Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Perisai Antariksa

Posted by agorsiloku pada Februari 26, 2007

Bambang Setiahadi (LAPAN)
Sumber : Kompas (10 April 2004)

PENELITI Matahari di Watukosek, Jawa Timur, menemukan bahwa medan magnet statis Bumi mampu bereaksi secara dinamis melawan bahaya aktivitas Matahari. Temuan ini merupakan hasil upaya bertahun-tahun menuju penciptaan dan pelengkapan Sistem Iptek Operasional Peringatan Dini Antariksa di Watukosek (SIOPDAW). Hasilnya adalah perisai ganda magnetis yang menakjubkan, yang menarik untuk diketahui masyarakat.

Peristiwa Badai magnetorialMagnetosfer, sebagai lapisan medan magnet statis Bumi, mampu bereaksi secara dinamis, tak terduga, dan eksotis. Terutama saat terjadi badai antariksa akibat aktivitas Matahari. Medan magnet statis Bumi dapat berperan sebagai perisai antariksa untuk melindungi kehidupan di bawahnya. Dari penelitian itu diketahui pula bahwa tanpa lapisan magnet, aktivitas Matahari akan berdaya bunuh yang amat besar bagi kehidupan di Bumi.

Sejak 1957 hingga sekarang, aktivitas Matahari memang bahkan sudah membunuh ratusan hingga ribuan satelit di orbit Bumi dan menjadikan satelit sebagai “sampah antariksa”. Bahaya serupa dapat terjadi pada astronot yang bekerja di stasiun ruang angkasa.

Dari statis ke dinamis

Medan magnet Bumi merupakan medan gaya. Karena itu, kehadirannya tidak bisa dirasakan secara langsung. Kehadirannya baru dapat “dilihat” bila menggunakan logam yang bersifat sama dengan medan magnet Bumi. Contohnya adalah logam yang dipakai sebagai jarum kompas, yang selalu mengarah ke utara-selatan kutub magnet Bumi.

Dengan mempelajari sifat medan jarum kompas, dapat diketahui bahwa medan magnet Bumi mempunyai bentuk dasar medan gaya dipole.

Pengukuran menggunakan satelit menunjukkan bahwa medan magnet Bumi bersama dengan plasma atmosfer Bumi membentuk suatu sistem fisis yang disebut sebagai magnetosphere yang berada dalam kondisi statis. Akan tetapi, jika terjadi badai Matahari informasi dari satelit menunjukkan karakter statis magnetosphere dalam waktu beberapa menit berubah menjadi dinamis.

Peristiwa alam itu sungguh mengagumkan, karena secara teoretis hal ini sukar dicapai dalam laboratorium di Bumi. Medan magnet Bumi bereaksi secara “proporsional” sesuai dengan sifat dan tingkat bahaya yang datang menerpanya.

Jarum kompas yang bergerak-gerak saat datangnya badai Matahari cukup menjadi bukti berubahnya sifat statis (diam) medan magnet Bumi menjadi dinamis.

Sistem otomatis

Satu tantangan mahabesar yang harus dipecahkan dalam menciptakan SIOPDAW adalah bagaimana membangun konsep teoretis yang mencakup peniruan otomatis sifat statis menjadi dinamis dan sebaliknya dari magnetosphere Bumi.

Untuk menyusun abstraksi dari teori tersebut sangat diperlukan bantuan dua orang ahli LAPAN dalam bidang matematika dan algoritma komputer yaitu Dr John Maspupu dan Dr Bachtiar Anwar.

Untuk itu kedua pakar telah bekerja sama dengan mengarahkan penelitiannya pada penelusuran suatu solusi persamaan diferensial tudung magnetis yang sangat mirip dengan sifat fisis perisai magnetis Bumi.

SIOPDAW yang dilengkapi dengan konsep teori tersebut, sanggup meniru dengan tepat dan cepat reaksi magnetosphere yang berubah dari statis ke dinamis.

