Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Islam tentang Islam dan non Islam

Posted by agorsiloku pada November 21, 2006

Ada yang menurut saya menarik dan sering jadi pemikiran banyak orang, yang disampaikan oleh almarhum Hamka yang dikutip oleh Ahmad Syafii Maarif ini sayang kalau dilewatkan begitu saja. Meskipun, di bawah ini saya anggap penting untuk di kopi – pais kan.

Saya ingat, isteriku pernah tanya :

“Kalau orang itu baik, sering menolong, ramah. Pokoknya berahlak baik. Tapi tidak beragama Islam. Lalu masuk surga nggak ya?”.

“Wah, mana kutahu… itu urusan Allah!”. “Dia kan Maha Adil, Maha Pengampun, dan Maha Penyayang”. “Jadi, so pasti Allah telah menetapkannya.”

“Kalau di Al Qur’an bagaimana?”

Republika – On line

Selasa, 21 Nopember 2006

Hamka Tentang Ayat 62 Al-Baqarah dan Ayat 69 Al-Maidah

Pada suatu hari bulan November 2006 datanglah sebuah pesan singkat dari seorang jenderal polisi yang sedang bertugas di Poso menanyakan tentang maksud ayat 62 surat al-Baqarah. Kata jenderal ini pengertian ayat ini penting baginya untuk menghadapi beberapa tersangka kerusuhan yang ditangkap di sana. Karena permintaan itu serius, maka saya tidak boleh asal menjawab saja, apalagi ini menyangkut masalah besar yang di kalangan para mufassir sendiri belum ada kesepakatan tentang maksud ayat itu. Ayat yang substansinya serupa dapat pula ditemui dalam surat al-Maidah ayat 69 dengan sedikit perdedaan redaksi. Beberapa tafsir saya buka, di antaranya Tafsir al-Azhar karya Hamka yang monumental itu.

Sebenarnya saya cenderung untuk menerima penafsiran Buya Hamka dari sekian tafsir yang pernah saya baca, baik yang klasik maupun yang kontemporer. Dalam perkara ini Hamka bagi saya adalah fenomenal dan revolusioner. Agar lebih runtut, saya kutip dulu makna kedua ayat itu menurut tafsir Hamka.

Al-Baqarah 62: “Sesungguhnya orang-orang beriman, dan orang-orang yang jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabi’in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita.”

Kemudian al-Maidah 69: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabi’un, dan Nashara, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan dia pun mengamalkan yang shalih. Maka tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita.”

Ikuti penafsiran Hamka berikut: “Inilah janjian yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, atau merk apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. ‘Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita (ujung ayat 62), hlm.211.

Yang menarik, Hamka dengan santun menolak bahwa ayat telah dihapuskan (mansukh) oleh ayat 85 surat surat Ali ‘Imran yang artinya: “Dan barangsiapa yang mencari selain dari Islam menjadi agama, sekali-kali tidaklah tidaklah akan diterima daripadanya. Dan di Hari Akhirat akan termasuk orang-orang yang rugi.” (Hlm. 217). Alasan Hamka bahwa ayat ini tidak menghapuskan ayat 62 itu sebagai berikut: “Ayat ini bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya, segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih.” (Hlm 217).

“Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85 surat Ali ‘Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik; mengakui diri Islam, walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja. Tetapi kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini adalah lengkap melengkapi, maka pintu da’wah senantiasa terbuka, dan kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap (tertulis tetapi) dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia.” (Hlm. 217).

Tentang neraka, Hamka bertutur: “Dan neraka bukanlah lobang-lobang api yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam, sebagaimana yang disediakan oleh Dzi Nuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan, yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok, karena menolak kebenaran.” (Hlm. 218).

Sikap Hamka yang menolak bahwa ayat 62 al-Baqarah dan ayat 69 al-Maidah telah dimansukhkan oleh ayat 85 surat Ali ‘Imran adalah sebuah keberanian seorang mufassir yang rindu melihat dunia ini aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Sepengetahuan saya tidak ada Kitab Suci di muka bumi ini yang memiliki ayat toleransi seperti yang diajarkan Alquran. Pemaksaan dalam agama adalah sikap yang anti Alquran (lih. al-Baqarah 256; Yunus 99).

