Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Pengalaman Spiritual Haji

Posted by agorsiloku pada Januari 27, 2007

Setiap orang yang berangkat ke Tanah Haram untuk berhaji kerap berkisah tentang pengalaman- pengalaman spiritualnya. Saya sendiri, memiliki pengalaman yang diceritakan tentang apa yang dilihat dan dirasakan. Sengaja tidak disusun berdasarkan urutan kejadian, tapi berdasarkan urutan perasaan saja sehingga kadang loncat dari satu lintasan ke lintasan lainnya. Berikut ini yang saya dengar langsung dari pengalamann-pengalaman rekan yang berhaji baik dari rekan (yang berhaji sebelumnya), maupun yang pergi bersama. Agor sendiri, rasanya tidak memiliki pengalaman istimewa seperti yang diceritakan di sini :

  1. Kakak berkisah bahwa dalam satu sholat di depan Ka’bah, di antara Adzan dan Qa’mat melakukan dzikir. Beliau merasakan dan melihat bahwa semua isi mesjid mengaminkan apa yang diucapkannya dalam dzikir. Mereka yang mengaminkan itu berpakaian putih, namun beliau tidak melihat wajahnya.
  2. Beliau ini adalah pengurus masjid dan majelis pengurusan jenazah di tanah airnya. Sewaktu pulang dari sholat, beliau bertemu dengan seseorang tinggi besar. Orang itu mengucapkan salam, menyalaminya lalu berkata :”Bapak Pak X kan?. Selamat, Bapak telah menjalankan pekerjaan Bapak dengan baik dan ikhlas semoga….”. Dan beberapa ucapan pujian dan rahmat keselamatan diucapkan orang itu. Temannya yang bareng pulang bersamanya bertanya :”Bapak melamun ya!, kok ngomong sendiri”.
  3. “Coba deh lihat Pak Agor, Kalau subuh di Mesjidil Haram itu. Udara bergetar berselimutkan hawa yang seperti membeku. Tiang-tiang dan bangunan mesjid itu bergetar, seperti mau rubuh. Itulah saat turunnya malaikat”. Begitu disampaikan kepada saya. Tentu saja, ketika di sana saya menunggui saat itu dua tiga kali. Melihat ke langit ketika adzan subuh diperdengarkan pertama kali. Apakah hal serupa dapat Agor rasakan. Sampai selesainya sholat subuh, saya tidak pernah mengalami hal itu. Saya berpikir, alangkah dahsyatnya pengalaman Bapak X ini.
  4. Isteri saya cerita, bahwa si B, teman kakak saya yang berangkat bersama ke haji tapi di klotter berbeda sama sekali tidak pernah berangkat ke mesjid dan menjalankan prosesi hajinya. Mengapa?. Karena hampir satu bulan mengalami haid terus menerus. Suatu hal yang tidak pernah dialaminya selama hidupnya?. Saya hanya terkesima saja.
  5. Saudara saya P merasa sangat yakin akan dapat mencium Hajar Aswad,:”Dia ingin ceritakan ke teman-temannya bahwa mencium Hajar Aswad itu gampang”. Sampai ke pulangnya, beliau tidak berhasil mencium Hajar Aswad.
  6. Pak B bercerita bahwa ketika di Nabawi, beliau dimintai tolong seorang tua agar dibawa ke Raudah. Pak B sendiri memang ingin berangkat ke sana, tapi belum tahu. Orang tua itu bahasa Indonesia saja tidak bisa, pakai bahasa Jawa medok. Si orang tua itu memegang baju Pak B agar diantar. Dengan ikhlas sambil bertanya kiri kanan, arah ke Raudah akhirnya dicapai pula. Lalu Pak B bilang sambil menengok ke samping :”Nek, ini sudah sampai di Raudah”. Tapi yang memegangnya, menguntit sepanjang sampai ke Raudah sudah tidak ada. Entah dimana “menghilangnya”, padahal sedari tadi dia berpegangan ke bajunya. Pak B, setiap hari sholat di Raudah. Bahkan, ketika tidak merencanakan sekalipun, tahu-tahu sampai di sana. Kita semua tahu, mencapai Raudah itu membutuhkan perjuangan tersendiri.
  7. Orang berkulit hitam itu, kata teman-teman keringatnya bau dan menyesakkan. Namun, saya tidak pernah mengalami/merasakan sama sekali. Bahkan di Nabawi, ada orang besar, orang Afrika yang berlalu di dekat saya, lalu duduk. Tapi, malah sekilas saya merasakan harum!. Mungkin udara di sana dingin, jadi tidak berkeringat. Saya hanya berucap alhamdulillah saja.
  8. Sedang duduk sholat, karena tempatnya sempit ada ruang sedikit saja langsung diisi orang. Pak ini ketika sedang duduk, bersiap akan sholat, tiba-tiba ada jemaah lain duduk di sebelahnya. Sisa ruang sedikit itu dipakainya dan menggeser paksa jemaah lainnya. Usai sholat, setelah salam, beliau melihat “orang” itu kemudian melayang ke atas, entah kemana?.
  9. Kaki isterinya dari Bapak Z ini sering sekali terinjak orang. Begitu seringnya, sampai kakinya bengkak. Kemudian beliau tersadar. Beliau sering memarahi anaknya yang susah jalannya. Rupanya, dia diingatkan akan sikapnya saat di tanah air.

