Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Al Qur’an Kok Tidak Sistematis Sih !?…

Posted by agorsiloku pada Februari 1, 2007

Dalam sebuah pertemuan persahabatan, saya bertemu dengan teman dari seorang rekan yang kebetulan beragama tidak sama. Beliau adalah seorang yang saleh dalam agamanya. Seorang pembaca yang ulung, penulis yang rajin, dan wawasan internasional yang patut diacungi jempol. Sebut saja dia itu Bujer.

“Saya sudah membaca Al Qur’an, tapi tidak selesai”, kata Bujer meyakinkan.

“Materi Al Qur’an bagus, tapi tidak sistematis. Ayat satu dengan yang lainnya bersimpang siur”. Bak hujan tercurah, kata-katanya mengalir deras, tumpah, tapi tetap santun.

“Nabi sampeyan itu, mengucapkan berdasarkan ingatan saja. Lalu ditulis atau disusun oleh penerusnya tanpa memperdulikan sistematikanya. Jadilah kitab sampeyan, kita petunjuk yang acak-acakan!. ”

“Untung beliau ini bukan orang Indonesia. Kalau orang dewek, sudah pasti kupanggil orang sekampung, lantas dikepruki beramai-ramai karena telah menghina agama saya yang saya agungkan ini”, seruku dalam hati. Tapi, kutahankan saja. Saya ingat, Nabi tidak pernah marah sama orang yang tidak mengerti. Saya pikir dalam alam kebebasannya berpikir, bisa saja dia menarik kesimpulan. Kesimpulan setelah membaca “kerumitan” Al Qur’an yang tidak sistematis, dan menunjukkan bahwa pengumpulannya tidak menggunakan metoda-metoda ilmiah yang memadai sehingga pembacanya akan kebingungan.

Untung dia lagi bertamu ke rumah. Kalau nggak, pulang tinggal nama (itupun kalau ada yang masih mengingatnya). “Halal sudah darahnya”, bisikku dalam hati atas ucapannya.

“Sudah berapa banyak membaca Al Qur’an?”, tanyaku :”Saya juga sudah kok membaca kitab sampeyan!” Jelasku mengimbangi. Memang, saya juga sudah baca sih, biarpun kali sama saja dengan dia. Nggak sampai selesai.

Sedikit-sedikit kujelaskan bahwa Al Qur’an adalah wahyu Allah. Allah lah yang membuat kitabNya tidak sistematis dalam pandangan manusia, dalam pandangan metodologi sistematika berpikir Barat. Al Qur’an seperti itulah yang memiliki keseimbangan sempurna. Lalu, sedikit kami jelaskan bla-bla-bla dan blur-blur-blur.

Kami jelaskan juga logika sistematika manusia dengan logika sistematika Tuhan itu beda. Ambilah contoh, misalnya surat tentang besi (Al Hadid), tersusun sejak dari ayat sampai materinya merupakan penjelasan tabir ilmu yang diwahyukan untuk orang-orang berakal.

Juga, kami jelaskan terpatah-patah beberapa hal lainnya mengenai penciptaan alam semesta yang tentu saja beliau sudah mengenalnya. Kami ceritakan pula bahwa Al Qur’an menjelaskan tentang fenomena kecepatan cahaya. Dia agak sedikit terpukul menerima penjelasan ini, dan berjanji lain waktu akan membaca lagi lebih seksama. Dalam hati, saya berharap, mudah-mudahan bukan sekedar basa-basi. Dia itu memang cukup tahu juga mengenai Al Qur’an dan proses pengumpulannya, meski saya lebih yakin bahwa dia membacanya melalui jalur yang keliru.

“Di bagian manapun sampeyan membaca, pada beberapa ayat Al Qur’an, dipastikan akan bertemu dengan pengertian-pengertian tentang keesaan Allah dan tuntunan agar mengabdi, bersyukur padaNya”.

Sistematika yang dibuat Allah itu berbeda dengan sistematika manusia. Kalau pabrik buatan manusia, maka akan terbuat satu mobil dan semua mobil harus sama, mesinnya harus begini, remnya harus begitu, karoserinya begini. Dan ribuan atau puluhan ribu mobil punya sifat dan karakteristik yang sama. Tidak bisa sebuah pabrik mobil setiap mengeluarkan satu jenis mobil dengan ragam variasi. Tiap variasi harus memenuhi standarnya masing-masing. Kalau Allah menciptakan, tidak ada yang harus sama dan tidak akan sama. Tidak ada satupun manusia yang benar-benar sama. Setiap sesuatunya unik. Jadi, maksud saya, cobalah berpikir pada keagungan berpikir acak yang merupakan satu rangkaian yang sempurna. Dan di bumi ini sudah milyaran manusia tercipta. Pabrik manusia, bukan pabrik karoseri Jepang atau Amerika. Semua bentuk produk harus memenuhi standar kualitas, tidak terkait dengan hubungan sebab akibat yang kompleks dalam susunan jagat raya. Allah mencipta dan berwahyu, tentu saja tidak sama dengan ciptaanNya berpikir dan berujar. Nah, begitu pula Al Qur’an.

Al Qur’an itu menjelaskan dalam satu kaidah-kaidah yang tidak memungkinkan siapapun dapat meniru. Allah menantang pada jin dan manusia, buatlah ayat serupa kalau mampu. Jadi, perlu digunakan logika kesalehan, pemahaman struktur yang berbeda dengan sistematika produk berpikir manusia. Dan masih banyak lagi tabir yang belum terbuka dari keseluruhan pemahaman manusia atas Wahyu Illahiah ini. Sampai detik ini, Al Qur’an semakin tampak cahaya kebenarannya, justru dengan semakin meningkatnya ilmu dan pengetahuan manusia. Tak bisa satu ayatpun ditelikung dari Al Qur’an. Allah sendiri menjaminnya, sehingga bisa terjaga sempurna selama belasan abad. Ini bukan sekedar “percaya saja”, tapi kesempurnaan struktur yang terbangun pada rangkaian ayat dan penomoran, serta pembahasannya telah mengagetkan begitu banyak pemikir di akhir abad ini.

Jadi cobalah berpikir dalam sistem, dalam keseluruhan sistem, jangan menggunakan metoda yang diciptakan manusia. Pahami pesanNya, bukan mengkritikNya. Kira-kira begitulah pesanku. Kami tidak dibiasakan berpikir menurut kami bagaimana, tapi kami berpikir dan berusaha memahami pesanNya. Ini menimbulkan keharusan, bahwa segalanya akan kami kembalikan pada pemahaman pesanNya, dan tidak mau kami mengingat berdasarkan, menurut kami konteksnya begini, begitu.

Waktu menjelaskan memang tak terlalu banyak. Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kami terangkan. Namun, mudah-mudahan yang sedikit itupun ada maknanya. Siapa tahu, kalau sudah lebih mengerti, maka teman ini menerima hidayahNya sehingga bisa menjadi seorang beriman. Kalaupun tidak, itu urusannya. Kami (rekan-rekan dan saya) hanya dapat menyampaikan apa yang kami ingat saja.

Kami sendiri yakin, bila kemudian dia membacanya membuat analisis dan perbandingan- perbandingan, maka kawan ini akan mengerti bahwa Al Qur’an tersaji sebagai fakta berpikir yang menunjukkan sistematika yang lebih pantas dikatakan sebagai mujizat.

Lebih dari itu, kemudian saya bertanya :”kalau sudah tahu!”, Lalu apa?. Sekedar membanggakan sebagai mujizat?, meningkatkan daya persuasi untuk menghabiskan seluruh waktu di masjid, lupa dunia?, melecehkan keyakinan yang berbeda?, beramal shaleh lebih giat?, bersuara lebih keras?, meningkatkan jumlah sedekah? atau apa yang kamu perbuat setelah semua yang kamu yakini menjadi yakin benar-benar?. Atau yakin sudah bakal masuk surga?.

26 Tanggapan to “Al Qur’an Kok Tidak Sistematis Sih !?…”

  1. Dono said

    Ass,wr.wb, pak Agor,
    Sebaik-baiknya insan adalah yg memegang Al Qur’an dan beriman padanya.
    masih ingatkah pak Agor pada saat rasul Allah didatangi oleh kaum Badui?
    Mereka mengatakan bahwa mereka telah beriman pada Al Qura’n? lalu Allah s.w.t berfirman; kamu belum beriman tapi sudah memeluk agama islam.
    Begitu juga dgn kaum Yahudi dan Nasrani, mereka tidak akan memasuki agama yg mulia ini karena hati mereka telah terkunci.Mereka sangat cemburu dan iri hati pada kekasih Allah ini yg telah datang dari tanah Arab.Mereka tidak akan menganggap diri mereka berdosa apabila tidak memeluk agama yg mulia ini, karena mereka beranggapan bahwa rasul Allah adalah orang ummi.mereka berpendapat bahwa merekalah yg sebenarnya kekasih Allah. Mereka tidak menyadari bahwa kekasih Allah yg sebenarnya adalah nabi Ibrahim a.s, beliau bukan Yahudi atau Nasrani. Beliau telah memegang agama Allah yg lurus ini. Barang siapa memegang agama yg lain selain Islam, setelah turunnya kebenaran dari sisi Allah s.w.t, tidak akan menyicipi surga Allah. Karena mereka berjalan dgn sombong dan congkak di muka bumi Allah ini dgn perbuatan bathil. Mereka akan lebih parah azabnya dari azab Firaun.

    Amin.

    Wassalam.
    —-
    Wass Wr.Wb. Trim’s atas tambahan infonya. Sudah Islam, tapi belum beriman?… pencerahan yang baik.

    Suka

  2. memang Al-Qur’an tidak sistematis menurut manusia. tapi bukankah Alqur’an dibuat untuk manusia. maka manusia jugalah yang harus membuatnya sistematis secara manusia, maka dibuatlah indeks, pengelompokkan pertopik agar pencernaan lebih gampang… itu juga menurut manusia.
    BTW sistematis itu bagaimana yah… *mode bego*

    —-
    sistematis bagaimana yah?, barangkali yang dimaksud teman dalam cerita di atas, sistematis seperti kita menulis tesis atawa skripsi. Sedangkan Al Qur’an memang tidak disusun begitu. Tapi, boleh jadi, karena itu pula maka lebih enak dipahami. Toh ringkasannya sudah biasa kita baca setiap sholat…., ngkali…

    Suka

  3. Pernah baca buku judulnya Matematika dalam Al-Qur’an”
    Isinya keren! Sejalan dengan posting yang ini…
    Yang jelas, kita semua harus benar-benar baca dan (mencoba) faham firman Allah dalam Al-Qur’an itu, gitu ya pak?

    ====
    Ya, betul. Sejak saya membaca Matematika dalam Al-Qur’an dan pembahasan-pembahasan sejenisnya, maka yang meributkan keshahihan Al Qur’an sebagai produk manusia, urutan ayat, ada penyembunyian ayat Al Qur’an, beda mushaf dan lain-lain tidak saya anggap lagi. Itu semua saya anggap menyesatkan saja. Saya juga lebih meyakini bahwa ini bagian dari : “Sesungguhnya, kamilah yang memelihara Al Qur’an.” Jadi saya merasa lebih mantap gitu. “Kebetulan” QS 74:30-31 menegasinya juga begitu. Jadi hati merasa lebih klop. Wass,agor

    Suka

  4. Untung dia lagi bertamu ke rumah. Kalau nggak, pulang tinggal nama (itupun kalau ada yang masih mengingatnya). “Halal sudah darahnya”, bisikku dalam hati atas ucapannya.

    bisa aja bapak ini, seandainya dia baca postingan bapak, semoga hidayah menghampirinya.

