Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sori Deh, Manhaj Antum Apa?

Posted by agorsiloku pada Agustus 26, 2007

Sori deh… sebelum kita lanjutkan diskusi, harap diperjelas dulu : Manhaj ente ape?.

Manhaj salafush shalih, manhaj islam.

atau

Syiah, sunny, ahlul bait, atau PKS, muhammadiyah, NU, wahabi, liberal, sekuler, Apa itu salaf?

atau mazhab apa gitu?

Maliki, Hambali,…. atau

atau….

Mutazillah, Jabariah, Jahamiyah, Kilabiyah, Karamiyyah, Ittihadiyah..

atau….

Ingkar sunnah, kafiriyah, munafikiyah… atau sesatyah…

atau …..

yah… ikuti saja pesan Al Baqarah 1-5

tetapi…

ada sejumlah tetapi, ada sejumlah sebab, ada sejumlah alasan.

Lalu kalau tidak memilih salah satu pilihan dari pengelompokkan yang dibuat, ntar nanti “di sana” ente gimana dunk?.

Walah… weleh… begitu banyak kita dilabeli rintangan untuk mencapai pilihan jalan terang menuju ketakwaan yang diimpikan.

gubrak… belum apa-apa, dengan kitab yang sama, kita membangun perbedaan yang tajam di jalan terang menuju ketakwaan.

Ya… enggaklah… enggak begitu dong, ini hanya bagian ragam pohon yang semuanya mencari matahari yang sama.

Ataukah kita sedang berusaha memonopoli rahmatNya menjadi kita yang menentukan.

Tentu tidak. Tidak bisa dipikul dan dipukul rata. Karena hanya jalan ini saja yang membebaskan engkau dari neraka?.

Jalan islam maksudnya?

Ya… ya…ya.. tapi islam yang ini. Yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah menurut jalan ini.

Jadi inikah spirit muslim?

Saya diam dalam gemuruh kata tak terucapkan lagi.

40 Tanggapan to “Sori Deh, Manhaj Antum Apa?”

  1. saya…
    saya…
    mmm…ntah mau bilang bagaimana…
    jadi ingat jaman esde waktu masih suka mainan monopoli dari karton

    @
    Monopoli, kartun, esde…. apakah ini clue for Manhaj?…. 😀

    Suka

  2. ha ha ha…Mas Agor, kalau gitu saya Manhaj Ahlul Jannah Al Dermawan saja deh, bolehkan?

    @

    Wah… siapa berani mengklaim menjadi ahlul jannah al dermawan….? 😀

    Suka

  3. Manhaj Aql 😆

    @
    😀 Dengan akal.. segalanya dimulai… dengan hati semuanya …..

    Suka

  4. sikabayan said

    euh… mendekat sajah sepersepuluh langkah setiap harinyah atuh.. :mrgreen:

    @
    😀

    Suka

  5. Suluh said

    Manhaj “bingung” n “ragu” :lol”

    @
    Masih ragu jugakah?

    Suka

  6. Suluh said

    lol ku ora dadi 😆 😦

    @
    😀

    Suka

  7. Suluh said

    hattrick sisan sekalian nge-junk… kalau gak berkenan boleh di delete kok mas… :razor :

    @
    😀

    Suka

  8. Dimashusna said

    Ehm…Ehm…Ehm…
    Bagaimana kalau tanya hal yang lain ajah 🙂

    @
    Wah… gpp sih… kita emang beda manhaj… 😀

    Suka

  9. Amd said

    Weleh, weleh… Mas Agor, ini gara-gara pertanyaan di salah satu komentar di About Agor kan??

    @
    😀 menjadi ide satu postingan (yang nggak mutu) 😦 … tapi gpp, hanya sebuah tanda tanya dalam keberislaman.

    Suka

  10. deedhoet said

    Emmm, sebelum harus milih manhaj, sebaiknya diterangkam dulu apa itu definisi manhaj. Soale saya yakin banyak orang yang nggak ngerti apa itu manhaj (count me in, hehe). Semacam aliran, golongan ato madzhab (nulise bener gak) gitu kah?

