yakin, lebih dari 90 persen itu akan terjadi,” ujar Higgs. Tidak hanya itu, Higgs juga meyakini partikel itu cantik.

    Namun astrofisikawan Inggris, Stephen Hawking, tidak yakin LHC akan menemukan partikel Higgs. Untuk itu, dia bertaruh US$ 100 bahwa mega-eksperimen itu tidak akan menemukan partikel yang sulit dipahami ilmu pengetahuan kosmos. “Saya bertaruh seratus dolar bahwa mereka tidak akan menemukan partikel Higgs,” kata Hawking.

    Toh, penelitian LHC tidak hanya untuk mencari “partikel Tuhan”. Sebab, sekali terjadi benturan, akan diperoleh pengukuran dan peneraan dari LHC empat percobaan besar. Pertama, percobaan LHC akan melengkapi ilmu fisika tentang gravitasi yang gambarannya dimulai Newton. Gravitasi merupakan aksi massa. Tetapi, sejauh ini, ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan mekanisme yang membangkitkannya. Percobaan pada LHC akan menyediakan jawabannya.

    Percobaan LHC juga akan mencoba meneliti terjadinya materi gelap (dark matter) di alam semesta, karena materi ini hanya tampak 5 persen dari semua yang eksis, dan sisanya dipercaya tersusun atas materi gelap. Mereka akan menyelidiki, mengapa materi di alam semesta lebih banyak dari anti-materi. “LHC adalah mesin penemu,” kata Robert Aymar.

    “Riset ini akan membawa perubahan bagaimana manusia memandang semesta dan melanjutkan tradisi rasa ingin tahu manusia,” ia menambahkan. Namun percobaan CERN mengundang kontroversi karena kekhawatiran akan akibatnya. Mereka yang khawatir mengirim e-mail ke CERN dan mencemaskan bahwa percobaan itu bakal menciptakan lubang hitam (black hole).

    Kekhawatiran itu bukan tidak berdasar. Sebab, menurut Albert Einstein, jika materi bermassa bergerak secepat cahaya, massanya menjadi tak berhingga. Maka, bumi pun akan terisap oleh gravitasinya. “LHC aman, dan segala kekhawatiran itu hanyalah khayalan,” ujar Aymar.

    Suka

  38. waduh2 mas, emang ga pernah dijelasin yah soal keterkaitan antara teori bigbang dengan Al-quran?
    hm…..
    kita hanya bisa berusaha mengaplikasikannya ke dalam kehidupan dengan kemampuan akal yang telah diberikan

    Suka

  39. Assalammuallaikum.

    waduh2 mas, emang ga pernah dijelasin yah soal keterkaitan antara teori bigbang dengan Al-quran?
    hm….. didalam ESQ pernah dijelasin kok secara detail dan rinci.

    kita hanya bisa berusaha mengaplikasikannya ke dalam kehidupan dengan kemampuan akal yang telah diberikan. jangan mempersulit diri..hargai teori2 daripada tidak bisa memprediksikan seswatu tapi hanya bisa mempermasalahkan seswatu.

    Wassalam.

    Suka

  40. agorsiloku said

    Mas Harisman dan Mas Marsupilani, terimakasih atas referensinya. Yang dijelaskan dan diuraikan pada blog yang dirujuk benar-benar menarik untuk agor lebih memahami — meskipun sekarang pun masih juga bingung—.
    Mengenai teori bimbang eh bigbang, beberapa ulasan memang kerap dipahami bahwa bigbang dimulai dari sebuah ledakan (sehingga dan seolah-olah) ada center of universe, seperti pada postingan dan link yang saya rujuk. Fakta kemudian diketahui bahwa yang namanya pusat alam semesta itu tidak ada.
    Saya juga memang tidak mengerti dan bingung mengenai bigbang ini, juga mengenai materi gelap. Apa keduanya ada bersamaan dengan “bigbang”. Mengapa ada partikel yang hanya bisa dideteksi hanya gaya gravitasinya?. Mengapa materi gelap mempengaruhi materi yang terang? Lalu apa peranan materi, anti materi, dan materi gelap?.
    Lalu bagaimana menghubungkan dengan Al Qur’an?. Al Qur’an tidak menjelaskan keberadaan materi gelap, tidak juga antimateri !. Tapi, menjelaskan tentang awal penciptaan.