    Amin,
    😀

    Suka

  5. passya said

    kemarin saya katakan di sini:
    “….Kita dapat berargumentasi, berdiskusi membahas konsep ketuhanan. Kita juga bebas menggali rasionalisasi kitab-kitabNYA, mencoba mengungkapkan misteri surga neraka, dan rahasia di balik dosa pahala setiap perbuatan. Namun, setinggi apapun ilmu yang kita miliki, sebanyak apapun referensi yang kita baca, dalam proses pencarian itu semua harus dilandasi dengan keimanan”

    —-
    Betul, tidak ada kata lain, kecuali seperti Mas Passya sampaikan, saya hanya bisa angguk-angguk saja. Tanpa yang terakhir itu, tidak ada dan tidak perlu pencarian itu. Namun, juga saya ingin membatasi bahwa rasionalisasi yang dilakukan adalah mencoba memahami wahyuNya.

    Suka

  6. NolBuku said

    Saya sempat mengunduh dan membaca-baca tidak tuntas buku karangan Richard Dawkins “The God Delusion”. Selain menyerang ketuhanan dan konsep agama dengan kapasitas intelektualnya, ia juga menganggap Quran itu buatan Muhammad.
    Yang membuat saya jengkel (dan akhirnya mendelete-nya) adalah isi tulisannya yang (menurut saya) cukup ilmiah; dan andaikan saya bertemu muka dan berdebat dengannya, belum tentu dia yang akan berada di pihak yang tersadarkan.
    Menurut pengamatan saya, makin tinggi kemampuan intelektual dan filosofi seseorang, ada dua kemungkinan: menerima Qur’an, atau menunjukkan resistensi mati-matian. Tapi tidak untuk merujuk kelebihbenaran kitab lain.


    Saya belum (dan tidak berminat) membaca buku yang begitu, saya ingin mati-matian meningkatkan kualitas keimanan. Karena saya takut neraka, sedang gelap saja sudah bikin ngeri, apalagi neraka. Allahlah yang memberikan hidayahNya. Ogahlah kalau dikunci mati hati ini karena kesombongan (dan betapa tidak mudah menghilangkan kesombongan itu). Resistensi mati-matian ditunjukkan oleh tidak sedikit manusia dengan pengetahuan yang tinggi. Astagfirullah.

    Suka

  7. Kang Kombor jadi ingat bahwa akhir-akhir ini banyak yang merasa lebih mengerti isi Al-qur’an itu daripada Yang Berfirman. Mangkanya mereka bikin gerakan untuk mengontekskinikan Al-qur’an. Wong urusan UUD saja banyak yang nggak mau UUD 1945 dikontekskinikan melalui amandeman kok ada-ada saja yang mau mengontekskinikan Al-qur’an. Al-qur’an itu konteksnya abadi, nggak ada dulu nggak ada kini, kok mau dikontekskinikan… Oalah, jebule mung merga butuh menir nggo mangan. Nyuwun ngapunten Gusti, walopun dalem menika bodho lan cubluk, paringana ketakutan untuk mengontekskinikan Al-qur’an.

    Kang Kombor juga ingat, ada manusia yang merasa lebih mengerti fitrahnya sebagai menungso (menus-menus ra rumongso) dari pada Gusti Kang Murbeng Dumadi yang menciptakan manusia. Enek-enek wae dunia ini. Mikire pake atas lutut ya, Kang?

    Suka

  8. akang haji said

    ora sistematis piye tho kang-kaaangg…..mesti sing ngomong kalo quran itu tidak sistematis itu orang yang belum ngerti dengan al quran(seperti saya ini),tapi kalo mau distudy,al quran itu kan merupakan satu buku/kitab yang memang bener-bener ilmiah dan itu adalah dari alloh bukan bikinan/karangan manusia,yaitu satu buku/kitab yang bener-bener Methodis,sistematis,analitis,obyektif dan sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad sebagai satu pedoman untuk penataan hidup umat manusia didunia ini,kalo susunan al quran dikatakan acak-acakan itu pasti omongan ngawur,bisa dipahami bahwa surat dan ayat-ayat dalam al quran satu sama lainnya itu saling menjelaskan,contoh;al fatihah sebagai induknya yang merupakan gambaran umum dari isi kitab dijelaskan oleh surat-surat berikutnya yaitu surat -surat panjang sebagai keterangannya dan dirangkum dalam surat-surat pendek sebagai kesimpulannya,dan masih banyak contoh lainnya,bagaimana dengan buku/kitab lainnya yang hanya sekedar bikinan manusia dan mau dijadikan sebagai pedoman hidup…?bisakah nantinya dipertanggungjawabkan….?

    @
    🙂

    Suka

  9. Yang terhormat Bapak Agorsiloku,
    Al Quran tidak sama dengan Kitab suci.
    Kitab suci adalah 114 surat, 30 juz, 6666 ayat, sedang Al Quran adalah isi dari kitab suci sesuai Al Waaqi’ah (56) ayat 77-79 dan disebut Kitab Allah.
    Thawaf adalah sistimatis, sa’i adalah sistimatis, wukuf Arafah adalah sistimatis, mabit Musdalifah adalah sistimatis, Jamarat Ula, Wusta dan Aqaba di Mina adalah sistimatis. Ibadah Haji dan Umrah adalah fokus pembicaraan kitab suci yang ada dibenak I.Q Nabi Suci.
    Maka temukan dahulu maksud ibadah haji dan umrah seuai Al Baqarah (2) ayat 125, Ali Imran (3) ayat 96,97, Al Maidah (5) ayat 97 dan lain-lain ayat yang bersangkutan, baru akan terlihat sistimatisnya Al Quran sebagai isi kitab suci, sebagai siklus 10.000 tahunan kejadian tahapan agama-agama yang dibawa oleh manusia sejak Adam kembali lagi kepada Adam sesuai Al Baqarah (2) ayat 35, sampai Al A’raaf (7) ayat 27, Thaha (20) ayat 117.
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    @
    Tidak ada kitab yang lebih sistematis dan sempurna seperti Al Qur’an untuk orang-orang berakal dan beriman.
    Thawaf dan Sa’i, wukuf Arafah, Jamarat juga sistematis, menghubungkan garis-garis pemahaman bagi orang-orang beriman, antara melingkar (thawaf), sai (garis lurus) dan wukuf Arafah (titik diam).
    Jamarat Ula, Wusta dan Aqaba di Mina adalah sistimatis -> saya belum tahu penjelasannya bagaimana?.
    Wass, agor.

    Suka

  10. Yang Mulia Agorsiloku,
    Mengenai pertanyaan yang anda ajukan kepada kami sehubungan dengan tanggapan no.9, anda harus yakin bahwa kitab suci Nabi saw. telah menjanjikan akan datangnya hari-hari Allah sesuai Ibrahim (14) ayat 5 dan Al Jaatsiyah (45) ayat 14. dan diantaranya hari-hari Allah yang dijanjikan sebanyak tidak kurang dari 400 ayat adalah:
    1. Datangnya Allah dengan hari penjelasan takwil kebenaran kitab suci sesuai Al A’raaf (7) ayat 52,53.
    2. Datangnya Allah menjadikan Al Quran dalam bahasa asing ‘Indonesia’ selain dalam bahasa Arab sesuai Fushshilat (41) ayat 44.
    3. Datangnya Allah mewahyukan penyempurnaan isi Al Quran berkat do’a anda sesuai Thaha (20) ayat 114,115.
    4. Datangnya Allah membangkitkan ilmu pengetahuan agama pada era globalisasi sesuai Al Mujaadillah (58) ayat 6,18,22.
    5. Semua hari-hari Allah itu wajib ditunggu-tunggu dan jangan dilupakan, tetapi kenyataannya tidak ditunggu-tunggu, tetapi dilupakan dan wajib di-do’akan oleh semua umat manusia, terutama umat islam sendiri, khususnya umat islam di Indonesia, karena turunnya di Indonesia dan akan menjadi guru untuk manusia beragama seluruh bola atlas ini.
    Hal-hal seperti inilah yang kami maksud dengan tanggapan kami no.9.
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

  11. Untuk penjelasan seluruhnya dengan jelas dan gamblang hal-hal tersebut diatas, terutama perselisihan persepsi antara agama-agama dan pecah-belah dalam agama sebanyak 73 firqah sesuai Ar Ruum (30) ayat 32, Al Mu’minuun (23) ayat 53,54 dan Yudas 1:18,19,20,21; dimana Allah akan menjadikan satu umat beragama awal millennium ke-3 masehi, sesuai An Nahl (16) ayat 93, kami telah menerbitkan buku panduan terhadap kitab-kitab suci agama-agama berjudul:

    “BHINNEKA CATUR SILA TUNGGAL IKA”
    berikut 4 macam lampiran acuan:
    “SKEMA TUNGGAL ILMU LADUNI TEMPAT ACUAN AYAT KITAB SUCI TENTANG KESATUAN AGAMA (GLOBALISASI)’
    hasil karya tulis ilmiah otodidak penelitian terhadap isi kitab-kitab suci agama-agama selama 25 tahun oleh:
    “SOEGANA GANDAKOESOEMA”
    dengan penerbit:
    “GOD-A CENTRE”
    dan mendapat sambutan hangat tertulis dari:
    “DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA”
    DitJen Bimas Buddha, umat Kristiani dan tokoh Islam Pakistan.

    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

  12. haniifa said

    @SOEGANA
    Firman Allahu wa ta’ala:
    “…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya “SATU UMAT”, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu…” (QS 5:48)
    Kalau mas soegana mau mengingkari ayat tersebut, silahkan ingkari sendiri.

    Suka

  13. Fahmi Adestya said

    mas ihsanmufti jangan galak2 tar gantengnya ilang lho….
    mengenai mahkluk yang satu itu dia memang bener2 g tau suruh ke SD lagi kali ya….he..he…cleguk aduh batuk (gara-gara menghina orang ni..)begini temen-temen “Al-Qur’an adalah Sign bukan sain”Al-Quran itu petunjuk bukan buku ilmiah walaupun kenyataan Al-Quran terbukti Ilmiah g seperti kitab Tit…… keseleg lagi tar kalo gw omongin, apalagi Al-Quran kayak buku cerita yang isinya harus sistematis kayak kitab tit…. eee…mau kelepasan lagi dah. yang penting Kita tetep beriman karna udah terbukti dari segi matematika, ipa, bahasa, dll ya ga pak…..
    kekuatansuper@yahoo.com

    @
    😀

    Suka

  14. haniifa said

    @SOEGANA
    “Al Quran tidak sama dengan Kitab suci
    Kitab suci adalah 114 surat, 30 juz, 6666 ayat, sedang Al Quran adalah isi dari kitab suci”
    he.eh.ee.ee

    Al Quran adalah KITAB SUCI UMAT MUSLIM, yang isinya 114 Surah, terdiri dari 30 Juz, dan terdiri dari 6236 ayat (tampa basmallah) atau 6348 ayat dihitung dengan “Basmallah”.
    —————-

    Ooh saya baru ngerti datangnya jumlah AQ 6666 ayat, maksudnya supaya ingat angka patgulipat “666” ?!
    666 Jadi ingat kelipatan “ENAM”.
    Bobot Abjad:
    a = 6 i = 54 q = 102 y = 150
    b = 12 j = 60 r = 108 z = 156
    c = 18 k = 66 s = 114
    d = 24 l = 72 t = 120
    e = 30 m = 78 u = 126
    f = 36 n = 84 v = 132
    g = 42 o = 90 w = 138
    h = 48 p = 96 x = 144

    666 patgulipat = “Dr. Kissinger”

    Jumlah Ayat 6666 – (Milinium ke 3 x 2)

    Menurut mas jumlah Ayat: 6666
    Hingga Milenium ke-3×2 : 3000 x 2
    ———————————- (-)
    6666 – 600 = 666

    k = 66
    i = 54
    s = 114
    s = 114
    i = 54
    n = 84
    g = 42
    e = 30
    r = 108
    ——–+
    Kissinger = 666

    Mas Soeganda kalo kasih soal yang mudah donk!!,
    Saya rada “ooN” eh..maksudnya OOT eha apa yach nich ~!@#$

    Suka

  15. haniifa said

    eh 6666 – 6000 = 666

    Suka

  16. Cepot Gorbachev, Pembau Pepsi Tinggal 3 milli liter Masa-sich.
    —————————————————————-
    Gratis… gratis… gratissss 😀
    Silahkan berkunjung rame-rame, murah dan meriah di:

    Bacaan gratis := http://haniifa.wordpress.com

    “@mas Eka main Catur bari sila, dengan lawan tunggal @mba Ika”
    Penonton := Gratis… tis !!
    Kecuali sambil sbb:
    “Minum Pepsi Cola gratis, setelah minum bayar dunk… “

    Tersedia ditoko-toko dan kios-kios terdekat :
    ________________________________________________
    Jl. Carisendiri -C, Bandung-Jakarta-Sumatra
    (Bus Trans Sumatra… 😀 )
    Telp. 062-00-007
    Fax. 061-00-007
    Email. “GUNDUL-GUNDUL PACUL” Susuganan Kayak Celengan 😀

    Cepat-cepat, siapa Cepat baca buku si Cepot siap Copot 😀
    (Apa nyang dipandu wong… pasang iklan dikoran aja bokek…)
    —————————————————————-

    PratPretProt,Cepot Gorbachev, Pembau Pepsi Tinggal 3 milli liter Masa-sich.