Terima kasih Buya Hamka, tafsir lain banyak yang sependirian dengan Buya, tetapi keterangannya tidak seluas dan seberani yang Buya berikan. Saya berharap agar siapa pun akan menghormati otoritas Buya Hamka, sekalipun tidak sependirian.

(Ahmad Syafii Maarif )

Catatan :

Irene Handoko, menilai tulisan Achmad Syafii ini “menelikung” maksud Hamka. Karena didekati dari pengertian dalam konteks berpikir bahwa “jelas semua kitab suci itu tidak sama”. Empat golongan itu dan seterusnya (silahkan cek ke sitenya deh)…

 

16 Tanggapan to “Islam tentang Islam dan non Islam”

  1. Herry said

    Saya link di sini ya :
    http://suluk.blogsome.com/suluks-blogrolls/

    Suka

  2. […] Komentar Terbaru Paradoks Informasi Lubang Hitam « Sains-Inreligion di Hawking Ralat Teori Black Hole-nya Herry di Islam tentang Islam dan non Islam agorsiloku di Oke Boss : Semua Ada Ilmunya Fauzan di Oke Boss : Semua Ada Ilmunya mr.wake up di Perjalanan Menuju Alam Kubur […]

    Suka

  3. Menyambung tafsir Hamka:
    Al Baqarah (2) ayat 62: sifat Yahudi, sifat Nasrani, sifat Shabi’in, Siapa saja (yang berkepercayaan lain-lainnya yang jumlahnya banyak) yang beriman kepada Allah (pada hari kebangkitan ilmu agama), hari Kemudian (hari kebangkitan ilmu agama dan beramal shaleh (diakhirnya sesuai sifat Ibrahim Al Baqarah (2) ayat 130) akan menerima pahala disisi tunhannya (pada awal millennium ke-3 masehi).
    Al Maidah (5) ayat 69: Orang beriman (kepada akhir persoalan perselisiahan agama), sifat Yahudi, sifat Shabi’in, sifat Nasrani yang beriman kepada Allah (pada awal millennium ke-3 masehi) dan hari akhir (perselisihan persepsi agama) dan beramal shaleh seperti Ibrahiom, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan dan mereka tidak bersedih hati (apabila hari takwil kebenaran kitab datang pada awal millennium ke-3 masehi sesuai Al A’raaf (7) ayat 52,53. Al Haajj (22) ayat 17: Orang beriman, sifat Yahudi, sifat Shabi’in, sifat Nasrani, sifat Majusi (yang menunggu Isa pada hari kiamat) dan orang musrik (yaitu yang menjadikan nabi sebagai arbaban, asnam sesuai Ali Imaran (3) ayat 80, At Taubah (9) ayat 31, Allah akan memberi keputusan antara mereka (yang berselisih persepsi agama pada hari kiamat (pada awal millennium ke-3 masehi.
    Wasalam,
    Soegana Gandakoesoema, Pembaharau Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

  4. Penjelasan, Keputusan, Ketetapan tentang ayat-ayat:
    Al Baqarah (2) ayat 62,
    Al Maidah (5) ayat 69,
    Al Hajj (22) ayat 17,
    tentang kaum sifat Yahudi dari semua agama, kaum sifat Nasrani dari semua agama, kaum Sabiin yang diluar konteks itu dan kaum Siapa saja (kaum kepercayaan keyakinan yang lain-lainnya) akan jelas persoalannya apabila telah datang:
    1. Allah datang membawa hari takwil kebenaran kitab sesuai Al A’raaf (7) ayat 52,53.
    2. Allah datang menjadikan Al Quran dalam bahasa asing ‘Indonesia’ selain dalam bahasa Arab sesuai Fushshilat (41) ayat 44.
    3. Allah datang menyemurnakan pewahyuan ilmu pengetahuan Al Quran berkat do’a manusia sesuai Thaha (20) ayat 114,115.
    4. Allah datang membangkitkan ilmu pengetahuan agama untuk menciptakan Agama Allah setelah Islam Kaffah, Agama disisi Allah adalah Islam sesuai Al Mujaadilah (58) ayat 6,18,22, An Nashr (110) ayat 1,2,3, Ali Imran (3) ayat 19,81,82,83,85, Al Maidah (5) ayat 3, dimana akan terdapat perdamaian Agama zamani Medinah berdasasrkan perjanjian Hudaibiyah zamani.
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

  5. Dono. said

    Ass.wr.wb,pak Agor semoga kesejahteran pak Agor tetap terjaga,

    Pak Agor, apakah kaum Yahudi,kaum Nasrani dan kaum Sabiin adalah kaum kafir? menurut pandangan islam?

