Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika.?
Posted by agorsiloku pada November 13, 2006
Kamis, 18 April 2002
Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika Telah Menjadi Kenyataan?
* Mangku Sitepoe
Domba Dolly yang lahir pada 5 Juli 1996 diumumkan pada 23 Februari 1997 oleh majalah Nature. Pada 4 Januari 2002 di hadapan para wartawan dinyatakan domba itu menderita radang sendi di kaki belakang kiri di dekat pinggul dan lutut atau menderita arthritis. (Kompas, 5/1/02)Kelahiran domba Dolly berkat kemajuan teknologi rekayasa genetika yang disebut kloning dengan mentransplantasikan gen dari sel ambing susu domba ke ovum (sel telur domba) dari induknya sendiri.
Sel telur yang sudah ditransplantasi ditumbuhkembangkan di dalam kandungan domba, sesudah masa kebuntingan tercapai maka sang domba lahir yang diberi nama Dolly. Sehingga domba Dolly lahir tanpa kehadiran sang jantan domba, seolah-olah seperti sepotong batang ubi kayu ditanam di tanah yang kemudian tumbuh disebut mencangkok. Sejak lahir si domba Dolly tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat tetapi sesudah hampir enam tahun mulai muncul penyakit arthritis yang dijelaskan di hadapan wartawan.
Menjadi pertanyaan: Mengapa domba Dolly menderita arthritis saja diumumkan ke seluruh muka Bumi?
***
Domba Dolly dihasilkan dari hasil transplantasi gen atau gen yang satu dipindahkan ke gen yang lain. Diasosiasikan perpindahan gen. Dapat antarjenis maupun lintas jenis yang kemudian ditumbuhkembangkan. Jenis penyakit yang ditemukan oleh Prusiner SB, 1986 diklasifikasikan sebagai penyakit prion; pada domba disebut penyakit Scrapie pada tahun 1787, dapat menular ke sapi yang disebut penyakit Sapi-gila tahun 1986. Penyakit sapi gila dapat menular ke manusia menjadi penyakit Creutzfeldt-Jakob varian baru (nv CJD) tahun 1996. Sedangkan CJD tradisional dijumpai pada tahun 1922.
Ada satu jenis penyakit lagi pada manusia disebut penyakit kuru juga disebabkan oleh prion, tahun 1957. Penyakit prion juga disebut “gangguan dari gen“, dapat dicetuskan apabila adanya kanibalisme.
Kekhawatiran penyakit prion atau penyakit gen sesudah 200 tahun kemudian baru menjadi kenyataan, Yaitu sejak tahun 1787 sampai 1986. Demikian pun halnya dengan kekhawatiran penyakit arthritis yang diderita oleh domba Dolly sesudah enam tahun baru muncul. Masa inkubasi penyakit Scrapie pada domba 1,5 sampai dengan empat tahun, penyakit sapi gila empat sampai dengan delapan tahun, dan penyakit kuru pada manusia delapan sampai dengan 20 tahun. Apakah penyakit arthritis yang dijumpai pada domba Dolly sesudah enam tahun juga merupakan suatu penyakit dari gen atau muncul dari penggunaan rekayasa genetika?
Pertanyaan ini muncul sesudah adanya pengalaman pada penyakit prion seperti penyakit sapi gila di Inggris yang dikemukakan oleh Prusiner S B di tahun 1986.
Kekhawatiran terhadap penyakit arthritis si domba Dolly disebabkan oleh penggunaan rekayasa genetika didukung pula oleh beberapa hasil hewan percobaan:
Percobaan Guff B L (1985), penggunaan gen pertumbuhan manusia kepada embrio, diharapkan akan muncul keadaan yang baik ternyata muncullah yang buta, immunosupresif, arthritis, gangguan pencernaan, dan lain-lain.
Demikian pula penelitian Arfad Putzai (1998) menggunakan kentang transgenik yang mentah diberikan kepada tikus percobaan memberikan gejala gangguan pencernaan, imunosupresif, kekerdilan, serta adanya arthritis.
Apakah arthritis pada domba Dolly sesudah enam tahun dari kelahirannya disebabkan oleh penggunaan teknologi rekayasa genetika? masih diragukan kebenarannya. Walaupun percobaan Arfad Putzai ditentang oleh berbagai pakar di seluruh dunia tentang keakuratan penelitian tersebut, tetapi Perdana Menteri Inggris menyatakan agar meninjau kembali tentang peraturan penggunaan produk-produk biotehnologi di Inggris. Kedua percobaan tersebut merupakan kenyataan dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan GMO.