    Toh kita juga tahu, bigbang adalah teori yang saat ini paling diakui keberadaannya. Boleh jadi di masa yang akan datang ditemukan pula teori yang lebih shahih.

    Mas Marsupilami, tentu saja tidak ada maksud mempersulit diri. Menanyakan, mempersoalkan di batas pengetahuan adalah kehausan para ilmuwan tentunya. Biar agor bukan ilmuwan, tapi mengintip buah pikiran mereka adalah sebuah kerinduan.

    Kalau memang ESQ menjelaskan secara detail dan terinci dalam kaitannya dengan AQ tentu hal yang menarik. Sedang soal benar atau tidak, tentu kita tidak bisa memaksakan harus sesuai atau sependapat (bisa jadi karena kekurang pengetahuan) tentang asal-usul maupun pengetahuan tentang kuantum.
    Postingan di atas, ingin menegasi bahwa jangan memahami bigbang sebagai letusan seperti bom gitu, seperti yang dijelaskan oleh http://id.wikipedia.org/wiki/Big_bang
    Ilmuwan muda maupun site yang dilink sepertinya menjelaskan berbeda. 😀

    Salam.

    Suka

  41. M. Harisman said

    Mas Agor,

    Kalau masih ada ke’bingung’an, konsultasikan saja pada ahlinya [yang berkompeten].

    Untuk membahas rincian teori big-bang hanya melalui diskusi di blog tidak akan mencukupi.

    Mungkin bisa kontak dengan :

    Bpk. Dr. T. Djamaluddin
    Peneliti Astronomi/Antariksa
    PNS / Peneliti dari LAPAN
    Age: 46
    Location: Indonesia

    http://t-djamaluddin.spaces.live.com/default.aspx

    Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa

    http://www.scribd.com/doc/3173556/Kajian-Ayat-Kauniyah-Dr-T-Djamaluddins

    @
    Mas Harisman , terimakasih untuk infonya. Saya juga kadang mengunjungi blog beliau untuk mencari inspirasi. Lepas dari sesuai atau tidak sesuai, namun rasanya saya banyak belajar dari beliau, banyak yang saya tidak ketahui. Jernih pembahasannya dan lebih mudah dipahami untuk orang awam ini.

    Suka

  42. yummy said

    makasih atas informasinya ya…
    saya jadi bisa membuktikan apa yang baru aja saya pelajari di ushulfiqh dan tafsir maroghi…

    @
    😀
    hanya sebagai tambahan alat untuk merenungi betapa keluasan alam semesta. Allahu akbar.

    Suka

  43. maztegh said

    Mas, bagaimana kalo begini…

    Teori bigbang utk menjelaskan ttg penciptaan alam semesta. Sedangkan teori kabut nebula untuk menjelaskan pembentukan tata surya (bintang2 termasuk matahari dan planet-satelit yg mengelilinginya).

    Jadi QS 21(Al Anbiyaa’) 30, menjelaskan penciptaan alam semesta. Dan QS 41 (Fushshilat) 11, menjelaskan pembentukan isi alam semesta.

    Sehingga ayat-ayat ini suatu rangkaian peristiwa penciptaan alam semesta yg enam masa itu.

    Benarkah pendapat saya ini mas?

    @
    Bigbang memang berusaha menjelaskan kejadian beberapa milidetik atau nanodetik pertama terjadinya alam semesta. Teori yang paling banyak diakui (dan tentu saja tidak bisa dibuktikan). Yang jelas, para fisikawan berusaha menjawab mengapa alam semesta itu ada. Dan jawabannya sudah tentu di luar ilmu fisika. Bigbang juga termasuk penjelasan di luar ilmu fisika…
    Teori kabut Nebula, memang pas untuk menjelaskan pembentukan materi-materi di alam semesta ini, sampai terbentuknya tata surya. Meskipun untuk tata surya kita, pembentukan ini jelas bukan kebetulan (karena keakuratannya terhadap kebutuhan hidup untuk mahluk yang berada di sistem tatasurya). Ini juga masih tidak terjelaskan.
    Kalau kita menengok foto-foto bintang, galaksi,… tampak memang “asap” itu berkumpul dan membentuk sesuatu yang baru. Persis seperti dijelaskan oleh AQ.
    Saya kira yang Mas sampaikan adalah gagasan harmoni yang ada dari bacaan AQ dan usaha untuk melihat kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan.
    Saya juga berpikir seperti Mas juga…

    Suka

  44. Anonim said

    Terima kasih ka atas penjelasannya.mudah-mudahan kaka bisa menjelaskan lebih mendetail lagi & sampai jumpa lagi solat dulu ka udah dzuhur

    @
    Terimakasiih kembali, terimakasih juga sudi berkunjung ke sini… 😀

    Suka

  45. taufan said

    Sekarang dah jamannya teori ‘simetri terputus’. Ayo belajar fisika subatomik lagi!!!