    Suka

  17. Aburahat said

    Sebenarnya Alqur’an akan merupakan pentunjuk bagi kita Manusia didunia dan akhirat. Didunia ttg Ilmu Dunia dan utk Akhirat Ilmu Akhirat. Klu saja kita tdk berselisih mengenai tafsirnya. Sayang penjelasan Rusulullah yg begitu manfaat hilamg begitu saja oleh tangan2 yg jahil

    Suka

  18. Hei… 8) “GUN” and “JIL”…. eh salah… “JIL”-“GUNDUL”

    Punten nyah, Kang Cepot Gorbachev hitut tadi…

    Perepeetttttt, PROT’s… duh aya bukuran geuning !!! 😀

    Suka

  19. Cepot nyelepot: “Reng… Gareng… na kamana si JIL teh ?!”
    Gareng garing: “si JIL teh… anu Jelema Ilmuna Lieur tea ?!”
    Cepot nyengir: “Heu…ehn, ari Garong…eh.. Gareng”
    Gareng gerung: “Kapan ku maneh dihitutan… jadi ayeuna keur di UGD”
    Cepot lieur: “Naon ari UGD… ”
    Gareng bageur: “UGD… teh Uganda… oyon :P”
    Cepot nyimpul: “Paingan mas@Ganda mirip kang@Idi-Amin

    Nyambung ka carita “SI CEPOT NYEMPOT”….

    Suka

  20. […] manusia untuk melakukannya.Tidak sedikit orang atau analisis model yang memberikan judgment bahwa Al Qur’an tidak sistematis dan sebarannya tidak mencerminkan dunia sains.  Namun, kalau melihat gambaran kesetimbangan yang […]

    Suka

  21. […] yang nuansanya masih sama yaitu penyebaran dan pengkaburan yang merugikan umat Islam, namun dengan satun dan bijak beliau menanggapi komentar tersebut : Yang terhormat Bapak Agorsiloku Al Quran tidak sama dengan Kitab suci. Kitab suci adalah […]

    Suka

  22. Alqur’an itu bayangan cermin dari, Taurat, Jabur, Injil dan tentu saja sistematis. Sebagai contoh saya masukan tafsir Qur’an dengan disiplin ilmu, yang sesuai dengan hasil para ilmuwan, sekaligus telah dibuktikan dengan mesin pemercepat zarah. Inilah tafsirnya :

    Tafsir Alfatihah 1-7

    Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

    Ayat 1. Puji bagi Alloh pencipta alam. Karena di awal penciptaan telah membangun Tuhan (Hukum) dan menyerahkan kekuasaan atas alam ciptaannya kepada Tuhan sebagai penguasa semesta alam.
    Ayat 2. Alloh itu Akal bermoral pengasih-penyayang.
    Ayat 3 Sedangkan Tuhan Alloh yang dibangunnya ialah Hukum Akal sebagai hukum evolusi sebab-akibat yang membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya. Tetapi di hari akibat, Hukum Akal menguasai seluruh alam ciptaan dan berkuasa melaksanakan peradilan dengan memberi pembalasan setimpal terhadap setiap diri berdasarkan moral perilaku-perbuatan dirinya tanpa pembela dan tanpa penolong.
    Ayat 4. Sebagai tanda terimakasih karena diciptakan (diberi kesempatan hadir dan hidup), kami bangsa akal yang menjadi katalisator penciptaan berjanji, hanya kepada Engkau (Hukum Akal) kami akan mengabdikan hidup, dan hanya kepada Engkau (Akal) kami akan meminta pertolongan.
    Ayat 5. Sedangkan kami bangsa rasa sebagai bahan jasad berjanji, setelah jadi makhluk wujud kami akan minta ditunjuki jalan hidup yang lurus kepada bangsa akal penghidup-pembangun jasad dan pemroses perilaku-perbuatan jasad kami.
    Ayat 6. Jalan lurus adalah jalan orang-orang yang beruntung, karena telah menggunakan nikmat akal tinggi yang Engkau (Alloh) anugerahkan kepada mereka.
    Ayat 7. Bukan jalan mereka (bangsa rasa) yang merugi sebab menolak akal tinggi sehingga dimurkai Alloh, dan bukan pula jalan mereka (bangsa rasa) yang menganut hukum rasa-jasad sehingga tersesat dalam perjalanan hidupnya.

    Tanggapan Ma’mun, Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat

    Ma’mun : “Saya tertarik pada Qur’an tafsir ilmu di atas. Tetapi ada beberapa pertanyaan yang ingin disampaikan.
    Pertama, pada terjemahan-terjemahan Qur’an, termasuk dalam Qur’an terjemahan Depag RI, kata bismillaahir rohmaanir rohiim masuk ayat 1, tetapi menurut tafsir Anda, kata itu di luar 7 ayat Alfatihah. Apa alasannya?.
    Kedua, pada ayat 1 Anda membedakan arti Alloh dengan Tuhan (Hukum). Apa alasannya?
    Ketiga, pada ayat 2 Anda menafsirkan Alloh adalah Akal yang bermoral pengasih penyayang, apa alasannya?.
    Keempat, pada ayat 3 Anda menyebutkan, bangsa akal adalah katalisator (zat pemroses yang tidak terpengaruh dan rusak oleh yang diprosesnya). Bukankah itu berarti bahwa pencipta makhluk wujud sebenarnya bukan Alloh tetapi bangsa akal sebagai makhluk ciptaannya juga seperti dikatakan pada ayat 4?.
    Kelima, pada ayat 5 diketahui, ternyata kita makhluk wujud adalah bangsa rasa, dan akal bukan milik kita tetapi nikmat Alloh yang dianugerahkan kepada makhluk wujud seperti disebutkan ayat 6-7, sehingga penciptaan jadi rasional. Karena itu saya minta penjelasannya.

    Jawaban

    Sandie : “Tafsir Qur’an ini menggunakan sunnah Muhammad. Sunnah Muhammad bukan hadits, tetapi pola qisos (pasangan saling mengekalkan) disiplin ilmu. Dirumuskan Nabi Muhammad dari quantum leap (lompatan bundel di cermin-P), dan dipakai sebagai pola menyusun ayat-ayat Qur’an. cermin-P adalah hukum keseimbangan rasa dan jasad yang berpusing 2 mc2. Pembuktian mesin pemercepat zarah (particle accelerator) fisika nuklir menyatakan, lompatan bundel-bundel terjadi ke 3-arah, yaitu: belakang-ke-depan, sisi-ke-sisi, dan naik-turun.
    Pertama. Bismillaahir rohmaanir rohiim adalah bundel belakang (moral) membangun bundel depan (hukum) yaitu alfatihah (pembuka hukum induk Qur’an atau moral hukum penciptaan), sehingga tidak bisa tidak harus dipisahkan dari kelompok ayat yang dibangunnya. Anda sendiri bisa melihat pada surat-surat selanjutnya dalam Qur’an, yang selalu dimulai dengan bismillaahir rohmaanir rohiim terpisah dari ayat-ayat dalam suratnya.
    Kedua. Ayat 1 adalah lompatan belakang-ke-depan. Menjelaskan awal penciptaan, yaitu: Alloh Pencipta (bundel belakang: moral Alloh) membangun Tuhan (bundel depan: Hukum) sebagai penguasa semesta alam. Rosul Muhammad memuji Alloh, karena Dia telah menyerahkan kekuasaannya (ambisinya) atas alam ciptaan kepada Hukum.
    Ketiga. Ayat 2 menjelaskan jatidiri Alloh yang menciptakan alam dengan ilmu. Sebab segala sesuatu dalam alam berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi benda dan dari sebab ke akibat. Bila proses evolusi itu dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, maka seluruh penciptaan akan dapat dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu. Karena alam diciptakan dengan ilmu, maka penciptanya yang oleh Rosul Ibrohim disebut Alloh, pasti Akal. Ternyata dari lompatan bundel diketahui bahwa Akal itu adalah Moral Pengasih-Penyayang. Itu pula alasannya, mengapa bismillaahir rohmaanir rohim harus dipisahkan dari Alfatihah 1-7.
    Keempat. Ayat 3 menjelaskan hasil penjejakan mundur yang memberitahu. Sebelum penciptaan, Alloh hadir berjasad sendirian tanpa ditemani apapun dan siapapun. Disiplin ilmu menyatakan, untuk menciptakan sesuatu (makhluk = pasangan hidupnya = isterinya), Alloh memerlukan bahan. Artinya, isteri (pasangan hidup) Alloh seperti dikatakan Annisaa’ 1 adalah bahan seluruh makhluk (alam dan segenap isinya). Karena tidak ada bahan, maka Pencipta membuang jasadnya untuk dijadikan bahan makhluk (isteri Alloh) berupa rasa ke permukaan ruang. Setelah jasadnya dibuang, Pencipta lenyap tanpa wujud. Di tempat lenyapnya, muncul thermonuklir raksasa (pelita besar: Annuur 35) yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung. Hasilnya adalah para zathidup yang mengalir kepada bahan (rasa keadaan negatif pusingan jenuh).
    Itu berarti, Alloh adalah Dzat Mahahidup. Karena Dzat Mahahidup itu Akal, maka para zathidup yang diciptakan dari dirinya sendiri adalah bangsa akal. Dalam Qur’an, tenaga aliran (tenaga-tambahan) bawaan zathidup itu adalah isterinya (quark yang jadi pasang-annya = rasa) sebagaimana dirumuskan Peter Higgs dengan sebutan zat-pembawa di medan Higgs. Artinya dalam Qur’an, tenaga-tambahan itu disebut para isteri bangsa akal.
    Hukum dasar fisika menyatakan, jika Dzat Sempurna menciptakan sesuatu, dia akan melandasi ciptaannya dengan kesempurnaan dirinya. Kesempurnaan diri Alloh terletak pada akalnya. Karena itu Alloh adalah Akal. Pembuangan jasad merupakan pengorbanan Alloh paling besar, sehingga membangun Tuhan Alloh (Hukum Akal). Lalu Alloh menciptakan katalisator dari akalnya sendiri, sehingga dapat dipastikan, katalisator penciptaan itu adalah bangsa akal sebagai zat penghidup bahan, pembangun jasad makhluk, dan pemroses perilaku-perbuatan makhluk. Dengan demikian jadi jelas, karena Dzat Sempurna itu Akal, maka landasan penciptaannya Hukum Akal, dan katalisator penciptaannya bangsa akal.
    Ketika para zathidup menghidupkan bahan (isteri Alloh), isteri para zathidup (tenagatambahan = lelaki) mencampuri bahan (menzinahi isteri Alloh = perempuan). Tenagatambahan adalah syarat dari Wolfgang Pauli untuk mempercepat pusingan (proses pemadatan) bahan pusingan jenuh (contoh, pusingan elektron pada orbitnya). Maka berlangsunglah pemadatan bahan melalui percepatan pusingan terus meningkat hingga ruang ke-100 (dera 100 kali, Annuur 2). Lalu terjadi ledakan besar supernova (supernova big bang), bukan hanya big bang (ledakan besar) seperti dirumuskan Allan Guth. Artinya, yang dimaksud lelaki dalam Qur’an adalah akal, sedangkan perempuan adalah rasa, sehingga arti lelaki dan perempuan menjadi nisbi. Kenisbian mendefinisikan, penganut hukum akal adalah lelaki, dan penganut hukum rasa-jasad adalah perempuan meski ujudnya lelaki.
    Ketika ledakan besar supernova terjadi, bagian kulit bahan menghambur ke atas dan berproses cepat membangun 3-dimensi ruang Syurga (alif-laam-shood, P1). Bagian hati bahan mengerut runtuh drastis dan lenyap dalam sekejap menjadi lubang hitam (blak hole), karena menumbuk cermin-T (Hukum Akal), dan dilontarkan ke ujud tampak jadi 3-dimensi ruang Fana (alif-laam-roo, P2). Sedangkan ruang kosong yang ditinggalkan bahan, diisi bangsa akal di ruang ke-80 (Albaqoroh 17-18, Annuur 4 = dera 80 kali). Membangun 3 dimensi ruang bayangan cermin (alam Ruh) dalam kesatuan khusus 3 dimensi hukum-akal-rasa (alif-laam-miim, P3), menghasilkan aksioma kedua ruang Haussdorff.
    Hukum Akal adalah hukum evolusi sebab-akibat. Dia membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya, sebagaimana diketahui dari lompatan bundel-bundel rasa ke 3-arah di cermin-P, menghasilkan penciptaan alam dan seluruh isinya. Tetapi di alam akibat, Hukum Akal berkuasa mengadili makhluk dan memutuskan perkara dengan memberi pembalasan setimpal menurut moral perilaku-perbuatan yang dilakukan masing-masing diri makhluk, tanpa pembela dan tanpa penolong.
    Ayat 4-5 adalah lompatan sisi-ke-sisi. Ayat 4 menjelaskan janji para zathidup di alam fitroh (bacaan subuh), ketika mengalir keluar dari keluarganya di Sidrotil Muntaha (pohon teratai = pusat alam) menuju bahan. Para zathidup menyatakan hanya akan mengabdi kepada Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang telah mengevolusikan penciptaannya, dengan mendirikan sholat (menegakkan hukum) dari awal penciptaan (matahari tergelinir keluar dari ufuknya di timur) hingga akhir kiamat. (tenggelam di ufuk barat = gelap malam). Sedangkan dalam membangun jasad makhluk dan memproses perilaku-perbuatan makhluk, mereka akan meminta pertolongan hanya kepada Alloh atau Akal (Al-Isroo 78).
    Ayat 5 adalah janji bangsa rasa (bahan makhluk wujud), juga di alam fitroh. Janji itu disebutkan pada lompatan naik-turun atau ayat 6 dan ayat 7, yaitu akan menggunakan akalnya membuka rahasia-rahasia alam untuk mencari kebenaran ilmu dan hukum-hukum yang benar, agar tidak dimurkai Alloh (Yunus 100). Sebab akal setiap diri makhluk adalah tali penghubung dirinya dengan Alloh. Mereka yang menolak akalnya berarti menolak tali penghubung dengan Alloh, sehingga jadi makhluk yang jalan hidupnya sesat.
    Dari uraian itu jelas sekali, hukum penciptaan adalah hukum qisos (pasangan saling mengekalkan, kekekalan massa dan tenaga) antara Kholik (Pencipta = Akal, ayat 1-3) dengan makhluk (alam dan segenap isinya = bangsa rasa, ayat 5-7), yang oleh Rosul Muhammad hukum qisos itu disebut hukum pembalasan seimbang.