    Waktu sekolah dulu diajari ada 4 madzhab: Maliki, Hambali, Syafi’i & Hanafi. Emm, sebenere juga gak gitu ngerti apa itu madzhab :p Ngertinya cuma “pendapat Imam yang namanya diabadikan jadi nama madzhab tadi.” Setelah gede baru tau ada banyak banget aliran dalam Islam.

    Di wiki english nggak ada definisi buat manhaj. Command “define: manhaj” di google.com ngasih reference ke sini: http://www.naqshbandi.ca/islam/tassawwuf/glossaire.shtml
    “manhaj, minhaj : Voie, ou méthode doctrinale et juridique”
    Kata google, terjemahannya:
    “manhaj, minhaj: Sees, or doctrinal and legal method”

    Kalo keyword-nya manhaj doang, hasil yang diperoleh pada 20 peringkat teratas kebanyakan berasal dari golongan yang kayaknya berseberangan dengan logika saya. Mo nyari lagi dah agak males, hehe. (Euuh, betapa saya telah terlalu banyak bergantung pada wiki dan google..)

    Kalo harus milih sekarang kayake nggak bisa deh, “Binuuuun!” Yang jelas sih milih yang gampang diikuti, sesuai logika dan hati aja. Yang manakah itu?

    @
    Di blognya Mas Antosalafy dijelaskan Manhaj sebagai jalan yang terang dan mudah (mengikuti tafsir Ibnu Katsir…), seperti yang saya link itu lho.

    Jadi pertanyaan ini, memang dari beliau. Saya sendiri tidak memahaminya sebagai aliran, tapi sebuah pilihan jalan dalam meniti kehidupan. Bukan sebuah penggolongan atas serpihan dan karenanya ummat terpecah-pecah dalam berbagai aliran. Bukan kah sama diyakini, yang kita tidak usah berselisih di dalamnya, tiada yang wajib disembah selain Allah. 😀

    Suka

  11. hydean said

    ya kalo masalah manhaj,,,tergantung sihhhhh ;;;;(keyakinanya)kalo,,,saya, muslim ya pastinya Alqur,an and hadist,,.hati dan pikiran saya tertuju kesitu.(alqur-an&alhadist)

    @
    Yap.. terus mau kemana lagi… 😀

    Suka

  12. zhangwuji said

    akal sama wahyu dulu mana?apa definisi wahyu?unggul mana kebenaran wahyu dengan akal?apa fungsi hati terhadap akal,dan apa fungsi akal terhadap hati?

    catatan:wahyu-kalam ALLOH

    :akal -ciptaan AllOH

    :pada diri manusia ada kesalahan.

    @
    Duluan mana?… Wah pertanyaan yang aneh… tapi nggak juga ya… tapi masa ditanyakan…?. Tapi iya juga ya…
    Lalu, diperintahkan langit dahulunya masih berupa asap… (QS 41. Fushshilat 11), waktu itu akal manusia belum ada, bahkan manusianyapun belum dinyatakan ada…. 😀

    Suka

  13. deedhoet said

    @zhangwuji
    Memang harus percaya dengan wahyu dulu, masalahnya dalam wahyu tidak semuanya disebutkan secara eksplisit, banyak yang implisit. Bukankah yang implisit ini dan banyaknya hadits yang nggak semuanya shahih (dan eksplisit) itu yang menyebabkan timbulnya banyak aliran? Para pendiri aliran kan menerjemahkan (menafsirkan) wahyu dan hadits dengan akalnya juga kan? Mana bisa orang nggak berakal ato gila menerjemahkan wahyu? Kalo pun bisa, masa kita mao percaya?

    Contoh aja deh, pengharaman musik itu. Apakah di Al Qur’an disebutkan dengan jelas bahwa musik dan nyanyian itu haram?

    @
    Saya, sebagai orang beragama Islam, begitu kerap melakukan kesalahan dalam hidup dan pikiran. Juga tidak mengerti mengenai banyak hal seeh… Cuma, kalau saya seeh, berpatokan saja yang secara eksplisit dan terpahami akal, apa yang diharamkan Allah dan Rasulnya, ya haram. Yang tidak jelas, akal dan hati dan menjawabnya apakah akan ditinggalkan atau dijalani, namun tetap tidak menganggapnya sebagai haram (karena tidak disebutkan dengan jelas). Namun, ada contoh-contoh yang lebih rumit, misalnya tentang valas, jual beli saham, yang skala pengaruhnya begitu besar dan juga tersamar. Atau contoh lain, makanan halal dari sumber haram dan lain sebagainya….
    Namun, juga menjadi perlu… manfaat dan mudharat dalam logika dan energi kesalehan….