    Dapatkah pak Agor jelaskan disini?

    Terimakasih.
    Wassalam,Dono.

    @
    Wah.. kalau tak keliru, Yahudi adalah yang menerima dari Kaum Nabi Musa (kalau tak salah Israel sekarang) , menerima Kitab Taurat, Nasrani dari Nazareth, yang Nabinya menerima perjanjian lama atau Taurat, dan Shabiin (kaum sabilis) adalah yang menerima Kitab Zabur. Nasrani tidak sama dengan Kristen yang sekarang. Persisnya agor juga lupa jalannya sejarah ini, sejarah dari turunan Nabi Ishak. Sedangkan Nabi Muhammad SAW turunan dari Nabi Ismail.
    Sebagian kecil dari mereka tetap mempertahankan beriman kepada Kitab yang diturunkan kepada mereka, dan dalam AQ dijanjikan jika mereka beriman, mendapatkan pahala surga.
    Sebagian besar, kembali ingkar. Bentuk keingakarannya diungkapkan begitu gamblang dalam Al Qur’an.
    Contoh kongkrit yang difilmkan adalah 10 Perintah Tuhan. Dalam QS 2:62-66 dijelaskan sampai ke hari suci mereka (Sabbath).
    Ada kejadian murka Allah dijelaskan pada ayat ini :… menjadi kera yang hina… menjadi pelajaran pada masa itu, dan orang yang datang kemudian. Ada beberapa kisah (bukan sejarah) bahwa mereka menjadi kera namun beberapa hari kemudian meninggal.
    QS 5:82 menjelaskan bahwa mereka paling keras permusuhannya dengan Islam, namun juga di antara mereka ada rahib-rahib/pendeta yang tidak menyombongkan diri.

    Dalam konteks ini kemudian, sampai sekarang agor memahami bahwa mereka jika mempertahankan imannya dan menjalankan risalah Allah yang diterimanya, maka tak ada kekhawatiran atas mereka.

    Dalam sejarah awal, sebagian dari mereka kemudian memeluk agama Islam.
    Sampai sekarangpun agama yang mensucikan hari Sabtu tetap ada, mereka juga — kalau tidak salah — tidak makan pork dan ikan (kalau tak salah). Agor tidak mendalami.

    Tidak ada keharusan dari mereka untuk berpindah ke agama Islam, namun ada hadis menjelaskan bahwa Rasul Muhammad bersabda, Rasul Isa akan mengikut Rasul Muhammad SAW sekiranya pada jaman yang sama (lupa hadisnya dari mana, harus dicek lagi)

    Mohon semua jawaban ini dicek kembali, kalau keliru mohon diinformasikan balik. Jangan sampai jawaban terbuka ini menyesatkan.
    Wass, agor.

    Suka

  6. andri said

    aku baru berusia 19 tahun. dan aku belom bisa berbicara apa2 tentang islam. sekarang aku ingin tau lebih dalam lgi tentang lslam. bantuannya ya…

    paronoperator@yahoo.com

    Suka

  7. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ Komen #4

    “2. Allah datang menjadikan Al Quran dalam bahasa asing ‘Indonesia’ selain dalam bahasa Arab sesuai Fushshilat (41) ayat 44.”

    Dibawah adalah kutipan dalam bahasa Indonesia AQ-Fushilat (41) : 44.

    AQ Surat 41 : 44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.”