    @
    Trims Mas taufan… ini teori baru ya !… seperti wajah kita… justru keindahannya ada karena nggak simetri…
    Tulisan mengenai teori ini dituliskan Mas Harisman di komen ini. Menarik dan inspiratif. Memang layak professor Jepang itu mendapatkan Nobel tahun kemarin…. 😀

    Suka

  46. haniifa said

    @Mas Taufan
    Khok mirip @Mba Dera
    Termehek-mehek…. sendiri… 😛

    Panda,Mandala gila salut buanget gue ma kalian…….cayoo mandala cepet buanget ngambil gagasan bertindak!!!! panda pinter ngomongnya jenius lah….yang ga suka termehek2 matiin aja TV nya jangan ribet lah LIEEEEEEEEERRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR

    Lier atuh kebanyakan Teori… mending nyang simple praktis sedikit berkumis…

    Misal:
    Hayooo… dalami ilmu pengobatan tradisional jamu-jamuan… nggak usah empiris-empirisan pokoke… asli bin tulen made in Indonesia no chemical.

    Dulu petani kita suruh pakai pupuk.. wewwwww.
    Tahu Nggak @mas-nya… jamur campignon dari Indonesia dilarang beredar bekause mengangdung resin di pepsitIDA… 😀 pelarangan diatur by kumpulan KEBO BULE.

    Euleuh…euleuh…. lier sorangan.

    @
    😀

    Suka

  47. haniifa said

    Hua.ha.ha
    @Mba Dera kalau mau matiin tepe… ya matiin ajah sendiri-sendiri gicuh… kata murid teka-ku yang masih ngompol dicelana 😀

    Oei @Mas Lovepassword… ki lho ono sample apian, trik n tip “ngunyuh”…

    @
    ha..ha… matiin aja sendiri… itu juga pakai remote… apa susahnya… 😀

    Suka

  48. Anonim said

    Wah keren topik nya,
    mau nanya2 lagi kemana ya…………..

    @
    para ahlinya dilink di tag lho… 😀

    Suka

  49. haniifa said

    @Anonymous
    Sepengetahuan saya selama ini, bukan hanya topik saja yang keren… tapi pemilihan judul, isi de.el.el smua keren-keren lho 😀

    Kayaknya beliau ini Organisatoris yang handal…

    @
    Wah… Mas Haniifa ini ada-ada saja….

    Suka

  50. saya sngat terkesan dengan penjelasan yag ada,mnrt I semuanya WLLAHU A’LAM.ADA PERCAYA N TDK NY TRIMS

    Suka

  51. munir said

    ke semua tlah tertulis di alquran ku percaya.eh klo da ttng yg seru hub munir.syaiful@yahoo.com ke makasih

    Suka

  52. an-Nahl said

    assalamualaikum warahmatullah…

    boleh juga diterimapakai teori big bang itu..
    ‘asap’ yg dikatakan itu boleh diterima jika kita mengambil nebula(kepulan asap yg membentuk bintang2)

    sy blajar falsafah sains, terdapat pendedahan dlm ayat al-Quran dlm kelas ini.

    barangkali Stephen Hawkings rujuk al-Quran nggak?

    xada salahnya…. baik kaji semula dong…

    xboleh intepret gitu2 aja dong…

    Suka

  53. hartono said

    assalaamu’alaikum……..
    kira2 utk pemahaman ke arah sana sy tdk mampu…….
    jd sy cm berpikir utk apa alam semesta ini di ciptakan…..
    dan percayalah……….smua akaan rusak……fana…..
    mari berhitung mulai sekarang
    assalaamu’alaikum…..

    Suka

  54. opik said

    “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
    (QS:41:11)
    “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS:41:12)

    saya kurang paham soal sains…

    timbul pertanyaan baru:
    1. Jika Big Bang berasal dari ketiadaan, maka kontradiktif dengan ayat ke 11 diatas:”…langit masih merupakan asap…”
    “asap” adalah materi….