    Suka

  14. Suluh said

    Manhaj “bingung” n “ragu” :lol”

    @
    Masih ragu jugakah?

    masih mas………..

    @
    Semoga cepat menemukan yang dicari (jadi ingat halaman-halaman pertama Sejarah Tuhan – Karen Amstrong) yang mengulas perasaannya sampai beliau memutuskan keluar dari lingkaran dekatnya untuk mencari kebenaran baru…..

    Suka

  15. saya nggak gitu ngerti Kang…secara saya masih baru…
    kadang takut juga untuk mempelajari yang ini yang itu, takut terseret jauh, pada yang ternyata ndak bener juga…soalnya, anyak anyak masih gampang terpengaruh katanya…

    mohon bimbingannya

    😀

    terima kasih

    @
    Mempelajari yang sudah jelas (Al Qur’an),
    QS 75. Al Qiyaamah
    16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.

    Allah yang memberikan jaminan, kita pelan-pelan saja mencoba memahami. Insya Allah. Termasuk juga tentunya kekhawatiran, khawatir tidak benar… dst adalah bagian dari jaminan itu 😀

    Suka

  16. Quantum said

    Mungkin perlu dijelaskan di blog ini pak Agor lengkap dari ajaran2nya, metode dan cara penyebarannya, tanpa memihak, hanya objectivitas saja apa itu yang disebut

    Sunni, Syiah, Mu’tajilah, Jabariyah, Qadariyah, Salaf, Tabligh, Thoriqat

    Atau kelompok kelompok JI, MMI, PKS, Hizbuttahrir, NU, Muhammadiyah, Persis, Al Halaj.

    atau yang agak agak “nyleneh” Ahmadiyah, NII KW9, IslamLib.

    Biar semua bisa dapat ilmu tentang hal tadi, dan dengan senang hati berlapang dada dan saling dialog jika ada yg merasa penjelasannya nanti kurang berkenan. Karena disamping ada yang menenangkan, ada juga yang membikin resah.

    Saya lebih memilih mempelajari semua ilmunya, dpd mengaku sebagai golongannya, takut jadi ashobiyyatin (“bendera” sendiri). Dengan makin dapet ilmu bingungnya mungkin agak agak berkurang kan ? 🙂

    @
    Begitu banyak persamaan dan pertidaksamaannya, begitu banyak keputusan yang hadir dari kebanggaan golongan demi golongan untuk memilih bahwa Allah akan memilih golongan-golongan. Begitu banyak yang dimulai dari kearifan dan kemudian terdorong untuk mengadakan perbedaan-perbedaan. Boleh jadi bermuara di titik harapan yang sama. Kadang bukan sekedar berorganisasi, tapi juga spesifik membawa perubahan-perubahan mendasar atau tidak mendasar pada akidah. Saya sedikit sekali memahami pengelompokan ini sebagai gejala antropologis agama. Yang “merisaukan” adalah yang menjadi “nyleneh” untuk yang lain. Tentu saja pelakunya sendiri tidak merasa demikian.
    Akankah berlapang hati dan berdialog dengan menenangkan dan tidak membuat resah?. Saya juga tidak pernah tahu. Namun, tentu saja, kalau berselisih pandangan, mari kita kembali ke Al Qur’an. Semoga. Sebagai organisasi tentu saja gpp dan membawa kebaikan bagi keseluruhan ummat.

