Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Inikah Spirit Muslim?

Posted by agorsiloku pada Februari 3, 2007

Ada pertanyaan bagus dari sumber muslim.com ini :
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang insyaAllah bermanfaat :

  1. Sudahkah kita mengingat Allah ketika bangun tidur?
  2. Sudahkah kita sholat Subuh di Masjid hari ini?
  3. Sudahkah kita membaca Adzkar pagi hari ini?
  4. Sudahkah kita memulai hari ini dengan meminta kepada Allah rizki yang halal dan hati-hati dalam mencarinya?
  5. Sudahkah kita memelihara seluruh sholat kita dengan memelihara seluruh sholat kita di Masjid pada waktunya?
  6. Sudahkah kita melaksanakan sholat rawatib dan tawattu?
  7. Sudahkah kita disiplin membaca wirid setiap selesai adzan dan sholat?
  8. Sudahkah kita pada hari ini khusyu dalam sholat dengan menghayati apa yang kita baca?
  9. Sudahkah kita bertaqwa kepada Allah dalam menjalankan usaha,makan,minum dan berpakaian?
  10. Sudahkah kita memuji Allah atas nikmat Islam dan Iman?
  11. Sudahkah kita memuji Allah atas nikmat pendengaran, penglihatan dan nikmat-nikmat yang lain?
  12. Sudahkah kita membaca,mengaji dan menghafalkan serta mengamalkan sesuai isi Kitabullah dan Hadist Rasulullah SAW?
  13. Sudahkah pada hari ini kita belajar sesuatu dari sesuatu kewajiban agama dan hadir di pengajian?
  14. Sudahkah kita membaca Sholawat atas Nabi Muhammad SAW?
  15. Sudahkah kita memberi nasehat karena Allah?
  16. Sudahkah pada hari ini kita menangis karena takut siksaan Allah?
  17. Sudahkah pada hari ini kita mohon ampun atas segala dosa-dosa kita?
  18. Sudahkah kita berdo’a kepada Allah agar diteguhkan agama kita?
  19. Sudahkah hati kita dibersihkan dari penyakit-penyakit?
  20. Sudahkah kita ber amar ma’ruf nahi munkar?
  21. Mudah-mudahan pertanyaan-pertanyaan diatas semakin menambah keImanan dan ketaqwaan kita Kepada Allah SWT. Amiin

Silahkan untuk melanjutkan dan Mulailah dengan Bismillah ..
Wassalam.

==============

Wah pertanyaan di atas, membuat malu hati ini. Tapi sebenarnya, saya pingin juga protes, kenapa pertanyaan lebih ke arah hubungan vertikal, kok kurang tajam bertanya atau mempertanyakan hubungan horisontal. Siapakah PARA PENDUSTA AGAMA?. Itu tuh, yang menghardik anak yatim, yang tidak menganjurkan memberi makan pada fakir miskin, shalat tapi lalai dalam shalatnya, berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang yang berguna.

Jadi akan lebih clear kalau :

21. Sudahkan kita bersedekah uang (sekali lagi uang, pakaian, atau apa saja) untuk orang miskin?

22. Sudahkah kita membayar zakat tahun lalu, tahun ini?.

23. Sudahkan kita menyantuni anak yatim dan orang miskin dengan harta yg dititipkan pada kita?.

24. Sudahkah kita berkeliling melihat, apakah ada tetangga di kampung kita, di sebelah rumah kita yang lapar dan kelaparan, tidak punya pekerjaan atau tidak punya kemampuan untuk bekerja?.

25. Sudahkah kita jadi donor darah?.

Memang, pertanyaan 1-20 itu sebenarnya sudah mencakup juga dari pertanyaan 21-25. Saya hanya bermimpi saja bahwa dengan menyebutkan dalam nomor-nomor (seperti ibadah sunat yang ditanyakan) maka pertanyaan yang menegasi hubungan horisontal, tidaklah kalah pentingnya.