Banyak orang ke sana, bercerita tentang pengalamannya. Saya punya saudara yang juga sudah 6 kali berhaji. Namun, beliau sampaikan tidak satu kalipun mengalami apa yang diceritakan. Jangankan untuk mengalami spiritual seperti itu, untuk sekedar bisa bersimpuh menangis di tanah suci saja tak berhasil. Namun, saya percaya bahwa pengalaman-pengalaman setiap orang itu indah (dan ada juga yang tidak menyenangkan). Ada yang pengalamannya lebih bersifat metafisis ada juga yang bersifat nyata dan lembut. Mungkin semua tergantung apa yang dipersepsikan. Secara keseluruhan, saya menyimpulkan sebagai berikut :

  1. Ada sentuhan-sentuhan spiritual yang ditunjukkan selama di Tanah Suci atas perilaku jamaah yang memenuhi panggilanNya. Beberapa dari jamaah itu mengalami hal-hal yang sifatnya tak terjelaskan. Ada dua kemungkinan untuk hal ini : Karena situasi sakral dalam nurani masing-masing sehingga kepekaan menjadi lebih tinggi atau memang sedang berbohong saja. Namun, saya lebih meyakini, kemungkinan pertamalah yang terjadi. Ini adalah pengalaman esoteris yang indah atau tidak nyaman bagi pelakunya.
  2. Peristiwa yang terjadi bersifat fisis (logis), misalnya sering dimarahi orang, diinjak kakinya, kehilangan, sering diberi orang, ditolong terus menerus, yang terhubungkan dengan kejadian atau sikapnya di tanah air. Pengalaman-pengalaman positif memberikan hikmah dan menimbulkan kesadaran tambahan atas ketidakberdayaan seorang hamba pada Sang Mahapencipta dan juga menimbulkan refleksi positip atas perilakunya kemudian. Pengalaman-pengalaman ini menimbulkan kerinduan untuk kembali datang ke rumahNya. Tampaknya juga bahwa tingkatan esoteris yang terjadi berkaitan dengan rasa ikhlas sehingga ujian kesenangan atau kepedihan yang terjadi diterima sebagai bagian dari usaha mendekatkan diri kepadaNya. Akhirnya, perasaan itu menimbulkan kebahagiaan tersendiri yang tak bisa dilupakan, selalu dirindukan.
  3. Terdapat kondisi pula bahwa kepergiannya ke tanah suci tidak menimbulkan rasa apa-apa. Biasa saja. Tidak menimbulkan hal-hal yang istimewa. Artinya, sama saja dengan wisata biasa. Semua kekesalan dunia, kurang makan, pelayanan yang buruk, keramaian bikin sumpek dirasakan sebagaimana biasa. Singkatnya, orang ini tidak mengalami wisata spiritual apapun. Bahkan merasa bosan. Namun, kecuali sama orang-orang terdekat atau mungkin oleh sebab lain, jarang sekali ini diceritakan/diungkapkan. Saya hanya mendengar hal ini bahwa si A bilang begitu, bilang begini. Bahwa sebenarnya di Tanah Suci itu tidak ada tuh yang diceritakan seperti itu. Sama saja dengan di tempat lain.
  4. Ada orang yang karena sebab yang tidak diketahui (tidak saya ketahui), tidak bisa memasuki mesjid karena berbagai sebab mulai dari haid terus menerus, sakit berkepanjangan, atau halangan lainnya sehingga hajinya totally gagal.
  5. Semua kejadian-kejadian itu, dipahami sebagai bentuk-bentuk ujian/cobaan dari Allah SWT. Saya sendiri menilai bahwa hal ini sebenarnya terjadi dimanapun juga di permukaan bumi ini. Namun, di Tanah Suci menjadi berbeda karena dua sebab : 1). Ya, ini adalah wilayah spiritual yang Allah tetapkan dan ditunjukkan kepada ummatnya. Semua tindakan dan ucapan harus terjaga dan sebagai peringatan bagi yang memenuhi panggilanNya. 2.) Jamaah yang datang dari berbagai penjuru dunia dengan satu tujuan yang sama, memiliki dasar perilaku yang berbeda, sifat berbeda, budaya berbeda. Tumpah ruahnya manusia ini tentu saja menimbulkan konsekuensi bermacam-macam. Apalagi bagi mereka yang tidak punya pengalaman sama sekali bertemu dengan jutaan manusia lainnya dari ragam bangsa. 3) Jutaan ummat dengan tujuan yang sama, menjadikan satu dimensi “rasa” yang lain. Tidak ada satu tempat pun di muka bumi, dimana jutaan orang dengan tujuan yang sama, bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk melakukan suatu ritual. Hati dikondisikan pada keadaan ini menimbulkan nuansa yang sangat berbeda dengan keseharian.