    Suka

  17. Raja Ahmad Ismail said

    Assalamu’alaikum,
    Saya rasa masaalah “manhaj” atau “faham” atau “jalan” untuk memahami agama, atau “pengambilan contoh” untuk melaksanakan hukum agama ( terutama dalam Islam) baik dalam ibadah maupun muamalah adalah suatu yang “kadang-kadang” menimbulkan kesalah pengertian antara sesama kita.
    memang Rasulullah pernah bersabda bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya 1 (satu) yang akan diterima.
    Walaupun kalau kita lihat, dewasa ini bukan hanya 73, malahan mungkin ratusan, tetapi kalau kita ciutkan berdasarkan ordo, spicies dan genus, maka mungkin didapatlah jumlah sesuai dengan sabda Rasulullah (kalau hadistnya shahih, maka Rasul tidak tidak akan bohong).
    Yang jadi persoalannya, yang 1 (satu)itu yang mana?. Masing-masing golongan dengan berbagai dalil dan argumentasinya mengklaim bahwa dialah yang benar. Kalau dia yang benar berarti yang lain tidak benar alias salah alias tidak diterima.
    Jadi bagaimana cara kita mengetahuinya?. Allah dan Rasul telah menyediakan “batu ujinya” yaitu Alquran dan Hadist Rasul.
    Sejauh faham yang diusungnya sesuai dan tidak bertentangan dengan 2 batu uji tersebut, maka dapatlah dikatakan “manhaj” yang diambil tergolong dalam yang 1 (satu) itu, walaupun terdapat sedikit perbedaan pada hal-hal yang tidak prinsipil yang kita kenal dengan “khilafiyah”.
    Dalam pemahaman Islam maka kita kenal dengan golongan Ahlussunnah waljama’ah, Khawarij, Jabariah, Qadariah, Imamiyah, Jahamiyah, Syi’ah dengan berbagai firqahnya, dan lain sebagainya termasuk juga pemahaman berdasarkan Mahzab ( Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, Asy’ariyah, dan lainnya ).
    Tak mau kalah dengan kaum yang terdahulu, maka pada zaman kita sekarang timbullah pemahaman yang “menyimpang” seperti Salamullah (Lia Edan), Ahmadiyah ( Lahore maupun Qadian ), Bahaiyah, The Nation of Islam (Elijah Muhammad di Amrik), Islam Waktu Tilu di Lombok, Inkar Sunah, Islam Kejawen dan lain-lain termasuk IsLib.
    Bukan hanya itu, menyambung episod lama, sejalan dengan itu, ada pula para pengusung paham yang mengaku nabi, seperti Ghulam Ahmad, Lia Edan, Isa Bugis, dll.
    Bagaimana tindakan kita?. Yang jelas tetap istiqamah dalam Islam sesuai Alquran dan Sunnah, sejauh yang dapat kita fahami.
    Wassalam,

    @
    Wass. Wr.wb… jalan takwa, jalan yang tidak ada perselisihan di dalamnya dan berharap dapat menetapinya dengan kesadaran sebagai mahluk yang diciptakan…

    Suka

    • antelove7 said

      Sejauh faham yang diusungnya sesuai dan tidak bertentangan dengan 2 batu uji tersebut, maka dapatlah dikatakan “manhaj” yang diambil tergolong dalam yang 1 (satu) itu, walaupun terdapat sedikit perbedaan pada hal-hal yang tidak prinsipil yang kita kenal dengan “khilafiyah”.

      nah ..bagus ini
      tapi kenyataan na ada orang yang ga mo sholat di masjid yg bukan kelompokna, ntr di sangka yg bukan-bukan….

      ok aja..misalnya ada 73 kelompok…tapi yang masuk pada kelompok 1 (benar) bukan berarti 1 dari 73 kelompok itu……tapi si a dari 1, b dari kelompok 2 dst…

      Suka

  18. Spitod-san said

    Seandainya bisa One People, One Islam, One World.. *mimpinya kejauhan

    @
    Hm… one World, one Islam sih oke saja… kan hanya satu dunia ini, hanya satu Islam itu, hanya satu. Tapi kalau one people… duh… kalau bisa jangan deh… hidup sendiri sunyi…. 😀 juga satu bangsa (one people). Karena itu tetangga kita adalah saudara kita, teman sekelas kita adalah teman kita, bahkan tanaman dan hewan peliharaan pun… adalah teman…..