    Pertanyaannya :
    1. Dimanakah didalam ayat ini ada petunjuk bahwa “nanti” Allah akan menurunkan Al-Quraan dalam bahasa asing, lebih spesifik lagi dalam bahasa Indonesia?.
    2. Bukankah ini hanya merupakan sindiran Allah terhadap kaum Quraisy atas keingkaran mereka dan juga jawaban Allah terhadap umat sekarang, baik “Islam” maupun non-Islam yang pasti akan mempertanyakan ” Kenapa AQ harus berbahasa Arab”?.
    3. Bukankah Allah memulai ayat tersebut dengan : Dan “jikalau”…- disambung dengan anak kalimat “tentulah mereka mengatakan.. ila akhirulayah…
    , bukan dengan kalimat : “Nanti akan kami turunkan”…….
    Jadi “Jikalau”… maka akan timbul sanggahan : “Mengapa tidak dijelaskan…. (anak kalimat selanjutnya).
    Bukankah Allah telah menyanggah sendiri kemungkinan Dia akan menurunkan AQ dalam bahasa asing?. Kecuali “kalau” Allah mengutus lagi seorang Nabi, umpamanya “Yang Mulia” Bapak Soegana pada mellinium ketiga (Apa nyampai nggak ya umurnya?). Apa mungkin?.
    Kalau mungkin, maka Allah harus merevisi sejumlah ayat didalam AQ yang mengatakan bahwa Muhammad adalah NABI dan RASUL TERAKHIR atau KHATAMULANBIYA. Maka bohonglah Rasulullah yang mengatakan bahwa beliau adalah Nabi/Rasul terakhir dan tidak akan ada Nabi/Rasul sesudahnya.
    Mohon penjelasan “Yang Mulia”.

    Saya anjurkan, jangan mengutip ayat AQ sepenggal-sepenggal sehingga maksud dan ma’na ayat jadi rancu dan amburadul. Jangan pernah menafsirkan ayat-ayat AQ kalau belum menguasai “ilmu alatnya” walaupun anda hafal seluruh ayat AQ.

    Wassalam,

    @
    Mas Abu, memang di situ letak hebatnya persepsi tunggal. Kalau sudah persepsi tunggal, apalagi yang bisa kita jelaskan… 🙂

    Suka

  8. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    “Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya, segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih.”

    Inilah pandangan Hamka.
    Jadi siapa saja, selama dia beriman kepada Allah, percaya kepada semua Rasul termasuk kepada Nabi Muhammad SAW dan beramal shalih, pasti akan mendapatkan sorga.
    Kalau sesorang percaya kepada Rasul Muhammad SAW, maka sudah semestinya dan bahkan wajib hukumnya mengikuti ajaran dan sunnah beliau. Dengan kata lain sudah Islamlah mereka. Bukan lagi Yahudi, Nasrani, Shabiin dan sebagainya.
    Memang tidak ada paksaan dalam Islam. Tidak boleh kita memaksa mereka untuk mempercayai Muhammad sebagai Rasulullah dan khatamulanbiya atau memaksa mereka menganut Islam. Tetapi kalau mereka tidak mempercayainya, maka keluarlah mereka dari maksud dan tujuan dari yang disebut Buya Hamka diatas (yaitu mempercayai semua Nabi dan Rasul termasuk Muhammad bin Abdullah). Konsekwensinya, kalau percaya wajib mengikuti. Kalau tidak, sama dengan kebanyakan umat Islam sekarang. Ngaku Islam tapi tidak mengikuti ajaran dan sunnah Rasulnya.
    Jadi tidak ada yang namanya “Semua agama sama” atau “masing-2 agama punya sorganya sendiri”.
    Wallahua’lam.
    Wassalam,

    @
    Wass.ww.
    Di sini polemik terjadi. Dalam hal agama Islam untuk ummat Islam/kaum beriman seluruhnya tidak ada keraguan bagi kita untuk mempercayai kitab-kitab Allah yang lainnya (Zabur, Taurat, Injil) atau mempercayai ada Rasul-rasul lain sebelum Nabi terakhir, bahkan jumlah Nabi juga jauh lebih banyak dari 25. Artinya kita memahami bahwa kaidah agama adalah agama tauhid. Di luar agama tauhid agama tidak masuk dalam term agama Islam. Penyembahan di luar agama tauhid dalam konteks Islam adalah kafir.
    Jadi agama memang berbeda. Ummat Islam juga diwajibkan mempercayai kitab-kitab yang diturunkanNya.
    Sebuah pernyataan dari Allah yang juga perlu kita renungi pula dan kita perlu memahami keberatannya dengan pernyataan yang telah Allah jelaskan pula.
    Wassalam.

