Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Daging Sapi Glonggongan & Oplosan

Posted by agorsiloku pada Desember 3, 2006

http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg03886.html

Di Indonesia, puasa masih dikaitkan dengan kesempatan pemenuhan kebutuhan pangan yang lebih istimewa. Setiap sahur dan berbuka biasanya tersedia makanan-minuman yang khusus, bukan yang biasa dinikmati sehari-hari. Konsumsi daging sapi demikian juga. Apalagi masakan dari sapi seperti rendang dapat disimpan dan tahan lama. Namun sayangnya harga daging sapi tidaklah murah.
Sejak tahun 1999, disaat bulan puasa dan hari raya tatkala permintaan daging sapi sangat meningkat, biasanya akan muncul akal-akalan dari para pedagang daging untuk meraih keuntungan yang lebih besar.
Kasus ini kembali muncul, beberapa belakangan hari ini terutama di Pasar-­pasar tradisional. Para pembeli biasanya tidak jeli dan teliti mengamati mutu daging sapi yang dibelinya. Di Bekasi, Bogor dan di beberapa pasar tradisional di beberapa daerah terungkap ‘penipuan’ daging sapi glonggongan dan oplosan.
Daging sapi glonggongan mulanya berasal dari Boyolali – Jateng sentra sapi potong yang terkenal. Agar sapi kelihatan ‘gemuk’, dengan tidak berperikehewanan sapi itu di’suntikkan’ – mulut sapi digelontor berliter-liter air yang mungkin tidak higienis dengan secara paksa bahkan dengan tekanan pompa air hingga tubuh sapi membengkak. Otomatis bobot sapi bertambah secara drastis.

Praktik ini juga kadang-kadang menyebabkan sapi mati sebelum dipotong.

Oleh karenanya MUI mengharamkan daging sapi glontongan, karena dianggap bangkai.
Masyarakat awam biasanya tidak mengerti. Jika pembeli menanyakan, mengapa harga lebih murah? Biasanya si pedagang seringnya mengatakan, bahwa mereka menyembelih sendiri tidak di RPH – Rumah Pemotongan Hewan. Sedangkan mencampur daging sapi dengan daging babi hutan.

Biasanya daging babi hutan yang tekstur dagingnya mendekati sapi diberi sedikit pewarna kue – warna merah darah atau diguyur dengan darah sapi.

Banyak masyarakat awam juga tidak mengerti, bahwa yang haram hanyalah daging babi ternak. Padahal seluruh daging (nama latinnya- Sus) diharamkan bagi segenap Umat Islam.

Lalu siapakah yang melindungi ummat dari kesewenang-wenangan ini. Apakah ini hanya akan menjadi sebuah berita dan hilang kembali dari wacana publik. Lalu, kita hanya mengeluh. Ternyata, sudah separah inilah perilaku pedagang ini (dan mereka marah, karena merasa tidak pernah melakukannya). Dan sebagian lain, tersenyum sambil berkata, “untung tidak ketahuan….

5 Tanggapan to “Daging Sapi Glonggongan & Oplosan”

  1. Pak Agor, yang ini

    Padahal seluruh daging (nama latinnya- Sus) diharamkan bagi segenap Umat Islam.

    emang bener ato ada salah kata?

    kalo gitu, daging sapi, haram donk?
    mohon pencerahannya
    😀

    @
    Bingung deh…, pendapat Nyoya bersumber dari mana?, ayat yang mana?.. Padahal saya penggemar berat sate?. Maaf lho, jadi bertanya lagi

    Suka

    • Anonim said

      jangan mengeluarkan fatwa yang tak jelas…
      klo smua sus=daging haram,berarti manusia hanya bsa jadi makhluk herbifora..??

      Suka

      • fanie fikri said

        aduh kok pada gak ngerti semua sih..
        maksudnya semua daging babi itu haram.
        kalian tau gak sih?? setiap makhluk hidup diberikan taksonomi yang berupa nama latin dari para ahli..
        sus merupakan bahasa latinnya babi
        jadi maksud penulis ini bukan mencap semua daging haram. hanya daging sus ‘babi’ saja yang haram.

        beberapa jenis babi adalah
        Sus falconeri
        Sus hysudricus
        Sus scorfa —> ini babi hutan

        Suka

  2. kenapa ga boleh makan daging babi? enak koq

    Suka

Tinggalkan komentar