    Tafsir 1a. Al-Baqoroh 1-5

    Komponen Akal dari Dimensi Akal
    Ayat 01. Alif-laam-miim = hukum-akal-rasa = negatif-nol-positif.
    Ayat 02. Kitab Alloh (alam peragaan = alam Fana) ini diciptakan Akal dengan ilmu yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi benda-peristiwa wujud, penuh dengan kejanggalan-kejanggalan tampilan. Maka tidak diragukan lagi (tidak ada keraguan padanya), alam Fana dengan berbagai kejanggalannya merupakan petunjuk bagi mereka yang takwa (mematuhi Hukum Akal).
    Sebab proses evolusi memberi alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, dari bahan apa dibuatnya, apa unsur-unsur perusaknya, dan bagaimana nasib akhirnya. Dengan demikian, bila dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, seluruh penciptaannya akan bisa djelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
    Ayat 03. Dari tiga kebenaran yang dianut manusia di muka Bumi dapat diketahui. Mereka yang beriman kepada Akal sebagai Pencipta tanpa wujud (yang ghoib) ialah penganut kebenaran korespondensi. Sebab kebenaran korespondensi menyatakan: Kebenaran harus selaras dengan fakta, sejalan dengan kenyataan, dan serasi dengan bukti penelitian.
    Dengan demikan jelas sekali, orang-orang beriman adalah para ilmuwan yang mendirikan sholat (menegakkan aturan hukum akal), sebab tidak dapat menerima kebenaran-kepercayaan yang janggal-janggal tidak masuk akal dan tidak adil. Dalam perjalanan hidupnya, mereka selalu berusaha membuka kejanggalan-kejanggalan yang diperlihatkan alam, dan menafkahkan sebagian perolehan rizki (harta-ilmu) hasil pencariannya yang kami (hukum-hukum ruangwaktu) anugerahkan kepada mereka.
    Ayat 04. Para ilmuwan pembuka kejanggalan-kejanggalan alam terdiri dari dua jenis, yaitu para akademisi yang memperoleh gelar sarjana-master-dokter-profesor dari sekolah, dan para ummi (kaum moralis penganut kebenaran akal) sebagai ilmuwan amatir. Dua kelompok ilmuwan ini iman (percaya) kepada kitab petunjuk Muhammad (Qur’an) yang telah diturunkan Tuhan Alloh (Hukum Akal) kepada kamu (makhluk wujud otak tinggi), dan percaya kepada kitab-kitab petunjuk para rosul lain (Taurot-Zabur-Injil) yang telah diturunkan para rosulnya kepada manusia sebelum generasi kamu.
    Dengan meneliti kitab Alloh (alam peragaan) dan mempelajari kitab-kitab petunjuk para rosul, mereka mengetahui bahwa alam diciptakan dalam hukum evolusi dari sebab ke akibat, sehingga akan terjadi proses kiamat sebagai pembalikan ruangwaktu, dan dirinya akan dibangkitkan kembali di hari akibat untuk memenuhi hukum qisos (hukum pasangan saling mengekalkan = hukum pembalasan seimbang) penciptaan antara Kholik dan makhluk (alam dan seluruh isinya).
    Ayat 05. Hukum Akal yang jadi hukum penciptaan ialah hukum qisos (pasangan saling mengekalkan) karena untuk menciptakan makhluk, Akal (Alloh) telah membuang pasangan dirinya, yaitu jasadnya (rasa) untuk dijadikan bahan makhluk (alam dan seluruh isinya), sehingga penciptaan ini merupakan pasangan saling mengekalkan antara Kholik (Akal = lelaki) dengan makhluk (rasa = perempuan).
    Karena Alloh Pencipta alam adalah Akal, maka para ilmuwan penganut kebenaran akal (kebenaran korespndensi) adalah orang-orang yang beriman kepada Alloh. Dengan berpegang kepada kebenaran akalnya, berarti mereka berpegang kepada tali penghubung makhluk dengan Alloh, sehingga dapat dipastikan, mereka (penganut kebenaran akal) itu akan tetap mendapat petunjuk dari Hukum Akal yang menjadi Tuhannya. Karena Tuhan Alloh ialah hukum pembalasan setimpal menurut perilaku-perbuatan, maka mereka adalah orang-orang yg beruntung karena akan mendapat pahala Syurga di hari akibat.

    Tanggapan Ma’mun

    Ma’mun: “Jawaban Anda terhadap pertanyaan saya tentang tafsir Alfatihah, sangat mengejutkan. Ternyata ayat 1-7 Alfatihah itu disusun Nabi Muhammad dengan rumusan fisika quantum yang ditemukan oleh banyak kosmologiwan dunia. Itu berarti, tafsir yang sekarang pun merupakan rumusan fisika. Karena itu ada beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan pada tafsir Albaqoroh 1-5 sekarang.
    Pertama. Mengapa dalam menafsirkan Albaqoroh itu Anda mengambil lima ayat?. Saya minta alasannya.
    Kedua. Sebelum menafsirkan, Anda mencantumkan komponen akal dari dimensi akal pada lima ayat itu. Apa alasannya?.
    Ketiga. Ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa seperti dijelaskan dalam Alfatihah adalah alif-laam-miim Ada dua pertanyaan yang perlu disampaikan.
    1) anda mengartikan alif-laam-miim dengan negatif-nol-positif. Apa alasannya?;
    2) dalam Al-Hijr ayat 87 dikatakan, 7 ayat Alfatihah itu selalu dibaca berulang-ulang, sehingga para ulama mengatakan 7 ayat itu dibaca berulang-ulang dalam ritual sholat 5 kali sehari-semalam, yang berarti ritual sholat itu benar adanya, padahal menurut Anda, sholat adalah aturan hukum. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?.
    Keempat. Uraian ayat 2 sudah jelas. Tetapi pada ayat 3 ada tiga pertanyaan:
    1) sejalan dengan Alfatihah ayat 3, tanpa wujud Alloh diambil dari An-Nuur 35. Saya sulit menangkap arti ayat itu, apa Anda bisa memasukkan tafsirnya?;
    2) anda menyebutkan tentang tiga kebenaran yang dianut manusia, tetapi yang Anda sebutkan hanya kebenaran korespondensi. Saya kira yang dua kebenaran lagi perlu dijelaskan agar kita tahu, kebenaran apa yang salah atau sesat dianut manusia menurut Akal;
    3) dalam menafsirkan Al-Fatihah 4-5, Anda mengambil rujukan Al-Isroo 78. Ketika saya buka, ayat itu ditafsirkan ulama sebagai perintah ritual sholat. Dari tergelincir matahari hingga gelap malam adalah ritual sholat dzuhur, asar, magrib, isya, dengan asar sebagai sholat pertengahannya, dan bacaan subuh = sholat subuh. Bagaimana cara Anda menjelaskannya?
    Kelima. Pada ayat 4 Anda menafsirkan ummi sebagai kaum moralis penganut kebenaran akal, sedangkan menurut agamawan, arti ummi adalah bodoh. Tetapi saya lebih setuju pada tafsir Anda setelah mengetahui bahwa sunnah Muhammad adalah pola qisos disiplin ilmu. Itu berarti, hadits bukan sunnah. Apa ada alasan penguatnya?;
    Keenam. Pada ayat 5 Anda membuka hukum qisos penciptaan. Ada dua pertanyaan:
    1) apa Anda bisa menjelaskannya secara awam?;
    2) apa Anda bisa menjelaskan hukum yang membuat pembalikan ruangwaktu? Soalnya, hingga sekarang bahkan ilmuwan dunia termasuk Einstein dalam Teori Relativitasnya belum tahu nasib alam raya, apa akan mengembang terus selamanya atau akan mengerut kembali ke awal penciptaan?.

    Jawaban.