    2. “..Dia berkata kepadanya dan kepada bumi..”
    Apakah ini berarti bisa di pahami bahwa bumi sudah ada di awal penciptaan…???

    3. “…Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa….”
    =>> merupakan bahasa majas metafora, berhubungan erat dengan teori Big Bang…

    4. semakin bingung…. @_@!
    Terima kasih atas jawabannya dan penjelasannya

    Suka

  55. sunarya said

    alam semesta ini sangatlah luas jadi saya percaya hanya allah yang bisa menciptakan alam semesta ini.

    Suka

  56. sunarya said

    jangan bilang aku buaya.

    Suka

  57. mantap kali bah.. :))

    Suka

  58. kronologi penciptaan langit dan bumi berdasarkan al-qur’an yg saya ketahui…
    Pada mulanya langit dan bumi sebagai suatu kesatuan yg padu kemudian dipisahkan oleh Alloh (QS 21 ayat 30), tidak harus dg ledakan besar…lalu lebih dahulu terbentuk langit tunggal( sama’a)kemudian diikuti dg terbentuknya bumi (QS 79 ayat 27-30), dari awal sebagai satu kesatuan hingga dihamparkannya bumi butuh waktu 2 hari (QS 41 ayat 9) dg ukuran hari yg hanya diketahui Alloh…lalu dikeluarkannya, di bumi itu, mata air dan tumbuh-tumbuhannya hingga terbentuk gunung-gunung (QS 79 ayat 31-32) dan Alloh menentukan kadar makanan bagi penghuninya dalam waktu 4 hari terhitung sejak dari langit dan bumi sebagai suatu kesatuan yg padu, dg ukuran hari yg hanya diketahui Alloh…lalu Alloh menuju kepada penciptaan langit dari langit yg tunggal (sama’a)yg masih berupa dukhon/asap/nebula menjadi tujuh lapis langit (sab’a samawat) dibutuhkan waktu 2 hari, dg ukuran hari yg hanya diketahui Alloh (QS 41 ayat 11-12), dan langit pertama/langit terdekat/langit dunia dihiasi dg bintang-bintang (QS 41 ayat 12, QS 67 ayat 5)…jadi selama masih ada bintang itu berarti masih dalam wilayah langit pertama (bayangkan betapa luasnya langit pertama itu)…selama 2 hari terciptanya langit (sama’a)menjadi tujuh langit (sab’a samawat), di bumi muncul bermacam-macam makhluk (diantaranya para saurus itu) hingga terciptanya makhluk yg terakhir tercipta (dalam jenisnya,jenis manusia) Adam as pada hari ke 6 (hari ke enam adalah hari jum’at) seukuran waktu ashr hingga saat sekarang…dan pada menjelang akhir hari ke 6 terjadi kiamat besar dan waktunya menurut ukuran hari bumi hanya Alloh yg tahu, sehingga dg demikian langit dan bumi tercipta dalam 6 hari dg ukuran hari yg hanya diketahui oleh Alloh (QS 7 ayat 54)…tentu hari-hari di bumi ada setelah bumi terbentuk dg sempurna dg mataharinya

    Suka

  59. delftya said

    Subhanallah..
    ketika segala yg kita pelajari berupa ‘kemungkinan’2 yang wajib untuk ditelaah.. sbg saran untuk mengagungkan Asma-Nya..

    Suka

    • agorsiloku said

      Subhanallah…, tak habisnya kita bersyukur karena diciptakan dan melihat karya cipta dan keharmonisan keagunganNya….

      Suka

      • yoshie said

        Apapun pemikiran dan pemahaman kita tentang berbagai teori, ada satu kunci yang tidak bisa dipungkiri bahwa Al Qur’an sudah lebih dulu menjelaskan berbagai kejadian alam semesta seperti bumi bulat, bumi bergerak, perputaran tata surya dan sangat banyak lainnya yang hanya bisa dilakukan oleh orang modern dengan peralatan canggih. pertanyaannya ?mampukan orang yang hidup di jaman Nabi Muhammad keluar angkasa?melihat bentuk bumi bulat, mengatakan dengan detail tata surya?????lalu menuliskannya di Al-Qur’an??????kalo demikian siapa yang bicara di Al-Qur’an? manusiakahhh???coba di renungkan saja kebesaraan-NYA.