Satu-satunya gangguan kesehatan sebagai dampak negatif atau bentuk nyata penggunaan hasil rekayasa genetika (GMO), pada manusia yang telah dapat dibuktikan ialah reaksi alergis. Tetapi, baik diketahui bahwa gen tersebut menimbulkan reaksi alergis maka seketika itu seluruh gen serta produk dari gen tersebut ditarik dari peredaran, sehingga dikatakan sampai saat ini belum dijumpai lagi adanya dampak negatif gangguan kesehatan yang ditimbulkan dalam penggunaan GMO pada manusia.
Seperti dikemukakan oleh Wallase, 2000, bahwa tidak seorang pun di muka Bumi ini ingin menjadi hewan percobaan terhadap penggunaan produk GMO. Sedangkan untuk hewan dan beberapa hewan percobaan ada pula dijumpai di lapangan seperti adanya penggunaan GMO pada tanaman yang digunakan sebagai bahan pakan pokok larva kupu-kupu raja menimbulkan gangguan pencernaan, menjadi kuntet akhirnya larva kupu-kupu mati.
Temuan di lapangan mengenai kasus kematian larva kupu-kupu yang memakan bahan pakan produk GMO dan hasil penelitian Arfad Putzai memberikan kekhawatiran terhadap pemberian hasil rekayasa genetika kepada hewan maupun manusia dalam keadaan mentah. Bentuk nyata lainnya penggunaan hasil rekayasa genetika yang telah pernah dijumpai ialah adanya gangguan lingkungan berupa tanaman yang mempergunakan bibit rekayasa genetika menghasilkan pestisida. Sesudah dewasa tanaman transgenik yang tahan hama tanaman menjadi mati dan berguguran ke tanah. Bakteri dan jasat renik lainya yang dijumpai pada tanah tanaman tersebut mengalami kematian. Kenyataan di lapangan bahwa hasil trasngenik akan mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang dikhawatirkan akan memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.Di khawatirkan pada areal tanaman transgenetik sesudah bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir. Kenyataan di lapangan adanya sifat GMO yang disebut cross-polination. Gen tanaman transgenetik dapat ber-cross- polination dengan tumbuhan lainnya sehingga mengakibatkan munculnya tumbuhan baru yang dapat resisten terhadap gen yang tahan terhadap hama penyakit. Cross-polination dapat terjadi pada jarak 600 meter sampai satu kilometer dari areal tanaman transgenic. Sehingga bagi areal tanaman transgenik yang sempit dan berbatasan dengan gulma maka dikhawatirkan akan munculnya gulma baru yang juga resisten terhadap hama tanaman tertentu.
Penggunaan bovinesomatotropine hormon yang berasal hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi susu sapi mencapai 40 persen dari produksi biasanya; demikian pula porcine somatotropin yang dapat meningkatkan produksi daging babi 25 persen dari daily gain biasanya.
Tetapi, kedua ini akan menghasilkan hasil sampingan berupa insulin growth factor I (IGF I) yang banyak dijumpai di dalam darah maupun di dalam daging, hati, serta di dalam susu. Mengonsumsi IGF I akan memberikan kekhawatiran risiko munculnya penyakit diabetes, penyakit AIDS dan resisten terhadap antibiotika pada manusia sedangkan pada sapi akan memberikan risiko munculnya penyakit sapi-gila serta penyakit radang kelenjar susu (mastitis).
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap ekonomi bibit yang dihasilkan dengan rekayasa genetika merupakan final stok bahkan disebut dengan suicide seed sehingga membuat kekhawatiran akan adanya monopoli. Kekhawatiran terhadap efesiensi penggunaan GMO, misalnya, di Meksiko penggunaan bovinesomatothropine kepada sapi meningkatkan produksi susu 25 persen tetapi penggunaan pakan meningkat sehingga tidak adanya efisiensi.
Demikian pula kekhawatiran penanaman kapas Bt di Provinsi Sulawesi Selatan dapat meningkatkan produksi tiga kali lipat, tetapi bila subsidi supplier ditarik apakah tetap efisien? Kekhawatiran akan musnahnya komoditas bersaing apabila minyak kanola diproduksi dengan rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi minyak goreng beratus kali lipat maka akan punah penanaman tanaman penghasil minyak goreng lainnya seperti kelapa dan kelapa sawit.
Demikian pula dengan teknologi rekayasa genetika telah diproduksi gula dengan derajat kemanisan beribu kali dari gula biasanya, maka dikekhawatirkan musnahnya tanaman penghasil gula.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap sosial bersifat religi, bagi umat Islam penggunaan gen yang ditransplantasikan ke produk makanan maka akan menimbulkan kekhawatiran bagi warga Muslim. Penggunaan gen hewan pada bahan makanan hasil rekayasa genetika yang akan dikonsumsi merupakan kekhawatiran bagi mereka yang vegetarian.