    Sandie: “Pertama. Seperti telah dikemukakan, dalam menafsirkan Qur’an, saya memakai sunnah Muhammad. Sunnah Muhammad adalah pola qisos disiplin ilmu. Unsur-unsurnya adalah: Alalaq (rumusan akal), Alqolam (kejanggalan teknologi = pena atau gejala tampak), Almuzzamil (data ilmu), Almuddatstsir (simpulan pemimpin), dan Alfatihah (rumusan hukum). Pola ini berlaku dalam satu ayat, satu kelompok ayat, satu surat, satu kelompok surat, dan satu Alqur’an.
    Kedua. Dengan mengambil minimal 5 ayat berarti saya mengambil satu komponen yang terdiri dari lima unsur, atau seperlima dari dimensi akal. Artinya, minimal 5 ayat selanjutnya adalah komponen pengetahuan (kejanggalan tampilan atau dibalik tabir sebagai petunjuk) dari dimensi akal, lalu komponen ilmu (hasil penelitian lapangan) dari dimensi akal, kemudian komponen pemimpin dari dimensi akal, terakhir komponen hukum dari dimensi akal. Setelah itu, dalam urutan yang sama adalah dimensi pengetahuan, dan seterusnya. Itu adalah susunan ayat-ayat Qur’an rumusan Nabi Muhammad dalam pola qisos, sehingga seluruh ayat Qur’an disusun berpola simetri qisos. Pola simetri qisos inilah yang membuat ayat Qur’an jadi sempurna
    Ketiga.
    1) Negatif-nol-positif itu simetri tingkat sigma (pasangan akhir) segala sesuatu. Contoh: syurga-ruh-fana, wanita-banci-pria, elektron-netron-proton.
    2) Alfatihah itu induk = inti Qur’an = inti penciptaan, yaitu hukum moral yang dirumuskan Rosul Muhammad dari quantum leap (lompatan bundel-bundel) di cermin-P (hukum keseimbangan rasa dan jasad) = batas alam Ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi. 7-ayat itu dijabarkan jadi Albaqoroh (hukum), Ali Imron (bangsa akal sebagai katalisator = lelaki), dan Annisaa (rasa atau bahan = perempuan) dalam kesatuan khusus 3-dimensi alam ruh, yaitu hukum-akal-rasa
    Para ulama menafsirkan 7-ayat yang dibaca berulang-ulang menurut bunyi tertulis. Padahal maksud ayat itu, dibaca berulang-ulang = dijabarkan berulang-ulang (Al-Hijr 87) dalam kelompok-kelompok ayat (komponen-komponen ayat yang setiap komponennya berisi lima unsur ayat, Al-Furqoon 32) hingga 30 Juz Qur’an. Itu alasannya, mengapa ayat-ayat Qur’an tidak diturunkan sekaligus, tetapi dalam kelompok-kelompok ayat. Sebab seluruh ayat Qur’an dirumuskan dari lompatan bundel-bundel sebagai akar ilmu penciptaan. Maka dapat dipastikan, Qur’an adalah Buku Petunjuk Kosmologi (ilmu asal ke-jadian segala sesuatu).
    Dari Alfatihah 1-7 diketahui. Ayat 1-3 (lompatan belakang-ke-depan) adalah hukum moral yang tidak berujud sehingga nilainya negatif. Ayat 4-5 (lompatan sisi-ke-sisi) ialah bangsa akal (negatif) sebagai katalisator penciptaan penghidup-pembangun bangsa rasa (positif), sehingga nilainya nol. Ayat 6-7 (lompatan naik-ke-turun) adalah bangsa jasad yang berujud sehingga nilainya positif.
    Dilihat dari lompatan bundelnya, Alfatihah dirumuskan Nabi Muhammad dalam Rukun Islam sebagai falsafah peradaban Islam, yaitu: belakang-ke-depan (moral pengasih-penyayang membangun hukum sebab-akibat = syahadat mendirikan sholat); sisi-ke-sisi (tugas bangsa akal membangun kewajiban bangsa rasa = zakat membangun puasa); dan naik-ke-turun (pemimpin yang diangkat membangun kewajiban-tugas menyelamatkan-mencerdaskan-memakmurkan rakyat = haji membangun umroh). Dari uraian ini jelas, Rukun Islam bukan perintah Alloh, tetapi amanat-amanat Alloh yg diapresiasi dari quantum leap dan dirumuskan Rosul Muhammad menjadi janji manusia terutama para pemimpin (Al-Mu’minuun 8).
    Keempat. Untuk menjawab pertanyaan 1), berikut adalah tafsir An-Nuur 35.
    Sebelum penciptaan, Alloh hadir berjasad sendirian tanpa ditemani apapun dan siapapun. Untuk menciptakan makhluk (pasangan dirinya) memerlukan bahan. Karena tidak ada bahan, moral Alloh mengorbankan jasadnya untuk dijadikan bahan makhluk. Setelah jasadnya dibuang, Alloh yang tinggal Akal lenyap tanpa wujud (antirasa-antijasad). Di tempat lenyapnya Alloh pada awal penciptaan, moral Akal membangun Hukum Akal berupa gaya (sinar-tenaga) nuklirkuat untuk mengatur-mengendalikan ruang (langit) dan seluruh benda (bumi) pengisinya.
    Perumpamaan nuklirkuat itu seperti sebuah ruang kosong (alam ruh) berbentuk lubang, tetapi tidak bisa ditembus makhluk wujud karena merupakan gayatolak kosmis Newton. Di bagian dalam lubang terdapat pelita besar (thermonuklir raksasa). Pelita itu di dalam bola seperti kaca. Bola kaca itu bagai bintang yang berkilau.
    Bintang tersebut dinyalakan dari pohon (tungku nuklir) yang banyak berkahnya (sumber segala kehidupan). Pohon penghasil minyak zaitun (tungku nuklir yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung, menghasilkan aliran zathidup pembawa tenaga-tambahan berupa zarah gaung quark), yang letaknya tidak di timur dan tidak di barat, tetapi di tengah (di pusat) ruang, yang minyaknya (bahan berupa quarknya) saja hampir-hampir bersinar (berujud) meski tidak disentuh api (dicampuri tenaga-tambahan bawaan zathidup).
    Sinar di atas sinar (gaya nuklirkuat dan kecerdasan itu bertingkat-tingkat karena hambatan gaya-gaya vektor seperti nuklirlemah-elektromagnet-gravitasi dan politik-faham-agama). Akal membimbing sinarnya (kemampuan dan kecerdasannya) kepada siapa yang Dia kehendaki (penganut kebenaran akal). Begitulah Akal membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Akal mengetahui segala sesuatu.
    Ayat di atas menceritakan pusat alam (sidrotil muntaha = pohon teratai atau Rumah Alloh = Hukum Akal) berupa thermonuklir raksasa. Ketika aliran zathidup menumbuk bahan, berlangsunglah proses penciptaan karena percampuran (perzinahan) antara tenaga-tambahan bawaan zathidup dengan bahan seperti dijelaskan An-Nuur ayat 2-4, hingga terjadi ledakan besar supernova (supernova big bang) bukan hanya big bang seperti kata Allan Guth, menghasilkan 3-dimensi ruang ciptaan, yaitu alam syurga (P2, negatif), alam ruh (P3, nol), dan alam Fana (P1, positif) seperti dirumuskan aksioma kedua ruang Haussdorff.
    Jawaban pertanyaan 2). Menurut The Theory of Truth (Teori Tentang Kebenaran), dalam garis besarnya di dunia ini terdapat 3-kebenaran yang dianut manusia. Kebenaran pragmatis, yaitu kebenaran agama (kebenaran praktek ritual penyembahan jasad-benda-patung yang memuaskan perasaan). Kebenaran konsistensi, yaitu kebenaran politik (kebenaran kesepakatan rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi yang memuaskan jasad). Kebenaran korespondensi sudah dijelaskan di atas.
    Jawaban pertanyaan 3). Alfatihah itu hukum moral di alam Ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa atau 3-ganjil tanpa wujud (yang bersih mengisi ruang). Ia bukan alam wujud yang disebut kitab Alloh (Baqoroh 2). Karena itu, ayat 4 adalah bangsa akal sebagai katalisator dan ayat 5 bangsa rasa sebagai bahan di alam fitroh (waktu subuh sebelum pagi hari = awal penciptaan), sehingga yang diucapkannya (bacaan subuh) adalah janji fitroh. Dalam pola qisos, Al-Isroo 78 adalah cermin-C (kaaf) di alam ruh sebagai batas dari alam quark atau bahan berupa rasa = langit ke-78.
    Karena pasangannya gelap malam (matahari terbenam), menurut qisos, tergelincir matahari harus awal hari atau awal penciptaan (keluarnya matahari pagi hari di ufuk timur). Jadi, tafsir Al-Isroo 78 seharusnya janji fitroh: mendirikan sholat (menegakkan hukum) dari awal penciptaan (pagi hari) hingga akhir kiamat (gelap malam). Sedang sholat whusta atau sholat pertengahan bukan asar, tetapi magrib dan subuh sebagai pembalikan siang ke malam dan pembalikan malam ke siang
    Kelima. Pertanyaan Anda akan saya jawab dengan menyitir keterangan dalam pengantar Qur’an terjemahan Depag RI halaman 114 berikut: Pada mulanya hadits tidak dikumpulkan seperti Al-Qur’aanul Karim, karena banyak ucapan-ucapan Rasulullah yang maksudnya melarang membukukan hadits. Larangan itu antara lain tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Said Al-Khudri yang berkata: ‘Bersabda Rasulullah s.a.w.: Jangan kamu tuliskan ucapan-ucapanku! Siapa yang menuliskan ucapanku selain Al-Qur’aan, hendaklah dihapuskan, dan kamu boleh meriwayatkan perkataan-perkataan ini. Siapa yang dengan sengaja berdusta terhadapku, maka tempatnya adalah neraka’.
    Dengan berpegang kepada Al-Haaqqoh 40-42 yang menyatakan: ‘Sesungguhnya (Qur’an) ini perkataan rosul yang mulia, bukan perkataan penyair, dan bukan perkataan tukang sihir’, maka amat jelas, Rosul Muhammad melarang menuliskan-mengumpulkan-membukukan-menganut hadits, karena ucapannya adalah Qur’an, sehingga hadits harus dihapuskan. Siapa yang mendustakan larangan ini, Rosul Muhammad mengancam dengan penghunian neraka. Artinya, yang menuliskan-mengumpulkan-membukukan-menganut hadits dipastikan bakal masuk neraka.
    Keenam. Pertanyaan pertama sudah dijelaskan di atas. Pertanyaan kedua diperoleh dari tafsir An-Nuur 35. Ayat itu menyatakan, Hukum Akal adalah gaya nuklirkuat sebagai pengatur-pengendali 3-dimensi ruang semesta (syurga-ruh-fana). Gaya nuklirkuat memiliki sifat aneh. Karena gaya-gaya yang lain (nuklirlemah-elektromagnet-gravitasi), ketika benda yang diikatnya berdekatan, daya ikatnya sangat kuat, dan semakin menjauh benda yang diikatnya, daya ikatnya semakin lemah. Sebaliknya, keanehan gaya nuklirkuat ialah, ketika zarah-zarah yang diikatnya berkumpul berdekatan, daya ikat itu tidak ada, tapi semakin jauh zarah-zarah yang diikatnya, daya ikatnya semakin kuat. Pada regangan maksimum menjauhnya, gaya nuklirkuat akan menyeret balik zarah-zarah yang diikatnya agar berkumpul berdekatan kembali. Sifat aneh gaya nuklirkuat ini memberi petunjuk:
    1) Hukum Akal membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya, dibuktikan oleh tidak adanya daya ikat ketika berkumpul berdekatan;
    2) pada regangan maksimum menjauhnya, alam yang meloncat ke ujud tampak yang diikatnya, dia akan menyeret balik ke lubang bekas meloncatnya, agar berkumpul berdekatan kembali. Artinya, pembalikan ruangwaktu atau proses kiamat akan terjadi ketika pengembangan alamfana mencapai regangan maksimum yang terjadi pada usia 15 miliar tahun dalam ukuran garistengah 30 miliar tahun cahaya (regangan maksimum Bulan mengitari Bumi = 15 hari waktu purnama). Paul Dirac menyatakan, elektron yang meloncat ke ujud tampak akan jatuh cepat kembali ke lubang bekas meloncatnya.
    3) dalam peristiwa kiamat, alam Fana akan berkumpul kembali di alam Ruh (alif-laam-miim) dengan pasangannya alam Syurga (alif-laam-miim-shood), sehingga alam Fana menjadi Neraka (alif-laam-miim-roo).
    4) Orang yang beruntung masuk Syurga adalah yang meneladani moral pengasih-penyayang Alloh dengan membunuh-mengosongkan-membuang rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, sehingga dalam seretan kiamat akan menembus hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T-P) dan masuk jalur Ridwan menuju Syurga. Sedangkan penganut kebenaran pragmatis dan konsistensi (hukum ego manusia), dalam seretan kiamat itu akan terus berada di permukaan ruang (di alam rasa) karena memuaskan nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi-jasad, dan masuk jalur Malik menuju Neraka.
    The General Theory of Relativity (Teori Kenisbian Umum) Albert Einstein itu politisasi ilmu, bukan ilmu yang sebenarnya. Menurut teori skalar-tensor Pascual Jordan, dalam alam ada 4-kekuatan, yaitu gaya nuklirkuat, nuklirlemah, elektromagnet, dan gravitasi. Gaya nuklirkuat sebagai medan skalar alam semesta yang bergerak dalam kecepatan tanpa batas adalah tensor urutan 0 atau cermin-CPT sebagai mesin kerja alam. Akibat hambatan gaya-gaya vektor sebagai tensor urutan 1, menghasilkan listriklemah sebagai tensor urutan 2, diklaim jadi gravitasi Einstein yang bergerak dalam kecepatan cahaya sebagai medan skalar ruangwaktu.
    Tetapi menurut tangkapan saya, tensor urutan 2 ialah alamraya Wilhelm de Sitter, yaitu ruang berisi gerakan tanpa massa. Sebab ia gaya nuklirkuat (medan skalar alam semesta) yg telah dihambat gaya-gaya vektor, jadi gaya listriklemah (pusingan lubang hitam dalam kecepatan cahaya). Sedangkan gravitasi Einstein adalah salah satu vektor, karena sifatnya mengarah, sehingga tidak bisa disebut medan skalar (pusingan ruang). Kenisbian umum sendiri menyatakan, alamraya Einstein adalah ruang berisi massa tanpa gerakan.
    Itu berarti medan gravitasi Einstein bukan gerakan ruang dalam kecepatan cahaya. Tetapi hamparan ruang kasar alamfana yang bergerak kurang dari 100.000 km/detik. Sebab, ketika benda bergerak 100.000 km/detik dia akan dihantam-gencet gaya electromagnet di ruang kosong pada pusingan 100.000 km/detik, sehingga mengerut jadi sekecil atom dan masuk alam halus dalam hamparan medan electromagnet, bukan hamparan medan gravitasi lagi.
    Ketika Einstein mengumumkan teori kenisbian umum tahun 1917, langsung datang kritik dari Alexander Friedmann karena kenisbian umum tidak punya tetapan kosmologi. Maka Friedmann menyatakan, tanpa tetapan kosmologi, teori kenisbian umum tidak akan ada. Sebab alamraya Einstein ruang berisi massa tanpa gerakan, sedang tetapan kosmologi ialah gerakan ruang. Kenyataannya dalam alam hanya ada 4-kekuatan: nuklirkuat-nuklirlemah-elektromagnet-gravitasi. Sedang listriklemah gabungan dari nuklirlemah dan elektromagnet.
    Agar kenisbian umum diakui ilmu, Einstein terpaksa memunculkan gaya lambda sebagai tetapan kosmisnya, yaitu gravitasi menyeluruh Newton. Rupanya dia mau membuang tetapan kosmologi Newton. Padahal gravitasi menyeluruh Newton yang bergerak tanpa batas bukan gravitasi tetapi gaya nuklirkuat. Ketika Wilhelm de Sitter mengeluarkan rumusan alam gerakan tanpa massa (medan listriklemah), Einstein menuduhnya sebagai perampok rumusannya. Tetapi kebencian Einstein terhadap gaya lambda, membuat dia terus berusaha mencari jalan untuk membuangnya lagi. Usahanya berhasil setelah menggabungkan teorinya dengan rumus de Sitter tahun 1932, sehingga alamraya Einstein-de Sitter jadi ruang berisi massa dan gerakan. Lalu Einstein mengganti nilai lambda lebih besar dari 0, oleh lengkung K dan kepadatan p dari persamaan Friedmann-Lemaitre bernilai 0, sehingga teori big bang Allan Guth masuk dalam rumusannya Hasilnya, ruang mengembang dengan percepatan tetap q = -1.
    Pengubahan nilai lambda dilakukan untuk membuang alam ruh sebagai akar ilmu segala penciptaan. Dengan nilai lambda 0, alamfana tetap mandiri yang diketahui asal kejadiannya (dari big bang Allan Guth) sebagai geometri lonjong, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya. Untuk mengunggulkan rumusan kenisbian umum agar jadi kiblat para ilmuwan, tahun 1935 Einstein dan kelompoknya menyusun makalah bersama Einstein-Podolski-Rosen. Makalah itu membunuh kosmologi Newton, teori quantum Max Planck, dan Relativistic Wave Equation (persamaan gelombang nisbi) Paul Dirac.
    Mereka menyatakan, teori Planck tidak menggambarkan realitas nyata secara fisik, dan alam abstrak itu tidak berguna bagi kehidupan nyata. Padahal quantum Planck berhubungan erat dengan lompatan bundel sebagai akar ilmu penciptaan. Sedang persamaan gelombang nisbi Dirac yang diterima Einstein bukan x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas, tetapi yang x tidak = 0 dengan fungsi delta terbatas, sehingga alamfana jadi geometri lonjong ruangwaktu, sebagai alam mandiri yang diketahui asal kejadiannya dari big bang, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya.