Kelengkapan teori dan ketepatan SIOPDAW meniru proses tersebut akan menentukan ketepatan dan kualitas peringatan dini yang akan disebarkan kepada masyarakat.

Secara nyata proses tersebut sudah berhasil ditiru oleh peneliti Matahari di Watukosek. Disini ditampilkan gambar urut waktu sebagai hasil perhitungan SIOPDAW dari kondisi statis sebelum tersentuh oleh badai hingga tercapai keseimbangan dinamis.

Badai Matahari bertiup dari tepi kiri ke arah kanan memasuki “daerah pengamatan” SIOPDAW. Badai berupa aliran deras plasma elektron dari Matahari yang berdaya ionisasi mematikan. Plasma elektron biasanya diselubungi dengan medan magnet yang sangat kuat dan berbahaya dari Matahari.

Pada sisi yang berhadapan dengan badai Matahari, dari waktu ke waktu secara eksotis medan magnet dipole Bumi berubah membentuk perisai ganda magnetis yang bergetar dengan sangat dinamis dan mempesona. Semakin deras badai menimpa, maka perisai antariksa semakin tajam dan intensif.

Di sisi yang berlawanan, medan magnet Bumi membentuk struktur magnetotail yang membuka hingga jauh ke ruang angkasa. Bentuk perisai yang melengkung ternyata berfungsi membelokkan arus plasma elektron yang berbahaya sehingga Bumi terhindar dari kerusakan yang akan ditimbulkan oleh badai. Sementara medan magnet yang diterbangkan dari Matahari berdifusi dan sebagian bersatu dengan medan magnet Bumi menjadi lapisan luar dari perisai antariksa.

Ketinggian perisai secara ajaib melindungi tempat kedudukan satelit komunikasi geostasioner. Tetapi pada peristiwa badai Matahari yang cukup besar, ketinggian perisai menjadi lebih dekat ke Bumi. Akibatnya satelit geostasioner dapat langsung terkena dampaknya.

Perisai magnetis akan menipis dan menjadi statis kembali bila badai mulai berlalu. Walaupun demikian, kesiagaan tetap perlu dipelihara karena badai antariksa yang baru akan datang secara tak terduga.

Membumi

Seluruh kegiatan tadi sudah dilakukan secara otomatis dan merupakan sistem siap pakai SIOPDAW. Salah satu uji coba dilakukan pada bulan Oktober 2003.

SIOPDAW mempunyai terminologi internasional sebagai OS2TSEW2 (Operational System of Science and Technology for Space Early Warning at Watukosek).

OS2TSEW2 jelas suatu upaya penelitian sistematis jangka panjang para sarjana peneliti Matahari di Watukosek yang konsisten, tajam, dan terarah, serta sangat membumi. Tujuannya untuk menyelamatkan umat manusia terhadap bahaya tak terduga akibat aktivitas Matahari.

Upaya yang telah dilakukan sejak tahun 1985 membuahkan hasil yakni pengakuan dari badan penelitian atmosfer internasional NOAA di Amerika dan badan Matahari internasional SIDAC di Belgia pada bulan Maret 1991.

Konsekuensinya Watukosek harus siap dijadikan tempat pelatihan internasional bagi anggota peneliti Matahari internasional yang tergabung dalam NOAA dan SIDAC. Tahun 2005 direncanakan sebagai tahun pembuka terhadap kegiatan itu.

Keterangan gambar :

1. Pengamatan urut waktu OS2TSEW2 untuk peristiwa badai bulan Oktober 2003. Terlihat proses perubahan dari medan megnet dipole hingg aterbentuk perisai ganda. Bulatan di tengah adalah letak dan ukuran Bumi.
2. Proyeksi 3D perisai antariksa dengan struktur “ekor” magnetotail. Perisai dalam (hitam, biru tua, coklat) membentuk selimut pelindung.
3. Anatomi perisai ganda magnetis. Plasma elektron mengalir menyusuri dua lapis perisai. Sebagian menerobos melalui tepi kiri tengah, bergerak diantara dua lapis perisai megnetis dan dibelokkan oleh perisai dalam yang lebih intensif.