***
Kasus Ajinomoto di Indonesia di awal tahun 2001, penyedap rasa Ajinomoto diduga menggunakan unsur babi di dalam memroses pembuatan salah satu enzimnya. Pembuatan enzim ini dapat menggunakan teknologi rekayasa genetika menggunakan gen. Seluruh produk Ajinomoto yang diduga menggunakan unsur babi di dalam proses pembuatan enzimnya ditarik dari peredaran.
Kloning manusia seutuhnya merupakan kekhawatiran umat manusia yang akan memusnahkan nilai-nilai kemanusiaan. Gen hewan disilangkan dengan gen manusia yang akan memberikan turunan sebagai hewan, yang jelas-jelas menurunkan nilai-nilai kemanusiaan.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO di Indonesia, Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas yang diduga sebagai hasil dari rekayasa genetika maupun yang tercemar dengan GMO, berasal dari negara-negara yang telah menggunakan teknologi rekayasa genetika. Mulai dari tanaman, bahan pangan dan pakan, obat-obatan, hormon, bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil peternakan dan sebagainya diduga mengandung GMO atau tercemar GMO.
Kebiasaan akan mendorong kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan hasil rekayasa genetika
Gangguan terhadap lingkungan
Pola tanam produk pertanian di Indonesia areal kecil dikelilingi oleh berbagai gulma, dengan adanya sifat cross-polination dari GMO maka dikhawatirkan akan bermunculan gulma baru yang lebih resisten.
Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik dalam tanah bekas penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang bersifat toksis. Jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah.
Sifat tanaman GMO yang dapat membunuh larva kupu-kupu, akan memberikan kekhawatiran punahnya kupu-kupu di Sulawesi Selatan. Seperti diketahui Sulawesi Selatan termasyhur dengan kupu-kupunya.
Gangguan terhadap kesehatan.
Satu-satunya gangguan kesehatan akibat penggunaan hasil rekayasa genetika ialah reaksi alergis yang sudah dapat dibuktikan. Kebiasaan mengonsumsi daging, di Indonesia memiliki kekhususan tersendiri dalam pola konsumsi daging, tidak ada bagian tubuh sapi yang tidak dikonsumsi. Apabila sapi disuntik dengan bovinesomatotropin, mengakibatkan kadar IGF I meningkat sangat tinggi dalam darah dan hati. Bagi daerah yang menggunakan darah sebagai bahan pangan demikian pula mengonsumsi hati (Indonesia mengimpor hati sejumlah lima juta kg dari negara-negara yang menggunakan GMO) memberikan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO.
Kebiasaan di Indonesia mengonsumsi lalapan, mulai dari kol, kacang panjang, terong, kemangi, dan sebagainya apabila berasal dari tanaman transgenik maka dikhawatirkan memunculkan dampak negatif seperti larva kupu-kupu.
Kebiasaan di Indonesia menggunakan tauge mentah, kemungkinan dipergunakan kedele impor yang diduga kedele transgenik, maka dikhawatirkan munculnya dampak negatif seperti percobaan Arfad Putzai.
Kebiasaan pakan ternak, dari gulma, sisa-sisa dari hasil pertanian apabila berasal dari areal penanaman transgenik kemungkinan telah mengandung transgenik akan memberikan kekhawatiran seperti percobaan Arfad Putzai.
Pakan ternak Indonesia didominasi bahan impor, baik bungkil kedele maupun jagung berasal dari negara-negara menggunakan GMO sehingga diduga mengandung bahan GMO. Penyakit ayam kuntet telah dijumpai di Indonesia, dikhawatirkan akibat dari penggunaan jagung dan kedelai transgenik seperti percobaan Arfad Putzai.
Gangguan terhadap religi dan etika.
Penggunaan obat insulin yang diproduksi dari transplantasi sel pancreas babi ke sel bakteri, serta xenotransplatation yang menggunakan katup jantung babi ditransplantasikan ke jantung manusia memberikan kekhawatiran terhadap mereka yang beragama Islam.