    Suka

    • cekixkix said

      @Om Ajam
      Gue kagak ngarti jawaban elo ini:

      Anda sendiri bisa melihat pada surat-surat selanjutnya dalam Qur’an, yang selalu dimulai 😆 dengan bismillaahir rohmaanir rohiim terpisah dari ayat-ayat dalam suratnya

      Kheknya mesin pemercepat zarah nye macet total yeh… Cekixkix…kix..kix, soalnya di surat At Taubah kagak ada bismillaahir rohmaanir rohiim.

      Suka

  23. Al-Baqoroh 6-10

    Tafsir 1b. Komponen Pengetahuan dari Dimensi Akal

    Ayat 06. Pencipta yang oleh Ibrohim disebut Alloh adalah Akal, sehingga orang yang beriman kepada Alloh menurut petunjuk orang takwa atau rosul (pemimpin akal utusan Akal) adalah para penganut kebenaran akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Dengan demikian dapat diketahui, dari tiga kebenaran anutan manusia di dunia, orang yang beriman kepada Alloh itu penganut kebenaran korespondensi, karena anutan kebenaran mereka harus yang selaras dengan fakta, sejalan dengan kenyataan, dan serasi dengan bukti penelitian.
    Artinya menurut Alloh, orang-orang kafir adalah penganut kebenaran pragmatis atau dogma agama, yaitu kebenaran praktek ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah untuk mendapat ampunan-penghapusan segala dosa dan jaminan masuk Syurga yang memuaskan perasaan = pamrih), dan penganut kebenaran konsistensi atau kebenaran kesepakatan ego politik (kebenaran tipudaya rasa yang memuaskan jasad = ambisi). Sebab bagi penganut kebenaran agama-politik yang memuaskan rasa-jasad (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi) itu, tidak ada kebenaran lain kecuali kepentingan dirinya. Karena itu sesungguhnya tidak ada artinya, baik kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman juga kepada Akal.
    Ayat 07. Alloh adalah Akal yang menerapkan Hukum Akal pada segala ciptaannya. Karena itu ketika mereka menganut kebenaran hukum rasa-jasad, maka hukum itu telah mengunci mati peringatan akalnya dalam ruang hati dan pendengaran telinga mereka. Sedang penglihatan mata mereka ditutup oleh kepuasan rasa syahwat-angkara dan pamrih-ambisi jasadnya. Mereka tidak tahu bahwa akal adalah katalisator penghidup-pembangun jasad dan pemroses perilaku-perbuatan dirinya, sehingga dengan menutup-mengunci peringatan akalnya, maka bagi mereka adalah kebodohan yang menjadi siksa hidup amat berat. Sebab tanpa akal, otak tinggi mereka jadi tidak bermoral. Mereka tidak tahu benar-salah-baik-buruk-jahat-takadil, sehingga perilakunya jadi aneh-janggal. Perbuatan anarkis-brutal-biadab-mencuri-berzina-merampok-korupsi-membunuh-teroris dianggap sebagai jihad yang direstui Alloh.
    Ayat 08. Dari tiga kebenaran yang dianut manusia, anutan kebenaran agama pemuas rasa dan kebenaran politik pemuas jasad mendominasi kehidupan dunia Sebagian di antara mereka (penganut agama) mengatakan: ‘Kami beriman kepada Alloh pencipta alam dan kepada hari akibat. Buktinya, tiap hari kami menyanjung-memuja dan menyembahnya di mana pun kami berada’. Padahal sesungguhnya mereka bukan orang yang beriman kepada Alloh. Sebab yang disembah mereka bukan Alloh tetapi mayat (jasad-benda mati). Mereka tidak tahu samasekali sosok Alloh yang diimaninya, selain euceuk jeung euceuk. Soalnya di antara agamawan dan politisi tidak ada yang pernah melakukan penelitian terhadap alam ciptaan dan hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam itu. Keimanan mereka hanya retorika didasarkan pada dongeng para pemimpinnya dalam buku-buku agama seperti exodus-tripitaka-weda-bibble-hadits, dan diyakini sebagai penjabaran rosul-nabinya dari kitab suci Taurot-Zabur-Injil-Qur’an sabda Alloh atas petunjuk Alloh langsung.
    Ayat 09. Karena tidak ada agamawan-politisi yang pernah membuka-meneliti jatidiri Alloh, kebenaran agama-politik masing-masing yang mereka sebarkan setiap hari sejak pagi buta hingga malam larut melalui ceramah-khotbahnya tidak lain dari khayalan rasa otak tinggi, masuk akal tidak masuk akal harus diterima dengan penuh keimanan. Sebab yang mereka ajarkan tidak lain dari doktrin aturan-uu-hukum dogma buatan para ahli kitabnya (agamawan-politisinya) dengan memberi ancaman neraka, sehingga mayoritas manusia jadi pengikutnya karena takut masuk neraka. Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang beriman (penganut kebenaran akal). Padahal penyebaran doktrin yang dilakukannya, tanpa mereka sadari hanya menipu diri sendiri. Sebab sesungguhnya aturan-uu-hukum agama-politik yang mereka ajarkan adalah rekayasa otak tinggi mereka sendiri.
    Ayat 10. Alloh adalah Akal tanpa wujud, karena di awal penciptaan Dia telah membuang jasadnya untuk dijadikan isterinya (Annisaa 1) atau pasangan hidupnya, yaitu makhluk (alam dan seluruh isinya), sehingga Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang diterapkannya juga adalah hukum qisos (hukum pasangan saling mengekalkan antara Kholik dan makhluk). Hukum qisos adalah hukum sebab-akibat, membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya (Annuur 35), tetapi di hari akibat akan memberi balasan setimpal terhadap pilihan langkah itu berdasar moral perilaku-perbuatan diri tanpa pembela dan tanpa penolong (Alfatihah 3). Karena itu Muhammad menyatakan, hukum qisos adalah hukum pembalasan seimbang.
    Karena rasa yang jadi bahan jasad semua makhluk wujud adalah nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi, maka melalui bangsa akal sebagai katalisator penciptaannya, Alloh selalu memberi peringatan ketika makhluknya hendak berbuat dusta-salah-buruk-jahat-takadil agar mengurungkan kembali niatnya. Sebab di hari akibat akan mendapat pembalasan setimpal. Ketika peringatannya tidak digubris, sesuai dengan janji fitrohnya, akal tetap memproses menurut pilihan rasa-jasad makhluk sendiri. Itulah watak penyayangnya Akal (Akal).
    Artinya di dalam hati penganut agama dan politik terdapat penyakit kotor rasa-jasad, yaitu nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Karena peringatan akalnya selalu ditolak, maka Akal menambah penyakit kotornya dengan kebodohan (tidak tahu benar-salah-baik-buruk-jahat-takadil), sehingga perilakunya jadi anarkis-brutal-biadab lebih kejam dari hewan. Kebodohan itu bagi mereka merupakan siksa amat pedih, sebab sepanjang hidupnya selalu lapar-dahaga pada kehidupan dunia. Mereka telah mendustakan (tidak tahu samasekali) janji fitrohnya (Alfatihah 4-5, Alisroo’ 78), sehingga dengan serakah (menghalalkan segala cara) mengejar kepuasan rasa-jasadnya.