        Suka

      • agorsiloku said

        @ Subhanallah… kita yang diciptakan hanyalah berusaha mengenali sebagai bagian dari usaha menjaga rasa syukur dari nikmatNya yang tak terukur….

        Suka

  60. zulkarnaen said

    Alam semesta tidak di jadikan sia-sia, apapun yangdi di ciptakan oleh Allah SWT mempunyai tujuan yang hak baik itu yang makrokosmos dan mikrokosmos.apapun teori tentang mula adanya semesta alam,itu dikarenakan adanya rasa ingin ketahuan manusia tentang hal yang bereda di luar fisik manusia yaitu alam yang berada diluar dirinya.dan itu berkembang sepanjang zaman.ne ja dah ya???? hammmm! ngantuk!!!! numpang nulis>>>>WASSALAM.

    Suka

  61. Rudi Ismanto from Indonesia said

    Kalau pingin memahami sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan the univers(alam semesta) dan yang ada sangkut pautnya dengan Al-Qur’an.Baca tuh… Tafsir As-Samawat dan buku karangan “Agus Mustofo” …Tapi bacanya jangan setengah2 ya…Perlu kami garis bawahi dari pernyataan2 sebelumnya…kalau dihubungkan dengan Al-Qur’an,,,bukannya Al-Qur’an nya yang ndak mampu untuk membahas itu bung..,tapi sdm nya yang ndak mumpuni untuk memahami Al-Qur’an yang udah kelewat canggih…ingat bung bahwa sesuatu yang diciptakan oleh Allah semuanya melalui proses…proses itu diperintah oleh Allah untuk diselidiki.tapi firman Allah…Jangan selidiki Zat Nya AKU (Allah).Untuk memahaminya banyak2 lagi baca kitab2 Islam yaa..!dan lagi…jangan2 ada yang mentah2 nolak teori Darwin mengenai kejadian manusia lho..!.karena sebelum pernyataan Darwin itu,udah ada ahlut Tafsir Qur-an yang menyatakan seperti itu…he..he..he..
    Wassalam…!

    Suka

  62. af said

    yang mengembang itu 4 dimensinya bro bukan materi2 nya, materi jadi satu karena gravitasi, makanya pahami

    Suka

  63. Anonim said

    kedua ayat itu betul…….setelah terjadi big bang maka maka alam semesta ang masih mudah itu hanya terisi oleh partikel-partikel materi dan anti materi krena keduanya itu sama tapi berbeda bila ke2 dan ktika ke2 itu bertemu buam……….terjadilah lg ledakan atau pembekaran sehinga terbentuklah gas tp tidak lbih ringan dari gas ceperi air tapi menguap yaitu asap……….
    lw masih bingung cri tau sendri ya ata mau nanya lag………..

    Suka

  64. Filar Biru said

    @Agor

    Assalamualaikum

    Allah menciptakan alam semesta ini dengan ilmuNya kabut atau asap yang Allah gunakan dalam bahasa Al Quran untuk memberikan gambaran karena banyaknya partikel-partikel yang membentuk berbagai galaxi. satu buah partikel bisa jadi ukurunnya sebesar bumi. karena alam yang begitu luasnya apa bila dilihat dari sudut manapun maka bumi tidak ubahnya bagaikan setitik debu diangkasa. Maka benarlah Allah dengan segala firmanNya.

    Suka

  65. Usup Supriyadi said

    Allah berfirman :

    قُلْ أَإِنّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَندَاداً ذَلِكَ رَبّ الْعَالَمِينَ * وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدّرَ فِيهَآ أَقْوَاتَهَا فِيَ أَرْبَعَةِ أَيّامٍ سَوَآءً لّلسّآئِلِينَ * ثُمّ اسْتَوَىَ إِلَى السّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ * فَقَضَاهُنّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىَ فِي كُلّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا وَزَيّنّا السّمَآءَ الدّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

    Katakanlah : “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat demikian) itulah Tuhan alam semesta”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab : “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui [QS. Fushshilat : 9-12].

    Berkata Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah :

    فهذا يدل على أن الارض خلقت قبل السماء لانها كالاساس للبناء

    “Ayat ini menunjukkan bahwa bumi tercipta sebelum langit, karena bumi itu bagaikan pondasi dari sebuah bangunan” [Al-Bidayah wan-Nihayah, 1/16].