Indonesia telah mengimpor kedelai dua juta ton dan jagung 1,2 juta ton serta berbagai komoditas lainnya pada tahun 2000 yang diduga mengandung GMO, sehingga sudah dapat dipastikan Indonesia telah mengonsumsi hasil rekayasa genetika. Tetapi, hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari penggunaan GMO. Jangankan mendeteksi dampak negatif penggunaan GMO, mendeteksi apakah komoditas yang diimpor mengandung GMO saja belum pernah dilakukan di Indonesia. Justru untuk itulah kami memberanikan diri mengemukakan dugaan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan dari produk rekayasa genetika di Indonesia
dr drh Mangku Sitepoe Mantan Staf Dirjen Peternakan Bagian Pakan Konsentrat
Catatan : Soal kematian Dolly, si kambing lahir sebagai rekayasa genetik menarik. Dari sumber lain didapat juga informasi bahwa usia dolly yang lahir itu, sama dengan usia dari sel sebenarnya. Jadi, meski baru terlahir, dia sesungguhnya sudah tua. Rekayasa genetik juga menarik, bahwa sistem informasi dari dalam satu sel bersifat holografis. Maksudnya memberikan informasi terhadap keseluruhan dari wujud keseluruhannya. Sepotong sel daun, memberikan informasi lengkap tentang pohon itu sendiri. Ini fakta pengetahuan yang menarik.
jeffry said
mengapa tidak disebarluaskan agar semua orang tau hal ini?
@
Mudah-mudahan penulis asli yang menulis ini, ridha sama agor disebarluaskan, meski hanya melalui blog ya….
SukaSuka
Anonim said
terima kasih atas pendapat nya
SukaSuka
rovick said
saya sangat terkesan atas keberanian anda dalam memaparkan berita tersebut, ikalau anada tidak keberatan saya sedang mengembangkan suatu penelitian tentang percepatan dan perlambatan genetika namun dikarenakan kurangnya fasilitas ditempat saya dipapua, saya terpaksa menghentikan sementara penelitian saya, apabila anda tidak berkeberatn untuk membantu saya menunggu balasan anda secepatnya.
@
Saya akan coba cari informasi dulu Mas, beberapa teman peneliti mungkin bisa membantu….
SukaSuka
thyna said
memang bagus sich artikel ini tapi kenyataanya, banyak orang yang gak tau jadi sebar luasinnya yang pinter2 aja /
@
Sebuah pemahaman mengenai usaha rekayasa genetika… namun kita tidak tahu bagaimana setelah teknologi benar-benar telah bisa memetakan dan mengkombinasikan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan….
SukaSuka
Bobotoh Persib said
Bagus dengan adanya Rekayasa genetika Seperti itu! Tapi hanya untuk orang yang baik dan tidak banyak ulah, Tapi jangan sekali-kali merekayasa genetika Tersebut untuk *GEORGE W BUSH* kalau itu terjadi :
“MAKA DUNIA AKAN KACAU”
@
Wah… betul juga… kalau muncul banyak mahluk ini… makin banyaklah kerepotan dunia … 😀 , nanti semua negara minyak akan ditundukkan oleh polisi ini. Satu saja sudah repot, apalagi banyak 😦 😦
SukaSuka
Lily said
Lalu, apa yang dapat membedakan bahan pangan hasil transgenik dengan yang tidak?
@
Wah… saya belum tahu Mba. Jelas dari segi tampilan fisik bisa lebih indah, tanpa biji atau pisang yang lebih mengkilap dan awet atau lebih manis, lebih besar ukurannya dibandingkan yang alami. Dari segi pengaruh terhadap tubuh, ini saya belum tahu juga, meski kekhawatiran mengenai hal ini cukup banyak…..
Secara mendasar rekayasa ini selalu terjadi untuk mendapatkan bibit yang bagus untuk tumbuhan atau cangkok organ pada manusia atau hewan diuji coba terus. Tanaman padi yang kita makan sehari-hari, nyaris saat ini tidak lepas dari usaha memperoleh bibit unggul. Apakah ini mempengaruhi secara genetis… sekali lagi, saya belum tahu…
SukaSuka
ummu aisyah said
hal ini mulai saya cermati semenjak punya anak, sepupu saya dengan bangganya memberi makan anaknya dengan pisang sunrise yang indah bentuknya dan tidak mudah layu, tapi saya lebih memilih pisang lumut yang kalau ga habis 4 hari aja udah berubah kulitnya jadi aga kehitam2an. sekarang tukang buah banyak dipinggir jalan dan kalau dicermati dengan suhu alam yang panas saat ini kok buah tidak berubah warna dan tidak mudah layu, terutama pada jeruk sunkist dan apel merah. bukankah itu aneh? saya sekarang lebih memilih buah lokal yang alami adza, yang pasti kalau tidak cepat dihabiskan ya mudah untuk busuk, tapi itulah yang normal
SukaSuka
agorsiloku said
Kebutuhan perdagangan dan rekayasa genetika (kah) untuk menghasilkan buah yang kulitnya lebih keras dan awet atau dilapisi bahan-bahan pengawet sudah menjadi cara berusaha. Sesuatu yang normal dalam dunia persaingan. Dorongan kembali ke “alam”, natural kemudian menjadi pilihan kembali, karena kesadaran bahwa yang terbaik adalah mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh alam. Back to Nature….