Yah, apapun juga cerita haji. Ini adalah rukun keenamke lima yang diwajibkan bagi yang mampu. Jangan katakan belum mendapatkan panggilanNya. Lima rukun Islam itu telah diserukan sejak sebelum akil balig, oleh guru kita sejak SD. Kalau ingin berislam, berangkatlah haji, jika mampu. Pengalaman haji, ada atau tidak, sama sekali bukan ukuran untuk dijadikan atau dinilai manusia sebagai mabrur atau tidak, diterima atau tertolak. Bisa berangkat ke sana (jika mampu) adalah bagian dari memenuhi kewajiban, melaksanakan penghambaan dan bagian dari harapan pengampunanNya. Mampu secara material, mampu secara kesehatan, mampu secara waktu. Semoga saudara-saudaraku seiman yang mau berlelah-lelah membaca di blog butut ini dapat memenuhi panggilanNya dan bila sudah melakukannya, mau juga berbagi pengalaman.

Meskipun perjalanan ini hanya 1 dari jutaan jemaah Indonesia yang sudah berangkat ke Tanah Suci, meskipun saya tidak mengalami pengalaman esoteris luar biasa seperti yang dialami oleh begitu banyak jamaah lainnya. Namun, saya merasa begitu besar rahmat dan rejeki yang telah dilimpahkanNya kepada seorang hambaNya yang banyak melakukan kemaksiatan dalam kehidupan ini. Betapa ingin hati ini mempertahankan situasi kalbu seperti ketika bersimpuh di depan rumahNya, merasakan “sesuatu” pada nurani yang tak teruraikan, semua perjalanan ini seperti mimpi. Agor, jelek-jelek juga punya sedikit pengalaman berwisata atau karena terkait pekerjaan pergi beberapa kota di beberapa negara. Namun, hanya satu tempat yang kemudian memberikan gelora keinginan untuk kembali. Yang menangis dan berdoa, agar diberi kesempatan untuk datang kembali. Itulah yang kemudian dari semua perjalanan itu, perjalanan haji yang teristimewa dalam kehidupan yang pendek ini.

(Pengalaman Hajj 22)

20 Tanggapan to “Pengalaman Spiritual Haji”

  1. […] sisi lain, para jemaah yang ada di sana tentu kebanyakan merasakan hikmahnya berhaji. Sebagian juga mengalami hal-hal spritual yang sifatnya […]

    Suka

  2. susan said

    pas haji tepat haji akbar…bagi pengalaman aja jangan suka bicaraain orang dlm hati nanti kejadian sungguh.waktu sholat di nabawi selalu lihat orang hitam afrika itu yang tinggi besar dan kadang ndak enak baunya…jng sampe sholat dekat nih orang…ya Allah …kok selama arbain 8 hari itu saya kalo sholat selalu dekat dg mereka,pdhal sdh milih tempat yg srategis…ya Allah jagalah hati ini dari sifat2 duniawi…perjlnan ke baitullah Mu begitu membekas dan selalu terkenang-kenang…insya Allah ijinkanlah aku melihat baitullah Mu kembali ya Allah.amin