    Dan beliau rahimahullah juga berkata dalam Tafsir-nya :

    “Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi adalah pondasi dan pada dasarnya sesuatu itu diawali dari pondasinya baru kemudian atapnya” [Lihat Hidayatul-Hairan] oleh Asy-Syaikh Abdul-Karim Al-Humaid hal. 33].

    Dan ini pulalah yang dikatakan Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (lihat Shahih Al-Bukhari 8/555 – Al-Fath) bahwa terciptanya bumi itu sebelum langit.

    Berkata Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir beliau (1/215) :

    وهذا ما لا أعلم فيه نزاعًا بين العلماء إلا ما نقله ابن جرير عن قتادة

    “Saya tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam masalah ini, kecuali yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari Qatadah”.

    Adapun firman Allah ta’ala :

    أَأَنتُمْ أَشَدّ خَلْقاً أَمِ السّمَآءُ بَنَاهَا * رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا * وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا * أَخْرَجَ مِنْهَا مَآءَهَا وَمَرْعَاهَا * وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا * مَتَاعاً لّكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ

    “Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu” [QS. An-Naazi’aat : 27-33].

    Makna دَحَاهَا bukan menciptakan, karena Allah telah menafsirkan maknanya dalam ayat selanjutnya, bahwa makna dihyah adalah : mengeluarkan air, menumbuhkan tumbuhan, dan lainnya. Jadi proses terjadinya alam semesta adalah Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan langit bersama matahari, bulan, dan bintang-gemintangnya; lalu setelah menyempurnakannya maka Allah mengeluarkan mata air dari bumi dan menumbuhkan tumbuhan serta lainnya. [Lihat Al-Bidayah wan-Nihayah 1/17].

    Wa Allaahu a’lam

    Suka

    • agorsiloku said

      …. Dahulunya bumi dan langit adalah sesuatu yang padu , kemudian kami pisahkan antara keduanya… (QS 21:30). Jadi duluan mana : langit atau bumi, atau bersamaan dari sesuatu yang padu…..

      Suka

  66. heddy said

    Yang dimaksud Allah dalam Al Quran Surat Fushilat ayat 11 dan 12 lanhit di sini berarti adalah ATMOSFIR yang terdiri dari 7 tingkat diciptakan dari dukhan dalam 2 masa, sedang teori bigbang ada di surat Al Anbiya ayat 30 ini adalah penciptaan alam semesta awal awalnya termasuk di dalamnya BUMI yang sebelumnya berupa gas panas dan mati kemudian Allah SWT MEMBOMBARDIR BUMI YANG PANAS DENGAN MILYARAN KOMET sehingga terjadi kulit bumi dan isinya setelah bumi terbentuk maka Allah menuju langit ( dalam hal ini atmosfir )tujuannya untuk memproteksi bumi dari gempuran benda benda angkasa dan sinar mataharui yang berbahaya. Di Surat Ad Dzariyat ayat 47 yang dimakksud adalah altar langit yang paling juh yang sampai sekarang terus mengembang dan ini dibuktikan dg penemuan astronomer Penzias dan Wilson. jadi hingga kini altar langit paling jauh terus berkembang. Maha benar Allah dengan segala Firman NYA dalam Al Quran. Semoga ini bermanfaat

    Suka

    • @Kang Heddy
      Komet Halley datang dengan periode 76 tahun sekali… katanya lho 😀 artinya komet tersebut dalam kurun waktu 38 tahun menjauh dari bumi dan sebaliknya mendekati bumi.
      AQ menjelaskan perilah 1 hari setara dengan 50.000 tahun, jika saat ini (25.000 thn) dalam posisi bintang-bintang sedang mejauh dari pengamatan dibumi DAN SEKIAN RIBU TAHUN KEMUDIAN TERNYATA SPEKTRUM CAHAYA BINTANG SEPERTI MENGARAH MENDEKATI BUMI.
      Teori Astronomoer Penzias dan Wilson jadi bahan tertawaan duniya dunk… soalnya langit MENCIUT … hehehe….

      Salam hangat selalu, Haniifa.

      Suka

    • agorsiloku said

      Terimakasih catatannya Kang Heddy, memang masih ada sejumlah pertanyaan yang belum “tersepakati” perihal langit jauh dan langit dekat. Terutama penjelasan mengenai Allah memborbardir bumi yang panas dengan milyaran komet sehinga terjadi kulit bumi dan isinya….
      Kalau tidak keberatan, dari mana didapat informasi ini…
      Wassalam, agor.