SukaSuka
yuni said
Ikut nimbrung ya..wah bagus2 artikelnya…ku jd mulai tertarik tentang RekGen nih…untuk pengobatan kanker ato bahkan aids kan jg bisa ya? klo mengkloning org kyk einstein kyknya bgs jg deh :)hehe..,eitt jgn ding itu kan dosa..tlg kabar2i ya klo da info2 yg up to date, ke emailku mau?? makasih byk ya…
@
Terimakasih apresiasinya Mba… … terimakasih juga sudi berkunjung… kalau ada yg baru, dan agor tahu… insya Allah dimuat di blog ini… Namun, mohon maaf… kalau mengirim via email… agak susah… karena yang disebut baru juga relatif benar seeh… kemudian, itu artikel comot sana-comot sini… Namun, jika ada dan tercatat… tentu saja mau kirim juga via email… 😀
SukaSuka
dr Jen said
Kalau saya baca yang seperti ini, ingin rasanya dapet artikel yang sekaligus menjelaskan mekanisme bio molekularnya, data-data ini hanya data yang gak bercerita kalo gak ada nyambungnya, pasti ada penjelasan lebih detilnya kan?
@
mekanisme biologi molekuler, mutasi dna/genetik… wah.. pastilah ada… kan itu ada matakuliahnya juga… cuma agor belum punya juga. maklumlah ini hanya kumpulan artikel yang menarik hati saja… 😦
SukaSuka
dinda said
bagaimana dengan domba transgenik, apakah sudah ada penelitian tentang itu?
SukaSuka
Anonim said
nie dinda cpa
SukaSuka
haniifa said
Bisa dibayangkan kalau “ulat” saja tidak mau makan dari daun-daun/buah-buahan hasil transgenik. Sementara kita sebagai manusia yang mempunyai kelengkapan alat pencernaan lebih komplek dibandingkan dengan ulat…”kok berani memakannya”
@mba lily
Ciri lain sayuran/ buah-buahan transgenik yaitu tidak ada bekas gigitan ulat (atau berulat).
@
Walah… maksudnya bukan tidak dimakan ulat, tapi transgenik kan dipelihara dalam lingkungan khusus (tidak dialam bebas), jadi ulat tidak tinggal di sana. Pada beberapa kasus transgenik digunakan juga untuk memperkuat buah, meningkatkan ukuran, cita rasa, atau tanpa biji…. 😀
SukaSuka
fikri said
jadi klau ulat g makan daun jadi makan apaan dong
SukaSuka
Haniifa said
Waduh klo gitu gimana yach!
Sepengetahuan saya tanaman jagung, pepaya, jeruk dan kentang transgenik ditanam di lapangan terbuka.
Jagung tahan serangga
– Racun hasil transgenik membunuh “corn borer”
– Gen pengendali produksi racun berasal dari “bakteri”
Pepaya, jeruk dan kentang tahan virus
– Virus hasil tansgenik mecegah berkembangnya virus yang lain
– Gen ketahanan berasal dari “virus”
Mohon maaf saya juga lupa ada hasil bioteknologi di ruangan “khusus”
@
Mohon maaf saya juga lupa ada hasil bioteknologi di ruangan “khusus” –> he..he.. betul, malah ketukar dengan tanaman sayuran mahal di supermarket. Padahal itu aeroponik. Trims atas koreksinya.
Transgenik tanaman memang betul di lapangan terbuka, hanya memang dilindungi dengan mengubah genetiknya sehingga tahan serangga atau bakteri. Biar lebih awet. Tanaman itu, konon juga memungkinkan peluang untuk merusak tubuh kita jika dimakan…
Terimakasih ya koreksinya.
SukaSuka
setyo ayu hardyanti said
wah!!!
ternyata berbahaya juga….
______________________________-
dan saya juga mo berterima kasih..
pada andreas, karena dengan artikelnya, saya mendapat nilai tambahan dari guru saya
@
😀
SukaSuka
Ardini said
Mengapa tidak disebutkan saja dampak-dampak terhadap kehidupan
@
Di kesempatan lain… nilai positip rekayasa tentu ada … dan banyak…, apalagi bagi industri.
SukaSuka
Devita Ariesti said
Wah, bagus banget lho cara pemaparan dari topik masalah rekayasa genetik…
Sangat membantu dalam pengenalan akan apasih rekayasa genetik itu….