    Suka

  9. Alviansyah said

    kalau saya menyimpulkan apa yang di katakan dan di sampaikan oleh buya hamka yaitu berarti semua agama itu sama,itu dari apa yang saya simpulkandan,dan pertanyaan saya adalah bagaimana penjelasan selanjutnya jika kita kaitkan dengan ayat Alqur’an yang berbunyi INADINNA INNDAULLAHIL ISLAM, yang artinya Tidaklah agama yang di terima di sisi ALLAH melainkan islam, begitu yaa atau tidak salah artinya,Maklum saya ini adalah orang yang jahil(bodoh) dalam beragama, namun saya hanya ingin mengetahui apa sangkut paut ayat ini dengan penjelasan Buya tentang penapsiran ayat 62 AL BAKOROH dan ayat 69 AL MAIDAH
    sekian aterima kasih atas penjelasannya…
    Wassalammu’alaikum Wr,Wb

    Suka

    • agorsiloku said

      Wass.ww. Mas Alviansyah.
      Sy juga agak sulit memberikan komentar dari catatan yang menarik ini. Jadi, mari kita lihat konsepsinya dengan pelan-pelan saja ya. Pernyataan dari ayat-ayat yang berkenaan dengan hal ini antara lain :
      Al Imran 85 : Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang yang merugi. Al Baqarah 256 : Tidak ada paksaan dalam memasuki agama, …telah jelas yang benar dan yang keliru …, dan Al Baqarah 62 : Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
      Menarik kalimat awal dari Al Imran 85 : Barang siapa mencari …. Ini jelas menunjukkan sebuah proses pencarian keberagamaan untuk melengkapi hidupnya. Seorang yang mencari (seperti Nabi Ibrahim yang sedang mencari siapa Sang Pencipta) adalah sebuah perjalanan spiritual dan rasional dengan segala daya dan pikiran. Barangkali di masa kini, lebih banyak lagi mencari orang yang bisa kita sebut sebagai pencari kebenaran ini (dari cara berpikir filsafat). Mereka membanding-bandingkan ragam agama dalam perjalanannya sebelum memutuskan “saya pilih …”. Ayat ini jelas sekali menegasi, yang kemudian memilih yang bukan agama Islam, adalah yang merugi dan tidak akan diterima. Dalam dunia nyata, sedikit orang yang melakukan proses pencarian agama sebagai kebenaran dalam hidupnya. Kebanyakan, mengikuti apa yang dijalankan dan diterima dari nenek moyangnya saja. Jika sang pencari memilih agama dalam proses pencariannya, tentulah dari sudut agama Islam, akan memilih agama Islam, karena telah jelas (seperti yang disampaikan AQ 256, jelas mana yang hak dan mana yang batil).
      Ayat Al Baqarah 62 : … Siapa yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh …. menegasi sebuah konsep yang menjelaskan bahwa beriman kepada Allah itu tidak bisa hanya dirujuk dari wujud dan nama agama yang dianutnya, tapi dari apa yang ada dalam hati manusia untuk beriman dengan sebenar-benarnya kepada Allah dan percaya hari kemudian. Pada ayat lainnya cukup banyak dijelaskan iman itu apa dan berserah diri itu apa (muslim). Ayat lainnya menjelaskan pada setiap manusia diilhamkan jalan kefasikan dan kebaikan.
      Keseluruhan konsepsi ini menunjukkan betapa kemahaadilan Allah SWT dan sekaligus memberikan kesempatan untuk kebebasan memilih sebagai resiko atas pilihan dan menerima konsekuensi atas pilihannya.

      Kita akan jumpai dalam kehidupan ummat beragama Islam, yang sangat tidak islami, yang nashrani tapi sangat islami, yang islam dan sangat islami. Misalnya, Apakah kita bisa menyelelami seorang penyembah berhala yang karena pengetahuan dan kemampuannya merasa bahwa Allah itu yang dia sembah adalah benar, dia beriman dalam hatinya sungguh-sungguh, dia percaya akan hari kemudian dengan konsepsi yang keliru, dan dia beramal shaleh kepada sesamanya, lalu Allah Azza Wa Jalla akan menghukum atas segala kebodohan hidupnya?. Apakah konsepsi berpikir kita terhadap kemahaadilan Allah seperti itu?. Jika kita berpikir begitu, kita sedang mengasumsikan kemahaadilan Allah dalam konsepsi berpikir kita !. Audzubillah min zalik !