    Suka

  19. Raja Ahmad Ismail said

    Assalamu’alaikum,
    Yang dimaksud oleh Stipod-San adalah “One Nation” kali ya?.
    Kalau itu mah bakalan terjadi, tetapi kapan?. Akan…!.
    Saat Imam Mahdi muncul dan Nabi Isa AS diturunkan ke dunia dan Dajjal dimusnahkan.
    Sekali lagi kapan?. Dalam waktu dekat. Kok pasti?. Pasti!.
    Yang ngomong bukan saya, tapi Rasul.
    Setelah beliau yang berdua ini kembali kehadhirat Allah, maka akan terjadi kekacauan yang sangat dahsyat dan mencapai limitnya sehingga tidak ada lagi satupun manusia yang beriman. Dunia penuh dengan segala macam kejahatan.
    Sekali lagi yang ngomong ini bukan saya, tetapi Hadist Rasul. Mau percaya?. Silahkan. Mau nggak…. capek dech.
    Wassalam,

    @
    Wass. wr.wb.
    Yap.. One people juga artinya satu bangsa (satu ummat), namun tentu ini tidak akan terpenuhi, karena dijadikan manusia berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Namun terpecah jadi beragam golongan bukan karena sebab ini kehendakNya, tapi karena sebab lain tentunya. Sepi juga kalau kita one people, karena tujuan beragam bangsa adalah suatu keniscayaan dalam mengenali hakikat kehidupan itu sendiri… 😀
    Mengenai kemunculan Imam Mahdi dan Nabi Isa –> saya masih belum paham, juklak yang menyatakan (meriwayatkan) hal ini masih dalam tanda tanya…
    Wass.

    Suka

  20. madsyair said

    Salam pak agor.
    Yuk, semua yang ngaku muslim, semua yang ngaku umat Nabi Muhammad, semua yang ngaku di ktp-nya islam.
    Mari, saling bahu membahu membangun negeri ini, membantu fakir miskin yang masih banyak, anak terlantar yang ada di mana2, masyarakat yang menganggur di mana2, anak-anak putus sekolah, yatim piatu, balita gizi buruk.

    Meskipun di antara kita, ada yang tdk suka dengar musik, ada yg suka nasyid,ada yg suka slank, ungu,nidji.

    Meskipun di antara kita, ada yang rajin dzikir,mikir,kikir dll 🙂

    Peace man!!!

    @
    Salam Mas Madsyair… langsung menangkap harapan tersirat… 😀

    Suka

  21. bangaiptop said

    Pak Agor…, Sudah deh, daripada ribut-ribut, saya mengaku saja nih, Pak. Saya manhaj Cilincing aliran Tanjungperiuki.
    Hehehe.

    Bagi saya, kalau sudah sampai pukul-pukulan mirip kasus Lombok, itu parah. Gara-gara beda manhaj, tiga kampung dibakar api kerusuhan.

    Tapi saya setuju dengan Pak Agor. Selama spiritnya dijaga. Akan jadi rahmatan lil’alamin.

    @
    Beda dikit Mas Arif… saya dari aliran Semper…

    Suka

  22. ini hanya bagian ragam pohon yang semuanya mencari matahari yang sama.

    Saya suka bagian ini. Penjelasan sederhana dari pertanyaan yang selama ini mengganggu tidur dan sholat saya. Terima Kasih Mas Agor!

    @

    Semoga, ini hanya bagian pencarian dari kita yang belajar dalam perjalanan waktu yang sudah sedemikian sempitnya menjelang “the end of the day”. Semoga selalu Allah meridhai usaha kita, betapapun kecil dan tak berartinya, dan memberikan ampunanNya atas salah yang selalu saja kita lakukan…

    Suka

  23. […] Qoute from Agorsiloku […]

    Suka

  24. Numpang lewat said

    Saya pernah ditertawakan karena tidak tahu manhaj saya oleh seorang ulama. Dia menjelaskan berbagai manhaj yang hanya bisa saya dengarkan dengan terbengong-bengong ga ngerti sama sekali. Yang saya dapat dari penjelasan beliau adalah keinginan untuk menghilangkan kotak2 itu dari benak saya. Saya sampaikan kepada beliau dan saya dikatakan tidak punya pendirian, cape deh…

    @
    Hah… Hari gini antum tidak tahu manhaj antum?.

    Keterlaluan, sungguh keterlaluan. Apa ente memilih in absentia, memilih golput?. Apa ente tidak takut diakhirat tidak punya golongan untuk diikuti? Ente benar-benar seperti kata ulama itu, tidak punya pendirian 😀

    Mengapa tidak memilih golongan orang yang berpasrah diri. Golongan muslim. Biar belum bertakwa dan beramal saleh, tapi selalu mengharapkan pintu rahmatNya dibuka, pintu tobat terbentang lebar dimanfaatkan.