Kebetulan banget aku lagi ada debat nih….. tentang kloning gitu…
Tapi aku bagian kontra…bisa bantu ga buat ngasih ulasan lebih lanjut mengenai kontra terhadap kloning baik pada manusia ataupun pada hewan atau tumbuhan….
Mohon bantuannya….
dev2_routh@yahoo.com
Terima kasih…. 🙂
@
Hm… itu tulisan kutipan kok… saya juga sama, menjadi lebih paham terhadap rekayasa genetika karena tulisan yang dikopi pais paksa itu…
Kalau bertemu ulasan serupa, insya Allah dapat dipenuhi….
Salam.
SukaSuka
razi said
ehmm…. rekayasa genetika emang hal yang menarik….
satuhal yang pengen aku tanyakan apa bisa daftar genetik pada manusia dipindahkan ke dalam daftar genetiknya tumbuhan???????
@
Pertanyaan yang sama menggeluti hati juga… 😀
SukaSuka
asti said
Saya harap penulis lebih berhati-hati lagi dalam mengutip sebuah tulisan, apalagi jika tidak didasari dengan ilmu yang lengkap mengenai rekayasa genetika….saya melihat banyak informasi yang disalahtafsirkan disini, padahal sebetulnya manusia sendiri juga merupakan hasil kombinasi (rekayasa) genetik orang tuanya, dan sudah sejak lama manusia secara alamiah telah menyeleksi mana yang terbaik baginya,dan salah satu cara manusia untuk menyeleksi yang terbaik saat ini adalah melalui GMO.Manusia telah dikaruniai DNAse, sebuah enzim yang akan mendegradasi DNA asing yang masuk dalam tubuh, bahkan di kelenjar keringat telapak tangan kita juga terdapat enzim tersebut, dan ORI dari tiap makhluk juda berbeda, jadi tak perlu khawatir jika kita mengkonsumsi gen asing, pasti akan didegradasi, Wallohu a’lam
SukaSuka
haniifa said
@mas Asti
Betul mba… mba yach 😀
Namun mohon maaf saya bela-belain penulis neeeh…
Waktu sayah masih cilik belajar sepeda rasanya udah ati-ati tapi tetep kecebur tuh..
Tapi.. Alhamdulillah…. sekarang malah bisa pakai kendaraan bermotor… 😉
Trim’s infonya, Haniifa.
SukaSuka
asti said
Saya hanya berusaha menjadi muslim yang baik, saling mengingatkan, bukankah memberikan ilmu yang kurang tepat juga merupakan hal yang tidak baik. saya sarankan untuk membaca molecular biotechnology, karya glick and Paternack (mudah2an saya tidak salah eja) atau ikuti kuliah Bioteknologi Molekuler, prof. A.Suwanto di PAU Bioteknologi IPB Dramaga Bogor. Insya Alloh…akan dapat membuka wawasan kita lebih baik mengenai GMO.wallohu’alam.Jazakalloh khaironkatsiir…
SukaSuka
haniifa said
@mba Asti
Jujur saja saya sangat bersyukur…
Repotnya disekitar RT saya, kebanyakan muslim nggak mampu… jadi jangankan untuk mengikuti kuliah… untuk makan sehari-hari saja sudah ngap-ngapan kayak ikan kehabisan oksigen. (termasuk sayah lho… 😀 )
Jadi saya kira adalah lebih baik ngobrol santai… begini daripada tidak tahu sama sekali, soal salah benarnya menurut pemahaman… yack kembali ke pribadi masing-masing !!
Nyang ini berandai-andai yach….
Seandainya saya tidak kuliah bahkan cuma lulusan SD, tapi diwarisi oleh orang tua tanah 10 hektar. Suatu saat saya ikut baca-baca postingan ini sohib yang jagoan komputer, eh… ternyata ada nama mba Asti yang ahli “molecular biotechnology”. Singkat kata saya tanya sama sohib… segala macam tektek bengek s/d bengek sendiri… 😀
Subhanallah…., sepertinya saya bersyukur pada Allah… yang telah membuat lahan tidur 10 hektar selama bertahun-tahun, nyang isinya alang-alang jadi lahan produktif berkat “Bioteknologi Molekuler”.
Ginama mba, mau bantu saya seandainya begituh ??
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
Duhh… lega rasanya jika ada, yang bersedia membantu saya memberikan menambah wawasan tentang schizophrenia ini. 😉
SukaSuka
meisya said
Terima kasih banyak atas informasinya tentang genetika
@
😀
SukaSuka
xxx said
wah apa g, bahaya ada proses kloning terhadap human
@
memang sebuah perdebatan….