Tapi, kalau yang ini jangan ditanyakan :

  1. Sudahkah kita mencibir orang miskin dan mr. emprit di perempatan jalan sebagai pemalas?.
  2. Sudahkah kita melihat nenek atau kakek tua yang tiada daya, sambil lewat dan berbisik : “Kasian deh lu”, pasti nggak punya saudara!?.
  3. Sudahkah kita menerima daging kurban dan kita masak untuk sate, sambil ha..ha.. hi…hi.. dan bersyukur lumayan deh, tetangga kita hari ini kurban lagi?.
  4. Sudahkah kita makan di cafe atau di restoran mewah atau di Mc D sambil melupakan semua saudara-saudara kita yang kebanjiran, kesusahan, dan kehilangan tempat tinggal?
  5. Sudahkah kita menolak memberi pada yang meminta, entah saudara atau kawan sambil bilang : “Berdo’a saja. Insya Allah akan diberikan jalan olehNya. Lalu kita tidak mau mengingatnya lagi”.
  6. Sudahkah hari ini kita memaki pembantu kita karena telat membersihkan kamar tidur, telat menyediakan minum?.
  7. Sudahkah kita hari ini memaki pengendara motor yang menyalip seenaknya di depan kita?
  8. Sudahkah hari ini kita memaki-maki pemerintah, mulai dari ketua rt sampai presiden yang tak becus menangani banjir (sambil membuang sampah ke selokan). Seperti hari-hari biasa lainnya.\
  9. Sudahkah hari ini kita juga ikut bersedih karena saudara, tetangga, atau kita kena libasan banjir, sambil bersyukur :”untung gw kagak kebanjiran” atau “Alhamdulillah, nggak kena banjir sambil menyeruput teh panas?”
  10. Ataukah kita bersedekah dengan pikiran: “berzikir juga kan sedekah. Jadi ngapain mesti pakai uang segala !. Kan Allah mahakaya…”

Sudahkah kita hari ini untuk…. sudahlah… jangan terlalu sinis begitu. Nggak baik. Kayak sampeyan suka beramal saja, kayak orang islam itu kagak pernah mendirikan panti asuhan, bikin sekolah, atau pondok pesantren. Tahu nggak sih bahwa sekolah madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, atau aliyah itu hampir 98% adalah partisipasi masyarakat, sama sekali bukan negeri!. Berapa banyak sudah ummat berjuang untuk berdiri di atas kemampuan dan keikhlasan kolektif?.

12 Tanggapan to “Inikah Spirit Muslim?”

  1. allx said

    mungkin tuhan memang ada di atas kali ya, seperti kebanyakan orang bilang “…terserah sama yang di atas sajalah…”

    —-
    iya, dikiranya tuhan yang harus mengubah, padahal Allah juga yang bilang, tidak akan mengubah satu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada pada mereka sendiri (QS 8:53)
    tapi, karena sudah jadi kebiasaan kita termasuk saya bicara begitu, jadi sepertinya menjadi fatalis ya…

    Suka

  2. Dono said

    Ass,wr.wb, pak Agor,
    InsyaAllah, mudah-mudahan kita jangan mempunyai sifat2 yg sepuluh itu.
    saya dari sejak umur sepuluh th sudah pandai bersedekah, tidak bisa melihat orang susah.kadang2 klo saya berbelanja ama ibu, saya lihat orang minta2, saya pura2 minta duit ama ibu untk beli sesuatu, padahal tujuan saya untk orang minta2 itu.

    Marilah kita ingat saudara2 kita yg susah, ini adalah salah satu dari iman.

    Amin.
    Wassalam.

    —-
    Iya Mas Dono, saya juga sedang berusaha “menjadi” lebih baik, dan ingin menjadi lebih baik. Salam, agor

    Suka

  3. Siapakah yang pantas memberikan nasehat seperti itu? Adakah pribadi yang bisa ditarik sebagai garis kesejajaran dalam kehidupan ini?