      Suka

  67. menurut pemahaman saya Qs 21:30 sama sekali tidak ada kaitannya dgn teori Big Bang, dan saya mempunyai pemahaman yg berbeda atas kebanyakan dari ayat tsb, sebagai berikut :

    kata ‘ratqan’ sebagai ungkapan yang lebih kepda sesuatu; perjalinan, susunan atau perpaduan dll .
    Contoh:
    – perjalinan antar benang terhadap kain.
    – perjalinan wilah-wilah bambu terhadap bilik.
    – perpaduan antar papan terhadap dinding.
    – dll semacamnya.
    Bila melihat kepada contoh-contoh tsb, ungkapan ‘ratqan’ ternyata mengarah kepada bentuk atau sesuatu yg terjadi sebagai hasil dari perjalinan atau susunan atau perpaduan dari benda-benda yg sebelumnya saling berpisah. Sebagaimana ‘kain’ kalau kita urai; tentunya terdiri dari benang-benang yg sebelumnya saling berpisah.

    Jadi dgn melihat kecendrungan makna ‘ratqan’ tsb, begitu pula menurut hemat saya ‘ratqan’ nya beberapa langit dan bumi yg di jelaskan oleh Qs 21:30. Artinya, kalau di jelaskan :

    “………beberapa langit dan bumi itu dulu ‘ratqan’ (suatu yg padu/saling berpadu)……..”.
    Artinya mereka (langit dan bumi) itu sebelumnya tidaklah ‘ratqan’ (saling berpisah).
    Hal inilah yg sesuai di terangkan oleh:

    “Kemudian Dia menuju langit dan langitnitu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi; “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”, keduanya menjawab; “Kami datang dengan suka hati”. Qs 41:11.

    Selanjutnya kata ‘fataqa’ sebagai ungkapan yg sering kepada peristiwa : pemisahan, penceraian dll semacamnya.
    Contoh:
    – Perkecambahan atas biji-bijian.
    – Retakan yang memisahkan.
    – Dll semacamnya’

    Biji yg merekah (pecah) dan keluarnya benih = (KECAMBAH).
    Artinya; dari kecambah itulah kita dapat menyaksikan peristiwa adanya usaha saling memisahkan diri antara benih dgn biji. pemisahan itulah ‘fataqa’ atau adanya bagian-bagian yang saling memisahkan diri dari sesuatu atau benda yg retak, dan yang lebih jelas lagi perpisahan yg di ungkap dgn ‘fataqa’ adalah; perpisahan minyak dgn air di dalam satu wadah.

    Dgn demikian ‘fataqa’ adalah bermakna kepada sesuatu yang saling berpisah atau bercerai tetapi masih di dalam satu jalinan atau satu susunan atau satu perpaduan dll.
    Sebagaimana perpisahan benang-benang di dalam jalinan kain atau perpisahan papan pada perpaduan dinding dll semacamnya.

    Maka; kalau langit dan bumi itu ‘ratqan’ kemudian ‘fataqa’ .
    Artinya, saya memahami; ‘beberapa langit dan bumi itu berpadu tetapi saling berpisah’.
    hal inilah sesuai dgn fakta bisa dipikirkan atau di buktikan apabila kita mau mempergunakan akal.

    Sekian dahulu, semoga dpt bermanfa’at.

    Suka

  68. Anonim said

    Para hadirin yang terhormat :
    jangan terlalu pusing dipikirkan , percayalah semua ini kehendak yang menciptakan alam semesta ini
    saya hanya berkeyakinan Faktor Adanya

    2
    Rumus F : M x C .

    2
    Dimana C : Faktor keberadaan Yang Maha Kuasa , ( Kehendak Yang Kuasa )

    Suka

  69. Assalamu’alaikum Wr Wb

    menurut bang Agor, kalau langit dan bumi dulu suatu yg padu lalu sekarang bagaimana?.
    apakah masih berpadu atau berpisah ?.
    minta jawabannya.

    Wassalam…………

    Suka

  70. Bamby said

    Anda benar.
    Big bang hanya sebuah mitos, terbukti secara sains tidak ada.

    Suka

Tinggalkan komentar