SukaSuka
riska said
ko’ g lengkap ci…..infonya….tambah lagi donk artikelnya yang isinya dampak kloning pada sains.key….thak’s yow
@
Di kejap lain ya… 😀
SukaSuka
dentapetaka13 said
jagalah lingkungganmu
@
😀
pesan universal untuk semua mahluk hidup berakal….
SukaSuka
haniifa said
jagalah lingkungganmu…
Insya Allah, saya jaga “My Dashboards”… 😉
SukaSuka
haniifa said
Refresh “My Dashboards”… 😀
Belebeuk…beleubeug…Oops… hehehe don’t be panic Mr. HDD
SukaSuka
fadli said
hay…makasih ych udah bagiilmu….terimakasih..
semoga kapankapan kita atau aku bisa kunjuing lagi…
bye
@
😀
SukaSuka
ridi said
Wah, salut juga da yg menuliskan ttg rek-gen. sepertinya lgi tren,. skedar informasi, ada buku jga yg mngulas “sisi buruk” rekayasa genetik. Judulnya “rekayasa genetika: impian atau petaka”. Penulisnya Dr.Ho (lngkapnya saya lupa) bukunya cukup mnarik dan diskusinya baru sja diselenggarakan di IPB. Saya sarankan utk membaca buku itu. Benar kata Asti, diperlukan pngetahuan yg mendalam utk mengungkap mngenai rekgen, karena belumlah ada kepastian yg bsa dipegang, semuanya masih harus diteliti lebih lanjut. Terkadang bebrapa ilmuwan yg brsangkutan tidak mempublikasikan scara gamblang mngenai apa yg diketahui, karena terikat hak paten oleh suatu perusahaan. Saat ini penelitian pun sebagian besar dikuasai oleh perusahaan demi keuntungan mreka.
Mengenai cloning gen, hal tu tidak sama dengan rek-gen. kloning bukanlah suatu rekayasa genetik.
Tidak semua hasil rekayasa genetik mnimbulkan kerugian, cukup bnyak keuntungnya. Namun, sayangnya genetika manusia juga dipengaruhi lingkungan manusia tu sendiri. Oleh krn itu, suatu gangguan pd diri makhluk hasil rek-gen belum tntu dikarenakan proses rek-gen tu sendiri, namun banyak faktor pemicu lainnya.
maaf bicaranya kelewat lebar, dan mungkin sulit dimengerti. Saya termasuk orang yg sangat tertarik mengenai rekayasa genetik. Terima kasih jg atas informasinya..
@
Terimakasih mas untuk catatannya. Tidak ada yang dapat saya komentari lagi. Tulisan tentang rekayasa genetik yang saya postingkan juga adalah tulisan orang yang saya tertarik dengan peristiwa ini. Benar pula, banyak industri (makanan dan pengobatan) yang memanfaatkan pengetahuan dan teknologi rekayasa genetika untuk mendapatkan nilai ekonomi. Seperti Jeruk yang kulitnya lebih keras, tanpa biji, adalah contoh dari produk rekayasa genetika.
Terimakasih untuk informasi bacaannya. Dikejap lain, saya juga berminat untuk membaca lebih lanjut.
Salam dan terimakasih, bersedia memberikan catatan dan berkunjung ke sini.
agor.
SukaSuka
Novi Syatria said
saya pikir tidak semua produk GMO itu bersifat jelek. kita tinggal memilah mana yang perlu atau tidak. GMO bisa saja terjadi secara alami (penyilangan alami. saya kira kita tidak perlu terllau takut namun tetap waspada. GMO merupakan salah satu jalan (jika dialakukan sesuai prosedur dan kehati2an dalam merilis produk) salah satu jawaban untuk mengatasi krisis pangan global. dimana secara tradisional produksi pangan tidak bisa lagi mengatasi laju pertambahan penduduk dunia. pemuliaan secara konvensional pada tanaman tetrtentu telah mencapai klimak sehingga peningkatan hasil tidak siginifikan. GmO membawa terobosan baru. demikian sedikit komentar.
SukaSuka
william said
bos, terimakasih postnya,,,,,,,,,,,,
kunjungan sore.,.,
kunjungan balik donx
makasihh….
SukaSuka
Anonim said
sekarang ini lagi trend rekayasa genetik tidak hanya produk pangan tetapi juga pada tanaman obat.
SukaSuka
Suratmin said
bagaimana kita ketahui,bahwa penyakit akan semakin bermunculan.jadi pendapat@ para ahli hanya sementara?…………
SukaSuka
Suratmin said
hai teman@ gue boleh gabung gak?…gue mau cari ilmu dari kalian?