    @
    amin… betul.. jangan suka bicarain… tapi orang hitam di sana banyak kan… dimana-mana kita temui dan ramah-ramah… 🙂

    Suka

  3. lia said

    Saya juga sudah memiliki pengalaman spiritual haji yang berkesan, yaitu: Selalu dilapangkan tempat saya shalat, jumrah, tawaf dan sai. Bahkan perasaan pun sangat senang ketika mengerjakan itu semua. Padahal ketika saya berhaji adalah saat Haji Akbar, tanggal 30 Desember 2006. Menurut pengalaman yang saya sampaikan kepada saudara dan teman, itu adalah balasan atas segala keikhlasan saya beramal dan berbakti kepada Almarhum dan Almarhumah orang tua saya. Tapi itu betul2 saya rasakan, dengan adanya pengawal ketika saya tawaf, dimana saya hanya berdua dengan teman saya, yang notabene kami adalah perempuan, yang menurut nalar sangat mustahil dapat menjalankan tawaf ditengah padatnya umat. Allah Maha Besar dengan segala kehendakNya, saya merasa aman sekali ketika tawaf tersebut. Alhamdulillah ya Allah…

    @
    Maha suci Allah.

    Suka

  4. […] Taut WordPress.com WordPress.org Perjalanan Haji Tahun 2008 Februari 3, 2009, 7:00 am Diarsipkan di bawah: Uncategorized Perjalan singkat Haji bersama “Al Mukarommah”. […]

    Suka

  5. SANGAT BERHARGA BAGI SAYA TULISAN ANDA TENTANG HAJI. AKAN BERGUNA BAGI BANYAK ORANG NANTINYA.
    Saya juga seorang penulis buku. Alhamdulillah, sekarang perbedaharaan buku tentang perjalanan haji di Indonesia telah bertambah.
    Buku ini saya tulis untuk menceritakan pengalaman tentang perjalanan haji saya secara detail. Hari demi hari tentang pengalaman dan ibadah, ditulis di dalam buku ini. Mulai keberangkatan dari bandara udara, hingga selesai berhaji, semuanya tertulis secera lengkap. Judul bukunya:
    40 Hari Di Tanah Suci.
    Info lebih lengkap kunjungi:

    http://Www.mandailingnatal.page.tl
    Semoga anda puas

    @
    alhamdulillah, terimakasih catatannya dan alhamdulillah beberapa buku pengalaman haji adalah khasanah berharga buat calon dan jemaah lainnya. bagus juga dipromosikan di wilayah sumatera. Mengapa tidak diedarkan pula di pulau lain.. terutama pulau Jawa. Bukankah banyak agen toko buku di Medan yang memiliki hubungan dengan agen di jakarta?.

    Suka

  6. Trimakasih dengan perhatiannya. Memang sudah ada rencana saya untuk mengedarkannya ke Jakarta. Kebetulan anak dari abng saya akan berangkat ke sana pada bulan juni nanti. Ada yang mau saya tanyakan teman. Apakah sudah banyak buku yang bertema tentang pengalaman haji di Jakarta? Saya sangat mengharapkan jawabnya. Mohon maaf yang sebesar besarnya atas pertanyaan saya. Wassalam

    @
    Ada sejumlah buku mengenai haji di Indonesia.. banyak.. satu dengan lainnya saling melengkapi. Apalagi dengan semakin mudahnya membuat dan mencetak buku, maka beragam buku bermunculan. Namun, pasar buku agama juga jauh lebih besar lagi. Dalam sejarah perbukuan, tidak akan pernah ada satu buku memenuhi segala kebutuhan. Dan orang selalu membeli buku setiap kali ada kepentingan. Antara satu buku dengan buku yang lain ada kemiripan, ada perbedaan. Orang selalu menemukan hal baru dari setiap buku, karena buku adalah unik. Materi bisa sama, bahan dasar bisa sama, tapi pengalaman batin dan perhatian berbeda-beda.
    Sama seperti masakan. Semua restoran menyediakan nasi goreng, tapi tidak ada nasi goreng yang sama… 😀 Jadi, semakin banyak buku sejenis, semakin besar peluang penjualan kita….

    Dalam memasarkan, tentu pula ada pilihan lain yang bisa lebih fokus dan menghasilkan. Asalkan memilih strategi penjualan yang tepat. Untuk buku jenis ini, cobalah melakukan kongsi dagang dengan kegiatan yang berhubungan dengan keberangkatan haji. Maka hubungan dengan asrama haji, pelatihan haji, pertemuan haji, travel biro haji, pembimbing haji, dan lain sebagainya merupakan sarana yang cepat dan praktis serta, insya Allah akan menghasilkan.