    Tanggapan Anda T Sugandi Cikutra, Bandung

    Anda : “Dengan mengacu pada tafsir Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 1-5, tafsir komponen pengetahuan (ayat 06-10) jadi amat jelas. Kalau pada tafsiran lalu yang ditanggapi Sdr. Ma’mun terkejut karena Alqur’an ternyata buku petunjuk kosmologi, sekarang saya lebih terkejut lagi karena Teori Relativitas Einstein bukan ilmu yang benar, tetapi politisasi ilmu. Kenyataannya, rumusan teori relativitas adalah hasil comotan Einstein dari rumusan beberapa ilmuwan. Gaya lambda lebih besar dari 0 tetapan kosmis Newton, gerakan lubang hitam ruangwaktu dalam kecepatan cahaya rumusan Wilhelm de Sitter. Big bang Allan Guth dicomot melalui pengubahan nilai lambda jadi 0, sebagai salah satu dari 3-jenis rumusan kurva Friedmann. Gravitasi Einstein yang mengendalikan alamrayanya (teori kenisbian umum) tidak lebih dari alam kasar ruangwaktu. Dalam hubungan itu, saya ingin tahu apa rumus perjalanan antariksa Einstein yang bisa kembali ke masa silam dan pergi ke masa depan benar atau salah?.
    Sedangkan dalam menanggapi Albaqoroh 06-10, masih ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan.
    Pertama. Pada ayat 06 Anda mengatakan bahwa orang takwa adalah rosul, dan rosul diartikan sebagai pemimpin akal utusan Akal. Apa alasannya? Sebab kalau rosul diangkat Alloh jadi utusannya berdasar pilih kasihnya, berarti mahaadil Alloh hanya retorika.
    Kedua. Semua agamawan menyebut benda-patung sembahan adalah berhala, tetapi pada ayat 06 dan 08 Anda menyebutnya mayat. Apa alasannya?.
    Ketiga. Pada ayat 07 Anda membedakan akal dari otak tinggi. Bagaimana menjelaskan perbedaannya?.
    Keempat. Saya lebih setuju tafsir Anda pada ayat 09 yang menyatakan ahli kitab adalah agamawan-politisi pembuat aturan-uu-hukum. Sebab perpecahan dalam agama-agama dan aliran-aliran agama terjadi karena perbedaan aturan-uu-hukum yang dianut mereka masing-masing dan cara ritual penyembahannya yang berlainan. Apa dalam Qur’an ada ayat yang menjelaskan kesalahan aturan-uu-hukum anutan mereka?”.
    Jawaban