    Kotak itu bernama manhaj takwa, tersimpan dalam hati, keyakinan pada keagungan Allah dan kebenaran firmanNya.

    Bagaimana kalau manhaj ente ini saja, saya juga ingin ke sana, sedang mencoba. Saya takut tak bisa meraihnya. Semua tanpa rasa lagi, semua tanpa label lagi, semua pakaiannya putih. Semua bagai embun yang mengalirkan kehidupan, seperti cahayanya yang dirindukan. Ah betapa tidak mudahnya memasuki manhaj ini, kalau tidak karena rahmat dan pengampunanmu. Kalau bukan karena anugrahMu, kalau bukan karena belaskasihanMu, betapa kami jadi orang-orang merugi.

    Gimana?, masih belum mau memilih manhaj?.

    Suka

  25. […] tambahan, di psikologi sendiri banyak terdapat mazhab-mazhab/aliran-aliran baik yang resmi atau yang tidak resmi, baik yang liar maupun yang benar. Tapi […]

    Suka

  26. […] sebelum kabur melontarkan omong besar nan arogan! 12. Setelah sepi, baru balik lagi! 13. Anehnya di posting tertentu justru tidak berani menampakkan batang hidungnya komen? 14. Moody, kasar dan gampang merajuk bahkan […]

    Suka

  27. andrieis said

    aduhh.. ga ngerti gw manhaj apaan?
    klo gw blang, “saya muslim” apa masih diteruskan harus menyebutkan manhaj-nya jg?
    emng klo beda manhaj sdh bkn sodara lg?
    capeekk…

    @
    Selalu dapat direnungkan, perbedaan penafsiran dan pandangan, keinginan berkelompok, mencari dan membangun kesesuaian pendapat dalam banyak arena melahirkan aliran-aliran baru dan yang kemudian terasa ganjil jika manhaj itu dibangun atas sentimen (positif atau negatif) kelompok atas nama solidaritas !. Saya jadi ingat hadis (kalau tak salah lho) :”Sungguh seandainya Fatimah, anakku mencuri, niscaya saya potong tangannya”, begitu Sabda Nabi atas “kecurigaan” mengenai pencurian. (HR Bukhari). Pernyataan Junjungan, Nabi Besar Muhammad SAW itu mengisyaratkan bahwa sebuah kasus hukum bukan pada solidaritas kelompok tapi pada titik nilai fiqih dan kebenaran. Kita tentunya dapat melihat pendekatan ini secara logis. Karena itu, saya merasa “malu”, ketika manhaj dipertanyakan. Bukankah kita semua beriman kepada Allah dan memberikan petunjukNya melalui Al Qur’an yang disampaikan oleh Rasul Muhammad?. Jadi, manhaj buat saya tidaklah penting. Sangat tidak penting. Pandangan kebenaran datang dan bisa datang dari manhaj manapun tak perduli asal usulnya.

    Suka

  28. haniifa said

    Salam,
    Manhaj apa ?!
    Insya Allah, saya akan memilih manhaj (=metode) yang ditunjuki oleh Allah S.W.T
    Wassalam.

    @
    Ini juga salah satu titik permasalahan diskusi tentang metode, manhaj, penafsiran, dan justifikasi kebenaran. Saat ini, tidak ada yang bisa menjustifikasi masalah yang dihadapi ummat. Berbeda dengan masa Nabi, karena Sang Junjungan “dapat menjawab semuanya”. Para sahabat jika ditanya akan menjawab : “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui”. Saat ini, menjadi para pemimpin golongan yang lebih mengetahui, bahkan AQ pun hanya boleh dipahami dan ditafsirkan oleh mereka yang ahli dalam bidangnya (bertanyalah kepada ahlinya). Penafsiran memang pada kondisi tertentu diperlukan, namun upaya memahami secara tekstual atau kontekstual, menurut al Qur’an dipahami dalam konteks : 24. An Nuur 35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
    Mengapa petunjuk dipilih dengan kata cahaya yang menerangi. Cahaya memang memiliki karakteristik unik. Dia (cahaya) mengisi ruang, seluruh ruang. Terang atau gelapnya tergantung seberapa besar cahaya menerangi dan seberapa dekat dan jauhnya terhadap objek. Tidak pernah ada gelap sempurna (tanpa cahaya).