    Untuk mengedarkan buku di Jakarta, mengapa pula tidak mencoba berhubungan dengan grossir buku di Medan, misal Karsa Murni Medan (JL.ORION NO.41-43 PETISAH TGH), TB Toha Putera (JL SM RAJA 18 B MEDAN), Santoso Agency (JL. POLONIA GG. SUBUR 12/11), TB. H.CHAIRUDDIN MEDAN (JL.PURI NO. 436 MEDAN). Mereka memiliki jaringan dan hubungan bisnis dengan berbagai grossir di Jakarta atau Surabaya dan banyak lagi. Umumnya mereka meminta konsinyasi. Kalau kita mengedarkan sendiri, kalau hanya dalam kota mungkin ok, tapi kalau banyak kota.. mempercayakan kepada distributor lebih hemat biaya dan perhatian.

    Salam, semoga wilayah edar dan ketajaman isi akan menjadikan nilai sebuah buku berarti untuk masyarakat,… khususnya ummat.

    Wassalam,agor

    Suka

  7. Terima kasih atas jawabnnya. Saya akan coba hubungi toko buku yang anda sebutkan tadi. Semoga kebaikan anda akan berbalas kebaikan yang berlipat. Saya sangat menghargai usulan anda. Satu kali lagi, Trima kasih banyak.

    @
    Sama-sama Mas Ashar…

    Suka

  8. bundaelly said

    Maaf, pak. Hanya sekedar meluruskan, bahwa Haji adalah Rukun Islam yang ke-5. Karena Rukun Islam hanya 5. Sedangkan yang jumlahnya 6 adalah Rukun Iman.

    Sekali lagi maaf.

    Salam kenal dari Elly di Bekasi

    @
    Terimakasih Bunda Elly… kesalahan sudah diperbaiki. Saya juga kaget, kok bisa di tulis enam, tapi di kalimat berikutnya ditulis lima.
    Salam dan terimakasih… Saya sudah mengikuti Blog Bunda… menarik betul lho…

    Suka

  9. Saya akan mencoba menghubungi mereka. Tak usah minta maaf. Malah saya yang merasa merepotkan. Tapi ternyata anda baik hati. Saya sangat bersukur.
    Kalau boleh saya tahu, apakah anda juga tahu grosir-grosir buku di Padang dan Bukit Tinggi. Kalau tahu, tolong deh sebutkan. Mungkin akan sangat membantu nanti buat saya. trims

    @
    Kalau tak salah grossir di Padang TB MITRA, JL.PASAR RAYA BARAT 2 NO.21 dan di Bukit Tinggi : TB. ASRIYAH, JL.DIPONEGORO AUR KUNING, TB. SEROJA, JL.DIPONEGORO NO.11 E. Mungkin CV. LUBUK AGUNG PADANG, Jl. JL.PASAR BARU NO.13. Kalau tak keliru pula, Lubuk Agung ada di Medan dan Bandung (pemiliknya sama). Yang saya tahu Lubuk Agung di Bandung itu adalah salah satu grossir. Mudah-mudahan membantu. Salam, agor

    TB

    Suka

  10. Terima kasih sebesar besarnya atas bantuan anda untuk menunjukkan nama toko buku yang saya tanya. Mudah mudahan saya sudah ke Padang 2 minggu yang lalu. Sesuai dengan rencana saya, mungkin saya akan mengirimkan buku yang saya tulis ke Jakarta. Agar dapat pula diedarkan anak dari saudara saya disana. Tapi kan tak apa kalau saya minta tolong lagi? bisa saya minta tolong nanya alamat alamat toko buku di Jakarta? Tolongan anda yang lalu sangat sangat membantu saya. Terima kasih satu kali lagi atas semua bantuannya. Mungkin dalam 2 bulan lagi saya akan ke Medan. Bisa kita jumpa di sana, ya. Kalau bisa, tlng kirim alamatnya ke Ashartanjung@gmail.com . Dan jangan lupa menulis toko buku di JAKARTA. trima kasih atas
    bantuannya