      Kalau begitu,
      bisa saja seorang penyembah berhala tapi dalam pikirannya Allah yang sesungguhnya dan benar, lalu kemudian masuk surga?. Jawabnya jelas, Allah maha adil dengan segala keputusanNya. Kalau kemudian dia menggunakan pikiran, akal budi, dan berpasrah diri kepada Allah, lalu dalam “barang siapa mencari”, insya Allah pilihan akan jatuh pada agama yang hak !, yang diturunkan Allah dengan segala kelengkapannya.
      (itulah mengapa pula saya enggan mendiskusikan semua agama itu sama, Allah SWT melalui Rasul terakhirnya sudah memilihkan untuk menjadi ummat pengikut Muhammad, sebuah anugrah sehingga proses pencarian cukup ada di sini saja). Menarik kesimpulan semua agama itu sama, rasanya bukanlah kesimpulan dari ayat-ayat di atas. Begitu juga dengan dihapuskan atau tidak. Semakin direnungi, akan tampak cahaya terangnya !, insya Allah.
      Wassalam.

      Suka

  10. Elzach said

    Assalamu’alaikum wr wb.

    Manusia diberi umur yang cukup untuk memahami kebenaran, dan semoga kelak kita dapat mencapai khusnul khatimah.
    Tujuan utama amanat agama ini adalah perbaikan akhlak,
    Nah tingkatan akhlak inilah yang perlu dipahami :
    1. Akhlak kepada Allah SWT.
    2. Akhlak kepada sesama manusia
    3. Akhlak kepada mahluk hidup selain manusia
    4. Akhlak kepada alam lingkungan.

    Tingkatan itu analoginya seperti ini, jika kita baik sama teman sekerja tetapi kurang ajar kepada atasan kita, maka semua kerja kita tidak dianggap bernilai prestasi oleh atasan kita sebetapapun baik/ hebatnya kerja dan kebaikan kita.

    Jika kita baik kepada binatang tetapi ganas kepada manusia, tentu kita akan diburu manusia untuk dibunuh, minimal dipenjara, jika kita baik pada sesama manusia tetapi kurang ajar atau durhaka kepada Tuhan, maka kebaikan kita kepada sesama manusia itu menjadi sia-sia.

    *******
    Firman Allah SWT:

    [25.17] Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah): “Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?”

    [25.18] Mereka (yang disembah itu) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa.”

    [25.19] Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat lalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.

    [25.23] Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan (sia-sia).

    *******
    Dikatakan kepada penduduk Neraka, apakah tidak ada yang memberi peringatan kepada kalian?, telah ditetapkan kalian menjadi penduduk neraka kekal di dalamnya karena kaafiran kalian ! silahkan kalian meminta tolong kepada apapun yang kalian sembah selain Allah itu jika mereka mampu ! sesungguhnya, tiada daya dan kekuatan kecuali milik Allah!

    Agama Tauhid ini, telah diajarkan kepada sejak manusia pertama diciptakan hingga akhir zaman, diajarkan melalui para nabi dan rasul, dan masing-masing dengan membawa mukzizat dan kitab Allah, tetapi kebanyakan manusia berpaling dan mendustakan, sesungguhnya apa yang mereka lakukan itu tidak lain hanya membinasakan diri sendiri dan kaumnya sendiri. Jika seluruh manusia dan jin dari awal hingga akhir semuanya beriman, sungguh itu tiada akan menambah kerajaan atau keuntungan bagi Allah sedikitpun, dan jika seluruh manusia atau jin kufur semua, sungguh tiada membahyakan, tiada merugikan Allah atau mengurangi kerajaan Allah sedikitpun

    Setiap kali diturunkan kitab, selalu mereka mencoba mengubahnya sesuai hawa nafsu mereka sendiri, bahkan berusaha menyesatkan sesama kaumnya yaitu sesama manusia sendiri, sungguh manusia ini tidak pandai bersyukur dan menantang azab yang besar !

    Beruntunglah orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari petunjuk jalan yang benar,
    menghilangkan segala prasangka dan kedengkian hati, membuka hati dan pikiran untuk mencari kebenaran.
    Kita tidak pernah tahu bagaimana kelak kita akan mati, untuk itu demi kepentingan manusia sendiri kita diwajibkan untuk berdo’a memohon hidayah Allah SWT, minimal 17 kali yang terkandung di surah Al Fatihah dalam sholat, dan doa antara dua sujud, supaya diteguhkan kita selalu berjalan di jalan yang benar hingga akhir hayat