    Sandie : “Pertanyaan awal Anda memerlukan penjelasan panjang. Para fisikawan menyebut geometri Euclides sebagai geometri parabol, untuk membedakan geometri lonjong dan geometri hiperbol. Ketika diterapkan pada ruang, geometri Euclides jadi ruang bundar. Menurut Einstein, ruang lonjong dan ruang bundar memiliki geometri yang sama, tetapi berbeda dalam pengertian berikut.
    Permukaan bundar sama dengan ruang bundar, sedang permukaan setengah bundar sama dengan ruang lonjong. Ketika diterapkan pada perjalanan antariksa, geometri ini menghasilkan hal yang ganjil. Bila pesawat mencapai setengah perjalanan ke antipode, ia akan lenyap dari pandangan, dan muncul di sisi lain dari alamraya. Pesawat menjauh tersebut tampak seperti mendekat. Ini terjadi karena ruang lonjong telah dikenal para ilmuwan sebagai keganjilan sejarah.
    Einstein menyatakan. Bila alamraya benar-benar lembut, ia akan bergiat sebagai lensa optik raksasa. Sebuah benda yang bergerak menjauh pada mulanya akan tampak mengecil. Ketika mencapai setengah perjalanan ke antipode mengecilnya akan berhenti, dan ketika bergerak lebih jauh, ia akan tampak membesar lagi. Semua daerah di antipode akan tampak membayang, seolah mereka berada dekat di daerah setempat. Orang-orang di antipode melihat kita seolah dekat kepada mereka. Sebaliknya, kita melihat mereka seolah dekat kepada kita.
    Yang dikatakan Einstein itu sebenarnya ufuk peristiwa (ufuk ruangwaktu = event horizon) yang terlihat dari alam malaikat sebagai layar televisi. Penglihatan itu telah dirumuskan Rosul Muhammad dalam Albaqoroh 30 (penglihatan dari alam lembut Syurga atau antipode) dan dalam Annajm 15 (penglihatan dari alam malaikat di alam Fana).
    Karena cahaya tetap berkeliling, kata Einstein, para penghuni ruang secara sinambung mengetahui apa yang mereka lakukan 2 jam yang lalu, 4 jam yang lalu, 6 jam yang lalu, dan seterusnya. Ini terjadi karena ruang antipode tidak ada, yang sejak lama telah diketahui sebagai keganjilan sejarah, dan lensa optik itu berlaku sebagai cermin pembalikan. Artinya, cermin-P itu menurut Einstein berlaku sebagai cermin pembalik benda-benda yang bergerak dalam kecepatan cahaya
    Disitulah letak politisasi Einstein. Dia menyatakan antipode (alam seberang} tidak ada, karena alamraya dalam Teori Kenisbian Umum adalah geometri lonjong. Dengan mengubah nilai lambda jadi nol, maka alamfana jadi alam mandiri (alamraya Einstein-de Sitter pusingan kecepatan cahaya) yang diketahui asal kejadiannya dari big bang Allan Guth, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya. Itu terjadi karena Einstein membuang gaya tolak kosmis (gravitasi menyeluruh) Newton yang disebutnya gaya lambda, sehingga Teori Kenisbian Umum tidak punya tetapan kosmis penyebab kelahirannya. Setelah dikritik Friedmann, baru dia memasukkan gaya lambda dalam rumusannya.
    . Karena perjalanan antariksa adalah gerakan, maka ruang bundar dapat kita misalkan bola Bumi yang berpusing. Bola Bumi terbagi dalam dua belahan, utara dan selatan, dengan garis khatulistiwa sebagai pembatasnya. Ruang lonjong adalah sebelah permukaan Bumi, utara atau selatan. Maka Bumi punya dua ruang lonjong berseberangan. Kita tinggal di belahan selatan, dan belahan utara alam seberang atau antipode. Antipode dinyatakan sama seperti belahan yang kita tinggali dalam ruang lonjong. Ketika diterapkan pada perjalanan antariksa, geometri ini menghasilkan hal ganjil kata Einstein. Sebab bila pesawat mencapai setengah perjalanan ke antipode (bila tiba di garis khatulistiwa), ia akan lenyap dari pandangan, dan muncul di sisi ruang seberangnya, serta pesawat menjauh itu tampak seperti mendekat (lihat gambar pada Jurnal Etos no. 3 tahun 1995: membuka kesalahan Einstein).
    Tafsir Einstein itu hampir sama dengan tafsir fisikawan nuklir atas cermin-CP. Sebab, zarah yang melanggar cermin-CP (melanggar garis khatulistiwa) dinyatakan sebagai makhluk asing dari galaksi-galaksi lain yang tersusun dari antibahan, namun penampilannya tidak berbeda dengan makhluk yang tersusun dari bahan. Artinya, di sini Einstein menyamakan cermin-T dengan cermin-CP.
    Geometri ruang lonjong adalah pembalikan ruang. Kita dapat membuktikan dengan mudah, dengan keluar rumah pada malam cerah, sehingga dapat melihat rasi-rasi bintang menaburi langit. Rasi Beruang Besar di belahan utara, oleh kita di selatan tampak terbalik dari penglihatan orang belahan utara. Karena garis khatulistiwa adalah hukum pembalikan ruang (cermin-CP) bola Bumi, rasi bintang yang oleh kita tampak di sebelah kiri, oleh orang di utara tampak di sebelah kanan. Tidak ada keganjilan sejarah. Yang pasti, karena kita melihat dari arah berlawanan dengan orang yang ada di utara atau di antipode.
    Kalau antipode tidak ada seperti pernyataan Einstein, sebutan pembalikan ruang atau penglihatan terbalik dari belahan seberang tidak akan ada, sebab tidak ada orang yang bisa membuktikannya. Hasilnya, bila perjalanan antariksa mencapai ujung kiri garis khatulistiwa, maka ia akan tampak di ujung kanan pada cermin-CP atau kecepatan 150.000 km/detik, bukan kecepatan cahaya (300.000 km/detik). Artinya dalam perjalanan antariksa, Einstein telah menyamakan 150.000 km = 300.000 km/detik. Karena itu menurut saya, antipode harus hadir sebagai pembukti adanya pembalikan ruang. Pembalikan ruang atau cermin-CP itu oleh Rosul Musa disebut perjanjian bukit, sebagai syarat gelar Nabi bagi yang mampu menembusnya. Sebab cermin-CP gerbangnya ilmu tinggi. Alasannya begini.
    Bola Bumi kita misalkan ruang bundar. Pusingan pada porosnya adalah medan skalar. Misalkan ruang Bumi berpusing 30 km/detik, persamaan dari medan skalar alamraya yang berpusing 300.000 km/detik. Bila pesawat bergerak dari titik A 15 km/detik mengitari ruang Bumi, maka jarak setengah lingkaran bola (titik A’) yang ditempuhnya akan berhimpitan dengan titik keberangkatannya di A, sehingga pesawat itu seolah tidak bergerak dari tempatnya. Sebab, titik A’ yang dicapai pesawat dalam satu detik, dibawa balik ke awal pemberangkatannya di titik A oleh pusingan Bumi yang kecepatannya dua kali lipat.
    Itulah rahasia cermin-CP atau hukum pembalikan ruang. Setiap benda yang menembus alam halus hingga menginjak cermin-CP, tubuhnya akan menciut jadi sekecil kaon. Tetapi dia bisa muncul lagi di alam kasar dengan ukuran tubuh normal, namun dalam keadaan kosong. Kita mengenalnya dengan sebutan hantu, karena tubuhnya menghantu di pembalikan ruang. Tubuhnya yang kosong dapat ditembus-menembus benda apa saja tanpa cedera, dapat terbang seperti burung, dan dapat menerbangkan benda-benda ratusan ton tanpa kesulitan samasekali seperti dikatakan Al-Baqoroh 57.
    Artinya, perjalanan antariksa Einstein yang bisa pergi ke masa depan dan kembali ke masa silam adalah mustahil. Perjalanan antariksa itu dirumuskan dari gagasan pengurungan (the idea of containment) Einstein sendiri yang menyatakan, pejalan yang mencapai kecepatan cahaya dapat kembali ke masa silam atau pergi ke masa depan. Tetapi asas pengurungan (the containment prinsiple) yang hadir dalam alam menyatakan, panah waktu menunjuk hanya ke masa depan, dan waktu yang sudah lewat tidak bisa dijalani dua kali. Karena kita hidup dalam kurungan waktu sekarang, dan waktu lampau tidak bisa dijalani dua kali. Kita bicara selalu pada waktu sekarang, dan sedetik yang lalu bahkan dalam ukuran nano detik adalah waktu lampau yang sudah lewat, dinyatakan dengan barusan-tadi (lihat Jurnal Etos no. 4 tahun 1995: Mendobrak Teori Einstein).
    Waktu adalah medan skalar ruangwaktu, yaitu gaya listriklemah atau tensor urutan 2 (alamraya Wilhelm de Sitter) sebagai pusingan ruang dalam kecepatan cahaya. Artinya kecepatan cahaya adalah ukuran waktu, tetapi bukan waktu sebagaimana rumusan Einstein. Setiap benda yang gerakannya mencapai kecepatan cahaya, dia akan menetralkan medan skalar (pusingan ruang) dengan gerakan dirinya (gerakan mengarah, vektor). Berapa lama dan jauh pun jarak ruang yang dijalaninya dalam kecepatan itu, dia tidak akan terkena hitungan waktu. Itulah yang disebut waktu satu detik diperlebar tanpa batas.
    Itu dibuktikan Rosul Muhammad dalam isroo 1 dengan bark (= kecepatan cahaya), bukan bark = burok seperti cerita hadits. Karena itu Rosul Muhammad adalah penemu rahasia waktu. Dia jadi manusia pejalan waktu yang pertama. Hampir tiap malam Rosul Muhammad pergi isro ke ufuk ruangwaktu yang jaraknya 150 juta tahun cahaya, untuk mempelajari lompatan bundel-bundel di cermin-P dan menyusun ayat-ayat Qur’an melalui pola petunjuknya. Ketika kembali ke alam kasar, waktu yang dihabiskannya tidak lebih dari satu detik. Tetapi bila menembus alam halus, waktu satu hari di sana sama dengan 100 tahun di alam kasar sebagaimana disebutkan Al-Baqoroh 259 yang dialami Nabi Ibrohim dalam meneliti hukum evolusi. Itu alasannya usia Nabi Ibrohim mencapai 1000 tahun. Sekarang saya jawab pertanyaan Anda selanjutnya
    Pertama. Albaqoroh 1-15 adalah gelombang turun keimanan makhluk 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut dari yang tertinggi (takwa) kepada yang terendah (pembangkang, kafir). Ayat 1-5 adalah simetri turun keimanan dari yang takwa-beriman-selamat (mutaqin-mu’min-muslim). Takwa ialah kepatuhan tertinggi terhadap Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang 100 % meneladani pengorbanan moral Alloh dengan membunuh-membuang rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, sehingga jadi orang suci dari kekotoran rasa-jasad, yang hanya bisa dipenuhi oleh para rosul (pemimpin akal tinggi).
    Di masa lampau, pembunuhan-pembuangan rasa-jasad dilakukan melalui penembusan dimensi-dimensi ruangwaktu (alamfana) hingga ke ufuknya dalam upaya mencari Pencipta. Itu diceritakan Rosul Musa dalam Taurot (Albaqoroh 51-60), sehingga Taurot itu dipastikan sebagai buku petunjuk ilmu. Untuk bisa menembus alam halus yang dibatasi cermin-C (hukum penolak jasad kasar), dia harus membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad (bunuh dirimu, Albaqoroh 54). Sebab pada batas peralihan alam kasar ke alam halus (ruang ke-38) akan dihantam-gencet gaya elektromagnet pada pusingan ruang 100.000 km/detik, sehingga tubuh menciut jadi sekecil atom dan masuk alam halus (ruang ke-40).
    Di pertengahan ruang halus (ruang ke-50) perjalanan mereka dihambat cermin-CP (hukum pembalikan ruang). Untuk bisa memasukinya, dia harus mengosongkan rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Sebab cermin itu menghantam-gencet jasad dengan gaya nuklirlemah pada pusingan ruang 150.000 km/detik, sehingga tubuh yang dihantamnya mengerut jadi sekecil kaon. Rosul Musa menyebut cermin-CP adalah perjanjian bukit sebagai syarat untuk gelar nabi (ilmuwan penemu). Yang mampu memasukinya akan berjasad samar (dinaungi awan) menjadi hantu (menghantu di pembalikan ruang). Dia dapat muncul di alam kasar dengan ukuran tubuh normal dalam keadaannya kosong. Tubuhnya bisa ditembus-menembus segala benda tanpa cedera, dapat terbang seperti burung dan menerbangkan benda-benda besar dengan mudah, dapat muncul-menghilang atau memunculkan-menghilangkan benda-benda (Albaqoroh 57)
    Di batas alam lembut (ruang ke-58) perjalanan mereka dihambat dinding tenaga cermin-T (hukum pembalikan waktu). Untuk bisa menembus dinding tenaga itu dengan selamat, harus mampu membuang rasa-jasad (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi). Sebab tubuhnya akan dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik, sehingga mengerut jadi sekecil netrino dan masuk alam lembut (alam malaikat). Rosul Musa menyebut cermin-T adalah perjanjian gunung sebagai syarat jabatan rosul (pemimpin akal utusan Akal) yang suci dari segala kekotoran rasa-jasad (bebaskan dari dosa, Albaqoroh 58). Jabatan rosul diberikan bangsa malaikat atas nama Tuhan Alloh (Hukum Akal).
    Dari alam malaikat ini semua rosul, bangsa malaikat, dan bangsa setan dapat menyaksikan panorama alam Syurga melalui ufuk ruangwaktu yang berlaku sebagai layar televisi, dan dari alam lembut Syurga dapat menyaksikan panorama alam Fana (Annajm 15, Albaqoroh 30). Layar TV itu terbentuk karena kemanunggalan telanjang (naked singularity) seperti dikatakan hipotesis sensor langit Roger Penrose: ‘Bila ufuk peristiwa bergerak dalam kecepatan cahaya, sensor langit akan menutup kemanunggalan dengan segala cara. Tetapi bila ufuk peristiwa bergerak lebih cepat dari cahaya, sensor langit akan lenyap, kemanunggalan jadi terbuka, dan segala peristiwa dapat lepas sehingga terlihat dari alam seberang’. Dalam kenyataannya, cermin-P (hukum keseimbangan rasa-jasad) yang jadi ufuk peristiwa itu menurut rumusan Paul Dirac berpusing 2 mc2.
    Dalam mencari Pencipta itu para rosul tidak berhenti sampai alam malaikat. Mereka terus menembus ruang hingga ke ufuknya (ufuk alam Fana = event horizon = ufuk peristiwa) yang panas suhunya mahadahsyat. Tetapi di ufuk peristiwa itu perjalanan mereka dihambat dinding tenaga cermin-P yang tidak bisa ditembus jasad wujud (lubang yang tak tembus, Annuur 35). Ketika dinding tenaga itu dipukul, terjadi 12 lompatan bundel (quantum leap) zathidup pembawa tenaga-tambahan bersuku-suku (berkelompok-kelompok jenis makhluk)(Albaqoroh 60), dan berlaku sebagai layar komputer mahacanggih.
    Karena perjalanannya dihambat cermin-P, tidak ada rosul yang bisa masuk ke alam ruh apalagi ke pusat alam atau Sidrotil Muntaha (Pohon Teratai = Rumah Alloh = Hukum Akal = Cermin-CPT) sebagai mesin kerja alam. Karena itu tidak ada rosul yang pernah melihat-bertemu-bicara dengan Alloh (Alloh tidak berkata-kata dengan manusia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibalik tabir, Asy-Syuuro 51). Karena tidak ada rosul yang pernah melihat-bertemu-bicara dengan Alloh, maka mustahil Alloh memerintahkan makhluk melalui para rosul untuk menyembahnya. Taurot-Zabur-Injil-Qur’an juga bukan kitab suci sabda Alloh, tetapi perkataan (karya ilmiah) rosul pembawanya sendiri yang bermoral mulia dan suci dari segala kekotoran rasa-jasad (Alhaaqqoh 40).
    Dari urian tersebut jelaslah. Rosul adalah pemimpin akal tinggi yang tuntas penelitiannya dalam mencari Pencipta. Ajaran semua rosul merupakan hasil apresiasi mereka dari cermin-CPT (pusat alam), lompatan bundel-bundel di cermin-P sebagai layar televisi dan layar komputer mahacanggih, serta dari hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) yang ditembusnya, dalam bentuk amanat-amanat Alloh (Mu’minuun 8), bukan berupa perintah Alloh. Sedangkan amanat cermin C-CP-T yang ditembus para rosul itu, ditetapkan mereka sebagai kewajiban puasa rasa-jasad bagi manusia.
    Kedua. Berhala adalah istilah yang digunakan Rosul Ibrohim bagi segala benda-patung sembahan. Dia menghancurkan segala benda-patung yang disembah masyarakatnya. Alasannya, Alloh itu Akal tanpa wujud, sehingga tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Segala makhluk wujud diciptakan dari jasad Alloh, sehingga jasad-benda-patung-ka’bah bukan Alloh apapun bentuk dan nama sebutannya. Sedangkan Rosul Muhammad menyebut berhala itu mayat agar mengandung arti lebih luas, termasuk jasad hidup penolak akal (Albaqoroh 173: definisi kekafiran). Akal adalah katalisator penghidup bahan (rasa), pembangun jasad, dan pemroses perilaku-perbuatan jasad, sehingga yang menolak akal berarti benda mati atau mayat karena menolak penghidupnya sendiri.
    Ketiga. Bangsa akal adalah zathidup tanpa wujud sebagai katalisator penciptaan. Sedangkan otak bukan akal tetapi jasad yang jadi media akal dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan janji fitrohnya. Tugas bangsa akal adalah menghidupkan bahan, membangun jasad, dan memproses perilaku-perbuatan pilihan jasad yang dibangunnya. Ketika makhluk berniat-hendak berbuat sesuatu, niat itu menumbuk akal di cermin-P dalam ruang hatinya. Bila niatnya dusta-salah-buruk-jahat-takadil, kewjiban akal adalah memberi peringatan kepada otak agar mengurungkan lagi niatnya. Bila peringatannya tidak digubris otak, akal tetap akan memproses rekayasa otak tinggi pilihan niat (hasrat jasad) itu.
    Tentang bagaimana proses terjadinya akal tanpa wujud, akan dijelaskan pada Albaqoroh 17-20. Albaqoroh 1-5 adalah pembalikan dari Alfatihah 7 yaitu ayat 6, Albaqoroh 6-10 dan 11-15 adalah pembalikan Alfatihah 6 yaitu ayat 7. Sedangkan Albaqoroh ayat 1-15 adalah penjelasan dari Alfatihah 5 atau bangsa rasa, dan Albaqoroh 16-20 adalah bayangan cermin bangsa akal sebagai simpulan dari Alfatihah 1-15.
    Keempat. Albaqoroh 136 menyatakan ajaran semua rosul dan nabi adalah sama, karena ajaran mereka diambil dari pusat alam (cermin-CPT), lompatan bundel-bundel di cermin-P, dan aturan hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) yang ditembusnya dalam bentuk amanat-amanat Alloh. Sedangkan Albaqoroh 137 menyatakan, kalau berpaling dari petunjuk para rosul dan nabi tersebut, manusia akan bermusuh-musuhan.
    Kenyataannya, permusuhan di antara agama-agama dan aliran-aliran agama itu terjadi karena aturan-uu-hukum dan tatacara ritual penyembahannya berlainan. Karena tidak pernah melakukan penelitian terhadap hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam, yang dianut mereka bukan hukum Alloh, tetapi hukum ego para pemimpin agama dan aliran agama masing-masing, sehingga Tuhan penganut agama-agama dan aliran-aliran agama ialah pemimpin agamanya masing-masing (mayat = jasad penolak akal).
    Soalnya aturan-hukum Alloh itu berlaku pada seluruh alam, termasuk pada alam Fana (ruangwaktu) yang luasnya bergaristengah 30 miliar tahun cahaya (1 detik cahaya = 300.000 km/detik), sehingga Bumi yang garistengahnya hanya 12.000 km, tidak lebih dari satu butir debu alam Fana; dan yang selalu ribut bertengkar-bermusuhan saling fitnah-bunuh karena perbedaan aturan-hukum yang dianutnya justru hanya manusia penghuni satu butir debunya alam Fana. Apa itu bukan perilaku aneh dan sangat tidak masuk akal?.

    Suka

    • agorsiloku said

      Duh,… ini uraian yang secara keseluruhan tidak ada dalam konsepsi berpikir saya. Juga, mohon maaf, isinya sangat membingungkan (nyaris pada setiap alineanya). Dalam pengertian yang baru saya miliki, tafsirnya penuh retorika.

      Suka

Tinggalkan Balasan ke ajam jamharie edi Batalkan balasan