4 Tanggapan to “Perisai Antariksa”

  1. El Zach said

    Assalamualaikum Wr wb.

    Subhanallah !
    demikianlah ke Maha Kuasaan Allah.

    Allah menjadikan kehidupan di Bumi ini begitu terpelihara hingga waktu yang telah ditentukan (kiamat), karena sengaja diciptakan sebagai tempat untuk menguji amal perbuatan manusia.

    sebenarnya masih ada lagi yang belum diteliti para ilmuwan, namun kelak akan sangat berguna, yaitu syaraf magnetik Bumi, tapi saya malah kuatir kalau ilmu ini terkuasai, entah jadi apa peradaban manusia ini, yang sekarang saja manusia sudah banyak terbenam dalam maksiat.

    yang lain juga yang belum dikuasai teknology manusia adalah teknology kecepatan cahaya dan inti Energy, wah ini teknology yang dahsyat sekaligus mengerikan, entahlah mungkin manusia nggak diijinkan menguasai, kalau ini dikuasai maka teory kec cahaya 300rb/km/detik akan jadi humor.
    saya nggak mau ungkapin ini, bisa heboh nanti, kalau memang takdirnya bisa ditemukan ya biar ditemukan sendiri.

    perlu diingat, sebagai orang beriman, kehebatan apapun yang kita saksikan hendaknya membuat iman kita semakin kuat. Bumi yang mati ini, berputar dan sesuai orbitnya/ garis edarnya mengelilingi matahari dengan teratur, sehingga kita bisa menghitung ‘waktu’ tiap detiknya sedemikian teratur, padahal Bumi tiada berakal pikiran, semua ini menunjukkan ‘Ada’ kekuatan Maha Kuasa yang mengatur.

    Al Anbiyaa’ surah 21 ayat 33

    Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

    “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan .” (Al Qur’an, surah 51 ayat 7)

    Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

    “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

    contoh lain ada di(http://www.keajaibanalquran.com/) krn saya baru 1 menit yang lalu menemukan dan baca, mungkin Mas agor bisa ditambahkan ke linknya.

    Saya salut sekali dengan peneliti-peneliti Indonesia, semoga gairah kemajuan ini menjadi teladan bagi kita semua, semoga kita tidak melulu dianggap terbelakang.
    Jangan terlalu terkagum-kagum dengan segala teknology yang berbau Barat, mereka bekerja keras untuk mendaptkan semua itu (kadang mencuri ilmu orang lain juga sih, hehehe), krn itu saya salut dgn upaya saudara-saudara kita untuk bekerja keras menekuni teknology.
    tapi jangan lupa dengan ilmu-ilmu yang mungkin sederhana namun efektif untuk kepentingan umat banyak yang masih banyak dilanda kemiskinan dan nestapa.
    Dan umat Islam ini diwarisi Ilmu yang tak terukur tingginya, dan sumber ilmu yang tak akan pernah habis digali, yaitu Al Qur’an.