    Suka

  29. dobelden said

    beda jalan satu tujuan…

    kenapa saling sikut??

    @
    mungkinkah untuk memperkuat sikut?. Pedang yang terasah karena adanya gesekan… tapi bukan untuk saling menghinakan kan… 😀

    Suka

  30. abughifar said

    manhaj saya ?….
    manhaj ala nubwuah, tapi kyknya sih blm jalanin semuanya (satu aja blm sempurna, keburu interest sama blog :D).. perlu iman yg benar sih

    @
    😀
    bingung… jalanin satu saja … betul juga… iman perlu yang benar… benar juga 😀

    Suka

  31. RETORIKA said

    Manhaj … ALQAIDA 👿
    Imam … HAMBALI 👿
    Nabi … AMROZI 👿

    … tiket EXPRES MENUJU NERAKA DUNIA AKHIRAT 👿

    @
    Waaaaaaaaw… koreksi : Imam …. Dr. AZHARI 👿
    😀

    Suka

  32. haniifa said

    Salam,
    Betul mas agor, tapi permasalahanya jutru “Bagaimana kita dapat menangkap “Nuur Illahi”, seperti disinyalkan dalam perumpamaan-perumpamaan Al Qur’an agar tidak menjadi “miss link”.
    Wassalam.

    @
    Betul… sekali… “Nuur Illahi”, cahaya di atas cahaya…..

    Suka

  33. haniifa said

    Salam,
    ::dobelden::
    Beda jalan, satu tujuan = saling sikut ??? mana mungkin wong jalannya aja berbeda.
    Tapi satu jalan, beda tujuan ??? Ya Uyel-uyelan. (saya jadi inget pintu toll “Pondok Gede”)
    Wassalam.

    @
    Satu jalan, tapi banyak jalur “pikiran”, jadi menyikut menjadi kebanggan. Nyalip dari kiri atau ambil jalur hak orang lain malah… Ya.. uyel-uyelan pagi dan sore, seperti di pintu tol Pondok Gede…. 😀 😀

    Suka

  34. CiNd_Vy said

    aSSWrWb.
    whatever….. selalu ikuti apa yang sudah jelas di Al-Qur’an n Hadits ..meskipun banyak hal yg tdk dijelaskan secara eksplisit..tapi jalani yg lebih mendekati..bukankah hati bisa menjadi ilham…..dan jalan ijtihad msh terbuka…yg penting Qt selalu mw belajar dan trus belajar….shg tdk tersesat dlm pencarian jalan taqwa itu…..Wallahu a’lam…

    @
    Wass.wr.wb..
    terimakasih untuk catatannya… selalu belajar… amin.

    Suka

  35. engkus said

    A.W.W maaf Pak Agor saya baru muncul habis libur nengok ahli kubur di cibubur.
    Kalau kita mau memilih manhaj yang sahih tentu golongan yang sudah ditentukan didalam al-qur’an. kalau Allah mengabulkan saya mau milih jadi golongan Mukminin atau solihin atau mutaqin.hanya itu saja yang diterima oleh Allah. Didalam al quran belum pernah ditemui kata bahwa yang akan diterima dengan ridoNya adalah dari golongan muhamadiyah, atau suni,syi’ah,qodariah, jabariah,ahmadiyah dst……Didalam alqur’an saya hanya menemukan pengelompokan oleh Allah yang namanya “Ashabul yamin dan ashabus simal” (Golongan kanan dan golongan kiri)
    Dari sekian banyak golongan / faham yang bertebaran dimukan bumi ini, kalau mereka lurus akidahnya / tauhidnya, beribadahnya based on qur’an dan hadis, hatinya bersih dari penyakit ujub riya takabur, akhlaknya mulia, maka mereka itu akan jadi golongan yang satu yang diterima oleh Allah.

    @
    Wass.wwb.
    Sepertinya, yang Mas Engkus sampaikan… itu juga yang menjadi perhatian dan catatan agor…. terimakasih… 😀

    Suka

  36. Haruta Maruta said

    Manhaj………….?
    Pilih Islam Aja deh, kalo yang lainnya gak tertarik tuh.
    kebenaran yang sejati milik ALLAH. Pemahaman manusia…? Namanya aja Manusia, ( Makhluk yang Urusi Dunia ).Kalo dlm alquran disebut AL-Insan ( Makhluk yang pelupa ) . jelas tho pasti ada salahnya. Saya sih kang ikut Quran dan Hadist ajalah. Bolehkan Kang?