SukaSuka
asih said
perkembangan tehnologi sekarang sangat cepat hasil tehnologi ada yang menguntungkan dan banyak juga yang merugikan maka kita harus mengikuti perkembangan tehnologi terus
SukaSuka
pete said
rekayasa genetika sebenarya sejak ulu telah ada namun disini lagi ngeten ahir-ahi ini….trus apayang menjad masalah….???jika itu sangat membantu dalan kehidupan kita…!!!!
SukaSuka
pete said
buat apa sekolah tinggi-tinggi/ banyak perguruan tinggi hebat2 kalau tidak mampu meng alikasikan ilmu mu….
SukaSuka
pete said
rekayasa genetika sebenarya sejak dulu telah ada namun disini lagi ngetren ahir-ahir ini….trus apa yang menjad masalah….???jika itu membantu dalan kehidupan kita…!!!!buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ilmu tak di aplikasikan…..
SukaSuka
bonk tea said
bgus skali dengan da’ya rekyasa gen sprti itu. tetapi jgn smpai digunakn pd mnusia, krena sngat berbahaya. rkayasa gen ni sngat bgus skali bla di trapkam pd ymbuhan krena, kta bza memperoleh hsil yg memuaskan. cntoh sdrhana pd duren mntong …
SukaSuka
Susi said
Betul….BEtul…betul..
SukaSuka
rhiDHa said
kalo banyak kloning nt penjahad jg banyak………
SukaSuka
wira said
rhidha, oh rhidha
SukaSuka
wira said
rhidha, dari malaysia kah??
SukaSuka
AjEnK said
Aduch. .ternyata sUsah jg yaCh plajaran biologI. .huft
SukaSuka
batiknovita.com said
Rekayasa genetika merupakan dampak kemajuan iptek di bidang biologi.
Semoga dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik. Terima kasih
SukaSuka
wirawan said
rekayasa genetik, ngeri juga kalau dengar hasil negatif nya di banding hasil positifnya karena dampak negatifnya bisa timbul dalam kurun waktu yg lama (telat deh). kalau untuk keuntungan sesaat bagi kelompok tertentu bahaya dong, contoh panen jagung bisa lebih cepat, ayam bisa panen dalam 25 hari tapi bagi yg mengkonsumsi bahayanya ngga di pikirin. jangan2 yg bikin rekayasa genetik itu sekalian bikin pabrik obatnya buat ngobatin jadi double untungnya.. nya..nya…nyaa.
paling dokter bilang jangan makan popcorn..ngga bagus
jangan makan ayam broiler.. ngga bagus nanti kista
mendingan menurut aku balik ke alam aja bukan alam baka lho..
SukaSuka
Bayu said
betul…betul…betul Wirawan,kocak abis loe.
SukaSuka
Najaludin said
sebarluaskan info tentang bahaya rekayasa genetik dan juga manfaatnya bagi manusia
SukaSuka
jho said
mas, klo dampak positif & negatif dr rekayasa genetik itu sndiri apa???
SukaSuka
ARTIKEL KESEHATAN TENTANG AIDS - SEKS Info - Article said
[…] Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika […]
SukaSuka
Hani_Jati@Yahoo.com said
Bagus sekali infonya
SukaSuka
DreDrev said
Pro kontra rekayasa genetika akan selalu hadir,seiring dengan bertambah nya ilmu pengetahuan manusia maka akan dihasilkan sesuatu yang baru.
Menurut saya sendiri rekayasa genetika merupakan sesuatu yang tidak terlalu baru namun menyimpan kekuatan dan keajaiban yang sangat besar.
bagai pedang yg bermata dua hal ini akan senantiasa menimbulkan dampak positif dan negatif yang terus berkembang.
Namun dengan sifat dasar manusia yang kurang baik,saya khawatir penelitian akan hal ini bisa disalahgunakan pihak2 tertentu,sebagai contoh dengan penggunaan rekayasa genetik,tentu dimungkinkan adaya “pembuatan” penyakit baru dan senjata biologis..
Sangat sulit untuk menentukan rekayasa genetik lebih berperan positif atau negatif, namun seiring waktu kita pasti akan melihat jawabannya.. 🙂
SukaSuka
iftah said
memang jahat dari dampak rekayasa genetika ,, maka dari tersebut kita harus dapat mencegahnya agar tidak mendapatkan akibatnya.. yang ingin lebih tau silahkan saja balas dan sms ke no. 089654157906.
SukaSuka
Anonim said
mantap,, bahan pertanyaan untuk kuliah besok,,thnks admin 🙂
SukaSuka