    saya jadi ingat pertanyaan teman saya di masa lalu, ‘Bagaimana ya Allah SWT bisa Tahu segala apa yang kita lakukan? bagaimana juga pemahaman bahwa Allah itu lebih dekat dari urat leher kita ? ‘ waktu itu jawaban saya simpel (tapi entah kenapa dia kemudian jadi terdiam seribu bahasa, semoga saya tdk salah kata), gini jawaban saya, “Allah yang mengatur segala gerak di langit dan Bumi, seluruh benda-benda langi Bumi-bulan-matahari-bintang2-glakasi-supergalaksi, tapi jangan lupa, Allah juga yang menggerakkan aliran darah ditubuh kita, detak jantung kita, perkembangan tiap sel tubuh kita, bahkan tiap gerakan partikel terkecil ditubuh kita, seperti mengatur dan menjaga gerakan senyawa, molekul, atom, elektron positron, quark atau sub atomik yang kecilnya tak terbatas, sehingga tubuh kita tetap stabil! maka bagaimana mungkin kita lepas dari pengawasanNya, sedang tiap subatomik tubuh kita Dia Mengawasi ?
    kita diberi hak memimpin seluruh sel di tubuh kita, tangan kaki kita, pikiran kita, mata telinga, hati kita, dan kelak kita akan dimintai pertanggung jawaban atas semua yang kita pimpin dan semua amanat yang diberikan kepada kita.

    menyadari sedekat itu Allah dengan diri kita, maka masih beranikah kita berbuat maksiat?

    Wassalamualaikum wr wb.

    @
    Wass Wr.wb. Mas El Zach, betul yang disampaikan. Itu juga mengapa saya memilih tema blog ini Sains Inreligion (bukan Religion in science), karena ada keasyikan menikmati ayat-ayat Al Qur’an dan alam ciptaan. Ada kepuasan dan kebahagiaan jika mengerti barang sedikit, meskipun saya bukanlah ilmuwan, tapi hanya seorang salesman.

    entahlah mungkin manusia nggak diijinkan menguasai, kalau ini dikuasai maka teory kec cahaya 300rb/km/detik –> kalau menurut pandangan saya, peluang itu ada karena Allah menyampaikan Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (QS 55:33), kecuali menembus bumi, karena manusia sehebat apapun tidak akan bisa : Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS 17:37)

    Betul, keajaiban Al Qur’an adalah salah satu yang menarik. Saya sendiri sebenarnya kurang sreg dengan kata keajaiban/miracle. Saya lebih suka menyebutnya keistimewaan yang layak dipelajari, diperbandingkan, dianalisis bukan diajaib-ajaibkan. Kata “ajaib”, bisa berkonotasi berhenti pada proses memahami atau seperti kita kurang pede dengan Al Qur’an yang menjadi petunjuk illahi pada manusia. Wassalam, agor.

    Suka

  2. Dr. Bambang Setiahadi said

    Ass.Wr.Wb.
    Pembaca setia. Terima kasih atas tanggapan tentang
    Perisai Antariksa. Semoga menambah semangat kita dalam
    ber -amar-ma’ruf-nahi-munkar- Amien (1000X)
    Salam,
    Bambang Setiahadi
    Watukosek-Jawa Timur

    @
    Wass Wr. Wb…
    Terimakasih sudi berkunjung ke sini. Tulisan Pak Bambang saya kopi pais dari file kompas karena isinya yang oke.

    Suka

  3. sikabayan said

    euh… Subhanallah… penelitiannyah ada disinih lagih… apah dibulan ada perisai seperti ituh juga engga yah?.. buat ngelindungin yang lagih jalan2 ke bulan…
    eh.. kalau go internasional mah harus hati2 yah… ada negara yang suka nyomotin para ilmuwan… mungkin biar cumah negaranyah ajah yang bisa segala teh…
    apalagih seperti kata kang ech… dengan 51:7 nyah… ada banyak jalan dilangit teh…pastinyah banyak yang berusaha nyari peta jalan etah teh…

    @
    Peta perjalanan ke langit… ada pernah dibahas oleh Fahmi Basya… menarik, cuma saya belum memahami sebab akibatnya. Juga kejadian pada saat Sidratul Muntaha, posisi Kabah terhadap matahari (kalau nggak salah) tepat. (sy lupa baca di blog mana ya)… Pokoknya, singkatnya ada jalan (jalan khususkah) menuju dengan kekuatan, menembus langit. Wallahu ‘alam.

    Suka

  4. aMezh said

    …[^_^]…

    @
    😀

    Suka

Tinggalkan komentar