    —-
    Siapakah?
    Menyerukan kepada kebaikan tentu saja oleh siapa saja. Bukankah : Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali yang mengikuti QS 103:3.
    Dan tentu saja, pribadi yang jadi tauladan ya nabi dong (QS 60:4, 33:21). Sepersekiannya dari suatu kesejajaran dalam kehidupan yang tentu sangat jauh dapat kita lakukan dibanding utusanNya. Namun, tidakkah titik acuan kita pada Rasul karena kalau kita mengambil si A, si B, si C adalah pelajaran lainnya buat kita, juga komparasi terhadap tokoh yang saat ini atau saat lalu ada dalam kesejajaran kehidupan ini?. Setuju kan Pak Urip?. Satu bagian, tentu kita bisa ambil dari Mahatma Ghandi, sebagian lain dari Ustad yang jadi tetanggaku, sebagian lain dari A, B, C. Secara keseluruhan ya dari Nabi…., salam untuk Pak Guru, agor

    Suka

  4. Bagus tulisannya pak,
    Perintah ibadah sholat di Al-Quran memang tidak pernah sendiri, selalu di ikuti dengan habluminanas, kasihanilah anak yatim dan fakir miskin.Pengertian saya beragama secara kafah itu tidak sekedar ritualnya tapi pelaksanaan dalam kehidupan sehari2, di rukun islam yang 5 itu sebagai sudah ada teorinya, lapar (puasa), zakat(berbagi). Kalau saja semua orang Indonesia sudah melaksanakan keduanya, beres kali krisis moneter yang berkepanjangan ini ya…?

    Iya Mbak Evyiv saya juga berpikir begitu ketika membaca pertanyaan-pertanyaan dari site tersebut. Wah, kalau semua bisa melaksanakan, saya kira, setengahnya saja, boleh jadi kita tidak miskin berkepanjangan. Apalagi kalau mimpi itu dikelola profesional…., agor

    Suka

  5. Betapapun nasehat dia bermanfaat jika diterima dengan hati yang terbuka, toh pemberi nasehat juga tak tertutup kemungkinan untuk dinasehati, indah sekali prinsip saling menasehati dalam islam. kesholehan vertikal dan horizontal sama2 penting adanya.


    Setuju 100%, bahkan yang menasehati jauh harus lebih waspada karena di sanalah produk kesombongan terbentuk. Alangkah indahnya jika kita bisa selalu bisa berlapang dada dalam usaha saling menasehati, tanpa terlalu dibebani pakaian yang dikenakan…. Salam, agor

    Suka

  6. passya said

    mati deh gue!!
    ketendang abisssss….makasih atas peringatannya..


    Sama Mas Passya, saya juga kena smack down, ternyata selama ini masih terlalu jauuuuuuh dari mengerti pelajaran yang diberikanNya.

    Suka

  7. paknewulan said

    Ya……..itulah. Menurut saya didunia ini kita mendapatkan dua PR, yaitu mencari bekal di kehidupan akhirat dan menjalani cobaan-NYa. Mencari bekal…..ya seperti yang vertikal itu……..mendapat cobaan……ya…kita dicoba saat kita sebagai pemimpin yang harus adil, saat kita sebagai bendahara yang harus jujur, saat kita sebagai yang berwenang agar tidak sewenang-wenang, saat kita kaya ya harus dermawan,saat kita miskin ya harus tetap berusaha……..dst…Intinya jangan sampai kita menyinggung perasaan dan hak orang lain….karena Gusti Allah Maha Pemurah, Pemaaf, Pengasih dan Penyayang….sedang manusia itu tidak !! Artinya para manusia akan menagih perbuatan kita…..kalau didunia tidak bisa….ya di akhirot lah saat mereka diberi kesempatan sama ALLAH……….
    @
    Amin Pak Newulan, nggeh… jangan mentang-mentang. Seperti kaos yang suka saya pakai buatan Dagadu Yogya : Jangan mentang-mentang berkuasa, jangan juga mentang-mentang tidak berkuasa….

    Suka

  8. […] di sini kita bisa menuangkan seluruh ide, gagasan, kritik dan saran yang bersifat destruktif atau konstruktif. Bukankah disini kita bisa memprotes bahwasanya FPI itu lebih sering bertindak anarkis dan semena […]

    Suka

  9. […] Jadi inikah spirit muslim? […]

    Suka

  10. […] Saya jadi ingat kembali catatan lama : Inikah spirit muslim?. […]

    Suka

  11. […] memang bukan Spirit Muslim, karena etos yang dikembangkannya bersifat universal tanpa kehilangan pekerti dan […]

    Suka

  12. […] itu dan agar segala aktivitas itu menjadi bernilai ibadah, maka mulailah dari basmallah”, tambahku bergaya […]

    Suka

Tinggalkan komentar