    Suka

    • agorsiloku said

      Mohon maaf Pak Anwar, baru saya membaca pesan ini malam ini. Sudah agak lama saya tak sempat mengurus dan membaca semua komen dan catatan saudara-saudara sy di sini. Saya tidak tinggal di Medan. Namun, karena saya lama jadi salesman buku, beberapa teman di JKT juga ada. Apakah masih memerlukan alamat toko buku di JKT, akan saya kirimkan pula?.
      TB Matondang, TB Paung Bona Jaya, TB Flam In (Kompleks Maya Indah, Kramat) Dapat saya rekomendasikan untuk menjadi titik penyebaran. Jika ingin penyebaran ke seluruh pelosok lain, tidak ada salahnya juga berhubungan dengan PT Gapura Mitra Sejati, Pal Putih No. 25 Jakarta Pusat. Beberapa tahun yang lalu PT Gapura ini berfokus pada penyebaran produk dari penerbit-penerbit yang tidak memiliki jaringan pemasaran. Sepengetahuan saya, Toko Buku tersebut memiliki kredibilitas yang baik. Tentu masih banyak lagi yang bisa disebutkan. Penjualan ke TB Gramedia juga bisa menggunakan jasa dari Grosir yang saya sebutkan.
      Maaf jawabannya terlambat.
      Wass, agor.

      Suka

  11. Wah wah wah info yg bagus..

    Suka

  12. elzach said

    Assalamu’alaikum wr wb.

    sekedar share pengalaman haji tetangga saya.
    1. ada seorang dokter, ketika samapi di Masjidil Haram, tidak bisa melihat ka’bah, padahal bangunannya sebesar itu, bahkan sampai pulang ke tanah air. Suatu hari sepulang dia haji, ada pengemis yang ‘menceramahinya’, kata pengemis itu, kesalahan dokter ini adalah ketika mengobati pasien tidak pandang bulu, orang kaya maupun miskin ditarif mahal, padahal banyak orang yang benar-benar membutuhkan pertolongannya, justru menjadi kesusahan bertambah karena tarif itu.
    2. ada seorang ibu mualaf karena pernikahan dengan seorang Muslim, suatu saat dia naik haji bersama suaminya, nah selama di perjalanan dia selalu khawatir dengan anak-anaknya yang ada dirumah, bagaimana keadaan mereka ditinggalkan begitu lama saat haji, nah pada saat wukuf di arafah dia masih kepikiran anak2nya itu, krn itu dia terus berdoa untuk mereka, tiba-tiba di hadapannya bentang padang arafah berubah jadi bioskop besar, disitu dia melihat keadaan anak-anaknya, bahkan suara kata dari mulut maupun hatinya ikut terdengar, dan ketika dikonfirmasi ke anak-anaknya saat sepulang haji ternyata benar apa yang dilihatnya itu.

    Wassalamu’alaikum wr wb.

    Suka

  13. budi santoso said

    Spiritual haji yaitu manakala kita dapat merubah perilaku kita sehari-hari dari perilaku jahiliyah keperilaku Dien Islam. Munkin ini kata-kata yang klise dan basi yang anda dengar, namun untuk melakukannya kenyataan tersebut perlu melepaskan sifat kebinatangan yang sdh built in pada diri manusia yang prosesnya tidak mudah. Kita terjebak dengan keajaiban-keajaiban yang terjad pada setiap manusia yang memang itu sering terjadi pada tinkat pengalaman manusia namun seyogyanya itu bukan karamah atau spritual yg didapat dari proses suatu ibadah

    Suka

  14. djoko said

    Alhamdulillah semua ini akan sangat bermanfaat bagi kami sekecil apapun apa yang sudah disampaikan semoga menjadi peringatan kami yang Insya allah akan berangkat ke Tanah Suci tahun 2011 ini beserta Isteri dan Ibu Mertua.
    Semoga perjalanan kami ke Tanah suci dapat menjadikan kami sekeluarga lebih taat dan sabar dalam menjalankan Ibadah , lebih baik dari sebelumnnya dan selalu mendapatkan bimbingan dari Allah SWT

    Suka

  15. zarkasyi said

    Insya Allah pada tahun ini saya akan berangkat menunaikan ibadah haji, mohon do’anya dari rekan-rekan sekalian

    Suka

  16. pengen pergi haji. semoga aja terlaksana entah 1 atau 20 tahun lagi. yang penting hajiin orang tua dulu

    Suka

  17. yenti said

    Tulisan Bapak Agor dalm cerita pengalaman spiritual ini sangat besar manfaatnya bagi saya, termasuk amal ibadah buat Bapak, Aamin..

    Suka

Tinggalkan komentar