    Suka

  37. akiadnani said

    Hati dan bibirku tersenyum setelah kubaca semua komentar itu. Ada harapan cerah ke depan bahwa Islam memekar, namun terkadang senyum kecutpun muncul lantaran berselisih yg mengundang perang, perang sesama muslim. Kita berada di dataran yg sama. Dataran memberikan komentar. Namun tentang dari dataran mana kita datang? Tidak diungkap. Tiba-tiba kita berada dalam perbincangan madzhab (isim makan/kata benda yg menerangkan tempat) berarti tempat kita berjalan. Boleh jadi banyak pemberi komentar yang skip (=loncat). Tiba-tiba seseorang berada di ruang Nahwu-sharaf, padahal baru tadi malam ia tamatlan pelajaran Iqra jilid I (misalnya). Atau kita lagi asik di level “madzhab”, padahal sejarah perjalanan agama semasa Rasulullah melaksanakan tugasnya-pun (sekitar 23 tahun) belum pernah menyentuhnya. Bolehjadi, kurikulum ihwal penyajian ilmu agama, repeat:” ilmu Agama” unrepeat , mesti dikaji ulang, sehingga manakala kita berbicara/diskusi ttg satu hal, masing-masing berada pada level yang sama.

    Suka

    • To : @All
      Awa srigala berbulo Domba !!! 😀
      Akiadnani berkata

      Oktober 10, 2012 pada 11:26 am
      Assalamu ‘alaykum wr wb. Kang Agorsiloku, Raos kana manah walerana teh. Mugia blogna pinunjul tur leubeut mangpaatna. Da jaman kiwari mah, balatak nu palinter ngan saeutik nu ngagem tata-susila, tata-krama dina babasan. Contona tah Oom Hanifan (Aranna bae Haniif, tapi babasanna mah fadhan – ghaliidhan) sakumaha seratanana 10 Oktober 2012, jam 6.21 am:

      quote:” @Akiadnani
      Haniifa say:
      Silahkan baca komentar saya ihwal hadits akan turunnya nabi Isa ke bumi.
      ————————
      Haleluya… kalau sudah Aki-aki atau tua-tua bangke sebaiknya IMANI sajah.. hehehe

      (Kecuali sampean ada keberanian menunjukan ayat-ayat Al Qur’an kepada @Oom Haniifa )“.unquote.

      Ku Aki moal rek diwaler, da nu aya dina dadana ngan kaadigungan, mun dialokan, nyiar pidorakaeun. Ari soal elmu panemu jampe pamake dina kaagamaan manehanana anu model kita mah, geus ka ukur ku curuk – kabaca ku tapak. Tah keur Kang Agor mah, ulah dugi ka mopoyakeun aki-aki tua bangke,sagala. Nitah iman ka Aki sagala? Gustiiiiii……… Lain kitu PKI mah? Enya kitu soteh da Aki mah nyorang jaman PKI. Wassalam.

      Rubon berkata
      Oktober 10, 2012 pada 11:38 am
      @Bung Akiadnani
      Astaghfirullohal adzim,
      Hanya gara-gara disebut (tua-tua bangke) Kakek Tua Renta, lantas Anda balik menuduh PKI ?! :

      Mudah-mudahan Anda bukan Umat Islam !! :mrgreen:

      @mBah Aki adnani
      bla..bla..bala.bala.
      – kabaca ku tapak. Tah keur Kang Agor mah, ulah dugi ka mopoyakeun aki-aki tua bangke,sagala. Nitah iman ka Aki sagala? Gustiiiiii……… Lain kitu PKI mah? 😛 Enya kitu soteh da Aki mah nyorang jaman PKI.
      ——————————-
      Haleluya…. Gusti Domba … hehehe…

      Jadi kapan sampean muallafnya ?!

      Sumber:
      Untuk Apa Nabi Isa Turun Ke Bumi Di Akhir Jaman?

      Suka

Tinggalkan komentar