    Jalan kebenaran itu jalan yang suci, tidak bisa ditegakkan dengan cara yang bathil, tidak pula dengan saling memaki.
    Hidayah Allah itu bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh berharap keselamatan bagi dirinya dan keluarganya.
    Jika seseorang memeluk Islam, maka keberuntungan adalah baginya sendiri dan keluarganya karena selamat dari azab kekal di neraka, …kita umat Islam ataupun Rasulullah tidak meminta bayaran darinya,… tetapi kenapa kita selalu peduli? karena di hati kita ada rasa kasih untuk berbagi ilmu dan keselamatan, selalu ada harapan di hati kita untuk keselamatan sesama manusia.
    Kewajiban kita hanya menyampaikan, jika mereka berpaling maka kita tiada boleh memaksa, karena itu adalah hak mereka, dan kelak mereka sendiri yang akan berhadapan dengan hukum Allah SWT.
    Betapa menyesalnya orang-orang yang kafir itu kelak, karena tidak hanya menyebabkan dirinya masuk Neraka kekal didalamnya, tapi juga semua orang yang dicintainya yang mengikutinya.

    Kita umat Islam, selamanya tidak pernah merasa perlu pusing untuk ragu sebagaimana mereka yang selalu ragu apakah yang mereka sembah itu mahluk ataukah tuhan?
    Kita umat Islam jelas dan yakin, bahwa apa yang kita sembah adalah Allah, Tuhan Pencipta segala sesuatu di alam semesta ini, sehingga tiada sesuatupun di alam semesta ini yang boleh dan dapat disamakan dengan Tuhan.
    Dia Allah, Pemimpin alam semesta ini hanya Satu ! jika ada lebih dari satu tuhan, maka akan saling menghancurkan, sehingga bumi yang indah dan kehidupannya terpelihara berjuta tahun/ berabad-abad ini tidak akan pernah terbentuk walau hanya sedetik !
    Dia Allah, Yang Awal dari segala sesuatu sehingga tiada diperanakkan oleh sesuatu, yang Maha Kuasa sehingga tiada butuh sekutu apapun,
    Yang Maha Memiliki dan Mewarisi seluruh alam semesta ini, Dia tiada butuh anak atau keturunan apapun.

    Manusia saja tidak mau disamakan dengan sandal ciptaan manusia sendiri , apalagi Tuhan! jangan coba-coba disamakan dengan ciptaanNya! Bisa Maha Murka Dia, bahkan laut dan gunungpun tak sanggup membayangkan keMurkaanNya sehingga tidak mau mengemban amanat agama.

    Apakah untuk mengampuni sandal, manusia merasa perlu merubah wujudnya menjadi sandal? Tentu tidak ! Cukup manusia memelihara sandal yang disayanginya dengan memberinya tempat yang baik, jangan sampai ikut dibakar ditempat sampah!

    Cukup Allah memelihara manusia-manusia yang dicintaiNya dengan cara memberi petunjuk jalan yang benar menuju tempat yang terpelihara (Syurga) sehingga tidak sampai ikut terbakar di Neraka !

    *******
    [25.31] Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.

    *******

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Suka

  11. haniifa said

    @mas Agor
    Ikutan jualan pisang goreng yach…

    Thx. berat, #Haniifa.

    Suka

  12. fihsarhafiz said

    takbir “ALLAHUAKBAR”

    Suka

  13. fieana said

    asSaLamUaLaiKUm …
    saya seorang muslim yang masih sekolah
    Saya belum bisa menulis apa2 karna mungkin ilmu saya masih sangat sedkit n masih perlu belajar lagi…

    Untuk semua Umat islam sedunia ; perteballah imanmu jangan sampai d injak2 oleh para penjajah…

    akhir kata…

    FASTABIKHUL KHAIRAT
    Wassalam…

    Suka

  14. Mas Agor, topik tentang bagaimana atau syarat apa bagi non muslim untuk tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita pada akhirat nanti, dan bagaimana Syafii Maarif mengambil sebagian dari tafsir Hamka, tafsir selengkapnya bisa dilihat di,

    Toleransi beragama

    Sedangkan pendapat Syafii Maarif terhadap tafsir Hamka dan juga pendapat yang sering diutarakan kaum pluralisme, sudah ditanggapi oleh Adian Husaini, lihat di,

    Jangan Memfitnah Buya HAMKA

    Semoga berguna.

    Suka

  15. assalamualaikum
    saya juga nggak bisa nulis bhs arab dgn bener,lalu gmn nih?
    mungkin kurang belajar kli ya? aq juga pelajar

    lalu untuk para muslim yang kyk aku juga belajar ya! aku juga belajar

    dah,itu aja
    wassalam…

    Suka

Tinggalkan komentar